Sarah Embun Adha R.0009086
commit to user
GAMBA
OHSA
PROGR FAKARAN SIS
AS 18001 :
RAM DIPLO KULTAS KE
LAPOR
TEM TAN
2007 DI P
B
Sara
OMA III H EDOKTERA
RAN TUGA
NGGAP D
PT. PUPU
BONTAN
ah Embun
R.000908
HIPERKES AN UNIVE Surakarta 2012AS AKHIR
DARURAT
K KALIM
NG
Adha
6
DAN KESE ERSITAS SE aT BERDA
MANTAN
ELAMATA EBELAS MASARKAN
TIMUR
N KERJA MARETN
(2)
commit to user ABSTRAK
GAMBARAN SISTEM TANGGAP DARURAT BERDASARKAN OHSAS 18001 : 2007 DI PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR BONTANG
Sarah Embun Adha*),Yeremia Rante Ada’*), Hardjanto*)
Tujuan: Perkembangan industri harus diiringi dengan perhatian di bidang keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Setiap proses produksi di suatu industri dapat mengakibatkan timbulnya berbagai potensi bahaya, oleh karena itu diperlukan adanya suatu sistem penanggulangan keadaan darurat yang efektif. Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui Gambaran Sistem Tanggap Darurat di PT. Pupuk Kalimantan Timur.
Metode: Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif yaitu dengan memberikan gambaran sejelas-jelasnya mengenai obyek penelitian. Data diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan buku-buku referensi tentang tanggap darurat kemudian dibandingkan dengan penjabaran dari OHSAS 18001:2007 klausul 4.4.7. mengenai Tanggap Darurat.
Hasil: Sistem tanggap darurat di PT. Pupuk Kalimantan Timur yang meliputi perencanaan, penanggulangan, evakuasi dan tindakan medis, serta pengendalian dampak lingkungan telah diterapkan dengan baik, namun terdapat prosedur yang belum sesuai dengan OHSAS 18001:2007 klausul 4.4.7.
Simpulan: Perusahaan telah menerapkan sistem tanggap darurat dengan baik sesuai dengan OHSAS 18001:2007 klausul 4.4.7, namun ada salah satu isi dari prosedur yang perlu direvisi mengenai prosedur tanggap darurat untuk setiap kondisi dari kecelakaan industri.
Kata kunci: Sistem Tanggap Darurat
*)
Prodi Diploma III Hiperkes dan KK, FK UNS.
**)
Prodi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja, FK UNS.
(3)
commit to user ABSTRACT
DESCRIPTION OF EMERGENCY RESPONSE SYSTEM BASED ON OHSAS 18001 : 2007 IN PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR BONTANG
Sarah Embun Adha*),Yeremia Rante Ada’*), Hardjanto*)
Objectives: Industrial development has to be accompanied by attention in occupational safety and health. Every industrial producing process can lead several potensial dangers, so that it needs an effective system of responding emergency. This report has an objective, it describes the Emergency Response System of PT. Pupuk Kalimantan Timur.
Method: This research used describtive method by providing clear describtion retated to the object. Data were collected by doing interview, observation, and refferences related to the emergency response system compared to OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.4.7. deals with Emergency Response.
Result: Emergency response system of PT. Pupuk Kalimantan Timur includes planning, response, evacuation and medical treatment, turthermore control of environmental impacts has been implemented well, nevertheless there is a procedure which is inappropiare to OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.4.7.
Conclusion: This company has implemented emergency response system well based on OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.4.7, even though the procedures contain a step which has to be revised related to the emergency response system for each condition of industrial accidents.
Keyword: Emergency Response System
*)
Hyperkes and KK Diploma III Program, Medical Faculty of Sebelas Maret Unversity
**)
Occupational Health and Safety Diploma IV Program, Medical Faculty of Sebelas Maret Unversity
(4)
commit to user KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan magang di PT. Pupuk Kalimantan Timur serta dapat menyelesaikan laporan Tugas
Akhir dengan judul “Gambaran Sistem Tanggap Darurat Berdasarkan OHSAS
18001 : 2007 di PT. Pupuk Kalimantan Timur Bontang”.
Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini penulis telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Zainal Arifin Adnan, dr. Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Studi Diploma III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta dan sekaligus selaku penguji.
3. Ibu Yeremia Rante Ada’, S.Sos., M.Kes. selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.
4. Bapak Hardjanto, dr.,MS,Sp.Ok selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.
5. Ibu Ir. Lola Karmila selaku Manager Diklat dan MP di PT. Pupuk Kalimantan
Timur.
6. Bapak Bambang, Bapak Yunus Simanjuntak, Bapak Rohmansyah, Bapak Si’in
dan seluruh karyawan Bagian Diklat yang telah membantu pelaksanaan magang di PT. Pupuk Kalimantan Timur.
7. Bapak Ir. Djoko Setyo Prihadi selaku Manager Departemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di PT. Pupuk Kalimantan Timur.
8. Bapak Wiyono selaku Kepala Bagian Pemadam Kebakaran PT. Pupuk
Kalimantan Timur serta sebagai Pembimbing I di Perusahaan yang telah banyak memberikan masukan, saran, motivasi dan data yang sangat membantu dalam penyelesaian laporan ini.
9. Mas Ahmad Fatih Andiwijaya, ST selaku Kepala Regu Riksa K3 Kaltim 4 PT.
Pupuk Kalimantan Timur serta sebagai Pembimbing II di Perusahaan yang telah banyak memberikan masukan, saran, dan data yang sangat membantu dalam penyelesaian laporan ini.
10. Bapak Edy Pribowo, Bapak Agus Jaya, Bapak Wisnu, Ibu drg. Iswari, Bapak Anton, Bapak Budi, Bapak Sugeng, Bapak Made, Bapak Soeparto, Bapak Zainal, Bapak Jaka, Bapak Marinjen, Bapak Kariyan, Mas Hadi, Mas Vidya, Mas David,
(5)
commit to user
Mas Angga, dan seluruh staf di kantor Departemen K3 yang telah membantu dalam pelaksanaan magang.
11. Mas Rangga, Mas Azis King, Mas Rendy, Mas Juli, Mas Yengky, Rouf, Saeful, Gilang, Dhani, Asnan, Ridho, Erdiansyah dan semua Safety Inspector di Kantor Kalibrasi yang telah membantu dalam pelaksanaan magang.
12. Bapak Suyatno, Ibu Sri Wahyuningsih dan Novika Kusumawati tersayang yang telah memberikan dukungan moril, material, doa, semangat, nasehat dan motivasi sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
13. Teman-teman Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja angkatan 2009 khususnya sahabat-sahabatku tersayang, Mba Ninik, Mba Neta, Pela, Ella, dan Mba Mamik yang telah memberikan doa, dukungan, bantuan dan semangat. 14. Teman-teman Kos Sekartaji, khususnya Mba Kuning, Mba Rima, Uun dan Sari
yang telah memberikan bantuan, dukungan dan doa.
15. Zone Nur Hiday, Aulia Rizkiawati, dan Astri Aditia yang menjadi teman seperjuangan selama magang di Departemen K3 PT. Pupuk Kalimantan Timur. 16. Teman-teman barak Ammonia, Vina Windi Pratiwi (UPN-Jogja), Resty Marchani
(UPN-Jogja), Magistra Hayu (UPN-Jogja), Aditya Prabhaswara (UGM), Fajar Taufik (UGM), Dedi Kurniawan (UGM), Adi Prasetyo Utomo (UGM), Harianto (UGM), Ahmad Zaenuri (Unmul), Jaka Maulana Migas), Erna Eriani (STT-Migas), Mario (Atma Jaya-Jogja), Vivin (Atma Jaya-Jogja), Ayu, Puspa, Umah, Tini, Ulfa (Poltek Samarinda).
17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas segala bantuannya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan laporan ini terdapat kesalahan-kesalahan yang disengaja maupun tidak. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis maupun mahasiswa yang membutuhkan.
Bontang, 11 Juni 2012 Penulis,
Sarah Embun Adha
(6)
commit to user DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Tujuan Penelitian ... 2
D. Manfaat Penelitian ... 2
BAB II LANDASAN TEORI ... 4
A. Tinjauan Pustaka ... 4
B. Kerangka Pemikiran ... 14
BAB III METODE PENELITIAN ... 15
A. Metode Penelitian ... 15
B. Lokasi Penelitian ... 15
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ... 15
D. Sumber Data ... 16
E. Teknik Pengumpulan Data ... 16
F. Pelaksanaan ... 17
G. Analisis Data ... 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18
A. Hasil Penelitian ... 18
B. Pembahasan ... 51
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 56
A. Simpulan ... 56
B. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN
(7)
commit to user DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Kerangka Pemikiran ... 14
Gambar 2 : Assembly Area ... 23
Gambar 3 : Gedung Aman Sementara di Gedung Jasa Pelayanan Pabrik ... 24
Gambar 4 : Tempat Pelayanan Medis di Rumah Sakit PKT ... 24
Gambar 5 : Tempat Pelayanan Medis di Poliklinik PC VI ... 25
Gambar 6 : Jalur Evakuasi di PT. Pupuk Kalimantan Timur ... 26
Gambar 7 : Smoke Detector ... 27
Gambar 8 : Mobil Pemadam Kebakaran PT. Pupuk Kalimantan Timur ... 29
Gambar 9 : Ambulance PT. Pupuk Kalimantan Timur ... 29
Gambar 10 : Tangki Pemadam Kebakaran PT. Pupuk Kalimantan Timur ... 30
Gambar 11 : Mobil Komando PT. Pupuk Kalimantan Timur ... 30
Gambar 12 : Poster Petunjuk Pemakaian Breathing Apparatus (BA) ... 36
Gambar 13 : Kotak P3K di PT. Pupuk Kalimantan Timur ... 37
Gambar 14 : Wind Direction di PT. Pupuk Kalimantan Timur ... 38
(8)
commit to user DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Struktur Organisasi Tim Penanggulangan Kecelakaan Industri di PT. Pupuk Kalimantan Timur
Lampiran 2 : Formulir Pengujian Sirine Tanda Bahaya Lampiran 3 : Laporan Pemeriksaan APAR
Lampiran 4 : Laporan Pemeriksaan Fire Hose Box di Area Pabrik dan Out Site Lampiran 5 : Laporan Pemeriksaan Fire Hydrant di Area Pabrik dan Out Site
(9)
commit to user BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan dan perkembangan industri di Indonesia berkembang dengan begitu pesatnya, hal ini terbukti dengan semakin banyak industri-industri yang didirikan, perkembangan yang pesat ini menguntungkan baik dari segi pemasukan devisa negara maupun dari banyaknya lapangan kerja baru. Namun perkembangan tersebut juga harus diiringi dengan perhatian di bidang keselamatan dan kesehatan kerja (K3), karena hal ini dapat mengakibatkan timbulnya berbagai potensi bahaya seperti masalah kecelakaan kerja, peledakan, kebakaran, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan kerja. Oleh Karena itu diperlukan adanya suatu sistem penanggulangan keadaan darurat yang efektif.
Walaupun telah diambil langkah penanggulangan yang memadai, kemungkinan terjadinya keadaan darurat di industri tidak dapat dihilangkan sama sekali. Karena itu setiap industri harus mempunyai rencana dan persiapan keadaan darurat, yang didasarkan atas evaluasi risiko bahaya yang ada. Penanggulangan dan pengendalian ini diharapkan dapat meminimalkan dampak negatif yang diakibatkan apabila terjadi suatu keadaan darurat.
Melihat bahwa PT. Pupuk Kalimantan Timur merupakan perusahaan petrokimia yang dalam setiap proses produksinya menggunakan suhu dan tekanan
(10)
commit to user
tinggi sehingga berpotensi sangat besar terjadinya keadaan darurat, seperti kebocoran amoniak, peledakan, dan kebakaran yang dapat mengancam kesehatan, keamanan, kenyamanan, dan keselamatan tenaga kerja serta lingkungan di sekitar perusahaan. Maka PT. Pupuk Kalimantan Timur menerapkan sistem tanggap darurat yang meliputi kesiagaan terhadap keadaan darurat, penanggulangan dan pengendalian serta pemulihan keadaan darurat. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin membahas lebih lanjut mengenai gambaran sistem tanggap darurat di PT. Pupuk Kalimantan Timur.
B. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan pentingnya penerapan prosedur kesiagaan dan tanggap darurat di PT. Pupuk Kalimantan Timur maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran sistem tanggap darurat berdasarkan OHSAS 18001 : 2007 di PT. Pupuk Kalimantan Timur?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran sistem tanggap darurat di PT. Pupuk Kalimantan Timur.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil observasi yang telah dilakukan di PT. Pupuk Kalimantan Timur maka diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :
(11)
commit to user 1. Bagi Peneliti
a. Mengetahui secara nyata penerapan ilmu yang didapat dari bangku kuliah di suatu perusahaan.
b. Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan penulis tentang sistem
tanggap darurat di tempat kerja.
c. Mengetahui persiapan dan langkah-langkah untuk menghadapi keadaan
darurat di suatu perusahaan khususnya di PT. Pupuk Kalimantan Timur. 2. Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat memberikan masukan, evaluasi serta bahan pertimbangan untuk meningkatkan pemeriksaan, pemeliharaan dan pengujian serta dalam pemenuhan syarat-syarat Sistem Manajemen Keselamatan Kerja (SMK3) mengenai sistem tanggap darurat di perusahaan.
3. Bagi Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Dapat menambah referensi kepustakaan mengenai manajemen tanggap darurat di lingkungan industri, serta dapat mengukur sejauh mana kemampuan mahasiswa Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja dalam menerapkan ilmu Keselamatan Kerja khususnya tentang sistem tanggap darurat.
(12)
commit to user BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi
a. Potensi Bahaya (Hazard)
Potensi bahaya adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau berpotensi terhadap terjadinya kejadian kecelakaan berupa cedera, penyakit, kematian, kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi operasional yang telah di tetapkan (Tarwaka, 2008).
b. Keadaan Darurat
Keadaan darurat adalah keadaan yang lain dari keadaan yang biasanya, yang mempunyai kecenderungan (potensi) ketingkat yang membahayakan baik bagi keselamatan manusia, kerusakan harta benda maupun kerusakan lingkungan (PT. Pupuk Kalimantan Timur, 2009).
Suatu keadaan darurat di suatu perusahaan memerlukan tindakan segera untuk mengembalikan kondisi yang aman secepat mungkin. Apabila bencana terjadi dan keadaan menjadi emergency, maka perlu ditanggulangi secara terencana, sistematis, cepat, tepat dan selamat. Untuk telaksananya penanggulangan maka perlu dibentuk Tim Tanggap Darurat yang terampil dan terlatih, dilengkapi sarana
(13)
commit to user
dan prasarana yang baik serta sistem dan prosedur yang jelas. Tim tersebut perlu mendapatkan pelatihan baik teori atau praktek. Kinerja Tim Tanggap Darurat akan sangat menentukan
berhasilnyapelaksanaan penanggulangan keadaan emergency dan
tujuan untuk mengurangi kerugian seminimal mungkin baik harta
benda atau korban manusia akibat keadaan emergency dapat dicapai
(Okleqs, 2008). c. Tanggap Darurat
Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana (Soehatman Ramli, 2010).
Tanggap darurat adalah tindakan segera yang dilakukan untuk mengatasi kejadian bencana misalnya dalam suatu proses kebakaran atau peledakan di lingkungan industri, (Soehatman Ramli, 2010) :
1) Memadamkan kebakaran atau ledakan.
2) Menyelamatkan manusia dan korban (resque).
3) Menyelamatkan harta benda dan dokumen penting (salvage).
(14)
commit to user
Tanggap darurat merupakan elemen penting dalam SMK3, untuk menghadapi setiap kemungkinan yang dapat terjadi. Tujuan K3 adalah untuk mencegah kejadian atau kecelakaan yang tidak diinginkan. Namun demikian, jika sistem pencegahan mengalami kegagalan sehingga terjadi kecelakaan, hendaknya keparahan atau konsekuensi yang ditimbulkan dapat ditekan sekecil mungkin. Untuk itu diperlukan sistem tanggap darurat guna mengantisipasi berbagai kemungkinan seperti kecelakaan, kebakaran, peledakan, bocoran bahan kimia atau pencemaran (Soehatman Ramli, 2010).
d. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) OHSAS
18001 : 2007
OHSAS 18001 bersifat generik dengan pemikiran untuk dapat digunakan dan dikembangkan oleh berbagai organisasi sesuai dengan sifat, skala kegiatan, resiko serta lingkup kegiatan organisasi.
OHSAS 18001 mempunyai 17 elemen implementasi dari sistem manajemen keselamtan dan kesehatan kerja. Sebagai suatu kesisteman, semua elemen tersebut saling terkait dan berhubungan sehingga harus dijalankan secara terpadu agar kinerja K3 yang diinginkan dapat tercapai. Dari 17 elemen tersebut salah satu elemennya adalah tentang tanggap darurat.
(15)
commit to user
2. Penerapan OHSAS 18001 : 2007 Klausul 4.4.7.
Penerapan OHSAS 18001 : 2007 Klausul 4.4.7. tentang tanggap darurat, yaitu :
a. Organisasi harus menetapkan, menjalankan, dan memlihara prosedur. 1) Untuk mengidentifikasi potensi situasi darurat.
2) Untuk merespon situasi darurat tersebut.
b. Organisasi harus tanggap terhadap situasi darurat sebenarnya dan
mencegah atau menekan konsekuensi K3 yang ditimbulkannya.
c. Dalam merancang tanggap darurat, organisasi harus
mempertimbangkan keperluan pihak berkepentingan lainnya misalnya layanan darurat atau tetangga berdekatan.
d. Organisasi harus juga secara berkala menguji prosedurnya untuk
tanggap terhadap situasi darurat, dan jika memungkinkan dengan melibatkan pihak terkait yang relevan.
e. Organisasi harus secara berkala melakukan kajian dan bilamana
mungkin merevisi prosedur kesiapan dan tanggap darurat, khususnya setelah pengujian berkala dan setelah terjadinya situasi darurat.
3. Elemen Pokok Sistem Tanggap Darurat
Perkembangan suatu sistem tanggap darurat sekurangnya meliputi elemen sebagai berikut, (Soehatman Ramli, 2010) :
(16)
commit to user a. Kebijakan Tanggap Darurat
Penanganan tanggap darurat harus merupakan kebijakan manajemen karena menyangkut berbagai aspek seperti organisasi dan sumber daya yang memadai. Tanpa kebijakan manajemen, program tanggap darurat tidak akan berhasil dengan baik.
b. Identifikasi Keadaan Darurat
Langkah awal dalam pengembangan sistem tanggap darurat adalah melakukan identifikasi keadaan darurat yang mungkin terjadi dealam operasi atau kegiatan organisasi. Kegiatan darurat dapat bersumber dari dalam atau luar organisasi.
Keadaan darurat dapat dikatagorikan atas bencana alam (natural disaster), operasional dan sosial.
1) Faktor Operasional, yaitu kebakaran, kebocoran bahan kimia,
gangguan operasi mislanya kerusakan alat. 2) Faktor Alam, yaitu banjir, topan, gempa bumi. 3) Faktor Sosial, yaitu rumor, perselisihan, sabotase.
Sebagai langkah awal, semua kemungkinan keadaan darurat tersebut harus diidentifikasi, baik yang bersumber dari luar maupun dari dalam organisasi, baik yang berupa bencana alam, gangguan operasi maupun sosial.
(17)
commit to user
c. Perencanaan Awal (Preplanning)
Setelah semua potensi keadaan darurat diidentifikasi, dilakukan perencanaan awal (preplanning) untuk mengetahui dan mengembangkan strategi pengendaliannya. Berbagai kemungkinan keadaan darurat disimulasikan dalam bentuk skenario keadaan darurat mulai dari yang kecil sampai kondisi terburuk yang dapat terjadi. Dari rencana awal ini dapat diketahui apa saja sumber daya yang diperlukan, strategi pengendalian yang tepat, pengorganisasian dan sistem komunikasi serta dampak terhadap lingkungan sekitar.
d. Penyusunan Prosedur Keadaan Darurat
Dari hasil preplanning disusun prosedur tetap penanganan
keadaan darurat yang diperlukan. Prosedur keadaan darurat mencakup struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab tim, logistic, sarana yang diperlukan, jalur komando dan komunikasi, pengamanan dan pengelolaan masyarakat sekitarnya.
e. Organisasi Keadaan Darurat
Penanganan keadaan darurat dilakukan secara terorganisir dengan melibatkan berbagai fungsi dalam organisasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Penanganan keadaan darurat sekurang-kurangnya melibatkan fungsi berikut ini :
1) Operasi, bertugas menjamin keamanan dan kelancaran operasi
(18)
commit to user
2) Teknik, bertugas menjamin dan mendukung sarana teknis yang
diperlukan untuk penanggulangan keadaan darurat.
3) Sekuriti, bertugas menjaga keamanan selama keadaan darurat.
4) Medis, untuk memberikan bantuan dan pertolongan medis
terhadap korban.
5) Pemadam kebakaran, bertugas menanggulangi keadaan darurat . 6) Safety, bertugas menjaga dan memberikan saran dan pertimbangan
keselamatan.
7) Logistik, bertugas meyediakan perlengkapan dan kebutuhan
logistik untuk penanggulangan.
8) Transportasi, memberikan dukungan sarana transportasi dan alat-alat berat jika diperlukan.
9) Komunikasi, membantu kelancaran jalur komunikasi selama
penanggulangan baik internal maupun eksternal.
10) Humas, menjaga hubungan dengan semua pihak terkait khususnya
dengan lingkungan, pemerintah, dan masyarakat sekitarnya melalui informasi yang akurat dan jelas tentang keadaan daruarat. 11) Dan lainnya sesuai dengan keperluan.
f. Prasarana Keadaan Darurat
Kebutuhan prasarana untuk penanggulangan keadaan darurat harus dipersiapkan dengan baik sesuai hasil identifikasi dan perencanaan awal. Prasarana mencakup berbagai aspek seperti :
(19)
commit to user
1) Sarana penanggulangan (kebakaran, pencemaran, ledakan, bocoran bahan kimia, bencana alam dan lainnya.
2) Sarana penyelamatan manusia (resque). 3) Peralatan dan sistem komunikasi.
4) Logistik seperti kebutuhan material penanggulangan, konsumsi,
transportasi dan lainnya.
5) Sarana medis mencakup klinik atau rumah sakit, pertolongan
pertama dan tenaga medis yang diperlukan.
6) Pusat Krisis (crisis center) lengkap dengan fasilitasnya untuk
mengendalikan keadaan darurat.
Peralatan darurat sangat berguna untuk penanggulangan jika terjadi kondisi darurat. Karena itu perusahaan harus melakukan identifikasi dan menyediakan peralatan tersebut, dan memastikan jumlahnya memadai. Peralatan ini harus diuji kelayakannya dalam waktu yang terencana. Contoh peralatan darurat seperti :
1) Sistem alarm
2) Lampu dan tenaga listrik darurat
3) Peralatan pemadam kebakaran
4) Fasilitas komunikasi
5) Tempat perlindungan
6) Hydrant
(20)
commit to user
Jika organisasi tidak mampu memenuhinya sendiri dapat dilakukan melalui kerjasama (mutual asisstant) dengan organisasi atau pemerintah daerah setempat.
g. Pembinaan dan Pelatihan
Penanggulangan keadaan darurat tidak akan berhasil jika tidak ditangani oleh petugas atau SDM yang kompeten. Ciri khas dalam setiap penanggulangan keadaan darurat adalah terjadinya kepanikan, hilangnya rantai komando yang telah disusun dan kurangnya disiplin dan tanggung jawab. Untuk menjamin keberhasilan sistem manajemen darurat diperlukan upaya pembinaan dan pelatihan yang terencana dan berkesinambungan khususnya bagi mereka yang terlibat dalam rantai komando sehingga mengetahui peran dan tanggung jawabnya. Pelatihan dapat dikemas dalam bentuk table desk simulation, permainan peran atau uji coba dalam kondisi dalam berbagai bentuk scenario.
Tim pelaksana misalnya tim pemadam kebakaran, medis, keamanan dan lainnya juga perlu diberi pelatihan sehingga mampu menjalankan tugasnya dengan tepat dan cepat.
h. Komunikasi
Komunikasi memegang peranan penting mendukung keberhasilan sistem tanggap darurat. Komunikasi dapat dikelompokkan atas komunikasi internal dan komunikasi eksternal.
(21)
commit to user
Komunikasi internal harus dirancang mulai dari diteksi keadaan darurat sampai ke penanggulangannnya. Komunikasi eksternal dengan pemerintah daerah atau masyarakat sekitar kegiatan organisasi untuk mencegah kepanikan atau jatuhnya korban yang tidak diinginkan. Masyarakat seharusnya diberi informasi yang jelas mengenai kondisi keadaan darurat, potensi bahaya yang dapat timbul serta langkah-langkah pengamanan yang diperlukan.
i. Investigasi dan Pelaporan
Setiap kejadian darurat harus diinvestigasi dengan teliti untuk mengetahui penyebab sekaligus juga untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dalam proses penanggulangannya. Dari setiap kejadian dapat diketahui tingkat kesiapan individu, kondisi sarana, kelancaran komunikasi dan kecepatan gerak tenaga pendukung yang diperlukan. Hasil penanggulangan darurat harus dilaporkan kepada manajemen sebagai bahan evaluasi untuk peningkatannya.
j. Inspeksi dan Audit
Secara berkala dilakukan audit dan inspeksi sistem tanggap darurat yang menyangkut prosedur, sarana dan kemampuan petugas. Semua peralatan harus diperiksa secara berkala agar jika diperlukan siap untuk digunakan.
(22)
commit to user B. Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Tenaga
Kerja
Perusahaan
Bahan Baku
Peralatan Proses
Produksi Tempat
Kerja
Hasil Produksi
Kebakaran Potensi Bahaya
Paparan Gas Ammonia
Keadaan Darurat
Prosedur Tanggap Darurat
Pelaksanaan Tanggap Darurat
Fasilitas Tanggap Darurat Tim Tanggap
Darurat
Mekanisme Operasional
D
Penanggulangan / Tindakan Tanggap Darurat Pemulihan Keadaan Darurat
(23)
commit to user BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Soekidjo Notoatmodjo, 2002).
B. Lokasi Penelitian
Lokasi pelaksanaan penelitian ini adalah di PT. Pupuk Kalimantan Timur Jl. James Simandjuntak No. 1 Bontang, Kalimantan Timur.
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Objek dan ruang lingkup penelitian ini berupa :
1. Rencana Respon Gawat Darurat (Emergency Response Plan)
2. Organisasi atau Tim Tanggap Darurat
3. Penanggulangan Keadaan Darurat
4. Rencana Pemulihan Setelah Keadaan Darurat
5. Potensi bahaya di tempat kerja
6. Sarana dan prasarana yang digunakan dalam keadaan darurat 15
(24)
commit to user D. Sumber Data
Data yang diperoleh dan dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu : 1. Data Primer
Data diperoleh secara langsung yaitu dengan :
a. Mengadakan observasi langsung ke lapangan
b. Wawancara
2. Data Sekunder
Data diperoleh secara tidak langsung yaitu dari prosedur integrasi mengenai pelaksanaan keadaan darurat di PT. Pupuk Kalimantan Timur.
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi
Data diperoleh dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian di PT Pupuk Kalimantan Timur Jl. James Simandjuntak No. 1 Bontang, Kalimantan Timur.
2. Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara langsung dengan pihak yang terkait masalah tanggap darurat sehingga dapat mengetahui tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam menghadapi keadaan darurat.
(25)
commit to user 3. Studi Kepustakaan
Data diperoleh dengan membaca referensi-referensi yang ada, yang berhubungan dengan objek penelitian yaitu keadaan darurat.
F. Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Pupuk Kalimantan Timur pada tanggal 18 April 2012 - 12 Juni 2012.
G. Analisis Data
Analisis data yang digunakan termasuk analisis deskriptif, yaitu dengan cara menggambarkan dengan sejelas-jelasnya mengenai pelaksanaan tanggap darurat di PT. Pupuk Kalimantan Timur yang selanjutnya dibandingkan dengan penjabaran dari OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.4.7. mengenai Tanggap Darurat.
(26)
commit to user BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Definisi Keadaan darurat
Berdasarkan Prosedur Penanggulangan Kecelakaan Industri dan Pengendalian Dampak Lingkungan Serta Pemulihannya, PT. Pupuk Kalimantan Timur mendefinisikan keadaan darurat sebagai suatu keadaan yang lain dari keadaan biasanya, yang mempunyai kecendrungan (potensi) ketingkat yang membahayakan baik bagi keselamatan manusia, kerusakan harta benda maupun kerusakan lingkungan (PT. Pupuk Kalimantan Timur, 2009).
Kecelakaan Industri adalah suatu peristiwa yang membahayakan keselamatan manusia dan lingkungan sekitarnya dikarenakan terjadi salah satu atau bersamaan kejadian seperti kebakaran atau ledakan, paparan gas ammonia yang berasal dari tangki penyimpanan ammonia pabrik atau pemuatan dan pembongkaran ammonia, maupun pemaparan zat beracun yang tersimpan di tempat penyimpanan, yang dapat terjadi sewaktu-waktu sehingga diperlukan tindakan penanggulangan yang terpadu (Tanggap Darurat TD).
(27)
commit to user
PT. Pupuk Kalimantan Timur memiliki 2 kategori kecelakaan industri yaitu :
a. Kecelakaan Industri tingkat I
Kecelakaan industri tingkat I adalah kecelakaan industri yang derajat risikonya sudah membahayakan karyawan yang berada di kawasan industri yang mengarah kepada masyarakat sekitar.
b. Kecelakaan Industri tingkat II
Kecelakaan industri tingkat II adalah kecelakaan industri yang derajat risikonya hanya membahayakan karyawan yang ada di area atau lokasi pabrik.
2. Sumber Bahaya
Prosedur penanggulangan kecelakaan industri dan pengendalian dampak lingkungan serta pemulihannya di PT. Pupuk Kalimantan Timur ini telah mencakup keseluruhan dari sumber bahaya yang mungkin terjadi, adapun sumber bahaya tersebut adalah :
a. Kebakaran
b. Paparan Gas Ammonia
3. Batas Paparan Ammonia
a. 0,5 – 1 ppm : Bau mulai tercium.
b. 2,0 ppm : Batas maksimal paparan kebauan di area pemukiman
secara terus menerus (24 jam).
(28)
commit to user
d. 40 ppm : Beberapa orang mungkin akan menderita iritasi
ringan.
e. 100 ppm : Iritasi padac mata dan rongga hidung setelah beberapa
menit terpapar.
f. 400 ppm : Iritasi berat pada tenggorokan, rongga hidung dan
saluran pernafasan atas.
Kategori area paparan ammonia untuk Keadaan Darurat I yaitu :
a. Area Pabrik (Kaltim 1, 2, 3, 4 dan Urea 3000) dan Plant Site (Shipping, Jasa Pelayanan Pabrik / JPP, Kantor Pusat) paparan ammonia ≥ 40 ppm. b. Area Falcon dan Kantor Pusat ≥ 30 ppm.
Kategori area paparan ammonia untuk Keadaan Darurat II yaitu :
a. Area Pabrik (Kaltim 1, 2, 3, 4 dan Urea 3000) dan Plant Site (Shipping, Jasa Pelayanan Pabrik / JPP, Kantor Pusat) paparan ammonia = 35 ppm. b. Area Falcon dan Kantor Pusat = 2,5 ppm.
4. Struktur Organisasi Tim Penanggulangan Kecelakaan Industri di PT. Pupuk
Kalimantan Timur
a. Komandan Penanggulangan Kecelakaan Industri : Kepala Kompartemen
Operasi.
b. Wakil Komandan Penanggulangan Kecelakaan Industri : Kepala
Kompartemen Pemeliharaan dan Kepala Kompartemen Pengendalian & Pengawasan Pabrik (Dalwaspab).
(29)
commit to user
c. Ketua Tim Perbaikan dan Pemeliharaan : Deputy Kepala Kompartemen
Pemeliharaan (Har).
d. Ketua Tim Penanggulangan Kejadian : Wakil Kepala
Departemen-1-Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Lingkungan Hidup (Wakadep-1-K3LH) Fire & Safety.
e. Kepala Unit Kerja Tempat Kecelakaan : Kepala Departemen Operasi
Kaltim-1,2,3,4,5, PKPL.
f. Ketua Tim Evakuasi : Kepala Bagian Tekmaker.
g. Ketua Tim Pengamanan : Kepala Departemen Keamanan dan Ketertiban
(Kamtib).
h. Ketua Tim Transport & Akomodasi : Kepala Departemen Umum.
i. Ketua Tim Medis : Direktur Utama Rumah Sakit PKT.
j. Ketua Tim Humas : Kepala Departemen Humas.
k. Koordinasi Hubungan External : Deputy-2 Kepala Kompartemen Operasi.
l. Koordinasi Hubungan Join Venture (JVC) : Deputy-1 Kepala
Kompartemen Operasi.
m. Ketua Tim Lingkungan Hidup : Wakil Kepala Departemen-2-Keselamatan
dan Kesehatan Kerja, Lingkungan Hidup (Wakadep-2-K3LH) Lingkungan Hidup & Hyperkes.
(30)
commit to user 5. Sarana atau Fasilitas Tanggap Darurat
a. Tempat Keadaan Darurat
1) Pos Komando (Posko)
Pos komando adalah suatu tempat atau pos, dimana Komandan penanggulangan kecelakaan industri melakukan pemantauan, koordinasi, komando atau perintah penanggulangan dengan memakai sarana komunikasi yang tersedia dan perlengkapan perlindungan diri yang memadai. Posko ini, selain dibuat bebas dari udara luar juga telah diperlengkapi dengan sarana komunikasi (radio Handy Talky / HT), telephone hot line dan peta jalur evakuasi serta perlengkapan lain yang diperlukan, dimana posko tersebut terletak di Fire Ground. 2) Pos-pos Lapangan
Pos-pos lapangan adalah pos-pos dimana tiap-tiap Ketua Tim Penanggulangan Kecelakaan Industri beserta anak buahnya melakukan koordinasi di areanya masing-masing.
3) Assembly Area
Assembly Area adalah lokasi tempat berkumpul sementara bagi orang-orang untuk evakuasi lebih lanjut.
(31)
commit to user Gambar 2. Assembly Area
4) Gedung Aman Sementara (GAS)
Gedung aman sementara adalah ruangan yang dirancang sedemikian rupa, sehingga tidak memungkinkan adanya pertukaran udara dari ruang tersebut dengan udara luar.
Lokasi GAS adalah lokasi gedung-gedung aman yang dipilih yang didalamnya dilengkapi pelayanan medis.
Untuk kejadian tanggap darurat I : Gedung Kantor Pusat dan GOR
(Gedung Olahraga) atau tergantung situasi.
Untuk kejadian tanggap darurat II : Gedung Kantor Hijau, Gedung
Kantor Pelabuhan & Distribusi dan Gedung Jasa Pelayanan Pabrik (JPP).
(32)
commit to user
Gambar 3. Gedung Aman Sementara di Gedung Jasa Pelayanan Pabrik 5) Green Field
Green Field adalah tempat-tempat sementara dimana dipasang bendera hijau berfungsi untuk menenpatkan korban sebelum di tolong petugas Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) yang selanjutnya dengan ambulance dibawa ke GAS atau Rumah Sakit.
6) Tempat Pelayanan Medis
Tempat pelayanan medis adalah tempat pelayanan keselamatan lebih lanjut terhadap korban yang lokasinya untuk Tanggap Darurat I di Poliklinik PC VI serta bantuan lokasi Rumah Sakit luar PKT dan untuk Tanggap Darurat II di Rumah Sakit PKT.
(33)
commit to user
Gambar 5. Tempat Pelayanan Medis di Poliklinik PC VI b. Peta Evakuasi
Peta evakuasi di PT. Pupuk Kalimantan Timur berfungsi untuk mengetahui daerah-daerah yang berbahaya dan untuk menunjukkan arah yang harus dilalui apabila terjadi keadaan darurat. Peta ini dibuat oleh bagian Pemadam Kebakaran (PMK) dan Pembinaan & Perijinan K3 (Binaper) yang kemudian ditempatkan diseluruh unit kerja serta disosialisasikan kepada seluruh tenaga kerja.
Jalur Evakuasi :
1) Evakuasi dari sumber kecelakaan ke tempat aman dilakukan dengan
petunjuk petugas tim pemandu arah dan bila petugas tidak ada maka seluruh karyawan segera bergerak ke arah yang aman dengan memperhatikan arah angin yang dapat dilihat dari kantong angin (wind direction) yang terpasang di beberapa tempat di dalam dan disekitar pabrik.
(34)
commit to user
2) Alternatif jalur evakuasi melalui darat ke tempat aman sementara
adalah :
a) Melalui pintu B1 dan B2 menuju ke tempat aman sementara di
area Klinik Pabrik, selanjutnya menuju ke GOR PC VI.
b) Melalui pintu A ke tempat aman sementara di Kantor JPP,
selanjutnya menuju ke GOR PC VI.
c) Melalui pintu C ke tempat aman sementara di Kantor Komersil,
selanjutnya menuju ke GOR PC VI.
3) Jalur evakuasi melalui laut dengan menggunakan speed boat dan jika memungkinkan menggunakan kapal-kapal yang sedang bersandar menuju ke Tanjung Limau atau ke tempat lain yang aman.
(35)
commit to user
c. Sarana Pemadam Kebakaran
1) Fire Detector
Fire detector terdiri dari smoke detector dan heat detector. Prinsip kerjanya adalah apabila timbul asap (smoke detector) atau panas (heat detector) maka lempengan atau batangan akan pecah, selanjutnya panas akan menuju ke panel dan membunyikan alarm. Fire detector terletak di seluruh ruangan di PT. Pupuk Kalimantan Timur untuk mendeteksi bahaya kebakaran dan dilakukan perawatan secara rutin oleh petugas dari PMK, Pemeliharaan listrik dan Unit kerja yang ditempati.
Gambar 7. Smoke Detector
2) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
APAR yang digunakan di PT. Pupuk Kalimantan Timur adalah jenis Dry chemical (DC) untuk jenis padat, CO2 untuk jenis gas, dan FM-200 untuk jenis gas. APAR ini disediakan di setiap ruangan, diletakkan di tempat-tempat yang memiliki potensi bahaya kebakaran yang besar dan dilihat dari klasifikasi kebakaran untuk kelas A, B, C
(36)
commit to user
atau D. Pemasangan APAR di PT. Pupuk Kalimantan Timur yaitu tinggi APAR dari lantai kurang lebih 125 cm dan jarak pemasangan antara APAR yang satu dengan yang lain tidak kurang dari 15 meter. Pemeriksaan APAR dilakukan setiap tiga bulan sekali oleh Bagian Maintenance PMK, pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan catridge, tabung, tekanan dan powder. Pada setiap jenis APAR terdapat tulisan jenis APAR dan juga tanggal pemeriksaan atau pengecekan yang terlampir dalam bentuk tag.
3) Pompa Pemadam
Pompa pemadam yang terpasang tetap di PT. Pupuk Kalimantan Timur yaitu :
Tabel 1. Pompa Tetap Fire Hydrant
No Pompa Tetap Fire Hydrant Kapasitas Lokasi
1. P.2204 J/JA / Electric Jocky Pump 60 m3/ jam dl T.2204 F
2. P.2204 JB Pompa Jocky 80 m3/ jam dl T.2204 F
3. P.8403 & P.8404 Diesel 570 m3/ jam dl T.2204 F
4. P.4080 Electric / Utility Kaltim 1 500 m3/ jam Pompa laut K1
5. P.4080 Diesel / Utility Kaltim 1 500 m3/ jam Pompa laut K1
(37)
commit to user Sedangkan untuk pompa portable, yaitu : Tabel 2. Pompa Portable
No. Pompa Portable Kapasitas
1. Darlay Pompa Apung 530 Ltr/ Mnt
2. Darlay Pompa Apung 530 Ltr/ Mnt
3. Hale Pompa Apung 530 Ltr/ Mnt
Sumber : PT. Pupuk Kalimantan Timur, 2012
4) Kendaraan Emergency
Bagian PMK memiliki Kendaraan Emergency, yaitu :
a. 7 Unit Mobil Pemadam Kebakaran (Fire Truck)
Gambar 8. Mobil Pemadam Kebakaran PT. Pupuk Kalimantan Timur
b. 2 Unit Ambulance
(38)
commit to user
c. 2 Unit Tangki dengan Kapasitas Air 2000 m2
Gambar 10. Tangki Pemadam Kebakaran PT. Pupuk Kalimantan Timur
d. 2 Unit Mobil Komando
Gambar 11. Mobil Komando PT. Pupuk Kalimantan Timur
Pemeriksaan terhadap kendaraan emergency ini dilakukan
3 kali dalam sehari, meliputi pemeriksaan kondisi mesin, pompa, level air dalam tangki, dan kondisi perlengkapan penanggulangan (baju tahan panas, nozzle, genset, foam, kunci, kampak, dan gunting).
5) Pintu dan Tangga Darurat
Pintu dan tangga darurat di PT. Pupuk Kalimantan Timur dirancang sedemikian rupa sehingga bebas dari segala rintangan dan
(39)
commit to user
juga dipasang papan petunjuk yang jelas, seperti papan bertuliskan exit atau keluar.
d. Regu Pemadam Kebakaran
1) Tim Pemadam Kebakaran
Tim pemadam kebakaran di PT. Pupuk Kalimantan Timur terdiri dari :
a) 1 orang Kepala Regu, yang bertugas membawa dan menetukan
letak cabang.
b) 2 orang Nozzle man, yang bertugas masing-masing membawa 1
rool selang satu setengah inchi dan 1 nozzle (Nozzle man satu dan nozzle man dua).
c) 1 orang Operator, yang bertugas mengemudikan fire truck dan
menempatkan fire truck yang dekat dengan sumber air serta
mengoperasikan pompa (ditentukan oleh Komando).
d) 1 orang Helper, yang bertugas membawa hose dua setengah inchi, menggelar dan menyambung ke cabang.
2) Tim Gugus Penanggulangan Kebakaran (Gupenkar)
Tim Gupenkar dipimpin oleh Kepala Bagian Pemadam Kebakaran (PMK). Kepala Bagian tersebut bertanggungjawab untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan Tim Gupenkar dalam usaha pemadaman kebakaran.
(40)
commit to user
Sedangkan tugas dan tanggungjawab dari Tim Gupenkar adalah sebagai berikut :
a) Melaksanakan piket jaga secara bergiliran dalam periode-periode tertentu untuk kesiap-siagaan menghadapi panggilan keadaan darurat.
b) Memberikan prioritas pertama untuk hadir pada setiap panggilan
keadaan darurat maupun panggilan untuk latihan.
c) Melaksanakan pemadaman kebakaran yang terjadi dilingkungan
Perusahaan PT. Pupuk Kalimantan Timur secara cepat dan tepat dibawah koordinasi Bagian Pemadam Kebakaran.
d) Bersikap dan bertindak disiplin sesuai dengan yang telah
ditetapkan dalam petugas petunjuk penanggulangan kebakaran.
3) Tim P3K
Tim P3K di PT. Pupuk Kalimantan Timur terdiri dari 1 orang Ketua Tim, 4 orang tim P3K dan 1 supir, yang bertugas menolong korban atas permintaan Ketua Tim untuk penanganan secara dini dan kemudian dibawa ke RS.
4) Tim Evakuasi
Tim evakuasi yang bertugas memberikan petunjuk, mengarahkan semua karyawan, dan mengangkut ke tempat yang lebih aman.
(41)
commit to user e. Pelatihan
1) Pelatihan Fire Fighting
Pelatihan Fire Fighting yang dilaksanakan di Fire Ground PT. Pupuk Kalimantan Timur merupakan pelatihan yang wajib diikuti oleh semua karyawan. Tujuan diadakannya pelatihan ini adalah :
a) Untuk meningkatkan keterampilan dalam penggunaan peralatan
emergency pemadam kebakaran.
b) Kesiapsiagaan untuk menghadapi keadaan darurat emergency
kebakaran ataupun kebocoran gas beracun.
2) Pelatihan SCBA (Self Contained Breathing Apparatus)
Pelatihan SCBA yang dilaksanakan di Fire Ground PT. Pupuk Kalimantan Timur setiap kegiatan penyegaran K3 ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dalam penggunaan Breathing Apparatus ketika menghadapi keadaan darurat yang berpotensi gas beracun. Pelatihan ini diikuti oleh seluruh karyawan PT. Pupuk Kalimantan Timur khususnya untuk karyawan yang bertugas di daerah proses. 3) Pelatihan Rescue
Pelatihan Rescue yang dilaksanakan di Fire Ground PT. Pupuk Kalimantan Timur ini diikuti oleh tim PMK dan tim Gupenkar.
Pelatihan Rescue merupakan pelatihan yang bertujuan untuk
(42)
commit to user
4) Pelatihan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
Pelatihan Rescue yang dilaksanakan di Fire Ground PT. Pupuk Kalimantan Timur ini diikuti oleh tim P3K, PMK dan tim Gupenkar. Tujuan diselenggarakannya program ini adalah untuk penanganan secara dini bagi korban kecelakaan. Pelatihan ini diselenggarakan di Fire Ground PT. Pupuk Kalimantan Timur.
5) Pelatihan Emergency Response
Pelatihan Emergency Response yang dilaksanakan di Fire
Ground PT. Pupuk Kalimantan Timur ini diikuti oleh tim PMK dan tim Gupenkar. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan seluruh karyawan apabila terjadi keadaan darurat emergency, dan mengetahui secara dini apa yang harus dilakukan.
f. Sistem Komunikasi Keadaan Darurat
1) Telepon Emergency
Untuk memperlancar hubungan komunikasi ketika terjadi keadaan darurat maka disetiap unit kerja di PT. Pupuk Kalimantan Timur telah di sediakan nomor telepon keadaan darurat. Adapun nomor tersebut antara lain :
a) Pemadam Kebakaran (PMK) : 3047
b) Unit Gawat Darurat RS. PKT : 118
(43)
commit to user 2) Handy Talky (HT) Emergency
Setiap tenaga kerja di PT. Pupuk Kalimantan Timur
mempunyai Handy Talky, yang difungsikan selain untuk alat
komunikasi dalam menangani pekerjaan lapangan, juga untuk alat komunikasi ketika terjadi suatu keadaan darurat.
3) Sirine Darurat
Sirine darurat yang dibunyikan di PT. Pupuk Kalimantan Timur meliputi sirine tanda pemberitahuan awal adanya kecelakaan industri, sirine pemberitahuan evakuasi kecelakaan industri tingkat I, sirine pemberitahuan evakuasi kecelakaan industri tingkat II, dan sirine tanda keadaan aman. Adanya pemeriksaan sirine darurat di PT. Pupuk Kalimantan Timur yang dilakukan setiap 1 tahun sekali. Sedangkan untuk pengujian alat secara menyeluruh dilakukan setiap 6 bulan sekali.
4) Pagging System
Pagging System di PT. Pupuk Kalimantan Timur selain berfungsi sebagai pengeras suara, juga untuk menginformasikan ketika terjadi keadaan darurat ke seluruh unit kerja. Hal ini dimaksudkan agar mempermudah pemberitahuan status keadaan darurat, jalannya proses evakuasi, dan pemberitahuan status aman.
(44)
commit to user 5) Poster dan Tanda Peringatan
Poster dan tanda peringatan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dibuat oleh bagian Pembinaan & Perijinan K3 (Binaper) telah dipasang di seluruh area PT. Pupuk Kalimantan Timur. Poster dan tanda peringatan ini dibuat sedemikian rupa agar menarik perhatian seluruh tenaga kerja dan sebagai sarana pemberitahuan, pengarahan serta larangan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
Gambar 12. Poster Petunjuk Pemakaian Breathing Apparatus (BA) g. Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri berfungsi untuk melindungi diri dari bahaya-bahaya kerja dan lingkungan kerja. Setiap tenaga kerja di PT Pupuk Kalimantan Timur diberikan Alat Pelindung Diri secara cuma-cuma dalam melaksanakan pekerjaannya, diantaranya seperti pakaian kerja, sepatu kerja, alat pelindung mata, alat pelindung muka, alat pelindung pernafasan, alat pelindung telinga, dan topi pelindung (safety helmet). Untuk alat pelindung diri yang digunakan oleh PMK ketika melakukan
(45)
commit to user
penanggulangan keadaan darurat, yaitu berupa chemical suit, breathing apparatus, masker (catridge dan gas mask untuk debu), sepatu karet, helm, kaca mata, dan sarung tangan (asbes, katun dan kulit).
h. Kotak P3K
Kotak obat P3K disediakan di setiap unit kerja di PT. Pupuk Kalimantan Timur. Penempatannya diletakkan di tempat yang strategis agar tenaga kerja yang membutuhkan sewaktu-waktu dapat langsung mengambil. Pemeriksaan kotak obat ini dilakukan secara berkala oleh Bagian Hyperkes. Obat-obatan dan peralatan yang tersedia di kotak obat P3K antara lain: obat tetes mata, obat sakit kepala, obat-obat ringan, alkohol, kapas, tensoplas, plester, kasa steril, betadine, salep luka bakar, perban gulung, form bukti pemakaian, dan form permintaan pengisian.
Gambar 13. Kotak P3K di PT. Pupuk Kalimantan Timur i. Wind Direction (Penunjuk Arah Angin)
Petunjuk arah angin di PT. Pupuk Kalimantan Timur digunakan untuk mengetahui arah angin ketika terjadi keadaan darurat, agar tenaga
(46)
commit to user
kerja dapat menyelamatkan diri dengan berlari berlawanan arah angin. Petunjuk arah angin ini dipasang diatas bangunan yang menyerupai kantong dengan warna yang dibuat mencolok, yaitu warna orange.
Gambar 14. Wind Direction di PT. Pupuk Kalimantan Timur j. Safety Shower dan Eye Wash Fountain
Safety Shower dan Eye Wash Fountain di PT. Pupuk Kalimantan Timur digunakan sebagai sarana pertolongan pertama bagi tenaga kerja untuk mencuci dan membersihkan mata atau anggota badan lainnya ketika terkena cairan atau bahan kimia berbahaya. Untuk pemeriksaan safety shower dan eye wash fountain dilakukan setiap satu bulan sekali yang
meliputi pemeriksaan : Nomor shower, Ball valve, Shower head, Handle
valve, Nozzle eye wash, Mangkok eye wash, Valve eye wash, Handle valve eye wash, Chain pedal, Foot pedal, Kualitas air, dan Tekanan air.
6. Prosedur Kesiagaan Keadaan Darurat a. Tujuan
Prosedur ini mengatur tata cara menanggulangi kecelakaan industri dan pengendalian dampak lingkungan sehingga dapat meminimalkan dampak
(47)
commit to user
negatif yang diakibatkan apabila terjadi kecelakaan industri di PT. Pupuk Kalimantan Timur Bontang.
b. Ruang Lingkup
Prosedur ini meliputi perencanaan, penanggulangan, evakuasi dan tindakan medis, serta pengendalian dampak lingkungan di PT. Pupuk Kalimantan Timur Bontang.
c. Ketentuan Umum
1) Pemberitahuan awal adanya kecelakaan industri ditandai dengan
dibunyikannya sirine :
Dibunyikan sirene bunyi panjang atau datar terus menerus selama 1 menit (60 detik).
2) Pemberitahuan Evakuasi Kecelakaan Industri Tingkat 2 (dua) Dibunyikan sirine dengan pola :
Bunyi naik atau menguat hingga kondisi maksimum, kemudian turun atau melemah hingga batas minimum, lalu berhenti selama 12 detik, dan di ulang ulang selama 3 menit.
3) Pemberitahuan Evakuasi Kecelakaan Industri Tingkat 1 (satu) Dibunyikan sirine dengan pola :
Bunyi naik atau menguat hingga kondisi maksimum kemudian turun atau melemah namun belum sampai batas minimum sudah naik atau menguat lagi demikian diulang ulang mengikuti pola diatas selama 3 menit (180 detik).
(48)
commit to user
4) Sirine Keadaan Aman
Dibunyikan sirene bunyi panjang atau datar terus menerus selama 2 menit (120 detik).
5) Setiap kejadian yang dapat menimbulkan cedera, korban, kerusakan
alat, maupun pencemaran lingkungan maka harus dilakukan penanggulangan dan pengendalian terpadu.
6) Kejadian yang termasuk kriteria kecelakaan industri diputuskan oleh Kepala Kompartemen Operasi setelah mengadakan evaluasi dengan Kepala Departemen tempat kejadian, Kepala Departemen KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP dan Kepala Departemen Kamtib.
7) Setiap Ketua Tim kecelakaan industri (Tim Perbaikan & Pemeliharaan Tim Penanggulangan Kejadian, Tim Evakuasi, Tim Pengamanan, Tim Transport & Akomodasi, Tim Medis, Tim Humas, Tim Lingkungan Hidup) harus menyiapkan anggotanya setiap saat diperlukan.
8) Seluruh petugas yang terkait dengan penanggulangan dan
pengendalian dampak lingkungan pada kecelakaan industri harus diberikan pelatihan sesuai dengan kompetensi.
9) Prosedur Penanggulangan Kecelakaan Industri dan Pengendalian
Dampak Lingkungan harus diuji dan ditinjau ulang secara berkala oleh petugas yang berkompeten.
(49)
commit to user
10) Peralatan yang digunakan termasuk alat pemantauan untuk
penanggulangan dan pengendalian dampak lingkungan harus dipastikan layak operasi dan siap digunakan setiap saat.
11) Apabila dalam kondisi Kepala Kompartemen Operasi selaku
Komandan Tanggap Darurat tidak berada di Bontang maka Komandan Tanggap Darurat dijabat oleh Wakil Komandan I atau Wakil Komandan II.
12) Apabila dalam kondisi Kepala Kompartemen Operasi tidak berada di
Bontang maka Komandan Tanggap Darurat dijabat oleh Pelaksana Tugas Kepala Kompartemen Operasi.
13) Apabila dalam kondisi Kepala Kompartemen Pemeliharaan tidak ada
di Bontang maka Wakil Komandan I Tanggap Darurat dijabat oleh Pelaksana Tugas Kepala Kompartemen Pemeliharaan.
14) Struktur Organisasi Tanggap Darurat dibentuk dengan SK Direksi
terdiri dari : Komandan, Wakil Komandan, Staf, dan Tim terkait (Tim perbaikan dan Pemeliharaan, Tim Penanggulangan Kejadian, Tim Evakuasi, Tim Pengamanan, Tim Transportasi dan Akomodasi, Tim Medis, Tim Humas, Tim Lingkungan Hidup, JVC dan Eksternal) dan regu-regu di bawah tim.
d. Tanggung Jawab dan Prosedur
1) Laporan Awal Terjadinya Kecelakaan Industri
(50)
commit to user
(1) Melaporkan kepada Kepala Kompartemen Operasi terjadinya potensi bahaya yang dapat mengarah ke kecelakaan industri. (2) Pelaporan atau informasi adanya kecelakaan industri seperti
pada lampiran diagram pelaporan. 2) Penetapan Awal Kategori Kecelakaan Industri
a) Kepala Kompartemen Operasi (Komandan Tanggap Darurat)
(1) Selaku komandan tanggap darurat menetapkan kategori jenis dan tingkat kecelakaan industri.
3) Instruksi Kepada Kedua Tim Tanggap Pihak Tanggap Darurat dan
Pihak Terkait
a) Kepala Kompartemen Operasi (Komandan Tanggap Darurat)
(1) Mengeluarkan Instruksi kepada para Ketua Tim Tanggap Darurat (Tim Perbaikan dan Pemeliharaan, Tim Penanggulangan Kejadian, Tim Evakuasi, Tim Pengamanan, Tim Transportasi dan Akomodasi, Tim Medis, Tim Humas, Tim Lingkungan Hidup, JVC dan Eksternal) sesuai dengan SK No. 19/DIR/VIII.96 untuk mengambil tindakan dalam menanggulangi dan mengendalikan kecelakaan industri sesuai dengan bidang masing-masing.
4) Penanggulangan Kecelakaan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(51)
commit to user
(1) Melaksanakan tindakan penanggulangan kecelakaan, keselamatan dan kesehatan kerja bagi semua orang yang ada di area kecelakaan dan atau area pabrik.
5) Tindakan Tim Evakuasi dan Tim Medis
a) Ketua Tim Evakuasi dan Ketua Tim Medis
(1) Melaksanakan tindakan penanggulangan evakuasi dan tindakan medis sesuai dengan prosedur yang berlaku.
6) Evakuasi korban cidera atau meninggal ke Green Field
a) Tim Ketua Evakuasi dan Ketua Tim Medis
(1) Melaksanakan tim evakuasi korban cidera atau meninggal ke Green Field.
(2) Melaksanakan evakuasi korban ke Assembly Point. 7) Pendataan personil yang hadir di area kecelakaan
a) Ketua Tim Evakuasi dan Ketua Tim Medis
(1) Melaksanaan pendataan seluruh personil atau orang yang ada di Green Field.
(2) Melaksanakan pendataan seluruh personil atau orang yang ada di Assembly Point.
8) Evakuasi korban cidera atau meninggal dan korban selamat
(52)
commit to user
(1) Melaksanakan evakuasi korban cidera atau meninggal dari Green Field oleh Tim Medis ke Gedung Aman Sementara (GAS).
(2) Melaksanakan evakuasi korban selamat dari Assembly Point ke Kantor Pusat atau GOR.
9) Evakusi korban yang cidera ke Gedung Aman Sementara (GAS)
a) Ketua Tim Evakuasi dan Tim Medis
(1) Melaksanakan evakuasi korban yang cidera atau meninggal dari Green Field ke Gedung Aman Sementara.
(2) Melaksanakan tindakan pertolongan pertama kepada korban yang cidera.
10) Evakuasi korban sakit atau cidera
a) Ketua Tim Evakuasi dan Tim Medis
(1) Melaksanakan evakuasi korban sakit atau cidera ke Rumah Sakit PT. Pupuk Kalimantan Timur.
(2) Membuat laporan data korban selamat yang dievakuasi ke Rumah Sakit.
11) Penanggulangan Kecelakaan Industri
a) Wakil Kepala Departemen-I K3LH
(1) Memimpin operasi penanggulangan awal kejadian.
(2) Mengendalikan, memperbaiki dan menghentikan sumber kejadian.
(53)
commit to user
(3) Mengkoordinir Regu PMK dan Gupenkar.
12) Tindakan Tim Penanggulangan Menghilangkan Sumber Bahaya
a) Wakil Kepala Departemen-I K3LH
(1) Memimpin tim melaksanakan tindakan penanggulangan menghilangkan sumber bahaya di lokasi kecelakaan industri. 13) Laporan kondisi terakhir di tempat kejadian kepada Komandan.
a) Wakil Kepala Departemen-I K3LH
(1) Melaporkan hasil penanggulangan kejadian kepada Komandan Tanggap Darurat.
(2) Meminta bantuan sumber daya yang diperlukan seperti armada, logistik, peralatan, Gugus Pengendali Kebakaran.
14) Memantau Hasil Penanggulangan Kejadian
a) Wakil Kepala Departemen-I K3LH
(1) Memantau hasil penanggulangan awal kejadian kepada Komandan Tanggap Darurat.
15) Tindakan Penanggulangan lanjutan
a) Wakil Kepala Departemen-I K3LH
(1) Menindaklanjuti penanggulangan sesuai dengan perkembangan kejadian.
16) Memantau hasil penanggulangan lanjutan kejadian
a) Wakil Kepala Departemen-I K3LH
(54)
commit to user 17) Pelaporan Pasca Kejadian
a) Komandan Penanggulangan Kejadian
(1) Memimpin rapat dan merangkum laporan dari masing-masing Ketua Tim Tanggap Darurat.
(2) Menyusun usulan untuk dilakukan investigasi sesuai prosedur yang berlaku dan pemulihan (recovery) pasca kejadian.
(3) Melaporkan hasil penanggulangan lanjutan kejadian kepada Direksi, Kepala Kompartemen Operasi.
18) Investigasi Kecelakaan Industri a) Ketua Tim Investigasi
(1) Melaksanakan investigasi sesuai dengan prosedur No. PK-KKK-04.
(2) Menyusun laporan dan rekomendasi dari hasil investigasi pasca kejadian kecelakaan industri.
(3) Melaporkan usulan untuk dilakukan investigasi sesuai prosedur yang berlaku dan pemulihan (recovery) pasca kejadian kepada Direksi dan Kepala Kompartemen Operasi dan Kepala Komparrtemen terkait.
19) Pemulihan dan Rehabilitasi
a) Kepala Kompartemen Operasi
(1) Mengajukan permohonan kepada Direksi untuk dilakukan pemulihan dan rehabilitasi.
(55)
commit to user
(2) Apabila pemulihan atau recovery kategori small project maka dilaksanakan sesuai dengan prosedur modifikasi peralatan pabrik.
(3) Apabila pemulihan atau recovery kategori large project maka dilaksanakan sesuai dengan prosedur pelaksanaan large project yang berlaku.
b) Kepala Kompartemen Pengendalian dan Pengawasan Pabrik
(1) Melaksanakan rehabilitasi terhadap korban atau personel yang terkena dampak kecelakaan dengan merujuk kepada rumah sakit sesuai dengan prosedur yang berlaku.
(2) Memantau proses rehabilitasi karyawan yang melaksanakan investigasi sesuai dengan prosedur No. PK-KKK-04, sampai dengan pulih kembali normal dan dapat melaksanakan pekerjaannya.
(3) Untuk pelaksanaan penyusunan laporan dan rekomendasi dari hasil investigasi pasca kejadian kecelakaan industri, sesuai dengan prosedur SMT-KKK-23.
(4) Melaksanakan rehabilitasi terhadap masyarakat atau pihak lain apabila kecelakaan industri berdampak diluar perusahaan, sesuai dengan prosedur yang berlaku.
20) Evaluasi Pemulihan dan Rehabilitasi
(56)
commit to user
(1) Melaksanakan evaluasi kinerja operasi dari hasil pemulihan dan rehabilitasi terhadap korban atau personel yang terkena dampak kecelakaan dengan merujuk kepada rumah sakit sesuai dengan prosedur yang berlaku, dan atau terhadap masyarakat atau pihak lain apabila kecelakaan industri berdampak diluar perusahaan, sesuai dengan prosedur yang berlaku.
(2) Menetapkan tindak lanjut hasil evaluasi jika diperlukan termasuk tindakan pencegahan.
b) Kepala Kompartemen Pengendalian dan Pengawasan Pabrik
(1) Melaksanakan evaluasi kinerja K3 & LH dari hasil pemulihan dan rehabilitasi terhadap korban atau personel yang terkena dampak kecelakaan dengan merujuk kepada rumah sakit sesuai dengan prosedur yang berlaku, dan atau terhadap masyarakat atau pihak lain apabila kecelakaan industri berdampak diluar perusahaan, sesuai dengan prosedur yang berlaku.
(2) Menetapkan tindak lanjut hasil evaluasi jika diperlukan termasuk tindakan pencegahan.
21) Tinjauan efektivitas
a) Kepala Kompartemen Operasi
(1) Meninjau efektivitas proses tindakan penanggulangan kecelakaan industri dan pengendalian dampak lingkungan.
(57)
commit to user
a) Kepala Departemen Keselamatan Kesehatan Kerja dan
Lingkungan Hidup
(1) Melaksanakan pengendalian terhadap potensi aspek lingkungan.
23) Pemantauan Tindakan Ketua Tim Tanggap Darurat Bidang
Lingkungan Hidup
a) Kepala Kompartemen Operasi atau Komandan Tanggap Darurat
(1) Memantau tindakan yang dilaksanakan Ketua Tim Tanggap Darurat terhadap kejadian kecelakaan.
24) Verifikasi Laporan Pemantauan
a) Kepala Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Lingkungan Hidup
(1) Melaksanakan verifikasi atas laporan dari tim lingkungan hidup.
(2) Jika dalam hasil verifikasi hasil dampak lingkungan masih dalam Nilai Ambang Batas yang wajar, prosedur selesai.
(3) Jika dalam hasil verifikasi hasil dampak lingkungan melebihi Nilai Ambang Batas yang wajar, pengendaliannya dilanjutkan dengan pendataan personil yang hadir di area kecelakaan. 25) Informasi kepada Kadep terkait Sumber Pencemar
a) Kepala Departemen Keselamatan Kesehatan Kerja dan
(58)
commit to user
(1) Memberikan informasi atas hasil verifikasi dampak lingkungan yang masih melebihi nilai ambang batas yang wajar.
26) Tindakan Koreksi dan Pencegahan
a) Kepala Departemen Terkait sumber pencemar
(1) Melaksanakan tindakan koreksi dan pencegahan atas dampak lingkungan yang terjadi dari kecelakaan industri tersebut.
27) Pemantauan Lingkungan
a) Kepala Departemen Keselamatan Kesehatan Kerja dan
Lingkungan Hidup
(1) Melaksanakan pemantauan lingkungan kembali. 28) Verifikasi Laporan Pemantauan
a) Kepala Departemen Keselamatan Kesehatan Kerja dan
Lingkungan Hidup
(1) Melakukan verifikasi atas laporan pemantauan dampak lingkungan.
(2) Jika hasil verifikasi masih tidak sesuai dengan toleransi nilai ambang batas maka akan diserahkan kembali kepada Kadep terkait sumber pencemar.
(3) Jika hasil verifikasi sudah sesuai, akan dilanjutkan ke penanggulangan kecelakaan industri.
(59)
commit to user 29) Tinjauan Efektifitas
a) Kepala Departemen Keselamatan Kesehatan Kerja dan
Lingkungan Hidup dan Tim Lingkungan Hidup
(1) Melaksanakan rapat tinjauan efektifitas dari prosedur pengendalian dampak lingkungan atas terjadinya kecelakaan kerja tersebut.
(2) Jika hasil tinjauan masih belum efektif maka akan diserahkan kembali kepada Kadep terkait sumber pencemar.
30) Perbaikan Berkelanjutan
a) Kepala Kompartemen Operasi
(1) Meninjau efektifitas proses tindakan penenggulangan kecelakaan industri dan pengendalian dampak lingkungan.
31) Evaluasi Pelaksanaan Tindakan dan Tindakan Medis
B. Pembahasan
1. Kesiagaan dan Tanggap Darurat
Dalam OHSAS 18001:2007 klausul 4.4.7. tentang tanggap darurat yaitu, Organisasi harus menetapkan, menjalankan, dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi potensi situasi darurat dan merespon situasi darurat tersebut. Dalam hal ini PT. Pupuk Kalimantan Timur telah menetapkan, menjalankan, dan memelihara prosedur untuk menanggulangi keadaan darurat dan mengendalikan segala potensi keadaan darurat. Prosedur ini meliputi
(60)
commit to user
perencanaan, penanggulangan, evakuasi dan tindakan medis, serta pengendalian dampak lingkungan.
Organisasi harus tanggap terhadap situasi darurat sebenarnya dan mencegah atau menekan konsekuensi K3 yang ditimbulkannya. Klausul ini mensyaratkan adanya sistem tanggap darurat untuk setiap kondisi yang dapat terjadi dalam perusahaan dengan sasaran untuk menekan atau mengurangi dampak dari sebuah bencana. Dalam hal ini PT. Pupuk Kalimantan Timur hanya mensyaratkan sistem tanggap darurat untuk semua kondisi kecelakaan industri, kecelakaan industri tersebut meliputi kebakaran dan paparan gas ammonia.
Dalam merancang sistem tanggap darurat, organisasi harus mempertimbangkan keperluan pihak berkepentingan lainnya misalnya layanan darurat atau masyarakat berdekatan. Persyaratan OHSAS 18001 ini juga mengkaitkan program tanggap darurat dengan aspek perlindungan terhadap masyarakat yang berdekatan dengan kegiatan industri. Dalam keadaan darurat, bencana dapat membawa dampak terhadap masyarakat baik langsung maupun tidak langsung. Bencana kebakaran, ledakan atau bocoran gas beracun dapat berimbas dan menjalar ke lingkungan sekitar. Sehingga masyarakat dapat menjadi korban dan bisa menimbulkan kepanikan. Dalam hal ini PT. Pupuk Kalimantan Timur telah mempertimbangkan keperluan pihak berkepentingan lainnya misalnya layanan darurat atau masyarakat berdekatan. Masyarakat sekitar yang paling dekat dengan PT. Pupuk
(61)
commit to user
Kalimantan Timur yaitu masyarakat Loktuan dan Guntung. Masyarakat sekitar ini telah diberikan sosialisasi tentang tanggap darurat.
Organisasi juga harus secara berkala menguji prosedurnya untuk tanggap terhadap situasi darurat, dan jika memungkinkan dengan melibatkan pihak terkait yang relevan. Klausul ini berkaitan dengan elemen sistem manajemen bencana yaitu pelatihan dan pembinaan. Tujuannya untuk memastikan bahwa semua unsur yang terkait dengan manajemen bencana dalam perusahaan sudah paham dan terampil dalam menanggulangi setiap kejadian bencana. Dalam hal ini PT. Pupuk Kalimantan Timur telah melakukan simulasi dan pengujian secara berkala setiap 1 tahun sekali. Pelaksanaannya pada kegiatan Bulan K3 Nasional. Pengujian ini meliputi keseluruhan dari sistem tanggap darurat, mulai dari pengujian sirine tanda bahaya, peralatan-peralatan yang digunakan, dan kesiapsiagaan serta koordinasi tim tanggap darurat. Seluruh tim tanggap darurat dan petugas yang terkait dengan penanggulangan dan pengendalian dampak lingkungan pada kecelakaan industri harus diberikan pelatihan sesuai dengan kompetensi.
Organisasi harus secara berkala melakukan kajian dan bilamana mungkin merevisi prosedur kesiapan dan tanggap darurat, khususnya setelah pengujian berkala dan setelah terjadinya keadaan darurat. Klausul ini berkaitan dengan tinjau ulang atau audit manajemen bencana yang wajib dilakukan secara berkala. Dalam hal ini PT. Pupuk Kalimantan Timur telah melakukan revisi atau evaluasi tentang pelaksanaan sistem tanggap darurat,
(62)
commit to user
serta meninjau efektifitas proses tindakan penanggulangan kecelakaan industri dan pengendalian dampak lingkungan.
2. Tim Tanggap Darurat
Dalam OHSAS 18001:2007 klausul 4.4.7. salah satu elemen penting dalam tanggap darurat adalah organisasi keadaan darurat. Organisasi tersebut harus mempunyai tugas dan tanggungjawab masing-masing. Dalam hal ini PT. Pupuk Kalimantan Timur telah mempunyai organisasi tim penanggulangan kecelakaan industri, yang masing-masing telah mempunyai tugas dan tanggungjawab masing-masing.
3. Sarana dan Prasarana Keadaan Darurat
Sesuai OHSAS 18001:2007 klausal 4.4.7. PT. Pupuk Kalimantan Timur telah menyediakan sarana dan prasarana untuk penanggulangan keadaan darurat yaitu :
a. Tempat keadaan darurat (Posko, Pos-pos lapangan, Assembly Area,
Gedung Aman Sementara, dan Green Field). b. Peta evakuasi.
c. Sarana pemadam kebakaran (Fire detector, APAR, pompa pemadam,
kendaraan emergency). d. Pintu dan tangga darurat.
e. Tempat pelayanan medis (Klinik pabrik, RS. PKT, dan Poliklinik PC VI).
f. Sistem komunikasi keadaan darurat (telepon emergency, HT, sirine
(63)
commit to user g. Alat pelindung diri.
h. Kotak P3K. i. Wind direction.
j. Safety Shower dan Eye wash fountain.
Khusus untuk sistem komunikasi melalui HT, masih terdapat banyak kendala yang terjadi pada saat pelaksanaan keadaan darurat di PT. Pupuk Kalimantan Timur, karena untuk akses komunikasi khususnya perangkat HT hubungan jaringan hanya terdapat dua arah sehingga ini akan menghambat komunikasi apabila terjadinya keadaan darurat. Sedangkan ketika terjadi keadaan darurat semua karyawan berkomunikasi dengan HT, dan menyebabkan masuknya informasi menjadi terhambat karena ketika terjadi kepanikan, semua karyawan berbicara dan menyebabkan suara hilang atau informasi tidak tersampaikan.
4. Prosedur Pelaksanaan Kesiagaan dan Tanggap Darurat
Dalam OHSAS 18001:2007 klausul 4.4.7 salah satu elemen pokoknya yaitu prosedur keadaan darurat yang mencakup struktur organisasi, tugas, dan tanggung jawab tim, logistik, sarana yang diperlukan, jalur komando dan komunikasi, pengamanan dan pengelolaan masyarakat sekitarnya. Dalam hal ini PT. Pupuk Kalimantan Timur telah melaksanakan prosedur kesiagaan dan tanggap darurat yang mencakup keseluruhan dari elemen tersebut.
(64)
commit to user BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai keadaan darurat di PT. Pupuk
Kalimantan Timur disimpulkan sebagai berikut :
a. PT. Pupuk Kalimantan Timur mempunyai potensi bahaya berupa
kebakaran dan paparan gas ammonia.
b. PT. Pupuk Kalimantan Timur telah menetapkan, menjalankan, dan
memelihara prosedur untuk menanggulangi keadaan darurat dan mengendalikan segala potensi keadaan darurat. Prosedur ini meliputi perencanaan, penanggulangan, evakuasi dan tindakan medis, serta pengendalian dampak lingkungan. Hal ini telah sesuai dengan OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.4.7 tentang tanggap darurat.
c. PT. Pupuk Kalimantan Timur hanya mensyaratkan sistem tanggap darurat
untuk semua kondisi kecelakaan industri, kecelakaan industri tersebut meliputi kebakaran dan paparan gas ammonia. Hal ini belum sesuai dengan OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.4.7 tentang tanggap darurat, bahwa adanya sistem tanggap darurat untuk setiap kondisi yang dapat terjadi dalam perusahaan.
(65)
commit to user
d. PT. Pupuk Kalimantan Timur telah mempertimbangkan keperluan pihak
berkepentingan lainnya misalnya layanan darurat atau masyarakat berdekatan. Masyarakat sekitar yang paling dekat dengan PT. Pupuk Kalimantan Timur yaitu masyarakat Loktuan dan Guntung. Masyarakat sekitar ini telah diberikan sosialisasi tentang tanggap darurat. Hal ini telah sesuai dengan OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.4.7 tentang tanggap darurat.
e. PT. Pupuk Kalimantan Timur telah melakukan simulasi dan pengujian
secara berkala setiap 1 tahun sekali. Pelaksanaannya pada kegiatan Bulan K3 Nasional. Hal ini telah sesuai dengan OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.4.7 tentang tanggap darurat.
f. PT. Pupuk Kalimantan Timur telah melakukan revisi atau evaluasi tentang pelaksanaan sistem tanggap darurat, serta meninjau efektifitas proses tindakan penanggulangan kecelakaan industri dan pengendalian dampak lingkungan. Hal ini telah sesuai dengan OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.4.7 tentang tanggap darurat.
g. PT. Pupuk Kalimantan Timur telah mempunyai organisasi tim
penanggulangan kecelakaan industri, yang masing-masing telah mempunyai tugas dan tanggungjawab masing-masing. Hal ini telah sesuai dengan OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.4.7 tentang tanggap darurat.
h. Sesuai OHSAS 18001:2007 klausal 4.4.7. PT. Pupuk Kalimantan Timur
(66)
commit to user
darurat. Namun, khusus untuk sistem komunikasi melalui HT, masih terdapat banyak kendala yang terjadi pada saat pelaksanaan keadaan darurat di PT. Pupuk Kalimantan Timur.
i. PT. Pupuk Kalimantan Timur telah melaksanakan prosedur kesiagaan dan
tanggap darurat yang mencakup keseluruhan dari elemen tersebut. Hal ini telah sesuai dengan OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.4.7 tentang tanggap darurat.
B. Saran
1. Perlu diadakannya revisi dari prosedur tanggap darurat di PT. Pupuk
Kalimantan Timur mengenai sistem tanggap darurat untuk setiap kondisi keadaan darurat. Dalam hal ini PT. Pupuk Kalimantan Timur hanya mempunyai prosedur tanggap darurat yang meliputi semua kondisi dari kecelakaan industri. Sebaiknya PT. Pupuk Kalimantan Timur mempunyai prosedur tanggap darurat untuk setiap kondisi dari kecelakaan industri, sehingga ada masing-masing prosedur untuk menghadapi berbagai macam keadaan darurat.
2. Perlu diadakannya evaluasi oleh tim tanggap darurat yang berkaitan dengan kendala komunikasi, agar akses komunikasi khususnya perangkat handy talky tidak menghambat jalannya komunikasi ketika terjadi keadaan darurat.
(67)
commit to user DAFTAR PUSTAKA
R. M. S. Jusuf, 1999. Keadaan Tanggap Darurat. Jakarta : Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja Volume XXXII No. 4.
Soehatman Ramli, 2010. Pedoman Praktis Manajemen Bencana (Disaster Management). Jakarta : PT. Dian Rakyat.
Soehatman Ramli, 2009. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta : PT. Dian Rakyat.
Suardi Rudi, 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Penerbit PPM.
Suma’mur P. K, 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT Toko Gunung Agung.
Tarwaka, PGDip.Sc., M.Erg. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press.
Okleqs, 2008. Tanggap Darurat Kecelakaan Industri. http://www.google.com.
(1)
commit to user
serta meninjau efektifitas proses tindakan penanggulangan kecelakaan industri dan pengendalian dampak lingkungan.
2. Tim Tanggap Darurat
Dalam OHSAS 18001:2007 klausul 4.4.7. salah satu elemen penting dalam tanggap darurat adalah organisasi keadaan darurat. Organisasi tersebut harus mempunyai tugas dan tanggungjawab masing-masing. Dalam hal ini PT. Pupuk Kalimantan Timur telah mempunyai organisasi tim penanggulangan kecelakaan industri, yang masing-masing telah mempunyai tugas dan tanggungjawab masing-masing.
3. Sarana dan Prasarana Keadaan Darurat
Sesuai OHSAS 18001:2007 klausal 4.4.7. PT. Pupuk Kalimantan Timur telah menyediakan sarana dan prasarana untuk penanggulangan keadaan darurat yaitu :
a. Tempat keadaan darurat (Posko, Pos-pos lapangan, Assembly Area,
Gedung Aman Sementara, dan Green Field). b. Peta evakuasi.
c. Sarana pemadam kebakaran (Fire detector, APAR, pompa pemadam,
kendaraan emergency). d. Pintu dan tangga darurat.
e. Tempat pelayanan medis (Klinik pabrik, RS. PKT, dan Poliklinik PC VI).
f. Sistem komunikasi keadaan darurat (telepon emergency, HT, sirine
(2)
commit to user g. Alat pelindung diri.
h. Kotak P3K. i. Wind direction.
j. Safety Shower dan Eye wash fountain.
Khusus untuk sistem komunikasi melalui HT, masih terdapat banyak kendala yang terjadi pada saat pelaksanaan keadaan darurat di PT. Pupuk Kalimantan Timur, karena untuk akses komunikasi khususnya perangkat HT hubungan jaringan hanya terdapat dua arah sehingga ini akan menghambat komunikasi apabila terjadinya keadaan darurat. Sedangkan ketika terjadi keadaan darurat semua karyawan berkomunikasi dengan HT, dan menyebabkan masuknya informasi menjadi terhambat karena ketika terjadi kepanikan, semua karyawan berbicara dan menyebabkan suara hilang atau informasi tidak tersampaikan.
4. Prosedur Pelaksanaan Kesiagaan dan Tanggap Darurat
Dalam OHSAS 18001:2007 klausul 4.4.7 salah satu elemen pokoknya yaitu prosedur keadaan darurat yang mencakup struktur organisasi, tugas, dan tanggung jawab tim, logistik, sarana yang diperlukan, jalur komando dan komunikasi, pengamanan dan pengelolaan masyarakat sekitarnya. Dalam hal ini PT. Pupuk Kalimantan Timur telah melaksanakan prosedur kesiagaan dan tanggap darurat yang mencakup keseluruhan dari elemen tersebut.
(3)
commit to user
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai keadaan darurat di PT. Pupuk
Kalimantan Timur disimpulkan sebagai berikut :
a. PT. Pupuk Kalimantan Timur mempunyai potensi bahaya berupa
kebakaran dan paparan gas ammonia.
b. PT. Pupuk Kalimantan Timur telah menetapkan, menjalankan, dan
memelihara prosedur untuk menanggulangi keadaan darurat dan mengendalikan segala potensi keadaan darurat. Prosedur ini meliputi perencanaan, penanggulangan, evakuasi dan tindakan medis, serta pengendalian dampak lingkungan. Hal ini telah sesuai dengan OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.4.7 tentang tanggap darurat.
c. PT. Pupuk Kalimantan Timur hanya mensyaratkan sistem tanggap darurat
untuk semua kondisi kecelakaan industri, kecelakaan industri tersebut meliputi kebakaran dan paparan gas ammonia. Hal ini belum sesuai dengan OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.4.7 tentang tanggap darurat, bahwa adanya sistem tanggap darurat untuk setiap kondisi yang dapat terjadi dalam perusahaan.
(4)
commit to user
d. PT. Pupuk Kalimantan Timur telah mempertimbangkan keperluan pihak
berkepentingan lainnya misalnya layanan darurat atau masyarakat berdekatan. Masyarakat sekitar yang paling dekat dengan PT. Pupuk Kalimantan Timur yaitu masyarakat Loktuan dan Guntung. Masyarakat sekitar ini telah diberikan sosialisasi tentang tanggap darurat. Hal ini telah sesuai dengan OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.4.7 tentang tanggap darurat.
e. PT. Pupuk Kalimantan Timur telah melakukan simulasi dan pengujian
secara berkala setiap 1 tahun sekali. Pelaksanaannya pada kegiatan Bulan K3 Nasional. Hal ini telah sesuai dengan OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.4.7 tentang tanggap darurat.
f. PT. Pupuk Kalimantan Timur telah melakukan revisi atau evaluasi tentang pelaksanaan sistem tanggap darurat, serta meninjau efektifitas proses tindakan penanggulangan kecelakaan industri dan pengendalian dampak lingkungan. Hal ini telah sesuai dengan OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.4.7 tentang tanggap darurat.
g. PT. Pupuk Kalimantan Timur telah mempunyai organisasi tim
penanggulangan kecelakaan industri, yang masing-masing telah mempunyai tugas dan tanggungjawab masing-masing. Hal ini telah sesuai dengan OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.4.7 tentang tanggap darurat.
h. Sesuai OHSAS 18001:2007 klausal 4.4.7. PT. Pupuk Kalimantan Timur
(5)
commit to user
darurat. Namun, khusus untuk sistem komunikasi melalui HT, masih terdapat banyak kendala yang terjadi pada saat pelaksanaan keadaan darurat di PT. Pupuk Kalimantan Timur.
i. PT. Pupuk Kalimantan Timur telah melaksanakan prosedur kesiagaan dan
tanggap darurat yang mencakup keseluruhan dari elemen tersebut. Hal ini telah sesuai dengan OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.4.7 tentang tanggap darurat.
B. Saran
1. Perlu diadakannya revisi dari prosedur tanggap darurat di PT. Pupuk
Kalimantan Timur mengenai sistem tanggap darurat untuk setiap kondisi keadaan darurat. Dalam hal ini PT. Pupuk Kalimantan Timur hanya mempunyai prosedur tanggap darurat yang meliputi semua kondisi dari kecelakaan industri. Sebaiknya PT. Pupuk Kalimantan Timur mempunyai prosedur tanggap darurat untuk setiap kondisi dari kecelakaan industri, sehingga ada masing-masing prosedur untuk menghadapi berbagai macam keadaan darurat.
2. Perlu diadakannya evaluasi oleh tim tanggap darurat yang berkaitan dengan kendala komunikasi, agar akses komunikasi khususnya perangkat handy talky tidak menghambat jalannya komunikasi ketika terjadi keadaan darurat.
(6)
commit to user
DAFTAR PUSTAKA
R. M. S. Jusuf, 1999. Keadaan Tanggap Darurat. Jakarta : Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja Volume XXXII No. 4.
Soehatman Ramli, 2010. Pedoman Praktis Manajemen Bencana (Disaster Management). Jakarta : PT. Dian Rakyat.
Soehatman Ramli, 2009. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta : PT. Dian Rakyat.
Suardi Rudi, 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Penerbit PPM.
Suma’mur P. K, 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT Toko Gunung Agung.
Tarwaka, PGDip.Sc., M.Erg. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press.
Okleqs, 2008. Tanggap Darurat Kecelakaan Industri. http://www.google.com.