Analisis Pemanfaatan dan Nilai Ekonomi Air Buangan Pendingin Ruangan (Air Conditioner) di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
ANDRI LESMANA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2014
ANALISIS PEMANFAATAN DAN NILAI EKONOMI AIR BUANGAN
PENDINGIN RUANGAN (
AIR CONDITIONER
)
DI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN,
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(2)
(3)
(4)
(5)
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Pemanfaatan dan Nilai Ekonomi Air Buangan Pendingin Ruangan (Air Conditioner) di Fakultas Ekonomi dan Manajemen” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
Andri Lesmana NIM H44080048
(6)
(7)
ABSTRAK
ANDRI LESMANA. Analisis Pemanfaatan dan Nilai Ekonomi Air Buangan Pendingin Ruangan (Air Conditioner) di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dibimbing oleh TRIDOYO KUSUMASTANTO dan BENNY OSTA NABABAN.
Daur ulang air buangan AC merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk menghemat sumberdaya air karena air buangan tersebut dapat dipakai untuk penggunaan toilet, kebersihan, dan menyiram tanaman. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji alternatif pemanfaatan dan kolektivitas yang dapat dilakukan dalam pemanfaatan air buangan AC, mengestimasi besarnya nilai ekonomi dari air buangan AC yang, dan menganalisis kelayakan pemanfaatan air buangan AC di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini analisis deskriptif, Willingness To Pay (WTP), Analisis faktor yang mempengaruhi nilai WTP, dan Benefit Cost
Analysis (BCA). Berdasarkan hasil penelitian, air buangan AC masih dapat
digunakan kembali untuk penggunaan air rumah tangga setelah melalui Uji laboratorium PROLINK di IPB dan terdapat tiga alternatif kolektivitas air buangan yang dapat dilakukan yaitu (1) pembuatan penampungan air, (2) toren air, dan (3) ember. Nilai WTP sumberdaya air buangan AC yang dihasilkan dari wawancara dengan responden yaitu sebesar Rp 2,36 per liter, nilai ini termasuk kecil karena air buangan AC termasuk ke dalam air limbah. Berdasarkan analisis regresi linear berganda faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP yaitu tingkat pendapatan dan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan air bersih. Analisis kelayakan 3 alternatif kolektifitas air buangan AC adalah layak dilaksanakan pada alternatif 2 dan alternatif 3. Nilai NPV, Net B/C, dan IRR pada alternatif 2 sebesar Rp 1.858.711,545, 1,9392, dan 24%, sedangkan alternatif 3 sebesar Rp 2.473.354,944, 2,7758, dan 38,17%. Alternatif 1 tidak layak untuk dilaksanakan karena Nilai NPV < 0, Net B/C < 1, dan IRR < tingkat suku bunga.
Kata Kunci: Nilai Ekonomi, Pemanfaatan Air, Air Buangan AC, WTP, BCA, FEM, IPB
(8)
ABSTRACT
ANDRI LESMANA. Analysis of Utilization and Economic Value of Wastewater from Air Conditioner in Faculty of Economics and Management IPB. Supervised by TRIDOYO KUSUMASTANTO and BENNY OSTA NABABAN.
Reuse of wastewater from Air Conditioner (AC) is one alternative that can be used to conserve water resources by using reuse water for toilets, cleaning service, and watering plants. The purpose of this research are to examine the alternative of usage and collectivity that can be done in the utilization of AC wastewater, estimate the economic value of AC, identify factors that influence the magnitude of the economic value of AC wastewater, and analyze the feasibility of the utilization of AC wastewater in Faculty Economics and Management IPB. Methods used for this research were descriptive analysis, Willingness To Pay (WTP), factors analysis that influence WTP value, and Benefit Cost Analysis (BCA). The result showed that based on laboratory test in IPB PROLINK, AC wastewater can be reused for household water usage. WTP value based on the research from sample is Rp 2,36 per liter, this value is low because AC wastewater percepted as sewage. Based on multiple linear regression analysis that has been done, factors that influence WTP value is income level and cost to get the clean water. There are three alternative to collect wastewater from AC, that are (1) reservoir, (2) water torrent, and (3) buckets. Result of the analysis of the feasibility of AC wastewater usage is possible to implement for second and third alternative. Based on feasibility and the value of NPV< Net B/C, and IRR, alternative 2 and alternative 3 are feasible. NPV, Net B/C, and IRR for second alternative is Rp 1.858.711,545, 1,9392, and 24%, whereas for third alternative is Rp 2.473.354,944, 2,7758, and 38,17%. First alternative is not feasible to be implemented because value of NPV < 0, Net B/C < 1, and IRR < interest rate.
Keywords: Economic Value, Water Utilization, AC Wastewater, WTP, BCA,
(9)
ANDRI LESMANA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2014
ANALISIS PEMANFAATAN DAN NILAI EKONOMI AIR BUANGAN
PENDINGIN RUANGAN (
AIR CONDITIONER
)
DI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN,
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(10)
(11)
Judul Skripsi : Analisis Pemanfaatan dan Nilai Ekonomi Air Buangan Pendingin Ruangan (Air Conditioner) di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Nama : Andri Lesmana NRP : H44080048
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh,
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen
(12)
Nama NRP
dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Andri Lesmana
H44080048
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh,
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
tua Departemen ./
J
(13)
(14)
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Pemanfaatan dan Nilai Ekonomi Air Buangan Air Conditioner (AC) di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor”, skripsi ini mengkaji pemanfaatan dan nilai ekonomi air buangan AC sehingga dapat digunakan kembali. Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Ibu Titin Hartini dan Bapak Agus Hidayat (Alm) selaku orang tua dari penulis berserta seluruh keluarga besar Mohammad Toha atas segala doa, kasih sayang, bimbingan, dan masukan yang luar biasa kepada penulis. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS dan Bapak Benny Osta
Nababan, S.Pi, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberikan banyak ilmu serta wawasan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan Skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ir Bonar M. Sinaga, MA selaku dosen penguji utama dan Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji perwakilan dari Departemen ESL atas masukan dan bimbingannya.
3. Ibu Anna Mariana selaku Kepala Laboratorium PROLINK Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor atas bantuan dan bimbingannya selama skripsi ini.
4. Rekan satu bimbingan Pradipta, Yogi, Ade, Rizky, Tika, dan Ghieah serta teman-teman ESL 45, Nurul, Dwipanca, Fadhilla, Mafia, Erwan, Agung, Anneke, Evy, Vicky, Dika dan Fadhli atas kerjasama, semangat, dan doa yang diberikan.
5. Rekan alumni SMA Negeri 2 Bogor, Faldy, Martin, dan Reza atas semangat dan kerjasama yang diberikan.
Bogor, Januari 2014
(15)
(16)
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ………. 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Sumberdaya Air ... 5
2.2 Baku Mutu Air ... 7
2.3 Pengertian Air Conditioner ... 9
2.4 Kondensasi Air Conditioner ... 10
2.5 Nilai Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan ... 11
2.6 Contingent Valuation Method (CVM) ... 12
2.7 Analisis Regresi Linear Berganda ... 13
2.8 Kelayakan Investasi ... 14
2.8.1 Analisis Finansial dan Ekonomi ... 15
2.8.2 Kriteria Kelayakan Investasi ... 15
2.9 Penelitian Terdahulu ... 16
III KERANGKA PEMIKIRAN ... 19
IV METODOLOGI PENELITIAN ... 21
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21
4.2 Metode Penelitian ... 21
4.3 Jenis dan Sumber Data ... 21
(17)
4.5 Metode Analisis Data ... 22
4.5.1 Analisis Deskriptif ... 23
4.5.2 Willingness To Pay (WTP) ... 23
4.5.3 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP ... 24
4.5.4 Benefit Cost Analysis (BCA) ... 25
4.5 Batasan Penelitian ... 27
V ANALISIS PEMANFAATAN AIR BUANGAN PENDINGIN RUANGAN (AC) ... 29
5.1 Letak Geografis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB .. 29
5.2 Keadaan Pengguna Air di Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Majamenen IPB ... 29
5.3 Jumlah Air Conditioner ... 30
5.4 Karakteristik Sosial Ekonomi Responden ... 30
5.4.1 Tingkat Usia Responden ... 31
5.4.2 Jenis Kelamin Responden ... 31
5.4.3 Tingkat Pendapatan Responden ... 32
5.5 Pendapat Responden Mengenai Kualitas dan Kuantitas Air di Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB ... 33
5.6 Analisis Pemanfaatan ... 34
VI ANALISIS EKONOMI AIR BUANGAN PENDINGIN RUANGAN (AC) ... 39
6.1 Analisis Willingness To Pay (WTP) Responden dengan Pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) ... 39
6.2 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP ... 41
6.3 Analisis Ekonomi Air Buangan AC di Fakultas Ekonomi Manajemen IPB ... 43
6.3.1 Aspek Pemanfaatan Air Buangan AC ... 43
6.3.2 Analisis Kelayakan Pemanfaatan Air Buangan AC di Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB 47
VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 53
(18)
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Jenis dan Sumberdata ... 22
2 Jumlah Pegawai dan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen ... 29
3 Jumlah Air Conditioner ... 30
4 Tingkat Usia Responden Pegawai ... 31
5 Tingkat Usia Responden Mahasiswa ... 31
6 Jenis Kelamin Responden Pegawai ... 32
7 Jenis Kelamin Responden Mahasiswa ... 32
8 Persentase Kategori Pendapatan Responden Pegawai ... 33
9 Persentase Kategori Pendapatan Responden Mahasiswa ... 33
10 Klasifikasi Pendapat Responden Mengenai Kualitas Air ... 34
11 Klasifikasi Pendapat Responden Mengenai Kuantitas Air .. 34
12 Hasil Uji Laboratorium ... 35
13 Jumlah Air Buangan Air Conditioner (AC) per Jam ... 35
14 Distribusi WTP Responden ... 40
15 Analisis Nilai WTP Responden ... 42
16 Bahan Baku Alternatif Pertama ... 44
17 Bahan Baku Alternatif Kedua ... 45
18 Bahan Baku Alternatif Ketiga ... 45
(19)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 Kerangka Pemikiran ... 20 2 Kurva Permintaan WTP ... 41
(20)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 Lokasi Penelitian ... 56
2 Kuesioner ... 57
3 Data penggunaan Air Conditioner (AC) ... 61
4 Jumlah air Buangan AC ... 62
5 T otal Kapasitas dan Pendapatan Nilai Air Buangan AC ... 63
6 Alternatif Pemanfaatan Air Buangan AC ... 65
7 Willingness To Pay reponden pegawai ... 66
8 Willingness To Pay reponden mahasiswa ... 67
9 Analisis regresi berganda ... 68
10 Grafik scatterplot ... 69
11 Nilai statistik Kolmogorov-Smirnov ... 70
12 Analsis kelayakan alternatif 1 ... 71
13 Analsis kelayakan alternatif 2 ... 72
(21)
(22)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Sumberdaya Alam dan Lingkungan (SDAL) dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kehidupannya. Pemanfaatan yang dilakukan oleh manusia ini dapat menyebabkan perubahan keberadaan SDAL. Pemanfaatan yang dilakukan oleh manusia secara berlebihan, akan menyebabkan kerusakan atau penurunan terhadap kualitas dan kuantitas SDAL tersebut. Apabila kerusakan ini tidak ditangani dengan cepat, maka dapat dipastikan bahwa kebutuhan manusia tidak sepenuhnya dapat terpenuhi.
Air merupakan unsur utama bagi makhluk hidup. Manusia mampu bertahan hidup tanpa makan dalam beberapa minggu, namun tanpa air ia akan mati dalam beberapa hari saja. Dalam bidang kehidupan ekonomi modern, air berfungsi penting untuk budidaya pertanian, industri pembangkit tenaga listrik, dan transportasi. Semua orang berharap bahwa seharusnya air diperlakukan sebagai elemen yang sangat bernilai, dimanfaatkan secara bijak, dan dijaga terhadap cemaran. Namun, kenyataannya air selalu dihamburkan, dicemari, dan disia-siakan (Sanim, 2011).
Menurut Sanim (2011), sebanyak 97% air yang ada di bumi adalah air laut, artinya air yang tidak dapat kita konsumsi sebelum terlebih dahulu dipisahkan kandungan garamnya. Sekitar 3% adalah air tawar yang terbagi menjadi 0,3% air di permukaaan tanah, 30,1% air di bawah tanah, dan 68,7% berupa glasier. Air di permukaan itulah yang selama ini dimanfaatkan/dikonsumsi manusia dan dari hanya 0,3% air permukaan, sebagian besar adalah air danau (87%), sekitar 11% adalah air payau, dan hanya 2% adalah air sungai.
Ketersediaan air yang sangat minim ini seharusnya membuat masyarakat lebih efisien dalam penggunaannya dan mencari alternatif air yang dapat digunakan seperti air buangan. Masyarakat seringkali membuang begitu saja air buangan sebagai contoh dari penyejuk ruangan / Air Conditioner (AC). AC merupakan suatu modifikasi pengembangan teknologi mesin pendingin yang dimanfaatkan untuk berbagai tujuan terutama yang bertempat tinggal di wilayah tropis. AC membantu memberikan udara yang sejuk dan menyediakan uap air
(23)
yang dibutuhkan bagi tubuh. Dalam prosesnya, AC menghasilkan air yang merupakan hasil kondensasi atau pengembunan udara dari lingkungan sekitar sehingga mengandung sedikit mineral dan memiliki suhu rendah (Mustahiqul, 2007 dalam Lestari, 2009).
Institut Pertanian Bogor adalah salah satu pengguna AC yang cukup banyak. Terdapat 35 departemen dan 9 fakultas yang sebagian besar ruangannya terdapat AC yaitu ruangan untuk dosen, laboratorium, sekretariat. Penggunaan AC untuk ruangan pada setiap departemen dan fakultas dapat menghasilkan air buangan yang cukup banyak dan air buangan tersebut menjadi tidak bermanfaat dengan dibuang ke saluran air. Jika dilihat dari proses terjadinya air buangan tersebut, maka air AC merupakan air murni yang hampir tidak tercemar oleh elemen-elemen yang mengendap dan berisi H2O murni (Mustahiqul, 2007 dalam
Lestari, 2009). Adanya pembatasan penggunaan air bersih di IPB menyebabkan terjadinya kelangkaan air bersih untuk penggunaan kebutuhan sehari – hari. Kelangkaan ini terjadi karena ketika penawaran / suplai air bersih dibatasi dan permintaan / demand terhadap air bersih tetap sehingga kurangnya kapasitas air bersih untuk digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Air buangan AC dapat menjadi alternatif untuk mengatasi permintaan akan air bersih saat penggunaan air bersih sedang dibatasi dan air buangan AC tersebut sebenarnya memiliki nilai jika kita manfaatkan kembali. Pemanfaatan air buangan AC skala kecil di setiap fakultas di IPB secara khusus Fakultas Ekonomi dan Manajeman seharusnya dapat diterapkan dalam skala yang lebih besar seperti dalam IPB bahkan dapat dalam skala kota.
Penggunaan AC dalam jumlah banyak dapat memerlukan biaya yang besar dalam bentuk pemakaian sumberdaya seperti penggunaan energi untuk listrik dan memberikan dampat lingkungan seperti panas yang dikeluarkan oleh AC dapat merusak lapisan ozon murni (Mustahiqul, 2007 dalam Lestari, 2009). Dengan demikian penggunaan AC dapat dihemat dan manfaat yang dihasilkan seharusnya dioptimalkan. Pemanfaatan air buangan AC salah satu langkah pengelolaan sumberdaya air secara efisien. Oleh karenanya penelitian dalam pemanfaatan air buangan AC sangat diperlukan sehingga dapat digunakan kembali (reuse) dan
(24)
memberikan nilai ekonomi dari pemanfaatannya dalam kerangka pengelolaan sumberdaya air secara lestari.
1.2 Perumusan Masalah
Air merupakan salah satu sumberdaya yang sangat penting untuk kebutuhan hidup. Pemanfaatan yang berlebihan menyebabkan ketersediaan air semakin menipis. Masyarakat harus memiliki alternatif mengenai permasalahan ini salah satunya melalui penggunaan kembali air buangan AC. Air ini bukan merupakan air kotor seperti air buangan toilet, air ini merupakan air murni yang hampir tidak memiliki elemen-elemen lain di dalam kandungannya atau hanya berupa zat H2O murni (Mustahiqul, 2007 dalam Lestari, 2009).
Ketersediaan air merupakan hal yang penting bagi makhluk hidup. Sampai saat ini air buangan AC belum dimanfaatkan untuk berbagai keperluan yang sesuai. Pemanfaatan air buangan AC di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu upaya yang dapat bermanfaat bagi berbagai kebutuhan. Melalui penggunaan AC yang cukup banyak di Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB menghasilkan ketersediaan air buangan yang cukup banyak dan memiliki nilai ekonomi yang besar jika digunakan kembali. Biaya penggunaan air yang dibayarkan IPB untuk penyediaan air bersih dapat dikurangi karena adanya pemanfaatan kembali air buangan AC pada setiap fakultas. Dengan adanya penerapan pada skala kecil ini seharusnya bisa menjadi acuan untuk diterapkan dalam skala besar dan akan menghasilkan penghematan dalam jumlah yang besar dalam penggunaan sumberdaya air.
Berdasarkan uraian di atas, beberapa permasalahan yang dibahas dalam penelitian adalah:
1. Bagaimana alternatif pemanfaatan dan kolektivitas yang dapat dilakukan dalam pemanfaatan air buangan AC ?
2. Berapa besarnya nilai ekonomi dari air buangan AC yang terdapat di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor ?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya nilai ekonomi dari air buangan AC ?
(25)
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Mengkaji alternatif pemanfaatan dan kolektivitas yang dapat dilakukan dalam pemanfaatan air buangan AC.
2. Mengestimasi besarnya nilai ekonomi dari air buangan AC yang terdapat di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
3. Mengidentifikasi faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya nilai ekonomi air buangan AC.
4. Menganalisis kelayakan pemanfaatan air buangan AC di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Wilayah penelitian adalah Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Sampel dalam penelitian adalah dosen dan staf yang menggunakan AC, mahasiswa sebagai pengguna sumberdaya air, dan Departemen Fasilitas dan Properti IPB. Penelitian difokuskan kepada alternatif pemanfaatan dan kolektivitas air buangan AC, besarnya nilai air yang terdapat pada air buangan AC, dan kelayakan investasi yang dapat dilakukan dalam pengelolaan dan pemanfaatan air buangan AC.
1.5 Manfaat penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu:
1. Bagi peneliti diharapkan dapat menerapkan ilmu-ilmu yang telah dipelajari selama kuliah, khususnya ilmu mengenai teori dan pengelolaan sumberdaya air
2. Bagi pengambil kebijakan, pengelola, dan pengguna sumberdaya air menjadi bahan masukan dalam pemanfaatan kembali air buangan yang masih bisa digunakan.
(26)
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Air
Menurut Suparmoko (2008), air yang terdapat di alam ini tidak semata-mata dalam bentuk cair, tetapi dapat dalam bentuk padat, serbuk, dan gas, seperti es, salju, dan uap yang terkumpul di atmosfir. Air yang ada di alam ini tidaklah statis tetapi selalu mengalami perputaran sehingga dalam jangka panjang air yang tersedia di alam selalu mengalami perpindahan. Penguapan terjadi pada air laut, danau, sungai, tanah, maupun tumbuh-tumbuhan karena panas matahari. Kemudian lewat suatu proses waktu, air dalam bentuk uap terkumpul di atmosfir dalam bentuk gumpala-gumpalan awan hingga mengalami perubahan bentuk menjadi butir-butir air dan butir-butir es. Kemudian butir-butir inilah yang jatuh ke bumi berupa hujan, es, dan salju.
Menurut Suparmoko (2008), air yang jatuh ke bumi akan mengalami beberapa kejadian antara lain:
1. Air akan membentuk kolam, danau, dan sungai dan segera menguap kembali ke atmosfir (evaporasi).
2. Kemudian melalui siklus hidup dari tumbuh-tumbuhan kembali menguap ke atmosfir melalui penguapan dari daun (transpirasi).
3. Air dapat jatuh dalam bentuk salju di pegunungan akan tersimpan di permukaan sampai mencair kembali kemudian meresap ke dalam tanah. 4. Air dapat terserap melalui permukaan tanah kemudian masuk ke dalam
tanah atau ke lapisan-lapisan yang membentuk persediaan air di bawah tanah (aquifers).
5. Air dapat mengalir langsung (run-off) di atas tanah kemudian masuk ke dalam sungai.
6. Air dapat terjerat dalam bentuk es di kutub atau di sungai es (gletser). Dari kejadian-kejadian yang dijelaskan pada poin diatas, maka untuk kejadian pertama dan kedua tampak bahwa air tersebut kembali lagi ke aliran atmosfir sehingga air yang jatuh ke bumi tersebut tidak sempat dimanfaatkan oleh manusia. Sedangkan untuk kejadian selanjutnya bahwa air tersebut jatuh ke bumi
(27)
dan dapat dimanfaatkan terlebih dahulu oleh masyarakat sebelum kembali ke atmosfir atau terbuang ke laut.
Air yang jatuh ke bumi ini sebagian akan tetap berada di daratan sedangkan sebagian lagi akan mengalir ke laut. Dimana air yang berada di daratan ini, nantinya akan tampak berada di permukaan tanah yaitu danau, mata air, dan sungai dan sebagian akan meresap ke dalam tanah yang membentuk air tanah.
Untuk kepentingan penghuni alam ini proses atau terjadinya siklus hidrologi itu sendiri yang menyebabkan air akan selalu tersedia untuk manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Air yang jatuh ke bumi sebelum kembali ke atmosfir atau ke laut diharapkan dapat dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kepentingan manusia. Hal ini akan terlaksana apabila siklus hidrologi itu berjalan stabil, maksudnya jika air jatuh ke bumi terlebih dahulu kemudian meresap ke dalam tanah atau tersimpan di kolam, danau, dan sungai-sungai dalam yang kemudian dimanfaatkan oleh manusia.
Selanjutnya air buangan setelah penggunaan akan kembali ke atmosfir atau mengalir ke laut. Apabila proses hidrologi ini terganggu; maksudnya bila ada kerusakan pada jaringan penyimpan air di bumi, seperti kerusakan hutan. Pemukiman yang padat dan sebagainya, maka air yang jatuh ke bumi sebagian besar akan menguap kembali ke atmosfir atau mengalir langsung (run-off) ke laut sehingga yang tersedia bagi manusia hanya sebagian kecil saja (Suparmoko, 2008).
Menurut Sanim (2011), air merupakan kebutuhan dasar manusia yang keberadaannya dijamin konstitusi, yaitu Pasal 33 UUD 1945 ayat 3, yang
berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkadung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Konstitusi ini jelas menunjukkan dan merupakan kontrak sosial antara pemerintah dan warga negaranya.
Penjaminan konstitusi ini lebih dipertegas lagi pada Pasal 5 No. 7 Tahun
2004 tentang Sumberdaya Air, yang menyatakan “Negara menjamin hak setiap
orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok produktif”. Secara eksplisit isi pasal tersebut menunjukkan bahwa untuk dapat memperoleh air bersih adalah hak setiap orang, warga negara dari suatu negara, dan tak terkecuali warga negara
(28)
Indonesia. Jaminan tersebut menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, termasuk di dalamnya menjamin akses setiap orang ke sumber air untuk mendapatkan air.
Air, selain merupakan kebutuhan dasar manusia, juga sebagai barang publik yang tidak dimiliki oleh siapapun, melainkan dalam bentuk kepemilikkan bersama (global common atau sebagai common resources), sumberdaya alam yang dikelola secara kolektif, bukan untuk dijual atau diperdagangkan guna memperoleh keuntungan. Dengan adanya UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air dan Konvensi Internasional, pandangan tradisional tersebut sudah berubah dan ditinggalkan, karena air tidak sekedar hanya barang publik tetapi sudah menjadi komoditas ekonomi. Paradigma ekonomi ini bertentangan dengan paradigma pengelolaan air modern yang berdasarkan pada nilai ekonomi intrinstik (intrinstic value) dari air, yang didasarkan pada asumsi adanya keterbatasan dan kelangkaan air (limited and scarcity water) serta dibutuhkannya investasi atau penyediaan air bersih, sebagai pemenuhan hak atas setiap warga negara.
2.2 Baku Mutu Air
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai air bersih yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak.
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang pengembangan sistem penyediaan air minum, didapat beberapa pengertian mengenai:
1. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum.
(29)
2. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
3. Air limbah adalah air buangan yang berasal dari penggunaan rumah tangga termasuk tinja manusia dari lingkungan pemukiman.
4. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif.
5. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM yang merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum.
6. Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas, dan/atau meningkatkan system fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
7. Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan kontruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum.
8. Penyelenggara pengembangan SPAM yang selanjutnya disebut Penyelenggara adalah badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Berdasarkan keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan hidup Nomor: KEP-02/MENKLH/I/1988 BAB II Pasal 2 mengenai Baku Mutu Air pada Sumber Air, air pada sumber air menurut kegunaannya digolongkan menjadi:
a) Golongan A, yaitu air yang dapat digunkan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
b) Golongan B, yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai iar minum dan keperluan rumah tangga.
(30)
c) Golongan C, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.
d) Golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian dan dapat dimanfaatkan.
2.3 Pengertian Air Conditioner
Menurut Ariza (2007), Air Conditioner (AC) adalah suatu alat, sistem atau mekanisme yang dirancang untuk mengubah udara panas di suatu area melalui siklus pendinginan seingga menghasilkan kesejukan. AC dapat digunakan sebagai penyejuk ruangan atau kendaraan. Ada beberapa jenis air conditioner, diantaranya:
1. Window and through the wall air conditioner
Window and through the wall air conditioner merupakan AC yang biasa
digunakan sebagai penyejuk ruangan di sebuah rumah. Berbentuk persegi panjang dan diletakkan di dinding atau dekat jendela.
2. Portable air conditioner
Portable air conditioner merupakan AC yang berbentuk box berukuran
besar dan memiliki beberapa roda sehingga dapat dengan mudah dipindahkan dari satu ruangan ke ruangan yang lainnya.
3. Central air conditioner
Central air conditioner merupakan suatu sistem penyejuk ruangan yang
menggunakan pipa untuk mendistribusikan udara dingin ke setiap ruangan dalam sebuah bangunan. AC ini banyak digunakan pada gedung pusat bisnis. Kelebihan dari AC jenis ini adalah di dalam pemrosesan udara dingin terjadi penyaringan udara dari berbagai polutan mikroskopis dan menghasilkan tingkat kebisingan yang rendah. Namun penggunaan pipa sebagai pendistribusi udara dingin dapat menyebabkan perkembangbiakan mikroorganisme yang berbahaya.
4. Ductless, duct-free, atau mini split air conditioner
Ductless, duct-free, atau mini split air conditioner merupakan AC yang
mengkombinasikan beberapa karakteristik dari central air conditioner
(31)
Sama seperti window air conditioner, ductless mini split air conditioner
tidak menggunakan pipa saluran dan setiap ruangan pada suatu gedung dapat memiliki pengatur suhunya. Tetapi, sama seperti central air
conditioner, AC ini tidak dipasang di dinding ataupun di jendela dan
meletakkan kompresor sebagi sumber kebisingan di luar ruangan.
2.4 Kondensasi Air Conditioner
Fungsi dari kondenser adalah merubah wujud refrigerant dari bentuk uap / gas menjadi refrigerant dengan bentuk cair. Proses perubahan dari gas ke cair ini dilakukan dengan membuang kalor yang ada pada refrigerant ke lingkungan sekitarnya pada suhu dan tekanan konstan. Dalam percobaan ini kalor dibuang dengan cara konveksi yaitu meniupkan udara yang mempunyai temperatur lebih rendah dari refrigerant melewati kondenser sehingga terjadi perpindahan kalor. Proses perpindahan kalor ini dimaksimalkan dengan adanya sirip-sirip pada kondenser dan aliran udara yang cukup dan bebas dari hambatan. Proses kondensasi atau perubahan dari wujud gas ke cair ini terjadi dialam pipa kondenser dan terjadi pada kondisi tekanan dan temperatur tetap.
Pada sistem refrigerasi yang telah dipelajari sebelumnya, proses kondensasi ini adalah proses dari titik 2 ke titik 3. Pada titik 3 idealnya seluruh refrigerant telah berwujud cair jenuh (saturated liquid). Jika perancangan dan pemilihan ukuran kondenser tidak tepat ataupun sirip-sirip kondenser kotor maka pada ujung kondenser belum tentu semua refrigerant telah berbentuk cair. Suhu/temperatur pada waktu proses kondensasi ini terjadi masih lebih tinggi dari temperatur udara disekitarnya. Oleh karena itu refrigerant yang mengalir keluar dari kondenser menuju TXV melalui filter drier masih akan mengalami proses perpindahan kalor yang akan menurunkan suhu refrigerant lebih rendah lagi dari suhu cair jenuhnya (saturated liquid). Proses penurunan suhu setelah melalui titik
saturated liquid ini disebut proses subcooling dan wujud refrigerant disebut
subcooled liquid. Daerah subcooled liquid ini terletak disebelah kiri dari kurva
saturated liquid pada diagram pH. Besarnya pendinginan lanjut yang terjadi di
kondenser ini dihitung dengan cara mengurangi temperatur kondensasi dengan temperatur yang terukur di akhir condenser.
(32)
2.5 Nilai Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Menurut Fauzi (2006), sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan, dan lain-lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Pengelolaan sumberdaya alam yang baik akan meningkatkan kesejateraan umat manusia, dan sebaliknya pengelolaan sumberdaya alam yang tidak baik akan berdampak buruk bagi umat manusia. Sehingga sumberdaya ini dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Definisi lain juga menyatakan bahwa sumberdaya juga terkait pada dua aspek, yakni aspek teknis yang memungkinkan bagaimana sumberdaya dimanfaatkan, dan aspek kelembagaan yang menentukan siapa yang mengendalikan sumberdaya dan bagaimana teknologi digunakan.
Menurut Fauzi (2006), sumberdaya alam, selain menghasilkan barang dan jasa yang dapat dikonsumsi baik langsung maupun tidak langsung, juga menghasilkan jasa-jasa (services) lingkungan yang memberikan manfaat dalam bentuk lain, misalnya manfaat amenity seperti keindahan, ketenangan, dan sebagainya. Manfaat ini sering lebih terasa dalam jangka panjang. Manfaat tersebut sering disebut dengan manfaat ekologis, dimana manfaat ini sering tidak terkuantifikasikan dalam perhitungan menyeluruh terhadap nilai dari sumberdaya. Mengingat pentingnya fungsi-fungsi ekonomi dan non ekonomi dari sumberdaya alam. Dalam hal ini nilai tersebut tidak saja nilai pasar (market value) barang yang dihasilkan dari suatu sumberdaya, melainkan juga nilai jasa lingkungan yang ditimbulkan oleh sumberdaya tersebut.
Perubahan lingkungan baik yang menguntungkan maupun yang merugikan dapat diklasifikasikansebagai berikut (Yakin, 2004) :
1. Kesehatan Manusia (human health) 2. Lingkungan Hidup (living environment)
3. Aliran-aliran output yang bisa direproduksi (reproducible output flows) 4. Stok yang bisa direproduksi (reproducible stocks)
5. Stok yang tidak bisa direproduksi (non-reproducible stocks) 6. Pemandangan alam dan ekosistem (ecosystem and landscapes)
Metode penilaian ekonomi terhadap barang lingkungan telah berkembang sampai sekitar 15 jenis metode penilaian (Yakin, 2004), diantaranya adalah
(33)
Contingent Valuation Method (CVM) ini adalah metode yang paling populer digunakan, metode The Dose-Reponse Method (DRM), metode Hedonic Price
Method (HPM), metode Travel Cost Method (TCM), dan metode The Averting
Behaviour Method (ABM).
2.6 Contingent Valuation Method (CVM)
Metode Contingent Valuation Method (CVM) adalah teknik survey untuk menanyakan kepada seseorang tentang nilai atau harga yang bersedia mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki harga pasar (Yakin, 2004). Dalam CVM dikenal lima macam cara untuk mengajukan pertanyaan kepada responden (Yakin, 2004), yaitu:
1. Metode tawar menawar (bidding game), yaitu suatu metode dimana jumlah yang semakin tinggi dari nilai awal disarankan pada responden sampai nilai WTP maksimum dari responden didapatkan.
2. Metode referendum tertutup (dichotomous choice) yaitu metode yang menggunakan suatu alat pembayaran yang disarankan kepada responden baik mereka setuju ataupun tidak setuju, dengan jawaban setuju/tidak maupun ya/tidak.
3. Metode kartu pembayaran (payment card), yaitu metode dengan penggunaan nilai yang disajikan pada sebuah kartu yang memungkinkan jenis pengeluaran responden dalam kelompok pendapatan yang ditentukan dengan perbandingan jenis pekerjaan mereka sehingga membantu responden dalam kelompok pendapatan yang ditentukan dengan perbandingan jenis pekerjaan mereka sehingga membantu responden untuk menyesuaikan jawaban mereka.
4. Metode pertanyaan terbuka (open-ended question), yaitu suatu metode dimana responden ditanyakan nilai maksimum WTP mereka tanpa ada penyaranan nilai awal terlebih dahulu.
5. Metode ranking contingent, yaitu metode terbaru dengan menyodorkan rangking dari nilai moneternya, responden diharuskan mengurutkan dari yang paling disukai sampai yang tidak disukai dan nilai-nilai tersebut diterjemahkan melalui analisa statistik.
(34)
2.7 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda (multiple linear regression analysis) adalah suatu model dimana variabel dependen bergantung pada dua atau lebih variabel yang independen (Firdaus, 2004). Persamaan model regresi berganda dapat dituliskan sebagai berikut (Juanda, 2009):
Y = β1 X1i+ β2 X2i + β3 X3i + βk Xki+ εi
Subskrip i menunjukkan nomor pengamatan dari 1 hingga N untuk data populasi, atau sampai n untuk data contoh (sample). Y merupakan variabel dependen sedangkan Xki merupakan pengamatan ke-i untuk variabel independen
Xk. Koefisien βi dapat merupakan intersep apabila semua pengamatan X1i bernilai
satu, sehingga model menjadi sebagai berikut:
Y = β1+ β2 X2i+ β3 X3i+ βk Xki+ εi
Dalam mendapatkan koefisien regresi parsial, maka digunakan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square-OLS). Metode OLS dilakukan dengan pemilihan parameter yang tidak diketahui sehingga jumlah kuadrat kesalahan pengganggu (Residual Sum of Square-RSS) yaitu ∑ei2 = minimum (terkecil). Pemilihan model didasarkan dengan pertimbangan metode ini mempunyai sifat-sifat karakteristik yang optimal, sederhana dalam perhitungan, dan umum digunakan. Beberapa asumsi yang dipergunakan dalam model regresi berganda adalah (Firdaus, 2004):
1. Nilai yang diharapkan bersyarat (conditional expected value) dari εi
tergantung pada Xi tertentu adalah nol.
2. Tidak ada korelasi berurutan atau tidak ada autokorelasi (non autokorelasi) artinya dengan Xi tertentu simpangan setiap Y yang manapun dari nilai
rata-ratanya tidak menunjukkan adanya korelasi, baik secara positif atau negatif.
3. Varian bersyarat dari (ε) adalah konstan. Asumsi ini dikenal dengan nama asumsi homoskedastisitas.
4. Variabel independen adalah non stokastik, yaitu tetap dalam penyampelan berulang. Jika stokastik didistribusikan secara independen dari gangguan
(35)
5. Tidak ada multikolinearitas diantara variabel independen satu dengan yang lainnya.
6. ε didistribusikan secara normal dengan rata-rata dan varian yang diberikan oleh asumsi 1 dan 2.
Apabila semua asumsi yang mendasari model tersebut terpenuhi maka suatu fungsi regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan pendugaan dengan metode OLS dari koefisien regresi adalah penduga tak bias linear terbaik (Best
Linear Unbiased Estimator-BLUE). Sebaliknya, jika ada asumsi dalam model
regresi yang tidak dipenuhi oleh fungsi regresi yang diperoleh maka kebenaran pendugaan dapat diragukan. Penyimpangan asumsi 2, 3, dan 5 memiliki pengaruh yang serius sedangkan asumsi 1, 4, dan 6 tidak.
2.8 Kelayakan Investasi
Gittinger (2008) mendefinisikan investasi sebagai suatu kegiatan yang mengeluarkan uang / biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan yang secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam suatu unit. Investasi dapat dilihat sebagai satu kesatuan ruang / tempat dan waktu, masing-masing dengan nilai ekonomi, finansial dan dampak sosial yang tergabung dalam satu kesatuan. Pemilihan investasi sebagian didasarkan kepada indikator-indikator nilai-nilai biaya dan hasil-hasilnya. Kegiatan investasi dapat berbentuk investasi baru atau perluasan ataupun perbaikan dari investasi yang sudah ada. Suatu investasi dapat dilaksanakan oleh instansi pemerintah, badan-badan swasta atau organisasi-organisasi sosial maupun perorangan.
Dalam menganalisis kelayakan suatu investasi, terdapat dua pendekatan yaitu analisis finansial dan analisis ekonomi. Analisis finansial meninjau dari sudut peserta investasi secara individu, sedangkan analisis ekonomi dari sudut masyarakat. Kedua pendekatan ini memiliki tujuan yang sama, namun ada tiga perbedaan penting dari kedua analisis ini. Adapun perbedaan tersebut adalah: 1) dalam analisis ekonomi pajak dan subsidi akan diperlakukan sebagai pembayaran transfer. Sedangkan dalam analisis finansial pajak dianggap sebagai biaya dan subsidi sebagai hasil (return); 2) dalam analisis finansial harga yang biasa
(36)
digunakan adalah harga pasar. Harga ini sudah memperhatikan pajak dan subsidi. Dari harga ini kita dapat memperoleh data yang dapat digunakan dalam analisis ekonomi. Akan tetapi, dalam analisis ekonomi kita boleh mengubah harga pasar sedemikian sehingga analisis kita dapat lebih mencerminkan secara tepat nilai-nilai sosial dan ekonomi. Harga yang telah disesuaikan ini disebut dengan harga bayangan (shadow price); 3) dalam analisis finansial, bunga pinjaman merupakan biaya investasi dan bunga modal dianggap sebagai manfaat atas investasi. Pada analisis ekonomi, bunga modal tidak dipisahkan atau dikurangkan dari hasil bruto (Gittinger 2008).
2.8.1 Analisis Finansial dan Ekonomi
Analisis finansial dilakukan untuk kepentingan individu atau lembaga yang menanamkan modalnya dalam proyek tersebut, misalnya petani, wiraswastawan atau perusahaan (Pramudya dan Dewi 1992 dalam Dwi 2011). Untuk menilai kelayakan secara financial suatu proyek atau membuat peringkat (rangking) beberapa proyek yang harus dipilih, dapat digunakan beberapa kriteria antara lain Net Present Value (NPV), Net B/C, dan Internal Rate of Return (IRR) (Dwi, 2011).
Analisis ekonomi merupakan analisis investasi yang dipandang dari sudut pandang ekonomi nasional bukan hanya dari sudut pandang perusahaan. Dengan analisis ekonomi diharapkan analisis investasi bisa menilai apakah suatu investasi memang tidak akan membebani perekonomian nasional. Mungkin saja suatu investasi dinilai menguntungkan apabila dipandang dari sisi perusahaan (yaitu diharapkan memberikan NPV positif), tetapi sebenarnya membebani perekonomian nasional. Analisis ekonomi dilakukan dengan alasan karena adanya ketidaksempurnaan pasar, adanya pajak dan subsidi, dan berlakunya konsep
consumers surplus dan producers surplus (Husnan dan Suwarsono 1994). Analisis
ekonomi investasi membutuhkan pengetahuan mengenai apakah suatu investasi yang diusulkan akan memberikan kontribusi nyata dan besar terhadap pengembangan perekonomian seluruhnya dalam penggunaan sumberdaya yang dibutuhkan selama investasi tersebut berjalan. Sudut pandang yang diambil dalam analisis ekonomi ini adalah masyarakat secara keseluruhan (Gittinger, 2008).
(37)
2.8.2 Kriteria Kelayakan Investasi
Dalam analisa investasi ada beberapa kriteria yang sering digunakan untuk menentukan diterima-tidaknya suatu usulan investasi atau untuk menentukan pilihan antara berbagai macam usulan proyek. Dalam semua kriteria itu baik manfaat maupun biaya dinyatakan dalam nilai sekarangnya. Kriteria tersebut adalah: 1) Net Present Value (NPV); 2) Net B/C; 3) Internal Rate of Return (IRR);
4) Gross B/C; dan 5) Profitability Ratio. (Kadariah, 2001)
Kriteria kelayakan NPV, Net B/C, dan IRR lebih umum dipakai dan dapat dipertanggungjawabkan untuk penggunaan-penggunaan tertentu. Sebaliknya, Kriteria kelayakan Gross B/C dan Profitability Ratio didasarkan atas salah pengertian tentang sifat dasar biaya, sehingga dapat menyebabkan kekeliruan dalam penyusunan urutan peluang investasi. Dengan kata lain, Gross B/C dan
Profitability Ratio ini tidak dianjurkan untuk dipergunakan di Indonesia. (Gray el
al. 2007)
2.9 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Lestari pada tahun 2009 yang berjudul “Potensi Penggunaan Kembali Air Limbah: Studi Kasus Industri Polipropilena PT. Tripolyta Indonesia,
TBK”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui karakteristik air limbah, membuat alternatif reuse air limbah, menganalisis kelayakan dari aspek analisis biaya, teknis/teknologi dan lingkungan dan memberi masukan pada kebijakan perusahaan pada penggunaan air. Penelitian dilakukan di PT. TPI, Tbk.Cilegon-Banten. Metode pengumpulan data meliputi tiga tahapan, yaitu : karakterisasi limbah cair : debit, suhu, pH, konduktifitas, dan total suspended solid (TSS) dan
silika (SiO2), analisis teknik dan teknologi pengolahan limbah yang diperoleh
melalui studi pustaka, dan percobaan filtrasi.
Hasil pencampuran antara limbah cair dan air demineral menunjukkan penurunan nilai konduktivitas, nilai tertinggi adalah 8,5 µs/cm dan nilai terendah 5,8 µs/cm.Perbandingan yang digunakan yaitu perbandingan 5:1. Penghematan dari segi lingkungan (pada perbandingan 5:1) meliputi : penghematan penggunaan air sebesar 42,7%, penghematan penggunaan bahan kimia sebesar 42,7%,
(38)
penghematan penggunaan listrik sebesar 41,6%, pengurangan pembuangan beban limbah padat ke lingkungan 14,08 kg/hari dengan nilai ekonomi Rp. 1.798.595, dan penghematan dari segi ekonomi sebesar Rp. 643.507.370/tahun (39,13%). Pada penelitian ini terdapat dua alternatif jenis alat penyaring yaitu bag filter
yang membutuhkan investasi sebesar Rp. 281.974.000 dengan nilai payback period selama 7 bulan dan alternatif ke-2 press filter memerlukan investasi sebesar Rp. 506.528.000 dengan nilai payback period selama 1 tahun 2 bulan.
Penelitian ini juga mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Dwi pada
tahun 2011 yang berjudul “Analisis Finansial Pengoperasian Unit Pengolahan Air
Bersih (Water Treatment Plant) Kampus IPB Dramaga Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung biaya produksi, biaya pokok produksi dan menganalisis kelayakan finansial dari pengoperasian WTP serta membandingkan hargai air bersih tersebut dengan harga air bersih dari PDAM. Penelitian dilaksanakan di kampus IPB Dramaga dimulai dari bulan Agustus hingga bulan Oktober 2010. Selain menghitung biaya produksi, biaya pokok produksi, dan titik impas produksi, analisis juga dilakukan dengan menghitung net present value,
internal rate of return, dan cost-benefit ratio.
Analisis dilakukan dengan membagi ketujuh WTP menjadi 4 bagian, yaitu WTP Cihideung 1- 4, WTP Cihideung 5 dengan UF system, WTP Ciapus Perumahan Dosen dan Asrama lain, dan WTP Ciapus Asrama TPB. Hasil analisis menunjukkan, biaya produksi terbesar adalah WTP Cihidung 1-4 yaitu Rp. 315.261.333,72/tahun. Sedangkan untuk biaya pokok produksi masing-masing WTP antara lain, Rp. 408,74/m3, Rp. 1.130,02/m3, Rp. 614,07/m3, dan Rp. 610,10/m3. Nilai-nilai tersebut bila dibandingkan dengan harga jual air bersih, masih dapat menunjukkan hasil yang positif, sehingga setiap WTP yang memproduksi air akan mendapatkan keuntungan. Begitupula bila dibandingakn dengan harga jual air bersih yang ditetapkan oleh PDAM Bogor. Sedangkan selisih nilai biaya dan manfaat proses pengolahan air bersih di WTP menunjukkan nilai negatif (Rp. 233.097.272,34), yang berarti ada kelebihan biaya produksi dalam pengoperasiannya.
(39)
(40)
III. KERANGKA PEMIKIRAN PENELITIAN
Institut Pertanian Bogor merupakan salah satu perguruan tinggi yang memanfaatkan sumberdaya air yang cukup besar untuk beberapa kebutuhan seperti air untuk toilet, menyiram tanaman, kebersihan, dan lain-lain. Sumberdaya air yang dimanfaatkan oleh Institut Pertanian Bogor berasal dari sungai. Penggunaan AC yang banyak untuk ruangan di Institut Pertanian Bogor dapat menjadi salah satu sumber air dengan memanfaatkan air buangan AC tersebut sebagai contoh Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Alternatif pemanfaatan dilakukan dengan uji laboratorium mengenai parameter kualitas air buangan AC di Laboratorium PROLINK untuk melihat baku mutu air buangan AC dan kolektivitas yang dapat dilakukan pada air buangan AC dapat dikaji menggunakan analisis deskriptif. Terdapat tiga jenis kolektivitas yang dapat dilakukan agar air buangan AC tidak terbuang secara percuma dan dapat dimanfaatkan kembali sebagai alternatif air bersih. Pertama, menyalurkan air buangan melalui pipa menuju satu titik tertentu yaitu penampungan air berbentuk sebuah bangunan. Kedua, menyalurkan air melalui pipa menuju titik tertentu di departemen yaitu dengan menggunakan toren air. Ketiga dapat dilakukan dengan cara manual yaitu menggunakan wadah penampungan air / ember untuk menampung air buangan AC tersebut.
Pemanfaatan air buangan AC ini sebagai alternatif dalam penggunaan air bersih ketika penggunaan air bersih dibatasi atau dalam keadaan air sungai sedang surut dan menghemat biaya yang harus dibayarkan dalam pengolahan air sungai. Oleh karena itu dapat dikaji berapa besarnya nilai air buangan AC menggunakan
Willingness To Pay (WTP). Penentuan kolektivitas air efisien yang dapat
dilakukan dan kelayakan investasi yang dapat dilakukan dikaji dengan metode
Benefit Cost Analysis (BCA). Nilai air dan studi kelayakan investasi yang dikaji
dapat menjadi rekomendasi pengelolaan sumberdaya air bersih dan pemanfaatan kembali air buangan AC. Secara lebih rinci nilai dan pemanfaatan air buangan AC dapat dilihat pada Gambar 1.
(41)
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Institut Pertanian Bogor
Sumberdaya Air
Air Buangan AC
Pemanfaatan
Toilet Kebersihan Tanaman
Analisis Biaya dan Manfaat
Kelayakan Investasi
Pengelolaan dan pemanfaatan air buangan AC Alternatif
Penggunaan dan kolektivitas air buangan
AC
Willingness To Pay (WTP)
Nilai Air Buangan
Keterangan:
(42)
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan pertimbangan karena Institut Pertanian Bogor merupakan salah satu kampus yang menggunakan penyejuk ruangan / AC yang cukup banyak hampir setiap ruangan dosen, khususnya Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan dapat menjadi potensi sebagai tempat penelitian. Adapun lokasi wilayah penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.
Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap utama yaitu, pra penelitian, penelitian, dan hasil penelitian. Dari ketiga tahap tersebut dilakukan dalam jangka waktu selama 6 bulan yaitu dari mulai bulan Januari 2013 hingga Juni 2013.
4.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode survei adalah suatu kajian terhadap sejumlah obyek penelitian yang memungkinkan peneliti untuk memaparkan semua obyek yang diwakilinya (Nasution 2003). Penelitian dengan metode ini dipilih karena dapat dijadikan basis dalam pengambilan keputusan dari obyek yang diwakilinya secara keseluruhan. Metode survei ini terdiri dari survei kualitatif yaitu berupa karakteristik pengguna AC seperti umur, jenis kelamin dan berat badan dan kuantitatif yaitu mengamati kondisi fisik seperti luasan ruangan, posisi ruangan dan jumlah air buangan AC
4.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasanya dilakukan oleh peneliti (Umar, 2005). Data primer yang dikumpulkan antara lain karakteristik pengguna AC, kapasitas air buangan, suhu ruangan, dan data terkait dengan penelitian ini. Kuesioner penelitian disajikan pada Lampiran 2 dan data penggunaan Air Conditioner (AC) dapat dilihat pada Lampiran 3.
(43)
Data sekunder diperoleh dari Direktorat Fasilitas dan Properti Institut Pertanian Bogor dan bagian properti fakultas dan departemen. Data sekunder ini berupa jumlah yang biaya dibayarkan untuk proses destilasi air sungai, jumlah penggunaan AC, tingkat PK pada AC dan data lain yang relevan terhadap penelitian ini. Tabel 1 menyajikan jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Tabel 1. Jenis dan Sumberdata yang dibutuhkan dalam penelitian
No Data Parameter Satuan Sumber
1 Primer Kapasitas air buangan Liter Penelitian lapang 2 Primer Suhu ruangan Celcius Penelitian lapang 3 Primer Waktu penggunaan Jam Wawancara 4 Sekunder Biaya air bersih Rupiah Bagian Properti 5 Sekunder Jumlah AC Unit Bagian Properti 6 Sekunder Tingkat PK PK Bagian Properti
4.4 Metode Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan contoh yang digunakan adalah menggunakan teknik
accidental sampling yaitu mengambil responden sebagai sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang ditemui sesuai sebagai sumber data dan kriteria penelitian. Sampel yang digunakan wawancara adalah dosen, staf dan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Jumlah sampel pengguna AC yang digunakan selama penelitian ini berjumlah 70 orang responden berdasarkan dengan pembagian 40 orang pegawai dan 30 mahasiswa.
4.5 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan analisis deskriptif untuk mengetahui alternatif pemanfaatan yang dapat dilakukan terhadap air buangan AC, Willingness To Pay (WTP) digunakan mengetahui besarnya nilai air buangan AC, dan Benefit Cost Analysis (BCA) untuk mengetahui kolektifitas air buangan AC yang efisien.
(44)
4.5.1 Analisis Deskriptif
Metode analisis yang digunakan dalam mengkaji upaya alternatif pemanfaatan air buangan AC di Institut Pertanian Bogor adalah metode analisis deskriptif. Nazir (2005) menyatakan bahwa analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, atau pun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Analisis deskriptif merupakan metode pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat mengenai masalah – masalah yang ada dalam masyarakat, tata cara yang berlaku, serta situasi-situasi tertentu termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap pandangan, serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena (Withney, 1960 dalam Nazir, 2005).
Beberapa hal terkait alternatif pemanfaatan akan dijelaskan melalui analisis deskriptif ini antara lain alternatif pemanfaatan sesuai kebutuhan sumberdaya air yang digunakan oleh Institut Pertanian Bogor dengan melakukan penghematan air bersih. Alternatif pemanfaatan air buangan AC di Institut Pertanian Bogor yang dilakukan dapat memberi gambaran pemanfaatan air buangan AC dengan skala yang lebih besar.
4.5.2 Willingness To Pay (WTP)
Nilai air buangan AC tidak memiliki harga pasar sehingga dinilai dengan menggunakan pendekatan pengukuran kesediaan membayar terhadap penggunaan air AC. Pengukuran ini disebut dengan Willingness To Pay (WTP).
Nilai WTP terhadap manfaat yang diperoleh dari penggunaan air AC didapat melalui wawancara kepada responden dengan menggunakan keusioner. Tahap memperoleh nilai WTP adalah sebagai berikut (Hanley dan Spash 1993): 1. Membuat Pasar Hipotetik
Pasar hipotetik dibangun untuk memberikan gambaran kepada responden manfaat yang diperoleh dari penggunaan kembali air AC.
2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP
Teknik yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode tawar menawar (bidding game), yaitu suatu metode dimana jumlah yang semakin tinggi dari nilai awal disarankan pada responden sampai
(45)
nilai WTP maksimum dari responden didapatkan dalam upaya pemanfaatan kembali air buangan AC sebagai alternatif air bersih.
3. Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP
Perkiraan nilai rata-rata WTP responden diperoleh dengan rumus:
1
.
n
i
EWTP Wi Pfi
. . . (4.1)Keterangan:
EWTP = dugaan nilai rataan WTP (Rp) Wi = WTP pada kelas ke-i
Pfi = frekuensi relatif kelas ke-i n = jumlah kelas
i = kelas (1,2,...,n) 4. Menjumlahkan Data
Setelah nilai rataan WTP responden diperoleh, selanjutnya nilai total WTP diestimasi dengan rumus:
TWTPEWTP x P . . . (4.2)
Keterangan:
TWTP = estimasi nilai total WTP (Rp) EWTP = dugaan rataan nilai WTP (Rp) P = populasi
4.5.3 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP
Analisis ini digunakan untuk mengetahui berapa besarnya WTP responden. Model yang digunakan adalah model regresi linier berganda. Persamaan regresi besarnya nilai WTP responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
WTP = β0+ β1umur + β2TP + β3Biaya + β4Jarak + β5waktu + β6PA + JKD1 + εi
dimana:
WTP = Nilai WTP
β0 = Intersep
β1, ... , β7 = Koefisien dari regresi
Umur = Umur responden (tahun)
(46)
Biaya = Biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan air bersih (rupiah) Jarak = Jarak yang harus ditempuh untuk mendapatkan air bersih (meter) JKA = Waktu yang harus ditempuh untuk mendapatkan air bersih (menit) PA = Penggunaan air selama 1 hari (ember)
JK = Jenis kelamin responden ( 1 untuk perempuan, dan 0 untuk pria) i = kelas (1,2,...,n)
ε = Galat
Pengujian hipotesis regresi berganda dari hasil print out komputer dapat dilakukan dengan cara:
1. Dengan melihat nilai thitung atau Fhitung dan dibandingkan dengan nilai ttabel
atau Ftabel. Jika thitung atau Fhitung lebih besar daripada ttabel atau Ftabel maka
keputusannya adalah tolak hipotesis nol (H0). Sebaliknya, jika nilai thitung
atau Fhitung lebih kecil daripada ttabel atau Ftabel maka keputusannya adalah
menerima hipotesis nol (H0).
2. Dengan menggunakan nilai signifikansi (P-value). Jika P-value lebih kecil daripada taraf signifikansi yang disyaratkan maka H0 ditolak dan jika P
-value lebih besar daripada taraf signifikansi yang disyaratkan maka H0
diterima.
4.5.4 Benefit Cost Analysis (BCA)
Benefit Cost Analysis (BCA) merupakan metode yang digunakan untuk
mengetahui kelayakan pemanfaatan air buangan AC. Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis finansial dengan pertimbangan analisis ekonomi belum dapat signifikan. BCA menunjukkan nilai dari beberapa indikator untuk melihat kelayakan pemanfaatan air buangan AC yaitu Net Present Value
(NPV) > 0, Benefit Cost Ratio (BCR) ≥ 1, dan Internal Rate of Return (IRR) ≥
Discount Rate. Tiga indikator BCA tersebut untuk mengetahui aspek biaya dan
manfaat yang paling efisien dari ketiga kolektifitas. Tujuan analisis dalam penelitian ini harus disertai dengan definisi biaya dan manfaat.
Net Present Value (NPV) merupakan selisih dari investasi sekarang
dengan nilai penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang tersebut perlu ditentukan terlebih dahulu tingkat bunga
(47)
untuk Bt - Ct > 0
untuk Ct - Bt > 0
yang dianggap relevan. Menurut Gray et al (1993), formula yang digunakan untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut
0
(1
)
n t t
Bt
Ct
NPV
i
. . . . . . (4.3)Keterangan:
Bt = keuntungan pada tahun ke - t Ct = biaya pada tahun ke – t i = tingkat suku bungan (%)
t = periode investasi (t = 0,1,2,3,….,n) n = umur teknis proyek
Proyek dianggap layak dan dapat dilaksanakan apabila NPV>0. Jika NPV<0 maka proyek tidak layak dan tidak perlu dijalankan. Jika NPV sama dengan nol berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar opportunity cost
faktor produksi modal.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara
jumlah present value yang bernilai negatif (modal investasi). Perhitungan net B/C dilakukan untuk melihat berapa kali lipat manfaat yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan (Gray et al, 1993). Formulasi perhitungan net B/C adalah sebagai berikut: 0 0 (1 ) / (1 ) n t t t t n t t t t B C i Net B C
C B i
. . . .. . . .(4.4)Keterangan lain:
B = benefit
C = cost
i = discount rate
t = periode
Jika net B/C bernilai lebih dari satu, berarti net B/C>1 dan proyek layak dijalankan, sedangkan jika net B/C kurang dari satu, maka proyek sebaiknya tidak dijalankan (Kadariah et al, 1999).
(48)
IRR adalah discount factor yang membuat NPV = 0 dengan rumus yaitu:
'
' " '
' "
NPV
IRR i X i i
NPV NPV
. . . (4.5) Keterangan:
i’ = nilai suku bunga yang menyebabkan NPV positif i” = nilai suku bunga yang menyebabkan NPV negatif
NPV’ = NPV dan tingkat suku bunga (i’)
NPV” = NPV dengan tingkat suku bunga (i”)
Jika hasil yang didapat IRR > i maka proyek atau kebijakan layak untuk dilaksanakan dan ketika IRR < i maka tidak layak untuk dilaksanakan.
4.5 Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini adalah :
1. Wilayah penelitian dilakukan di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor.
2. Obyek penelitian adalah air conditioner (AC) yang memiliki tingkat PK ½, 1, 1 ½, dan 2.
3. Responden pada penelitian ini yaitu pegawai (dosen dan staff) dan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 4. Analisis untuk nilai ekonomi air buangan AC menggunakan Willingness
To Pay (WTP) dan kolektivitas air buangan AC yang efisien dianalisis
menggunakan Benefit Cost Analisis (BCA).
5. Umur Proyek kolektivitas air buangan AC berdasarkan input yang paling lama pada setiap altenatif.
6. Manfaat air buangan AC yang dianalisis dibatasi pada manfaat teknis penggunaan air buangan AC untuk toilet, kebersihan, dan menyiram tanaman.
7. Pajak, pinjaman, dan bunga tidak ada karena modal yang digunakan adalah modal sendiri dan Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga diskonto pada bulan Maret tahun 2013, yaitu 5,75%.
(49)
(50)
V. ANALISIS PEMANFAATAN AIR BUANGAN PENDINGIN RUANGAN 5.1 Letak Geografis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB
Secara administrasi Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB terdiri dari 4 departemen yakni Departemen Ilmu Ekonomi, Departemen Manajemen, Departemen Agribisnis, dan Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Lokasi Fakultas Ekonomi dan Manajemen memiliki batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara : Fakultas Teknologi Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia
Sebelah Selatan: Lapangan Parkir Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Sebelah Barat : Perpustakaan LSI
Sebelah Timur : Fakultas Pertanian
5.2 Keadaan Pengguna Air di Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB
Pengguna air yang secara potensial memanfaatkan air buangan AC adalah pegawai dan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB dapat dilihat pada Tabel 2:
Tabel 2 Jumlah Pegawai dan Mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Manajemen
No Departemen
Pegawai (orang)
Total Pegawai
Mahasiswa (orang)
Dosen Tenaga
kependidikan
1 Ilmu Ekonomi 29 14 43 490
2 Manajemen 30 12 42 334
3 Agribisnis 40 23 63 363
4 Ekonomi Sumberdaya Lingkungan 27 16 43 338
5 Fakultas Ekonomi Manajemen - 18 18 -
TOTAL 209 1.525
Sumber: Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB (2013)
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa total jumlah pegawai yang terdaftar di Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebanyak 209 orang dengan total dari jumlah dosen sebanyak 126 dan tenaga kependidikan sebanyak 83 orang. Untuk Jumlah mahasiswa yang terdaftar pada setiap departemen yaitu 490 orang untuk Departemen Ilmu Ekonomi, 334 orang untuk Departemen Manajemen, 363 orang untuk Departemen Agribisnis, dan 338 orang untuk Departemen Ekonomi Sumberdaya Lingkungan. Pembagian jumlah total mahasiswa ini berdasarkan
(51)
angkatan 44, angkatan 45, angkatan 46, angkatan 47, dan angkatan 48 dengan total keseluruhan mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Manajemen yaitu sebanyak 1525 orang.
5.3 Jumlah Air Conditioner
Jumlah Air Conditioner (AC) ini berbeda setiap departemen karena jumlah AC ini dipengaruhi jumlah dosen yang membeli AC tersebut, sedangkan untuk ruangan sekretariat, komisi pendidikan, dan ruangan lainnya merupakan fasilitas yang disediakan oleh IPB. Biaya pemakaian AC sendiri merupakan biaya yang ditanggung oleh pihak IPB bukan pihak dosen, departemen, maupun fakultas. Pembagian jumlah AC yang terdapat di Fakultas Ekonomi dan Manajemen: Tabel 3 Jumlah Air Conditioner di Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Nomor Departemen
Jumlah AC (unit) Total
Jumlah AC (unit) Ruang Dosen Sekretariat Lainnya
1 Ilmu Ekonomi 18 4 3 25
2 Manajemen 11 4 4 19
3 Agribisnis 15 2 2 19
4 Ekonomi Sumberdaya
Lingkungan 12 6 4 22
5 Fakultas Ekonomi
Manajemen - 4 4 8
TOTAL 93
Sumber: Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB (2013)
Tabel 3 menunjukkan penggunaan AC terbanyak terdapat pada departemen Ilmu Ekonomi yaitu sebanyak 25 unit AC dengan pembagian 18 unit AC untuk ruang dosen, 4 unit AC untuk Sekretariat dan Komdik, dan 3 AC untuk ruangan lainnya, sedangkan untuk penggunaan AC paling sedikit yaitu terdapat pada fakultas dengan menggunakan 8 unit AC.
5.4 Karakteristik Sosial Ekonomi Responden
Jumlah pegawai dan mahasiswa yang dijadikan responden ini dipilih sebanyak 70 orang. Perinciannya adalah pegawai sebanyak 40 orang termasuk didalamnya terdapat dosen dan staf dan mahasiswa sebanyak 30 orang. Karakteristik sosial ekonomi responden dapat dijelaskan dalam beberapa kriteria di bawah ini.
(52)
5.4.1 Tingkat Usia Responden
Tabel 4. Tingkat Usia Responden Pegawai
No Range Umur Jumlah (orang) Persentase (%)
1 25-34 15 37,5
2 35-44 16 40,0
3 45-54 8 20,0
4 55-64 1 2.5
Total 40 100
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Tabel 4 menunjukkan tingkat umur responden pegawai sangat bervariasi, mulai dari usia 25 tahun hingga usia 64 tahun. Persentase terbesar pada tingkat usia 35-44 tahun yaitu sebesar 40 persen, sedangkan persentase terkecil ada pada tingkat usia 55-64 tahun yaitu sebesar 2,5 persen. Tingkat usia responden mahasiswa hanya terdapat 4 kelas usia yaitu usia 20 tahun, 21 tahun, 22 tahun, dan 23 tahun. Kelas ini berbeda dengan tingkat usia responden dosen karena tingkat usia mahasiswa yang terdaftar dalam fakultas rata-rata berusia 20-23 tahun. Tabel dan gambar tingkat usia responden mahasiswa dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Tingkat Usia Responden Mahasiswa
No Umur Jumlah (orang) Persentase (%)
1 20 4 13,33
2 21 14 46,67
3 22 9 30,00
4 23 3 10,00
Total 30 100
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
5.4.2 Jenis Kelamin Responden
Persentase jenis kelamin responden pegawai yang memiliki persentase tertinggi adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 55 persen dengan jumlah 22 orang. Persentase ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan responden yang mimiliki jenis kelamin perempuan yaitu sebesar 45 persen dengan jumlah 18 orang. Persentase jenis kelamin pegawai dapat dilihat pada Tabel 6.
(53)
Tabel 6. Jenis Kelamin Responden Pegawai
No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Laki-laki (L) 22 55
2 Perempuan (P) 18 45
Total 40 100
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Persentase jenis kelamin responden pegawai yang memiliki persentase tertinggi adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 55 persen dengan jumlah 22 orang. Persentase ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan responden yang mimiliki jenis kelamin perempuan yaitu sebesar 45 persen dengan jumlah 18 orang.
Persentase terbesar jenis kelamin mahasiswa tidak berbeda dengan persentase jenis kelamin pegawai yaitu terdapat pada responden laki-laki sebesar 53,33 persen dengan jumlah 16 orang. Jumlah responden laki-laki tidak terlalu berbeda hanya memiliki selisih yang sedikit dengan responden perempuan yang berjumlah 14 dengan persentase 46,67 persen. Persentase jenis kelamin responden mahasiswa dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Jenis Kelamin Responden Mahasiswa
No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Laki-laki (L) 16 53,33
2 Perempuan (P) 14 46,67
Total 30 100
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
5.4.3 Tingkat Pendapatan Responden
Penentuan kelompok tingkat pendapatan responden pegawai berdasarkan beberapa kategori, yaitu:
1. Kategori A memiliki pendapatan ≤ Rp 1.999.999,99
2. Kategori B memiliki pendapatan Rp 2.000.000,00 - Rp 2.999.999,99 3. Kategori C memiliki pendapatan Rp 3.000.000,00 - Rp 3.999.999,99 4. Kategori D memiliki pendapatan ≥ Rp 4.000.000,00
Berdasarkan kategori pendapatan tersebut dapat dilihat persentase tingkat pendapatan responden terbesar yaitu pada kategori pendapatan A yaitu responden
yang memiliki pendapatan ≤ Rp 1.999.999,99 dengan persentase sebesar 35 persen dan terkecil pada kategori D yaitu responden yang memiliki tingkat
(54)
pendapatan ≥ Rp 4.000.000,00 dengan persentase sebesar 17,5 persen . Persentase tingkat pendapatan responden pegawai dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Persentase Kategori Pendapatan Responden Pegawai
No Kategori Pendapatan Jumlah (orang) Persentase (%)
1 A 14 35
2 B 11 27,5
3 C 8 20
4 D 7 17,5
Total 40 100
Sumber: Hasil Analisis Data(2013)
Penentuan kelompok tingkat pendapatan responden mahasiswa memiliki kategori yang berbeda dengan responden pegawai, yaitu:
1. Kategori A memiliki pendapatan < Rp 500.000,00
2. Kategori B memiliki pendapatan Rp 500.000,00 - Rp 999.999,99 3. Kategori C memiliki pendapatan Rp 1.000.000,00 - Rp 1.499.999,99 4. Kategori D memiliki pendapatan Rp 1.500.000,00 - Rp 1.999.999,99
Berdasarkan responden mahasiswa, persentase tingkat pendapatan responden mahasiswa ini berupa uang saku yang dimiliki. Persentase tingkat pendapatan responden mahasiswa dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Persentase Kategori Pendapatan Responden Mahasiswa
No Kategori Pendapatan Jumlah (orang) Persentase (%)
1 A 4 13,33
2 B 19 63,33
3 C 5 16,67
4 D 2 6,67
Total 30 100
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
5.5 Pendapat Responden Mengenai Kualitas dan Kuantitas Air di Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB
Klasifikasi kualitas air di Fakultas Ekonomi dan Manajemen dibagi menjadi 3 jenis yaitu bersih, keruh, dan kotor. Persentase jumlah responden yang memberikan pendapat mengenai kualitas air dapat dilihat pada Tabel 10.
(1)
Residual
P
e
r
c
e
n
t
1.0
0.5
0.0
-0.5
-1.0
99.9
99
90
50
10
1
0.1
Fitted Value
R
e
s
id
u
a
l
4
3
2
1
0.5
0.0
-0.5
-1.0
Residual
F
r
e
q
u
e
n
c
y
0.8
0.4
0.0
-0.4
-0.8
16
12
8
4
0
Observation Order
R
e
s
id
u
a
l
70
65
60
55
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
1
0.5
0.0
-0.5
-1.0
Normal Probability Plot of the Residuals
Residuals Versus the Fitted Values
Histogram of the Residuals
Residuals Versus the Order of the Data
Residual Plots for WTP
(2)
Lampiran 11. Nilai Statistik
Kolmogorov-Smirnov
dengan menggunakan
software
Minitab 14.0
RESI1
P
e
r
c
e
n
t
1.0
0.5
0.0
-0.5
-1.0
99.9
99
95
90
80
70
60
50
40
30
20
10
5
1
0.1
Mean
>0.150
-8.08877E-16
StDev
0.3469
N
70
KS
0.064
P-Value
Probability Plot of RESI1
(3)
Lampiran 12. Analisis Kelayakan Alternatif 1 dengan Menggunakan Bangunan
No Cashflow Harga satuan (Rupiah) JumlahA INFLO W 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Air Buangan AC 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51
Nilai Sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
T OT AL PENERIMAAN 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 605576,51
B O UTFLO W
1 Biaya Investasi A Biaya Pembuatan
Semen (sack) 63000 25 1575000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pasir (m3) 250000 7 1750000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kerikil (m3) 200000 3 600000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Besi Beton (6mm) 26000 16 416000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Besi Beton (8mm) 44000 8 352000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kawat Beton (kg) 15000 2 30000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Batu Bata (buah) 550 1800 990000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pompa Air (unit) 500000 2 1000000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
TO TAL BIAYA 6713000
B Biaya Investasi Alat
Keran Air (buah) 7500 4 30000 0 0 0 0 30000 0 0 0 0 30000 0 0 0 0 30000 0 0 0 0
Pipa GL (batang) 27500 100 2750000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Selang (m) 5000 5 25000 0 0 0 0 25000 0 0 0 0 25000 0 0 0 0 25000 0 0 0 0
TO TAL BIAYA INVESTASI 2805000
C Biaya Upah T enaga Kerja
T ukang Batu (orang/hari) 50000 3 450000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
T ukang Gali T anah (orang/hari) 50000 1 150000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
T OT AL PENGELUARAN
10118000
0 0 0 0 55000 0 0 0 0 55000 0 0 0 0 55000 0 0 0 0-9523423,49 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 539576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 539576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 539576,51 594576,51 594576,51 594576,51 605576,51
0,945626478 0,894209 0,845588 0,799611 0,756133 0,715019 0,676141 0,639377 0,604612 0,571737
0,54065 0,511253 0,483454 0,457167 0,432309 0,408803 0,386575 0,365555 0,345679 0,326883
-9005601,407 531675,9 502766,8 475429,6 449578,8 385807,6 402017,6 380158,5
359488 339941,3 291721,8 303978,8 287450,4 271820,7 257040,8 220580,5 229848,3 217350,7 205532,5 197952,7
6310141,494
-9005601,407
-2695459,91
0,53401641
2%
IRR
T ahun
BENEFIT DISCOUNT FACT OR (5.75%)
PV PV POSIT IF PV NEGAT IF
NPV
NET B/C
(4)
Lampiran 13. Analisis Kelayakan Alternatif 2 dengan Menggunakan Toren Air
No
Uraian
1
INFLOW
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Air Buangan AC
594576,51
594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51
Nilai Sisa
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Total Penerimaan
594576,51
594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51
2
OUTFLOW
Biaya Investasi
A Biaya Pembuatan Penampungan Air
Tangki Air 1000 Liter (unit)
750000
1
750000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Pipa GL (batang)
17500
100
1750000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Keran air (buah)
7500
5
37500
0
0
0
0
37500
0
0
0
0
B Biaya Upah Tenaga Kerja
Upah Tenaga Kerja
50000
3
150000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Total Pengeluaran
2687500
0
0
0
0
37500
0
0
0
0
-2092923,49
594576,51
594576,51
594576,51
594576,51
557076,51
594576,51
594576,51
594576,51
594576,51
0,945626478 0,89420944 0,84558812 0,79961051 0,75613287 0,71501927 0,67614115 0,63937697
0,6046118 0,57173692
-1979123,866 531675,927 502766,834
475429,63 449578,847 398320,439 402017,646 380158,531 359487,972 339941,345
3839377,171
-1979123,866
1860253,305
1,93993779
24%
Tahun
BENEFIT
DISCOUNT FACTOR (5.75%)
PV
PV POSITIF
PV NEGATIF
NPV
NET B/C
IRR
Harga Satuan
(5)
Lampiran 14. Analisis Kelayakan Alternatif 3 dengan Menggunakan Ember
No Uraian
1
INFLOW
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Air Buangan AC
594576,51
594576,51
594576,51
594576,51
594576,51
594576,51
594576,51
594576,51
594576,51
594576,51
Nilai Sisa
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Total Penerimaan
594576,51
594576,51
594576,51
594576,51
594576,51
594576,51
594576,51
594576,51
594576,51
594576,51
2
OUTFLOW
Biaya Pembuatan Penampungan Air Buangan
Ember
15000
100
1500000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Selang (meter)
5000
5
25000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Pipa GL (batang)
17500
31
542500
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Total Pengeluaran
2067500
0
0
0
0
0
0
0
0
0
-1472923,49
594576,51
594576,51
594576,51
594576,51
594576,51
594576,51
594576,51
594576,51
594576,51
0,945626478 0,894209435 0,845588118 0,799610514 0,756132873 0,715019266
0,67614115 0,639376974 0,604611795 0,571736922
-1392835,45 531675,9269 502766,8339 475429,6302 449578,8465
425133,661 402017,6463 380158,5308 359487,9724 339941,3451
3866190,393
-1392835,45
2473354,944
38,17%
2,775769668
NPV
IRR
NET B/C
Harga Satuan (Rupiah) Jumlah
Tahun
BENEFIT
DISCOUNT FACTOR (5.75%)
PV
PV POSITIF
PV NEGATIF
(6)