17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Perbedaan Statistik Perdagangan Negara Berkembang
Negara berkembang yang memiliki catatan data impor lebih besar dari catatan data ekspor Indonesia untuk komoditi plywood, yaitu Bangladesh,
Filipina, Pakistan, Srilanka, dan Thailand sebesar 167,952; 1,150,676; 47,487; 1,793,825; dan 6,442,966. Sedangkan negara India, Malaysia, dan Vietnam
memiliki catatan data impor yang lebih kecil dari catatan data ekspor Indonesia sebesar 1,837,177; 2,611,371; dan 292,577. Rata-rata impor terbesar terdapat
di negara Thailand yakni sebesar 6,442,966 dan rata-rata impor terkecil terdapat di negara Pakistan sebesar 47,487. Hasil pengolahan data disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Perbedaan statistik perdagangan komoditi plywood negara berkembang
Partner Trade Rata-rata
Ekspor Impor
Bangladesh 76,067
167,952 Filipina
828,675 1,150,676
India
2,601,829 1,837,177
Malaysia
6,462,050 2,611,371
Pakistan 34,322
47,487
Srilanka 415,820
1,793,825 Thailand
6,337,298 6,442,966
Vietnam
1,569,964 292,577
Pada komoditi Pulp, Filipina, Malaysia, Thailand dan Vietnam ialah negara berkembang yang memiliki catatan data impor lebih kecil dari catatan data ekspor
Indonesia sebesar 1,318,625; 1,715,624; 3,807,452; dan 4,978,077. Adapun negara Bangladesh, India, dan Srilanka memiliki catatan data impor lebih besar
dari catatan data ekspor Indonesia sebesar 2,455,182; 27,684,831; dan 299,063. Rata-rata impor terbesar terdapat di negara India yakni sebesar
27,684,831 dan rata-rata terkecil terdapat di negara Srilanka sebesar 299,063. Hasil data selengkapnya disajikan pada Tabel 2.
18
Tabel 2 Perbedaan statistik perdagangan komoditi pulp negara berkembang
Partner Trade Rata-rata
Ekspor Impor
Bangladesh 2,453,898
2,455,182
Filipina 6,644,082
1,318,625 India
25,328,639 27,684,831
Malaysia 2,425,687
1,715,624 Pakistan
878,081 -
Srilanka 90,940
299,063 Thailand
4,462,840 3,807,452
Vietnam 10,734,040
4,978,077
Negara berkembang yang memiliki catatan data impor lebih kecil dari catatan ekspor Indonesia pada komoditi batubara coal ialah hanya negara
Srilanka sebesar 1,282,421. Untuk ketujuh negara lainnya, yaitu: Bangladesh, Filipina, India, Malaysia, Pakistan, Thailand dan Vietnam memiliki catatan impor
yang lebih besar dari catatan ekspor Indonesia. Rata-rata impor terbesar terdapat di negara India yakni 339,815,594 dan rata-rata impor terkecil terdapat di negara
Srilanka sebesar 1,282,421. Hasil pengolahan data disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Perbedaan statistik perdagangan komoditi batubara coal negara
berkembang
Partner Trade Rata-rata
Ekspor Impor
Bangladesh 2,408,666
3,841,378 Filipina
126,815,428 132,825,627
India 210,980,980
339,815,594
Malaysia 111,843,188
150,324,158 Pakistan
65,477,863 128,347,655
Srilanka 2,999,986
1,282,421
Thailand 104,210,667
158,646,289 Vietnam
14,377,361 18,586,413
4.2. Perbedaan Statistik Perdagangan Negara Maju
Pada komoditi plywood, semua negara maju memiliki catatan impor yang lebih besar daripada catatan ekspor Indonesia. Negara Jepang memiliki rata-rata
impor tertinggi sebesar 1,062,165,852 dan Italy memiliki rata-rata impor terendah dibandingkan negara lainnya sebesar 8,356,139. Hasil pengolahan data
selengkapnya disajikan pada Tabel 4.
19
Tabel 4 Perbedaan statistik perdagangan komoditi plywood negara maju
Partner Trade Rata-rata
Ekspor Impor
Australia 16,349,334
18,592,858 Canada
7,576,813 19,459,599
China 184,958,586
272,037,289 Francis
12,457,647 26,605,399
Germany 37,675,734
56,047,657 Italy
7,027,160 8,356,139
Jepang 903,105,278
1,062,165,852 USA
244,927,451 306,008,626
Pada komoditi pulp, negara Italy dan USA yang memiliki catatan impor yang lebih kecil dari catatan ekspor Indonesia, yaitu sebesar 36,897,771 dan
7,831,385. Namun kelima negara maju lainnya, yakni Australia, China, Francis, Germany dan Jepang memiliki catatan impor yang lebih besar dari catatan ekspor
Indonesia. Negara China memiliki rata-rata impor terbesar yakni 351,468,359 dan negara USA memiliki rata-rata impor terkecil yakni 7,831,385. Hasil data
selengkapnya disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Perbedaan statistik perdagangan komoditi pulp negara maju
Partner Trade Rata-rata
Ekspor Impor
Australia 8,573,975
10,204,291 China
279,824,932 351,468,359
Francis 14,379,660
27,075,749 Germany
5,078,619 13,019,256
Italy 37,505,078
36,897,771 Jepang
41,623,968 48,700,436
USA 8,035,338
7,831,385
Negara maju yang memiliki catatan data impor lebih kecil dari catatan ekspor Indonesia pada komoditi batubara coal hanya negara China sebesar
280,459,219. Untuk keenam negara lainnya, yaitu Australia, Francis, Germany, Italy, Jepang dan USA memiliki catatan impor yang lebih besar dari catatan
ekspor Indonesia. Negara Jepang memiliki rata-rata impor terbesar sebesar 763,780,962 dan negara Australia memiliki rata-rata impor terkecil sebesar
2,579,054. Hasil data selengkapnya disajikan pada Tabel 6.
20
Tabel 6 Perbedaan statistik perdagangan komoditi batubara coal negara maju
Partner Trade Rata-rata
Ekspor Impor
Australia 439,753
2,579,054 China
327,906,310 280,459,219
Francis 8,466,238
16,449,152 Germany
5,260,162 25,166,829
Italy 145,799,650
292,261,534 Jepang
621,742,031 763,780,962
USA 56,795,470
72,692,700
4.3. Hasil t-Paired Test Negara Berkembang
Hasil pengolahan menggunakan t-paired test pada Microsoft excel dapat diperoleh bahwa pada komoditi plywood dan pulp, catatan ekspor Indonesia
dengan catatan impor negara mitra dagang di negara berkembang memiliki catatan yang sama dan ada pula catatan yang beda. Namun untuk komoditi
batubara coal, catatan ekspor Indonesia dengan impor negara mitra dagang cenderung berbeda. Hasil pengolahan selengkapnya disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Hasil t-paired test masing-masing komoditi per partner beberapa negara berkembang
No Partner
Hasil t-Paired Test Plywood
Pulp Coal
1 Bangladesh
Sama Sama
Sama
2 Filipina
Sama Beda
Sama
3 India
Beda Sama
Beda 4
Malaysia Beda
Sama Beda
5 Pakistan
Sama
- Beda
6 Srilanka
Beda Sama
Beda 7
Thailand Sama
Beda Beda
8 Vietnam
Beda Beda
Beda Untuk komoditi plywood, ada empat negara mitra dagang yang catatan
impornya berbeda dengan catatan ekspor Indonesia. Negara tersebut antara lain India, Malaysia, Srilanka dan Vietnam. Empat negara lainnya, yakni Bangladesh,
Filipina, Pakistan dan Thailand memiliki catatan impor yang sama dengan Indonesia.
21
Negara berkembang yang memiliki data perdagangan berbeda dengan Indonesia untuk komoditi Pulp adalah Filipina, Thailand, dan Vietnam. Adapun
empat negara lainnya, yakni Bangladesh, India, Malaysia dan Srilanka memiliki data perdagangan yang sama dengan Indonesia. Namun, data perdagangan antara
Indonesia dengan Pakistan tidak dilakukan t-paired test karena tidak ada catatan impor dari negara Pakistan.
Lain halnya dengan dua komoditi kehutanan tersebut, untuk komoditi Batubara hanya dua negara mitra dagang yang memiliki data perdagangan sama
dengan Indonesia, yakni Bangladesh dan Filipina. Keenam negara mitra dagang lainnya memiliki data perdagangan yang berbeda dengan Indonesia.
4.4. Hasil t-Paired Test Negara Maju
Berdasarkan metode pengolahan data yang sama diperoleh bahwa hasil t- paired test
untuk negara maju sedikit berbeda. Hasil ini disebabkan oleh data perdagangan Indonesia dengan negara mitra dagang pada komoditi plywood
cenderung berbeda. Namun untuk komoditi pulp dan batubara, data perdagangan Indonesia dengan negara mitra dagang memiliki catatan yang sama dan ada pula
yang berbeda. Hasil pengolahan data disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Hasil t-paired test masing-masing komoditi per partner beberapa negara
maju No
Partner Hasil t-Paired Test
Plywood Pulp
Coal 1
Australia Beda
Sama Sama
2 Canada
Beda -
- 3
China Beda
Beda Sama
4 Francis
Beda Beda
Beda 5
Germany Beda
Beda Beda
6 Italy
Sama Sama
Beda 7
Jepang Beda
Sama Sama
8 USA
Beda Sama
Beda Pada plywood, Italy memiliki data perdagangan sama dengan Indonesia
karena catatan antara impor Italy dengan ekspor Indonesia tidak melebihi perbedaan 10. Sedangkan ketujuh negara, yakni Australia, Canada, China,
Francis, Germany, Jepang dan USA memiliki data perdagangan yang beda dengan Indonesia.
22
Negara maju yang memiliki catatan impor berbeda dengan Indonesia untuk komoditi pulp adalah China, Francis, Germany. Adapun empat negara yakni
Australia, Italy, Jepang dan USA memiliki catatan yang sama dengan Indonesia. Namun, data perdagangan antara Indonesia dengan Canada tidak dilakukan t-
paired test karena tidak ada catatan impor dari negara Canada.
Lain halnya dengan dua komoditi tersebut, untuk komoditi Batubara terdapat tiga negara mitra dagang yang memiliki data perdagangan sama dengan Indonesia,
yakni Australia, China, dan Jepang. Keempat negara lainnya, yaitu Francis, Germany, Italy dan USA memiliki catatan yang berbeda dengan Indonesia. Hal ini
berarti perbedaan catatan negara mitra dagang tersebut melebihi 10. Ekspor-impor antara Indonesia dengan negara mitra dagang baik itu negara
berkembang maupun negara maju pada komoditi kehutanan dan non kehutanan terdapat catatan yang sama atau tidak melebihi 10 dan ada pula yang beda atau
melebihi 10. Selain itu, jika dilihat catatan ekspor Indonesia dengan impor negara mitra dagang per komoditi dalam jangka waktu 20 tahun, maka tidak
semua data perdagangan trade value tercatat secara lengkap. Ada yang melaporkan hanya 10 tahun, 15 tahun atau bahkan ada yang sama sekali tidak
melaporkan data ekspor atau impornya. Pada komoditi plywood dan pulp di negara berkembang terdapat masing-
masing empat negara mitra dagang yang data impornya sama dengan data ekspor Indonesia. Namun, untuk komoditi pertambangan terdapat enam dari delapan
negara mitra, kecuali negara Bangladesh dan Filipina, yang memberikan data impor berbeda dengan data ekspor Indonesia. Di sektor kehutanan, data ekspor
Indonesia tercatat lebih besar daripada data impor negara berkembang. Namun sebaliknya, ekspor Indonesia tercatat lebih kecil daripada nilai impor negara maju.
Di sektor non kehutanan pertambangan, data ekspor Indonesia tercatat lebih kecil daripada data impor negara berkembang dan negara maju.
Perbedaan data ekspor-impor dapat disebabkan oleh faktor-faktor antara lain waktu, biaya pengapalan dan asuransi, klasifikasi barang yang diartikan sebagai
ketika transaksi dilaporkan oleh kedua belah pihak sama nilainya, tetapi kadang- kadang barang diklasifikasikan berbeda antara klasifikasi eksportir dan importir.,
kegiatan re-ekspor, atau faktor lain yang dinilai negatif seperti partner country
23
attribution dan perlakuan dari proses perdagangan yaitu asal dari impor untuk
country of origin dan ekspor untuk negara tujuan sering menjelaskan perbedaan
yang signifikan ketika barang pindah dari country of origin ke negara tujuan melalui lokasi ketiga dalam statistik perdagangan internasional; miss invoicing
yaitu nilai suatu barang dapat menjadi lebih tinggi atau lebih rendah daripada nilai sesungguhnya, transfer pricing yaitu melakukan miss invoice yang ada
hubungannya dengan rekanan usaha di negara lain, serta smuggling penyelundupan yaitu transaksi tidak dicatat sama sekali sehingga nilainya nol
Ferrantino dan Zhi, 2007. Dari faktor tersebut, maka faktor yang dinilai negatif berpotensi menimbulkan perbedaan data ekspor dan impor lebih besar dibanding
faktor-faktor lainnya. Selain faktor-faktor tersebut, perbedaan data ekspor-impor dapat disebabkan oleh variasi sistem pengumpulan dan pelaporan data yang
diterapkan lembaga bea di negara berkembang yang masih menggunakan dokumen ekspor dan impor yang harus diisi secara manual, sehingga jenis
informasi yang dikumpulkan tidak selalu sama. Namun di negara maju, sistem ini sudah menggunakan teknologi canggih, yaitu pencatatan semua transaksi ekspor
dan impor dicatat dan dilacak dengan jaringan elektronik. Secara umum kegiatan ekspor-impor di negara berkembang didasari oleh
basis perekonomian dan perdagangan international sesuai dengan sumber daya yang tersedia, sistem perekonomian, lembaga-lembaga sosial, serta kapasitas
pertumbuhan dan pembangunannya. Selain itu, dilihat dari posisi perdagangan, negara-negara berkembang masih bergantung pada hasil penjualan produknya ke
negara-negara maju, sehingga peranan mereka dalam perdagangan dunia masih kurang. Oleh karena itulah, negara-negara berkembang berupaya lebih banyak
berperan serta dalam sistem perdagangan internasional dan berusaha memperkuat kapasitas mereka untuk berpartisipasi guna pertumbuhan ekonomi di masa depan.
4.5. Implikasi Perbedaan Data Statistik
TelapakEIA dalam Santi 2007 menyatakan bahwa semakin tinggi nilai korupsi akan berjalan searah dengan semakin tingginya discrepancy statistic. Hal
tersebut mencerminkan bahwa negara yang level korupsinya tinggi merupakan negara yang memiliki sistem yang lemah dengan penegakan hukum rendah.
Berdasarkan hal tersebut, maka eksportir mempunyai kecenderungan untuk
24
melakukan kegitan illegal, jika dia merasa aman untuk melakukannya. Indonesia dapat dikatakan sebagai negara yang memiliki level korupsi yang tinggi dengan
penegakan hukum rendah. Dalam kehidupan perekonomian di negara berkembang, penegakan hukum yang rendah telah menciptakan suatu kelompok
bisnis-politis yang dapat bertahan hanya karena para anggotanya mendapat lisensi khusus dan hak-hak istimewa. Perbedaan data statistik ini dapat menimbulkan
kerugian bagi Indonesia seperti berkurangnya devisa negara dan hilangnya pajak, dimana keduanya merupakan sumber pendapatan negara. Selain itu, perbedaan
data ekspor-impor ini bisa jadi mengindikasikan bahwa ada yang tidak beres dalam tata perekonomian Indonesia.
4.6. Upaya untuk Mengurangi Perbedaan Data Statistik.
Upaya untuk mengurangi perbedaan data statistik dapat dilakukan dengan cara menerapkan prinsip penting pemerintahan baik good governance yakni
akuntabilitas dan transparansi. Prinsip ini diartikan sebagai pembuatan dan pelaksanaan kebijakan harus disertai pertanggungjawaban sehingga tersedianya
informasi yang memadai kepada masyarakat terhadap proses tersebut, serta didukung dengan hukum dan kebijakan politik transparan dan adil. Begitu pula
pelaksanaan birokrasi seperti mengurus administrasi ekspor-impor, yang harus dibenahi dengan cara melakukan transformasi diri dari birokrasi yang kinerjanya
kaku rigid menjadi organisasi birokrasi yang strukturnya lebih desentralistis, inovatif, fleksibel, dan responsif.
Upaya lainnya dapat dilakukan dengan menerapkan pencatatan data ekspor- impor secara online di negara eksportir dan importir sehingga keseluruhan sistem
terkoneksi. Dari upaya tersebut, negara eksportir dan importir dapat melaporkan data ekspor-impor secara detail dan akurat. Pihak-pihak seperti BPS, departemen
perdagangan, perpajakan, bea dan cukai, perbankan maupun pihak organisasi international PBB perlu melakukan kerjasama yang baik. Selain itu juga,
pemerintahan Indonesia perlu memperbaiki tata perekonomian dan menjalankan sistem pengawasan terhadap kegiatan keluar-masuk barang ekspor-impor dari
negara-negara mitra dagang, serta perlu menerapkan sistem yang baku dalam pencatatan data ekspor maupun impor sehingga tidak mudah mengalami
perubahan.
25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN