II. Kelemahan Weaknes Kajian Potensi Sumberdaya Pesisir Untuk Pengembangan Ekowisata Berbasis Pulau-Pulau Kecil Di Pulau Sayafi Dan Liwo Provinsi Maluku Utara.
Tabel 12 Perangkingan alternatif strategi
No Komponen
SWOT Keterkaitan
Nilai Ranking
Strategi S-O
1
S-O1
S1+S2+S3+S4+S5+O1+O2+O4 6.16
I
Strategi W-O
2
W-O1
W1+W2+W4+W5+O2+O3+O4 3.64
II 3
W-O2
W2+W3+W4+O1+O4 2.20
IV
Strategi S-T
4 S-T1
S1+S2+T1+T2+T3+T4+T5 3.35
III
Strategi W-T
5 W-T1
W1+W2+W3+W4+T1+T2+T4 1.81
V
Keterangan: S = strenght; O = Opportunity; W = Weaknnes; T = Treath
Analisis SWOT dengan pendekatan IFAS dan EFAS seperti pada gambar 16 menunjukkan bahwa grafik kuadran berada pada strategi SO Strenght
– Oportunity yang memiliki prioritas tinggi. Namun demikian dalam pengelolaan
ekowisata bahari di Pulau Sayafi dan Liwo, dilakukan perangkingan alternatif strategi yang menempati rangking 3 tiga besar sebagai prioritas utama dalam
pemanfaatan ekowisata bahari di Pulau Sayafi dan Liwo.
I. Pemanfaatan potensi sebagai ekowisata bahari dengan mempertimbangkan
daya dukung lingkungan Caryying capacity. Strategi S-O Strenght –
Oportunity.
Pemanfaatan potensi sumberdaya pesisir dan laut sebagai ekowisata bahari, sangat penting untuk memperhatikan kapasitas lingkungan. Pembatasan kapasitas
pengunjung juga sangat berperan dalam menjaga ekosistem pesisir. Hal ini dilakukan karena mempertimbangkan ciri-ciri fisik secara umum bahwa pulau-
pulau kecil sangat rentan terhadap aktivitas eksternal, baik itu pengaruh secara alami maupun karena aktivitas manusia. Baksir et al. 2009, menjelaskan bahwa
pengelolaan pulau-pulau kecil sebagai kawasan ekowisata berkelanjutan diperlukan kondisi ekologis yang baik, sehingga memberikan pengaruh daya dukung kawasan
ekowisata, dan pendapatan wisata sebagai aplikasi dari suatu sistem.
II. Melakukan upaya konservasi bagi ekosistem terumbu karang untuk
pengembangan ekowisata bahari. Strategi S-O Strenght – Oportunity.
Upaya pengelolaan sumberdaya terumbu karang agar dapat memberikan manfaat yang optimal dan lestari, maka perlu dipandang sebagai satu pilihan yang
harus diseriusi. Perubahan lingkungan pada wilayah pesisir dan laut, terutama ekosistem terumbu karang, diakibatkan karena aktifitas antropogenik maupun
aktifitas alami. Umumnya tigkat kerusakan terumbu karang, lebih banyak ditemukan karena aktifitas antropogenik seperti penggunaan bahan peledak,