Alur Pikir dan Ruang Lingkup Penelitian

III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Riau atas pertimbangan bahwa Riau merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki areal lahan gambut yang luas. Selain itu di Riau terdapat areal konsesi HTI pulp lahan gambut yang luas dan terdapat perusahaan pabrik pulpkertas multinasional berkapasitas tinggi di tingkat nasional maupun maupun Asia. Secara khusus lokasi penelitian difokuskan di areal konsesi HTI PT Riau Andalan Pulp and Paper PT. RAPP Kabupaten Pelalawan, Riau.

3.2. Alur Pikir dan Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk mendukung kebijakan pengembangan Hutan Tanaman Industri HTI penghasil pulp. Penelitian ini juga merupakan evaluasi terhadap kecenderungan pemanfaatan dan pengembangan lahan gambut menjadi kawasan HTI pulp berdasarkan aspek serapan karbon dan nilai ekonomi karbon. Keterangan : : Pilihan kebijakan : Kemungkinan hasil penelitian : Aktivitas penelitian : Batasanlingkup penelitian Gambar 4 Kerangka pikir penelitian perubahan kandungan dan nilai ekonomi karbon pada HTI pulp di lahan gambut. Komparasi C stock Hutan Alam HTI pulp CHA ≤ CHTI C HA C HTI Analisis nilai ekonomi Carbon HTI pulp Analisis Nilai Ekonomi Komparasi Nilai ekonomi C HA Nilai ekonomi HTI pulp NPV HA NPV HTI NPV HA ≤ NPV HTI Adaptasi HTI REDD Evaluasi nilai ekonomi aspek lingkungan lainnya NPV - NPV + Batasan areal hutan dalam penelitian ini adalah lahan gambut. Terminologi yang umum digunakan untuk menggambarkan areal bergambut adalah lahan gambut atau rawa gambut. Menurut sejumlah literatur yang dikutip oleh Barchia 2006, lahan gambut tergolong sebagai salah satu tipologi lahan rawa, dimana rawa didefinisikan sebagai suatu bagian daratan yang sepanjang tahun biasanya jenuh air atau tergenang air. Sehingga sebutan bagi gambut sebagai lahan gambut maupun rawa gambut adalah sama. Penelitian ini membatasi kuantifikasi Gas Rumah Kaca GRK pada karbon C. GRK yang berpengaruh terhadap pemanasan global terdiri dari banyak jenis unsur dan senyawa, namun karena hutan memiliki peran besar dalam menyerap CO 2 dari atmosfer dan melakukan simpanan karbon vegetasi hutan tanaman menyerap CO 2 dan menyimpannya pada seluruh bagian pohon dalam bentuk biomassa, sejumlah 50 dari biomassa terdiri dari karbon Murray 2004; Rahmat, Sumadi Hidayat 2007a, maka fokus kajian dibatasi pada simpanan karbon vegetasi. Kajian meliputi aspek perhitungan simpanan karbon vegetasi hutan rawa gambut dalam beberapa kondisi dan pada kawasan lahan gambut HTI pulp dalam berbagai kelas umur. Kondisi hutan alam gambut dibedakan pada 3 kategori, yaitu : hutan bekas tebangan logged over forest, hutan sekunder dan hutan terdegradasi. Adapun kelas umur tanaman pada HTI pulp terdiri atas kelas umur 1 sampai 5 tahun. Gambar 5 Skema dinamik pembentukan kondisi hutan alam gambut Hutan rawa gambut bekas tebangan yang dimaksud adalah hutan rawa gambut bekas aktivitas penebangan oleh HPH atau lainnya yang masih memiliki potensi vegetasi growing stock tinggi dan masih menunjukkan ciri-ciri hutan primer. Hutan rawa gambut sekunder adalah hutan rawa gambut bekas tebangan yang telah mengalami tekanan penggunaan lebih lanjut sehingga potensinya menurun dan telah menunjukkan adanya Penebangan Tekanan penggunaan lebih lanjut : penebangan, dll. Tekanan penggunaan lebih lanjut : penebangan, penebasan, pembakaran, dll. Hutan alam primer Hutan sekunder Hutan bekas tebangan logged over forest Hutan terdegradasi jenis-jenis pionir yang berbeda dengan jenis alami hutan rawa sebelumnya. Adapun hutan gambut terdegradasi yang dimaksud adalah hutan rawa gambut sekunder yang telah mengalami tekanan lebih lanjut pembalakan, tebas bakar, perambahan, dan lain-lain sehingga potensi vegetasinya sangat sedikit atau tidak ada sama sekali. Secara skematis, definisi operasional hutan rawa gambut pada 3 kondisi ini diilustrasikan pada gambar 5.

3.3. Prosedur Penelitian