HUBUNGAN KONSEP DIRI INDEPENDEN DENGAN INTENSI MEMBELI SEPEDA FIXIE

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sepeda fixie saat ini, menjadi sepeda yang fenomenal, tiba-tiba melejit
diantara semakin menjamurnya sepeda motor diperkotaan. Sepeda fixie menjadi
sepeda tren masa kini, menjadi sepeda gaul, sepeda anak muda sekarang. Bukan
rumah saja yang sekarang tren dengan gaya minimalis sepeda fixie dikatakan
identik dengan gaya minimalis, sepeda ini tampilannya sederhana tetapi keren
dan semarak bak pelangi. Keunikan sepeda ini adalah pada warnanya, bisa
dikombinasikan warna-warna yang disukai, pada kerangka, stang maupun
bannya. Itulah sepeda yang sedang tren dikalangan muda sampai pekerja. Kata
Fixie berasal dari kata Fixed Gear. Fixed Gear ini adalah gear belakang yang
dibuat mati jadi pedal sepeda akan ikut berputar saat roda berputar. Untuk
mengerem atau mengurangi laju sepeda cukup dengan menahan putaran pedal ke
arah belakang (untuk yang tidak menggunakan rem depan), dan sebenarnya ini
hal utama yang membedakan sepeda fixie dengan jenis sepeda lainnya. Banyak
anak muda yang menggunakan sepeda ini entah karena sepeda ini memiliki
keunikan sendiri atau hanya sekedar mengikuti tren yang ada. Sekarang ini tak

jarang kita temui sebuah perkumpulan tersendiri untuk sepeda ini. Para pemilik
sepeda fixie ini sengaja membuat perkumpulan untuk kemudian pada suatu
waktu berkumpul dan menggayuh sepedanya bersama-sama untuk berkeliling.
Menggunakan sepeda saat ini tidak hanya sebagai alat transportasi, tetapi untuk
gaya hidup.
Perkembangan sepeda fixie di Indonesia terlebih di Jakarta berkembang
sangat pesat dan sebagian besar penggunanya adalah anak muda, mereka
membentuk komunitas yang tujuannya bertukar pikiran, bersepeda bersama-sama
dan menambah teman baru. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya komunitaskomunitas fixie yang ada, beberapa komunitas fixie yang berada di Jakarta
diantaranya adalah ID Fixed, Tremorz, Sektor, Fire Snake, Cixie, Fufufu, Woof,
dan Fixed Bandit (Stephanie, 2011), komunitas fixie tersebut dapat ditemukan
pada Rabu malam di kawasan Menteng. Di kawasan Jakarta Barat, komunitas

1

2

sepeda Tepon biasa mengadakan kumpul-kumpul di tiap Rabu, Jumat, dan
Minggu (car free day) di sebuah warung daerah Puri Indah blok A.
Fenomena bersepeda fixie tidak hanya ada pada masyarakat perkotaan

seperti Jakarta, tapi juga di daerah-daerah Nusantara. Salah satunya di Kota
Malang, Jawa Timur, yang memiliki “Malang Fixed Gear Single Speed”, atau
lebih dikenal dengan nama “MLGfgss” (Masril, 2012). MLGfgss merupakan
komunitas sepeda fixie pertama di Kota Malang yang berdiri pada Oktober
2010. Awalnya hanya beberapa orang saja yang berkumpul, tetapi lamakelamaan peminatnya terus meningkat. Adapun agenda rutin MLGfgss
diantaranya seminggu tiga kali yakni Rabu, Jumat dan Minggu mengadakan
kegiatan sepeda bersama. Uniknya, setiap kegiatan itu memiliki tema yakni Rabu
bertemakan Wednesday Night Ride (WNR), dimana mereka bersepeda pada hari
Rabu malam dengan mengelilingi Kota Malang dari sore hingga larut malam.
Kegiatan hari Jumat bertemakan Friday Biking Love (FBL) dimana semua jenis
sepeda boleh serta, tidak hanya fixie. Sedangkan kegiatan bersepeda di hari
Minggu bertema Sunday Skidday, yakni kegiatan yang khusus dilakukan bagi
mereka yang hobi melakukan skid (nge-trick).
Banyaknya peminat fixie ini membuat sebuah komunitas fixie di Jakarta
mengadakan sebuah acara khusus untuk sepeda yang satu ini. Acara “Gowes
1.000 Fixie”, Minggu (26/6/2011), menambah perbendaharaan rekor Museum
Rekor Indonesia (Romdhon, 2011). Acara tersebut diadakan oleh komunitas
sepeda Fixie bernama Komunitas Tremorz. Di acara itu berhasil menghadirkan
1.423 sepeda fixie dan menggayuh sepeda fixie bersama di seputar area
Kuningan. Dari banyaknya komunitas fixie yang ada serta dengan diadakannya

sebuah acara khusus untuk sepeda fixie ini terlihat jelas bahwa sepeda yang satu
ini banyak menarik perhatian banyak orang.
Sepeda fixie ini semakin berkembang menjadi sepeda gaul di kalangan
anak muda jaman sekarang, sayangnya sepeda ini ternyata dapat membahayakan
penggunanya. “Sepeda ini dapat membahayakan keselamatan pengendara dan
kesejahteraan umum pengguna lainnya. Ini tidak berhubungan dengan seberapa
besar pengalaman mereka,” ujar salah satu polisi lokal yang tidak disebutkan
namanya, berdasarkan keterangan Spiegel Online. Polisi Berlin, Jerman,

3

mengeluarkan peringatan keras setelah seorang pengedara sepeda fixie
mengalami luka kepala serius. Pihak berwenang menegaskan pelarangan
penggunaan sepeda fixie yang tidak memenuhi standar keselamatan, atau bahkan
tidak punya fitur keselamatan sama sekali. Meskipun tidak diklaim sebagai
sepeda ilegal, pemerintah Jerman mulai mewaspadai bahaya penggunaan sepeda
fixie yang tanpa fitur pengaman. Apalagi, sepeda tersebut memang tidak
memiliki rem sehingga dikhawatirkan membahayakan keselamatan. Sepeda fixie
umumnya tidak memiliki rem, dan untuk mengerem sepeda fixie ini adalah
dengan menahan laju pedal ke belakang. Padahal rem adalah hal yang terpenting

ketika mengendarai sebuah sepeda. Dapat dibayangkan ketika pengendara sepeda
fixie tiba-tiba dalam suatu keadaan yang mengharuskan untuk mengerem secara
mendadak, jelas ini akan menimbulkan kecelakaan pada pengendara itu.
Bahaya yang ada pada sepeda fixie itu nampaknya tidak dihiraukan sama
sekali, yang paling dipentingkan justru bagaimana agar dapat mengikuti tren dan
dianggap gaul. Tidak sedikit kita jumpai remaja rela mengeluarkan uang yang
cukup banyak hanya untuk mengikuti tren semata. Bahkan di salah satu situs
internet ada seseorang yang berniat mengumpulkan uang receh demi membeli
sepeda fixie, hanya karena sepeda fixie menjadi sebuah alat transportasi yang
sedang ramai diperbincangkan (Wijaya, 2011). Kebanyakan remaja pada
umumnya memilih mengikuti tren hanya karena takut dibilang ketinggalan
jaman. Sehingga yang terjadi adalah mereka membeli sepeda fixie hanya untuk
kepentingan tren semata dan agar dianggap gaul oleh orang-orang disekitarnya,
tanpa menghiraukan apakah sepeda fixie itu benar-benar menunjang aktivitasnya
ataukah justru membahayakan atau merugikan dirinya sendiri.
Banyak konsumen yang membeli suatu produk bukan hanya dari manfaat
produk itu sendiri, melainkan karena adanya kepuasan lain yang diterima oleh
konsumen sebagai sebuah kompensasi setelah membeli produk tersebut.
Sebagaimana dikatakan oleh Mowen dan Minor (2002) bahwa orang sering
membeli produk bukan untuk manfaat fungsional, tetapi lebih untuk nilai

simboliknya. Selanjutnya Grubb dan Grathwohl (dalam Mowen dan Minor,
2002), menjelaskan bahwa langkah pertama yang dilakukan konsumen dalam
mengkonsumsi sesuatu adalah membeli sebuah produk yang mengkomunikasikan

4

konsep dirinya kepada observer, kemudian konsumen berharap bahwa observer
akan memiliki persepsi yang diinginkan dari sifat alami produk secara simbolik,
dan akhirnya konsumen berharap bahwa observer akan memandang dirinya
seperti memiliki sifat simbolik yang hampir sama dengan produk tersebut.
Apa yang membuat sebuah produk dipandang sebagai simbol oleh para
konsumen?

Yang

paling

penting

adalah


kemampuan

produk

untuk

mengkomunikasikan diri konsumen kepada orang lain. Mowen dan Minor (2002)
menjelaskan bahwa produk yang komunikatif memiliki tiga karakteristik.
Pertama, produk itu terlihat yaitu pembeliannya, konsumsinya, dan disposisinya
terlihat jelas oleh orang lain. Kedua, produk itu memiliki variabilitas yaitu,
beberapa konsumen memiliki sumber daya untuk memilikinya dimana orang lain
tidak dapat. Jika seseorang memiliki produk dan hal itu identik bagi setiap orang,
maka hal ini tidak dapat dijadikan simbol. Ketiga, produk secara simbolik
memiliki kepribadian. Pelambangan pribadi merujuk pada seberapa jauh produk
menunjukkan citra stereotipe dari pengguna rata-rata. Seseorang dapat dengan
mudah melihat bagaimana produk-produk simbolik memiliki karakteristik dapat
dilihat, variabilitas dan pelambangan pribadi.
Manusia mempunyai pandangan dan persepsi atas dirinya sendiri. Dengan
demikian, setiap individu berfungsi sebagai subyek dan obyek persepsi. Konsep

diri yang dimiliki oleh seorang individu adalah berupa penilaian-penilaian
terhadap dirinya sendiri. Cooley dalam Rakhmat (2007) menyebut gejala seperti
itu sebagai looking glass self (cermin diri). Seakan-akan individu itu menaruh
cermin didepannya. Selanjutnya individu (konsumen) menilai bagaimana diri
mereka memandang mereka sendiri. Konsep diri yang ada pada konsumen bisa
berhubungan dengan sifat-sifat seperti bahagia, kebergantungan, modern, praktis,
energetis, serius, pengendalian diri, kesuksesan, sensitif dan agresif. Sutisna
(2002) menjelaskan bahwa secara umum konsep diri diatur oleh dua prinsip
yaitu, keinginan untuk mencapai konsistensi dan keinginan untuk meningkatkan
harga diri (self-esteem). Pencapaian konsistensi berarti bahwa konsumen akan
bertindak menurut konsep diri yang sebenarnya. Perilaku pembelian konsumen
yang diarahkan untuk pencapaian konsep diri, itulah yang disebut sebagai
keinginan untuk konsisten antara konsep diri dan perilakunya.

5

Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku
individu. Bagaimana individu memandang dirinya akan tampak dari seluruh
perilaku. Dengan kata lain perilaku individu akan sesuai dengan cara individu
memandang dirinya sendiri. Menurut Hurlock (1973) konsep diri adalah

pandangan individu mengenai dirinya. Konsep diri terdiri dari dua komponen,
yaitu konsep diri sebenarnya (real self) yang merupakan gambaran mengenai
diri, dan konsep diri ideal (ideal self) yang merupakan gambaran individu
mengenai kepribadian yang diinginkan. Konsep diri inilah yang kemudian dapat
memunculkan intensi membeli konsumen pada suatu produk. Pengertian intensi
secara sederhana adalah niat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu.
Intensi membeli merupakan salah satu intensi berperilaku. Mowen dan Minor
(2002) mengatakan bahwa intensi perilaku berkaitan dengan keinginan konsumen
untuk berperilaku menurut cara tertentu guna memiliki, membuang, dan
menggunakan produk, dimana intensi membeli dapat diartikan sebagai
kecenderungan untuk membeli merek tertentu. Intensi membeli di dalamnya
terkandung makna rencana individu atau kelompok untuk membeli, rencana ini
dipengaruhi oleh evaluasi individu atas perilaku, harapan orang lain atas perilaku
dan potensi untuk mewujudkan perilakunya. Oleh karena itu intensi membeli ini
dapat digunakan sebagai prediktor dari perilaku membeli.
Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Christina Maria Agustin
(2007) tentang “Hubungan antara Gaya Hidup Hedonis dengan Intensi Membeli
Pakaian Fashion pada Remaja”, membuktikan bahwa ada hubungan positif yang
sangat signifikan antara gaya hidup hedonis dengan intensi membeli pakaian
fashion pada remaja, jadi gaya hidup tinggi maka intensi membeli pakaian tinggi

dan sebaliknya. Juga penelitian yang dilakukan oleh Yuswin Amirawati (2009)
tentang “Hubungan antara Aktualisasi Diri dengan Intensi Membeli Laptop pada
Dosen”, membuktikan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara
aktualisasi diri dengan intensi membeli laptop pada dosen. Hal ini menunjukkan
bahwa aktualisasi diri yang tinggi akan memiliki intensi membeli laptop yang
tinggi pula dan sebaliknya. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rima Zhuhriah Auda (2009) tentang “Pengaruh Citra Merek terhadap Intensi
Membeli” hasil penelitian menjelaskan bahwa terdapat pengaruh yang positif dari

6

citra merek terhadap intensi membeli, semakin tinggi tingkat citra merek maka
semakin tinggi pula tingkat intensi membeli
Seseorang memandang dan melakukan evaluasi terhadap sebuah produk
tak lepas dari konsep diri yang ia miliki. Oleh karena itu penelitian ini
dilaksanakan untuk mengetahui hubungan konsep diri dengan intensi membeli.
Dalam hal ini berarti bagaimana konsep diri membentuk perilaku seseorang
dalam intensi membeli sepeda Fixie. Hawkins, Best dan Coney (2004) telah
mengkategorikan konsep diri menjadi dua tipe yaitu, konsep diri independen dan
konsep diri interdependen. Konsep diri Independen mendefinisikan dirinya

berdasarkan apa yang mereka lakukan, apa yang mereka miliki, dan
karakteristik pribadi yang membuat mereka berbeda dengan individu lain,
sedangkan konsep diri interdependen mendefinisikan dirinya dalam konteks
peran sosial, hubungan dengan keluarga serta kelompok. Ketika seseorang
bersikap independen dalam memilih suatu produk maka ia hanya membeli
produk yang benar-benar mencerminkan konsep dirinya yang sebenarnya
sehingga ia akan menilai sebuah produk sesuai dengan keyakinan dirinya
sendiri dan cenderung tidak mudah tergiur dengan adanya penawaran sebuah
produk yang ada. Namun seringkali yang terjadi adalah orang lebih memilih
untuk mengikuti tren yang ada daripada mencari produk yang sesuai dengan
konsep diri yang ia miliki, individu yang seperti itu akan mudah terpengaruh
orang-orang disekitarnya atau mengikuti tren yang sedang berkembang
sehingga ia akan cenderung mudah tergiur dengan adanya penawaran sebuah
produk yang ada. Perilaku inilah yang kemudian dapat memunculkan intensi
membeli tertentu pada seseorang. Pada sebuah tipe konsep diri memiliki ciriciri tertentu

yang dapat mempengaruhi bagaimana ia memandang dan

mengevaluasi sebuah produk dan kemudian akan berpengaruh pula pada
intensi membelinya, dalam hal ini berarti intensi membelinya pada sepeda

fixie. Oleh karena itu penelitian ini mengambil judul “Hubungan Konsep Diri
Independen dengan Intensi Membeli Sepeda Fixie”.

7

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian
ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara konsep diri independen dengan
intensi membeli sepeda fixie?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
konsep diri independen dengan intensi membeli sepeda fixie.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan, khususnya di bidang Psikologi Konsumen terutama bagi
akademisi yang ingin mengetahui hubungan konsep diri independen dengan
intensi membeli.
2. Secara praktis, yaitu sebagai bahan acuan penelitian dimasa yang akan datang
dan akan diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan intensi membeli.

HUBUNGAN KONSEP DIRI INDEPENDEN DENGAN INTENSI MEMBELI
SEPEDA FIXIE

SKRIPSI

Oleh :
Veva Ardhyaning Kencana Sari
08810091

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

HUBUNGAN KONSEP DIRI INDEPENDEN DENGAN INTENSI MEMBELI
SEPEDA FIXIE

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang
sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :
Veva Ardhyaning Kencana Sari
08810091

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Hubungan Konsep Diri Independen dengan Intensi Membeli Sepeda Fixie”,
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas
Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Bapak Zakarija Achmat, S.Psi, M.Si, selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya untuk mengarahkan, memberikan saran, dan
membimbing saya dengan dengan sabar dan ikhlas sehingga skripsi ini dapat
tersusun dengan baik.
3. Ibu Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dengan
sabar dan ikhlas hingga penulisan skripsi ini selesai.
4. Ibu Hudaniah, S.Psi, M.Si, selaku dosen wali psilologi 2008 kelas B yang
telah memberikan dukungan dan doanya, serta arahan dan bimbingan sejak
awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
5. Para Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang atas kerjasamanya
menjadi subjek dalam penelitian ini.
6. Seluruh

dosen

dan

pegawai

TU

Fakultas

Psikologi

Universitas

Muhammadiyah Malang yang telah membantu penulis selama perkuliahan.
7. Orangtuaku tersayang dan tercinta ayahanda Pudji Asmono dan ibunda Ni
Wayan Seri Hayati yang telah memberikan kasih sayang yang luar biasa,
semangat, doa serta dukungan moril maupun materil yang terus-menerus
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
membuat “Mamah & Papah” tersenyum bangga.

8. Kakakku tersayang dan tercinta “Gita” dan suaminya “Arqom”, yang
memberi semangat dan selalu menemani penulis ketika orangtua sedang jauh
di luar kota.
9. Untuk orang yang setia dan selalu siap membantu “Stevanus Herdianto
Rumiar Hadi”

yang berusaha menyempatkan waktunya untuk menemani

mengantri bimbingan skripsi dan mencari bahan skripsi. Terimakasih atas
doa, kesabaran serta motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
10. Sahabat terbaik dan tersayang “Anggi, Astika, Widya, Arinda, Dendik,
Karina, Fitri, Manda, Nina, Evika” yang memberikan semangat dan telah
menjadi teman yang baik dan menyenangkan serta selalu ada saat suka
maupun duka.
11. Semua teman, kerabat, dan keluarga besar Psikologi 2008 kelas B yang telah
memberi semangat, saran dan masukan, terimakasih atas kebersamaannya
selama ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh
karena itu penulis mengharapkan masukan dan saran yang membangun dari semua
pihak guna menyempurnakan penelitian ini. Semoga hasil dari penelitian ini dapat
bermanfaat bagi banyak pihak.

Malang, Mei 2012

Veva Ardhyaning K.S

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN ...........................................................................
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................
SURAT PERNYATAAN ...............................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................
INTISARI ......................................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

i
ii
iii
iv
v
vii
ix
xi
xii

BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................
A. Latar Belakang Masalah .....................................................................
B. Rumusan Masalah .............................................................................
C. Tujuan Penelitian ..............................................................................
D. Manfaat Penelitian ............................................................................

1
1
7
7
7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 8
A. Konsep Diri ......................................................................................
1. Pengertian Konsep Diri ...............................................................
2. Peranan Konsep Diri ...................................................................
3. Konsep Diri pada Riset Konsumen ..............................................
4. Komponen Konsep Diri ...............................................................
5. Dimensi Konsep Diri ...................................................................
6. Konsep Diri Independen dan Interdependen ................................
B. Intensi Membeli ................................................................................
1. Pengertian Intensi ........................................................................
2. Pengertian Intensi Membeli ..........................................................
3. Proses Terbentuknya Intensi .........................................................
4. Faktor Intensi ..............................................................................
5. Kekhusuan Intensi .......................................................................
C. Sepeda Fixie .....................................................................................
1. Pengertian Sepeda Fixie ..............................................................
2. Karakteristik Sepeda fixie ...........................................................
D. Hubungan Konsep Diri Independen dengan
Intensi Membeli Sepeda Fixie ............................................................
E. Kerangka Pemikiran ..........................................................................
F. Hipotesis ...........................................................................................

8
8
9
10
12
13
14
15
15
16
17
19
19
20
20
21
22
25
26

BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 27
A. Rancangan Penelitian ........................................................................ 27
B. Variabel Penelitian ............................................................................ 27
1. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................... 27

C.
D.

E.

F.

G.
H.

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian .....................................
Populasi dan Sampel .........................................................................
Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ........................................
1. Jenis Data ....................................................................................
2. Metode Pengumpulan Data .........................................................
Validitas dan Reliabilitas ..................................................................
1. Validitas ......................................................................................
2. Reliabilitas ..................................................................................
Prosedur Penelitian ...........................................................................
1. Tahap Persiapan ..........................................................................
2. Tahap Pelaksanaan ......................................................................
3. Tahap Pengolahan Data ...............................................................
Teknik Analisis Data .........................................................................
Rancangan Analisis Data ..................................................................

28
29
29
29
30
34
34
37
39
39
40
40
40
41

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 42
A. Deskripsi Data .................................................................................. 42
B. Hasil Analisis Data ........................................................................... 43
C. Pembahasan ...................................................................................... 44
BAB V. PENUTUP ........................................................................................ 50
A. Kesimpulan ....................................................................................... 50
B. Saran-saran ....................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 52
LAMPIRAN ................................................................................................... 54

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pemberian Skor pada Skala Likert ................................................... 31
Tabel 3.2 Blue Print Skala Konsep Diri Independen ........................................ 32
Tabel 3.3 Blue Print Skala Intensi Membeli ..................................................... 33
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Skala Konsep Diri Independen ........................... 35
Tabel 3.5 Blue Print Skala Konsep Diri Independen setelah Try out ................ 35
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Skala Intensi Membeli ........................................ 36
Tabel 3.7 Blue Print Skala Intensi Membeli setelah Try out ............................. 36
Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Skala Konsep Diri Independen ....................... 37
Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas Skala Intensi membeli .................................... 38
Tabel 3.10 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Konsep Diri Independen dengan
Skala Intensi Membeli .................................................................... 38
Tabel 3.11 Rancangan Analisa Data Product Moment ..................................... 41
Tabel 4.1 Rangkuman Deskripsi Data Konsep Diri Independen ....................... 42
Tabel 4.2 Rangkuman Deskripsi Data Intensi Membeli Sepeda Fixie ............... 43
Tabel 4.3 Rangkuman Analisa Korelasi Product Moment ................................ 44

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 The Theory of Planned Behavior .................................................. 18
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA

Amirullah. 2002. Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Amirawati, Y. 2009. Hubungan antara Aktualisasi Diri dengan Intensi Membeli
Laptop pada Dosen (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang, Jawa Timur).
Auda, R. Z. 2009. Pengaruh Citra Merek terhadap Intensi Membeli (Skripsi,
Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara, Medan).
Azwar, S. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
________, 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
________, 2009. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
________, 2009. Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
________, 2009. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Ajzen, Icek. 2006. The Theory of Planned Behavior. aizen@psyh.umas.edu (diakses
tanggal 27 Desember 2011)
Bakrie, C. A. 2011. Inilah Alasan di Indonesia Banyak Pakai Sepeda Fixie.
http://citranews.com (diakses tanggal 5 November 2011).
Christina, M. A. 2007. Hubungan Antara Gaya Hidup Hedonis Dengan Intensi
Membeli Pakaian Fashion pada Remaja. (Skripsi, Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur).
Dayakisni, T., & Hudaniah. 2006. Psikologi Sosial (Ed. Revisi). Malang: UMM
Press.
Fishbein, M., & Ajzen, I. 1975. Belief, Attitude, Intention and Behavior. Philippines:
Addison-Wesley Publishing Company inc.
Hawkins, Best., & Coney. 2004. Consumer Behavior: Building Marketing Strategy.
New York: McGraw-Hill Companies Inc.
Hurlock, E. B. 1973. Adolescent Development. Kogakusha: McGraw-Hill Companies
Inc.
Kerlinger, F. N. 2000. Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: UGM Press.

Loudon, D. L., Bitta, A. J. D. 1979. Consumer Behavior: Concepts and Aplications.
New York. Mc Graw-Hill Inc.
Mangkunegara, A. P. 1988. Perilaku Konsumen. Bandung: Eresco.
Masril, V. 2012. Malang Fixed Gear Single Speed. http://www.tnol.co.id (diakses
tanggal 10 Februari 2012).
Mowen, J. C., & Minor, M. 2002. Perilaku Konsumen Jilid 1. (Terj. Salim. L).
Jakarta: Erlangga.
Nabilakanesar. 2011. Sepeda Fixie. http://lifestyle.kompasiana.com (diakses tanggal
5 November 2011).
Peter, J. P., & Olson, J. C. 1999. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. (Terj.
Sihombing. L). Jakarta: Erlangga.
Pudjijogyanti, C. R. 1988. Konsep Diri dalam Pendidikan. Jakarta: Arcan.
Rakhmat, J. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Romdhon, F. 2011. Gowes 1000 Fixie Masuk Rekor Muri. http://arsipberita.com
(diakses tanggal 5 November 2011).
Solomon, M. R. 2002. Consumer Behavior: Buying, Having, and Being. United
States of America: Prentice Hall Internasional.
Stephanie, D. 2011. Beraksi dengan Sepeda Fixie. http://urbanesia.com (diakses
tanggal 5 November 2011).
Sutisna. 2002. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Wardhana, J. 2011. Fenomena Sepeda Fixie. http://klik-informatika.com (diakses
tanggal 5 November 2011).
Wijaya, R. P. 2011. Mengumpulkan Uang Receh Demi Sepeda Fixie.
http://wordpress.com (diakses tanggal 10 Februari 2012).
Winarsunu, T. 2009. Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang:
UMM Press.