Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Nervus Trigeminus

dilakukan oleh Drangsholt dan Truelove 2001 menyatakan bahwa sebagian besar pasien yang memiliki nyeri wajah ini mendapatkan diagnosa yang salah serta perawatan dental berupa pencabutan gigi oleh para praktisi kedokteran gigi. 4 Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap penyakit Trigeminal neuralgia di Departemen Bedah Mulut FKG USU. Alasan peneliti memilih subjek ini adalah karena mahasiswa kepaniteraan klinik nantinya akan menjadi dokter gigi yang mungkin akan mendapatkan kasus Trigeminal neuralgia. Oleh karena itu sebaiknya mahasiswa kepaniteraan mengetahui dengan jelas mengenai nyeri yang disebabkan oleh penyakit ini, sehingga dapat membedakan dengan nyeri odontogenik lainnya.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan diatas maka rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang Trigeminal neuralgia di Departemen Bedah Mulut FKG USU ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap Trigeminal neuralgia di Departemen Bedah Mulut FKG USU Periode Januari 2015 sampai Februari 2015.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Dapat memberikan gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik di departemen bedah mulut FKG USU terhadap Trigeminal neuralgia. 2. Sebagai evaluasi pengetahuan terhadap Trigeminal neuralgia bagi mahasiswa kepaniteraan klinik. 3. Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman dalam meneliti bagi peneliti.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nervus Trigeminus

Nervus Trigeminus adalah saraf kranial terbesar dan merupakan saraf otak motorik dan sensorik. Serabut motoriknya mempersarafi muskulus maseter, temporalis, pterigoideus internus dan eksternus, tensor timpani, omohioideus dan bagian anterior dari muskulus digastrikus. Inti motoriknya terletak di pons. Serabut-serabut motoriknya bergabung dengan serabut-serabut sensorik nervus trigeminus yang berasal dari ganglion Gasseri. Serabut-serabut sensoriknya menghantarkan impuls nyeri, suhu, raba, dan perasaan proprioseptif. Kawasannya ialah wajah, dan selaput lendir lidah dan rongga mulut serta gusi dan rongga hidung. Impuls proprioseptif, terutama berasal dari otot-otot yang disarafi oleh cabang mandibular, dihantarkan oleh serabut sensorik cabang mandibular sampai ke ganglion Gasseri. 16 Gambar 1. Nervus trigeminus 11 Gambar 2. Jalur sensorik Nervus Trigeminus 11 Jika ditinjau dari cabang-cabang perifernya, maka nervus trigeminus memiliki 3 cabang, yaitu: 16 1. Cabang Optalmik Cabang ini menghantarkan impuls protopatik dari bola mata serta ruang orbita, kulit dahi sampai verteks. Impuls sekretomotorik dihantarkannya ke glandula lakriminalis. Serabut-serabut dari dahi menyusun nervus frontalis masuk ke ruang orbita melalui foramen supraorbital. 16 Serabut-serabut dari bola mata dan rongga hidung bergabung menjadi seberkas saraf yang dikenal sebagai nervus nasosiliaris. Berkas saraf yang menuju ke glandula lakrimalis dikenal sebagai nervus lakrimalis. Ketiga berkas saraf, yaitu nervus frontalis, nervus nasosiliaris dan nervus lakrimalis mendekati satu dengan yang lain pada fisura orbitalis superior dan dibelakang fisura tersebut bergabung menjadi cabang I N.V nervus optalmikus. Cabang tersebut menembus durameter dan melanjutkan perjalanan di dalam dinding sinus cavernous. Pada samping prosesus klinoideus posterior cabang ini keluar dari dinding tersebut dan berakhir di ganglion Gasseri. Di dekatnya terdapat arteri fasialis. 16 Adanya lesi pada cabang ini seperti tumor, multipel sklerosis, dll menyebabkan hilangnya reflek kornea dan sensasi pada daerah dermatome. Perubahan pada kornea neuropatik keratitis juga mungkin terjadi. 17 2. Cabang maksilaris Cabang ini tersusun oleh serabut-serabut somatosensorik yang menghantarkan impuls protopatik dari wajah bagian pipi, kelopak mata bawah, bibir atas, hidung dan sebagian rongga hidung, gigi-geligi rahang atas, ruang nasofaring, sinus maksilaris, palatum mole dan atap rongga mulut. Serabut-serabut yang berasal dari kulit wajah masuk ke dalam tulang maksilar melalui foramen infraorbital. Berkas saraf ini dinamakan nervus infraorbital. Saraf-saraf dari mukosa cavum nasi dan rahang atas serta gigi-geligi atas juga bergabung dalam saraf ini dan setelahnya disebut nervus maksilaris, cabang II N.V. Ia masuk ke dalam rongga tengkorak melalui foramen rotundum kemudian menembus durameter untuk berjalan di dalam dinding sinus cavernous dan berakhir pada ganglion Gasseri. Cabang maksila nervus V juga menerima serabut-serabut sensorik yang berasal dari dura fossa krania media dan fosa pterigopalatinum. 16 Adanya lesi menyebabkan kehilangan sensasi reflek palatal. 17 3. Cabang Mandibular Cabang ini tersusun oleh serabut somatomotorik dan sensorik serta sekremotorik parasimpatetik. Serabut-serabut somatomotorik muncul pada daerah lateral pons menggabungkan diri dengan berkas serabut sensorik yang dinamakan cabang mandibular ganglion Gasseri. Secara eferen, cabang mandibular keluar dari ruang intrakranial melalui foramen ovale dan tiba di fossa infratemporal. Disitu nervus meningea media sensorik yang mempersarafi selaput meningen menggabungkan diri pada pangkal cabang mandibular. Di bagian depan fossa infratemporal, cabang III N.V bercabang dua. 16 Yang satu terletak lebih kebelakang dari yang lain. Cabang belakang merupakan pangkal dari saraf aferen dari kulit daun telinga nervus aurikulotemporal, kulit yang menutupi rahang bawah, mukosa bibir bawah, dan dua pertiga bagian depan lidah nervus lingual, glandula parotis dan gusi rahang bawah nervus dentalis inferior dan serabut eferen yang mempersarafi otot-otot omohioideus dan bagian anterior muskulus digastrikus. 16 Lesi pada cabang ini menyebabkan kekurangan sekresi saliva, kehilangan rasa kecap di 23 anterior lidah, kelemahan pada otot pengunyahan adalah ciri yang menonjol. 17

2.2 Trigeminal neuralgia

Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Bell’s Palsy Di Departemen Bedah Mulut Fkg Usu Periode Desember 2014 – Januari 2015

4 62 54

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap Pencegahan Komplikasi Lokal pada Penggunaan Anestesi Lokal di Departemen Bedah Mulut FKG USU periode Mei 2015 - Juni 2015

2 58 54

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU pada penanganan trauma maksilofasial periode November – Desember 2015

0 6 66

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU pada penanganan trauma maksilofasial periode November – Desember 2015

0 1 12

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU pada penanganan trauma maksilofasial periode November – Desember 2015

0 0 2

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU pada penanganan trauma maksilofasial periode November – Desember 2015

0 1 20

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU pada penanganan trauma maksilofasial periode November – Desember 2015

0 0 2

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU pada penanganan trauma maksilofasial periode November – Desember 2015

0 0 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nervus Trigeminus - Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Trigeminal Neuralgia Di Departemen Bedah Mulut Fkg Usu Periode Januari 2015-Februari 2015

0 0 34

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Trigeminal Neuralgia Di Departemen Bedah Mulut Fkg Usu Periode Januari 2015-Februari 2015

0 0 14