23
B. Hormon Steroid
Hormon adalah senyawa biologis aktif, bekerja dalam konsentrasi yang kecil, yang dibentuk dalam jaringan atau organ tertentu dari organisme hewan
dan manusia, melalui aliran darah mencapai organ sasaran dan memperlihatkan kerja spesifik Schunack et al. 1990. Hormon juga merupakan senyawa yang
secara normal dikeluarkan oleh kelenjar endokrin atau jaringan tubuh dan dilepaskan ke peredaran darah, menuju jaringan sasaran, berinteraksi secara
selektif dengan reseptor khas dan menunjukkan efek biologis Siswandono dan Soekardjo 1995.
Secara kimiawi hormon dapat digolongkan menjadi tiga kelompok berdasarkan bahan pembentuknya Siswandono dan Soekardjo 1995, sebagai
berikut: 1. Hormon peptida: mempunyai residu asam amino 3-200, meliputi semua
hormon hypothalamus dan pituitary, insulin dan glukagon pada pankreas 2. Hormon amina: kecil, dapat larut dalam air, mengandung grup amina,
meliputi adrenalin pada medulla adrenal dan hormon tiroid 3.
Hormon steroid: dapat larut dalam minyak, meliputi hormon adrenal cortical, androgen hormon seks jantan dan estrogen hormon seks betina
Steroid merupakan hormon turunan kolesterol yang mengandung 27 atom karbon dan dihasilkan oleh testis, ovarium, korteks adrenalis dan placenta.
Steroid mempunyai bobot molekul sekitar 300 Da Bischof dan Islami 2003. Hormon steroid dibagi dalam tiga kelompok di bawah ini Nogrady 1992.
1. Estrogen; merupakan hormon kelamin betina, diproduksi oleh ovarium, plasenta dan korteks adrenalis. Terdapat tiga tipe hormon dalam kelompok
ini, yaitu estron, estradiol dan estriol. 2.
Progesteron Gestagen; merupakan hormon kelamin betina yang menjaga kehamilan, diproduksi oleh korpus luteum dan plasenta.
3. Testosteron; merupakan hormon kelamin jantan, diproduksi oleh testis, dan
dalam jumlah yang lebih kecil oleh korteks adrenalis dan ovarium Hormon steroid merupakan turunan kolesterol, dengan struktur inti berupa
cincin siklopentana dengan nama perhydrocyclopentanophenanthrene Gambar 3 Dorfman dan Ungar 1965, Litwack dan Schmidt 2002.
24
Gambar 3 Kerangka inti steroid cyclopentanoperhydrophenanthrene
Turner dan Bagnara 1976; Litwack dan Schmidt 2002
Hormon steroid dibentuk dari jaringan tertentu di dalam tubuh dan dibagi ke dalam dua kelas yaitu hormon adrenal dan hormon seks testosteron,
esterogen dan progesteron Litwack dan Schmidt 2002. Hormon steroid memiliki molekul yang berukuran kecil sehingga dapat masuk ke seluruh sel,
tetapi hanya sel-sel sasaran yang memiliki reseptor khusus yang dapat mengikat hormon, yang selanjutnya akan terjadi sintesis protein baru. Beberapa jenis
hormon steroid pada manusia dapat dilihat pada Tabel 4. Respon biologis dari suatu organ target terhadap suatu hormon
ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya konsentrasi hormon, konsentrasi reseptor dan afinitas dari interaksi hormon reseptor. Fungsi dari reseptor adalah
untuk mengenal suatu hormon tertentu di antara banyak molekul yang ditemukan dalam waktu tertentu dan setelah berikatan dengan hormonnya akan
memberikan tanda-tanda yang dihasilkan oleh suatu respon biologis. Umumnya hormon ada dalam sirkulasi darah dengan konsentrasi yang sangat rendah
Schunack et al. 1990. Fungsi androgen adalah menstimulasi tahap akhir dari proses
spermatogenesis, juga meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas ekskresi dari organ kelamin pelengkap, pemeliharaan dan kelamin sekunder dan sexual
behaviour. Hormon steroid androgen dihasilkan oleh testis dan berfungsi dalam maskulinisasi atau pertahanan Ganong 1995.
25
Tabel 4 Hormon steroid pada manusia
Hormon Sekresi dari Tanda
sekresi
a
Fungsi
Progesteron Corpus luteum
LH Pemeliharaan endometrium
dengan estradiol; diferensiasi kelenjar susu
17ß-Estradiol Folikel ovarium;
Corpus luteum; Sel Sertoli
FSH Wanita: Pengaturan sekresi
gonadotropin pada siklus ovari; pemeliharaan
endometrium dengan progesteron; diferensiasi
kelenjar susu.
Pria: Inhibitor umpan negatif
dari sintesis testosteron oleh sel Leydig
Testosteron Sel Leydig
testis; kelenjar adrenal,
Ovarium LH
Pria: Setelah dikonversi menjadi dihydrotestosterone
DHT, produksi protein sperma dalam sel Sertoli;
karakteristik kelamin sekunder
Dehydro- epiandros-
terone Sel retikularis
ACTH Pertahanan tubuh; androgen
lemah; dapat diubah menjadi estrogen; pengaturan
koenzim NAD
+
Cortisol Sel fasciculata
ACTH Adaptasi
terhadap stress
dengan ekspresi fenotipik seluler; peningkatan glikogen
hati; pada dosis tinggi dapat membunuh sel T tertentu;
meningkatkan tekanan darah
Aldosteron Sel glomeru-losa dari
korteks adrenal Angiotensin
IIIII Pengambilan ion natrium
melalui saluran penghubung; selama stress konsentrasinya
lebih tinggi; meningkatkan tekanan darah; meningkatkan
volume cairan
1,25- Dihydroxy-
vitamin D3 Vitamin D meningkat
setelah iradiasi pada sel kulit dan
kemudian terbentuk hidroksilasi dalam
hati dan ginjal, sehingga ada dalam
bentuk hormon aktif PTH Memfasilitasi
absorpsi Ca
2+
dan fosfat oleh sel epitel usus; mempengaruhi protein
pengikat kalsium intraseluler
Litwack dan Schmidt 2002
a
LH: luteinizing hormone; FSH: follicle-stimulating hormone; ACTH: adrenocorticotropic hormone; PTH: parathyroid hormone
26
Androgen ada yang terbentuk secara alami seperti testosteron, 11 α-
ketotestosteron serta dihydrotestosteron dan ada pula yang disintesis seperti 17
α-metiltestosteron dan testosteron propionate. Menurut Schunack et al. 1990, hormon androgen terdiri dari androstanedion, androstenedion,
androstenediol dan trans-hidrosterin. Testosteron dalam kelas steroid dikenal sebagai androgen. Dalam
sirkulasi darah, testosteron berikatan dengan α-globulin untuk ditransformasikan,
77-99 dari testosteron yang bersirkulasi terikat dengan globuli proteinnya, sisa testosteron yang bebas dapat memasuki sel target dimana suatu enzim dalam
sitoplasma dapat merubah testosteron menjadi dihydrotestosteron yang seterusnya dapat bereaksi dengan reseptor pada inti. Kompleks hormon-
reseptor memasuki inti sel dan menstimulasi sintesis RNA, akhirnya meningkatkan biosintesis protein Schunack et al. 1990.
Sebagai hormon steroid, testosteron merupakan hormon yang bersifat anabolik dan androgenik. Dari kedua sifat itu yang lebih menonjol adalah sifat
androgenik karena sangat berpengaruh pada pertumbuhan organ reproduksi, organ seksual sekunder dan kelenjar aksesoris kelamin, sedangkan untuk sifat
anabolik, berpengaruh pada pertumbuhan jaringan dan sel-sel seperti otot, eritrosit serta pertumbuhan tulang Rath et al. 1996.
Testosteron disintesis dari prekursor utamanya yaitu kolesterol Gambar 4. Pada tahap awal kolesterol dikonversi menjadi
Δ
5
-Pregnenolon, yang merupakan senyawa antara dalam sintesis semua hormon steroid.
Δ
5
- Pregnenolon ini dapat diubah langsung menjadi progesteron atau menjadi 17ß-
estradiol dengan dehydroepiandrosterone sebagai perantara. Selanjutnya progesteron diubah menjadi testosteron, yang merupakan produk utama sekresi
sel Leydig pada testis dan mengalami konversi menjadi dihydrotestosterone sebelum terikat oleh reseptor androgen Litwack dan Schmidt 2002. Konversi
kolesterol menjadi hormon kelamin selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5.
27
Gambar 4 Struktur kolesterol A dan hormon kelamin, B. Testosteron, C. Estron, D. Estradiol dan E. Estriol Montgomery et al. 1993
A
B C
D E
28
Gambar 5 Konversi kolesterol menjadi hormon kelamin Litwack dan Schmidt 2002
Sintesis testosteron pada tubuh hewan jantan terjadi dalam suatu jaringan yang merespon androgen sehingga terbentuk metabolit androgenik yang
berperan dalam pengaturan tanda-tanda seks sekunder. Dalam hal ini, hipofisa anterior mensekresi Follicle Stimulating Hormone FSH dan Luteinizing
Hormone LH dimana LH mengatur aktivitas sel-sel leydig testis dalam memproduksi testosteron, sementara FSH merangsang spermatogenesis di
dalam tubuli seminiferi. Proses ini terjadi pada pejantan yang telah mencapai kematangan seksual Litwack dan Schmidt 2002.
C. Ekstraksi Steroid