xxxvi Masalah lingkungan di negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia, berbeda dengan masalah lingkungan di negara maju atau industri. Masalah lingkungan di negara maju disebabkan oleh
pencemaran sebagai akibat sampingan yang menggunakan banyak energi, teknologi maju yang boros energi pada industri, kegiatan
transportasi, dan komunikasi serta kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya. Masalah
lingkungan di
Indonesia terutama
berakar pada
keterbelakangan pembangunan. Karena itu, apabila negara industri mempunyai pandangan yang kuat untuk mengatasi masalah
lingkungan dengan tidak meningkatkan pembangunan, lazimnya dikenal dengan pertumbuhan nol zero growth, bagi Indonesia justru
untuk mengatasi masalah lingkungan diperlukan pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan pembangunan nasional Daud Silalahi,
2001:18.
3. Tinjauan Umum Tentang Hukum Lingkungan
a. Pengertian Hukum Lingkungan Menurut Gatot P. Soemartono, hukum lingkungan adalah
keseluruhan peraturan yang mengatur tingkah laku orang tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan terhadap lingkungan,
yang pelaksanaan peraturan tersebut dapat dipaksakan dengan suatu sanksi oleh pihak yang berwenang. Sedangkan pengertian lingkungan
disini adalah ruang dimana makhluk hidup berada dalam satu-kesatuan dan saling berinteraksi, sehingga mempengaruhi kelangsungan
makhluk hidup tersebut, termasuk manusia Gatot P. Soemartono, 1996:46.
Hukum Lingkungan
menurut Moenadjat
Danusaputro, dibedakan antara hukum lingkungan modern yang berorientasi pada
lingkungan atau environment oriented law dan hukum lingkungan klasik yang berorientasi kepada penggunaan lingkungan atau used
oeriented law. Hukum lingkungan modern menetapkan ketentuan dan
xxxvii norma-norma guna mengatur tindak perbuatan manusia dengan tujuan
untuk melindungi lingkungan dari kerusakan atau kemerosotan mutunya demi untuk menjamin kelestariannya agar dapat secara
langsung terus-menerus digunakan oleh generasi sekarang maupun generasi mendatang. Sedangkan hukum lingkungan klasik menetapkan
ketentuan dan norma-norma dengan tujuan terutama untuk menjamin penggunaan dan eksploitasi sumber daya lingkungan dengan berbagai
akal dan kepandaian manusia guna mencapai hasil semaksimal mungkin, dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Hukum
lingkungan modern berorientasi pada lingkungan itu sendiri atau komperhensif integral, selalu berada dalam dinamika dengan sifat dan
watak yang luwes, sedang hukum lingkungan klasik bersifat sektoral, serba kaku dan sukar berubah Moenadjat Danusaputro, 1980:35-36.
Koesnadi Hardjasoemantri mengungkapkan bahwa hukum lingkungan di Indonesia dapat meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
1 Hukum Tata Lingkungan; 2 Hukum Perlindungan Lingkungan;
3 Hukum Kesehatan Lingkungan; 4 Hukum Pencemaran Lingkungan dalam kaitannya dengan
misalnya pencemaran oleh industri, dan sebagainya; 5 Hukum Lingkungan TransnasionalInternasional dalam kaitannya
dengan hubungan antar negara; 6 Hukum Sengketa Lingkungan dalam kaitannya dengan misalnya
penyelesaian masalah ganti kerugian, dan sebagainya. Aspek-aspek diatas dapat ditambah dengan aspek-aspek
lainnya, sesuai dengan kebutuhan perkembangan pengelolaan lingkungan hidup dimasa-masa yang akan datang Koesnadi
Hardjasoemantri, 2002:41-42.
xxxviii b. Asas, Tujuan, dan Sasaran Pengelolaan Lingkungan Hidup
Ada beberapa asas pengelolaan lingkungan hidup, yaitu : 1 Asas tanggung jawab negara;
2 Asas berkelanjutan; 3 Asas manfaat.
Pengelolaan lingkungan hidup bertujuan untuk melanjutkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup
dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Adapun sasaran pengelolaan lingkungan hidup adalah : 1 Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara
manusia dan lingkungan hidup; 2 Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup
yang memiliki sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup;
3 Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;
4 Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup; 5 Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana;
6 Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha danatau kegiatan di luar wilayah negara yang
menyebabkan pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup. c. Wewenang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pengelolaan lingkungan hidup adalah
upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan,
pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup.
xxxix Pasal 8 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan : 1 Sumber daya alam dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat, serta pengaturannya ditentukan oleh pemerintah.
2 Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Pemerintah :
a. Mengatur dan mengembangkan kebijaksanaan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup;
b. Mengatur menyediakan,
peruntukan, penggunaan,
penggunaan, pengelolaan
lingkungan hidup,
dan pemanfaatan kembali sumber daya alam, termasuk sumber
daya genetika; c. Mengatur pembuatan hukum dan hubungan hukum antara
orang danatau subyek hukum lainnya serta perbuatan hukum terhadap sumber daya alam dan sumber daya buatan,
termasuk sumber daya genetika; d. Mengendalikan kegiatan yang mempunyai dampak sosial;
e. Mengembangkan pendanaan bagi upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku. 3 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Dalam Pasal 9 ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan : ”Pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan secara terpadu oleh instansi pemerintah
sesuai dengan bidang tugas dan tanggungjawab masing-masing, masyarakat serta pelaku pembangunan lain dengan memperhatikan
keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup”.
xl Pengaturan kewenangan masalah pengendalian lingkungan
hidup juga jelas terdapat dalam Pasal 13 ayat 1 dan Pasal 14 ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah.
Dalam pasal tersebut secara tegas diatur mengenai urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi maupun Pemerintah
Daerah KabupatenKota adalah salah satunya menyebutkan tentang pengendalian lingkungan hidup.
d. Hak, Kewajiban dan Peran Serta Masyarakat Dalam pengelolaan lingkungan hidup, hak dan kewajiban dari
masyarakat yaitu : 1 Hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat
Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup berbunyi :
”Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat”.
Pernyataan Heinhard Steiger dan kawan-kawan yang dikutip oleh Koesnadi Hardjasoemantri bahwa apa yang dinamakan
hak-hak subyektif subjectif right adalah bentuk yang paling luas dari perlindungan seseorang. Hak tersebut memberikan kepada
yang mempunyainya suatu tuntutan yang sah guna meminta kepentingannya akan suatu lingkungan hidup yang baik dan sehat
untuk dihormati, suatu tuntutan yang dapat didukung prosedur hukum, dengan perlindungan hukum oleh pengadilan dan
perangkat-perangkat lainnya Koesnadi Hardjasoemantri, 2002:91- 92.
Tuntutan tersebut mempunyai 2 fungsi yang berbeda yaitu fungsi pertama dikaitkan pada hak membela diri terhadap
gangguan dari
luar yang
menimbulkan kerugian
pada lingkungannya, dan fungsi yang kedua yang berkaitan pada hak
xli menuntut dilakukannya suatu tindakan agar lingkungannya dapat
dilestarikan, dipulihkan atau diperbaiki, ditampung dalam Pasal 20 ayat 2 dan 4 UUPLHPasal 34 UUPLH yang mengatur tentang
ganti kerugian pada orang danatau mekakukan tindakan tertentu Koesnadi Hardjasoemantri, 2002:93-94.
2 Hak atas informasi lingkungan hidup Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup telah ditambah dengan satu ayat yang sangat penting, yaitu Pasal 5 ayat 2 yang berbunyi :
”Setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan
hidup”. Adapun penjelasan ayat 2 ini berbunyi sebagai berikut :
”Hak atas informasi lingkungan hidup merupakan suatu konsekuensi logis dari hak berperan dalam pengelolaan lingkungan
hidup yang berlandaskan pada asas keterbukaan. Hak atas informasi lingkungan hidup akan meningkatkan nilai dan
efektivitas peran serta dalam pengelolaan lingkungan hidup, disamping akan membuka peluang bagi masyarakat untuk
mengaktualisasikan haknya atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Informasi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat ini dapat berupa data, keterangan atau informasi lain yang berkenaan dengan pengelolaan lingkungan hidup yang menurut
sifat dan tujuannya memang terbuka untuk diketahui masyarakat, baik pemantauan penataan maupun pemantauan perubahan kualitas
lingkungan hidup, dan rencana tata ruang”. Ketentuan Pasal 5 ayat 2 Undang-Undang Nomor 23
tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup ini berkaitan
xlii dengan Pasal 6 ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang berbunyi : ”setiap orang yang melakukan usaha danatau kegiatan
berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup”.
3 Hak dan kewajiban berperan serta Pasal 5 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup manyatakan : ”Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka
pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku”.
Penjelasan ayat ini berbunyi : ”Peran sebagaimana dimaksud dalam pasal ini meliputi peran dalam proses
pengambilan keputusan, baik dengan cara mengajukan keberatan, maupun dengar pendapat atau cara lain yang ditemukan dalam
peraturan perundang-undangan. Peran tersebut dilakukan antara lain dalam proses penilaian analisis mengenai dampak lingkungan
hidup atau
perumusan kebijakan
lingkungan hidup.
Pelaksanaannya didasarkan pada prinsip keterbukaan. Dengan keterbukaan dimungkinkan masyarakat ikut memikirkan dan
memberikan pandangan serta pertimbangan dalam pengambilan keputusan dibidang pengelolaan lingkungan hidup”.
Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup berbunyi :
”Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas- luasnya untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup”.
Pasal 7 ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup juga menyatakan :
xliii ”Pelaksanaan ketentuan pada ayat 1 di atas, dilakukan dengan
cara : a. meningkatkan
kemandirian, keberdayaan
masyarakat, dan
kemitraan; b. menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat;
c. menumbuhkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan pengawasan sosial;
d. memberikan saran pendapat; e. menyampaikan informasi danatau menyampaikan laporan”.
Selanjutnya dalam Pasal 10 huruf b Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan : ”Dalam
rangka pengelolaan lingkungan hidup pemerintah berkewajiban mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan
kesadaran akan hak dan tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup”.
Menurut Lothar Gundling yang dikutip oleh Koesnadi Hardjasoemantri mengemukakan beberapa dasar bagi peran serta
masyarakat adalah sebagai berikut : a Memberi informasi kepada Pemerintah;
b Meningkatkan kesediaan masyarakat untuk menerima keputusan; c Membantu perlindungan hukum;
d Mendemokratisasikan pengambilan
keputusan Koesnadi
Hardjasoemantri, 2002:104-106. Dari sudut terminologi peran serta masyarakat dapat diartikan
sebagai suatu cara melakukan interaksi antara dua kelompok; Kelompok yang selama ini tidak diikutsertakan dalam proses
pengambilan keputusan non-elite dan kelompok yang selama ini melakukan pengambilan keputusan elite. Bahkan yang lebih khusus
lagi, peran serta masyarakat sesungguhnya merupakan suatu cara
xliv untuk membahas incentive material yang mereka butuhkan Goulet,
1989. Dengan perkataan lain, peran serta masyarakat merupakan insentif moral sebagai paspor mereka untuk mempengaruhi lingkup-
makro yang lebih tinggi, tempat dibuatnya suatu keputusan-keputusan yang
sangat menentukan
kesejahteraan mereka
[www.pacific.net.id~dede_sPeran20serta.htm, diakses tanggal 5 Juli 2007].
Cormick 1979 membedakan peran serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan berdasarkan sifatnya, yaitu yang
bersifat konsultatif dan bersifat kemitraan. Dalam peran serta masyarakat dengan pola hubungan konsultatif antara pihak pejabat
pengambil keputusan
dengan kelompok
masyarakat yang
berkepentingan, anggota-anggota masyarakatnya mempunyai hak untuk didengar pendapatnya dan untuk diberi tahu, dimana keputusan
terakhir tetap berada di tangan pejabat pembuat keputusan tersebut. Sedang dalam konteks peran serta masyarakat yang bersifat kemitraan,
pejabat pembuat keputusan dan anggota-anggota masyarakat merupakan mitra yang relatif sejajar kedudukannya. Mereka bersama-
sama membahas masalah, mencari alternatif pemecahan masalah dan membahas
keputusan [http:www.pacific.net.id~dede_sPeran
20serta.htm, diakses tanggal 5 Juli 2007]. Ternyata masih banyak yang memandang peran serta
masyarakat semata-mata sebagai penyampaian informasi public information, penyuluhan, bahkan sekedar alat public relations agar
proyek itu dapat berjalan tanpa hambatan. Karenanya peran serta masyarakat tidak saja digunakan sebagai sarana untuk mencapai
tujuan, tapi peran serta juga digunakan sebagai tujuan participation is an end it self
xlv Peran serta masyarakat memerlukan kondisi yang kondusif
yang dapat dicapai dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a Pemimpin eksekutif yang terbuka;
b Peraturan yang akomodatif; c Masyarakat yang sadar lingkungan;
d Lembaga Swadaya Masyarakat LSM yang tanggap; e Informasi yang tepat;
f Keterpaduan. Kondisi yang kondusif itu harus dicapai dengan upaya bersama
atas konsep kemitraan antara para pendukung lingkungan constituents, yaitu perintah, masyarakat dengan LSM-nya,
pakarperguruan Tinggi, dunia usaha dan media massa Koesnadi Hardjasoemantri, 1993:60.
Peran serta masyarakat amat penting untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna sistem pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup. Mutu peran serta masyarakat tergantung kepada wawasan lingkungan, tingkat kesadaran, kekuatan dan kemampuan
lembaga dan pranata sosial serta kesepakatan dan ruang gerak yang memadai bagi prakarsa masyarakat Gatot P. Sumartono, 1991:158.
4. Tinjauan Umum Tentang Paguyuban Kader Lingkungan Hidup