HUBUNGAN ANTARA IMAGE PRODUK DENGAN KEPUTUSAN MEMBELI PRODUK KECANTIKAN PADA WANITA KARIR

(1)

viii i

HUBUNGAN ANTARA IMAGE PRODUK DENGAN KEPUTUSAN MEMBELI PRODUK KECANTIKAN PADA WANITA KARIR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Persyaratan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Psikologi

Oleh: Yoga 07810130

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011


(2)

(3)

(4)

(5)

viii v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Image Produk dengan Keputusan Membeli Produk Kecantikan Pada Wanita Karir”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. Tulus Winarsunu M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang dan pembimbing I yang bersedia meluangkan waktu memberikan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Tri Muji Ingarianti, M. Psi selaku pembimbing II yang memberi semangat, nasehat kepada peneliti dan telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Yudi Suharsono M.Si selaku dosen Wali yang telah mendukung dan memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

4. Orang tua penulis, Ayah (Harianto) dan Ibu (Endah winarti) yang selalu senantiasa memberikan doa, kasih sayang, nasehat, semangat, pengertian serta dukungannya yang tidak pernah berhenti sehingga penulis memiliki motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Kedua saudara kandung penulis (Yogi, Novi megawati) serta keluarga besar penulis yang berada di Kediri, Kertosono, Malang yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UMM yang telah membagikan banyak ilmu yang bermanfaat bagi penulis serta seluruh staf Tata Usaha yang selalu membantu melayani keperluan akademis penulis.

7. Teman-teman Psikologi angkatan atas khususnya Mas Adek, mbak Lala, mbak Fina, mbak Dinda, mbak Shely, mb nana, mas Hamka, mas Riza, Ridwan yang


(6)

viii vi

selalu bersedia memberikan waktunya untuk peneliti jika peneliti minta pendapat dan bantuan.

8. Terimakasih untuk teman teman yang satu bimbingan penulis

9. Teman-teman seangkatan penulis khususnya Dinny, Rosy, Ratna, Happy, Uty dan semua teman- teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

10.Seluruh teman-teman KKN-T 39 yang telah membuka lembaran, semangat baru, memberikan kecerianan di kehidupan penulis. Terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya, serta persahabatan yang telah terjalin sampai sekarang.

11.Karyawan Argo hotel batu kususnya Rieke putra yang bersedia direpoti dan membantu penulis untuk memperoleh subjek penelitian.

12.Semua pihak dan rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah banyak memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT senantiasa membalasnya dengan limpahan berkah dan nikmat atas seluruh kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 21 Juli 2011 Penulis


(7)

viii vii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

INTISARI ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keputusan membeli ... 10

1. Pengertian keputusan membeli ... 10

2. Proses keputusan membeli ... 10

3. Faktor keputusan membeli ... 12

4. Tipe keputusan membeli ... 15

5. Peran dalam keputusan membeli ... 17

6. Tehnik pendekata keputusan membeli ... 17

7. Indikator keputusan membeli ... 18

B. Image produk ... 19

1. Pengertian image produk ... 19

2. Ciri pembentuk image produk ... 19

3. Faktor – faktor pengaruh image produk ... 20

4. Image produk yang efektif ... 20

5. Terbentuknya image produk ... 21

  6. Membangun image produk ... 22

7. Indikator image produk ... 23

C. Definisi wanita karir ... 23

D. Hubungan image produk dengan keputusan membeli ... 24

E. Kerangka berpikir ... 26

F. Hipotesis ... 27

BAB III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 28

B. Variabel Penenelitian ... 28

C. Definisi oprasional ... 28

D. Populasi dan sampel ... 29

E. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ... 30

1. Jenis Data ... 30

2. Metode Pengumpulan Data (Instrumen Penelitian) ... 31


(8)

viii viii G. Validitas dan Reabilitas

1. Validitas ... 34 2. Reliabilitas ... 37 H. Metode Analisa Data ... 39 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ... 41 B. Hasil Analisa Data ... 42 C. Pembahasan ... 43 BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 48 B. Saran-saran ... 48 DAFTAR PUSTAKA ... 50


(9)

viii ix

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 3.1: Skor skala likert ... 32

Tabel 3.2: Blue print skala keputusan membeli ... 33

Tabel 3.3: Blue print skala iage produk ... 33

Tabel 3.4: Validitas item skala image produk (Tryout) ... 36

Tabel 3.5: Validitas item skala keputusan membeli (Tryout) ... 37

Tabel 3.6: Uji reliabilitas item skala Image produk (Tryout) ... 38

Tabel 3.7: Uji reliabilitas item skala keputusan membeli (Tryout) ... 38

Tabel 3.8: Uji reliabilitas total (Tryout) ... 39

Tabel 4.1: Perhitungan T-Skor image produk ... 41

Tabel 4.2: Perhitungan T-Skor keputusan membeli ... 42


(10)

viii x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

Gambar 1 : Proses keputusan membeli ... 12 Gambar 2 : Faktor yang mempengaruhi keputusan membeli ... 15 Gambar 3 : Terbentuknya image produk ... 22


(11)

viii xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat ijin penelitian dan nama data subjek penelitian Lampiran 2: Instrumen penelitian

Lampiran 3: Data tryout ( perhitungan validitas, reliabilitas image produk dan keputusan membeli

lampiran 4 : Data penelitian (perhitungan validitas, reliabilitas image produk dan keputusan membeli)


(12)

viii xii

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2007). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. . (2010). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktik (Ed. Revisi VI)

Jakarta: PT. Rineka Cipta

Andriansyah, A. (2005). Perilaku konsumen. Malang : BP STIE - MCE Amirullah. (2002). Perilaku konsumen. Yogyakarta : Graha Ilmu Anoragan, P. (1992). Psikologi kerja. Jakarta : Rineka Cipta

Assael, Henry. (1992). Consumer Behaviour and Marketing. (Third Edition). Kent Publising Company, Boston.

Antaranews. (2010). BPOM Babel Musnahkan 77 Kosmetik Berbahaya. Diagses 24 Juli 2011 dari www.Antaranews.com

Chandra yudha A.P.P. (2007). Pengaruh (Posting) Produk terhadap Citra Produk (studi pada Pengguna Kartu Handphone simPATI di Kota Blitar). (Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Malang, Jawa timur).

Davey, R., & Jacks, A. (2001). Meningkatkan kinerja pemasaran. Jakarta : Gramedia Dichki, M, D, P. (2009). Pengaruh tingkat kepercayaan citra produk terhadap

loyalitas pelanggan (studi pada pelanggan IM3 Siswa-Siswi kelas XI MAN Malang II Batu). (Skripsi, Fakultas Comunication Science Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa timur).

Didit, A, P. (2010). Motif konsumen dalam pembelian produk biore. (Skripsi, Fakultas Ekonomi manajemen Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur)

Dika Muntiara. (2008). Hubungan Antara Image Produk Dengan Minat Membeli Pakaian Batik Pada Remaja Di Pekalongan. (Skripsi, Fakultas Psychology Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa timur).

Ferrinadewi, E. (2008). Merek dan psikologi konsumen. Yogyakarta : Graha Ilmu . (2005). Atribut yang dipertimbangkan dalam pembeli kosmetik dan pengaruhnya pada kepuasan konsumen di Surabaya. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol. 7, No. 2, September 2005: 139 – 151.


(13)

viii xiii

Indarti & Setiawan, M & Thantawi. (2002) An Analysis of Customer’s Considerable Factors for Buying the Cosmetics Product of Facial Whitening Series.

Laporan penelitian. Malang : Universitas Brawijaya.

Jefkins, F. (1994). Public Relation untuk Bisnis. Jakarta : Pustaka Binaman Presindo Kerlinger. (2004). Asas-asas penelitian behavioral (Ed. Ketiga). Gadjah Mada

University Press: Yogyakarta.

Kotler, P., & Amstrong, G. (1997). Dasar-dasar pemasaran. Jakarta: Prenhallindo . (2001). Perinsip – perinsip pemasaran. (Ed. Ketigabelas ). Jakarta : Intermedia

Kotler, P, & Keller, L, K. (2009). Managemen pemasaran (Ed. Tigabelas). Yakarta : Erlangga

Kompas. (2009). BPOM Tarik 70 Produk Kosmetik Berbahaya. Diagses 27 Juli 2011 dari www.Kompas.com

Mangkunegara, P, A. (1988). Perilaku konsumen. Bandung : Eresco

Mowen, C, J,. & Minor, M. (2001). Perilaku konsumen (Ed. kelima). Jakarta : Erlangga

Masqiatul, H. (2005). Hubungan antara citra produk sabun mandi lifbuoy dengan kepuasan konsumen pada ibu rumah tangga di kelurahan Kramas Tembalang

(Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang)

Nurul, B. (2005). Hubungan antara keputusan membeli dengan kepuasan pelanggan

(Skripsi, Fakultas Psychology Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa timur).

Peter, P., & Olson, C, J. (1999). Consumer behaviour (Ed. empat). Jakarta : Erlangga Prasetijo, R., & Ihalauw, John J. O. I. (2005). Perilaku konsumen. Yogyakarta : Andi Puspitasari, F. (2010). Hubungan antara persepsi terhadap citra raga dengan

keputusan membeli produk kosmetik pada wanita karir. (Skripsi, Fakultas Psikologi. Universitas Muhammadiyah Surakarta)

Sutisna. (2002). Perilaku konsumen dan komunikasi pemasaran. Bandung : Remaja Rosdakarya


(14)

viii xiv

Thoha, M. (2002). Perilaku organisasi : Konsep dasar dan aplikasinya. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Tandjung, W, J. (2003). Marketing management. Malang : Bayumedia Publishing Winardi. (1991). Marketing dan perilaku konsumen. Bandung : Mandar Maju

Winarsunu, T. (2007). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang: UMM Press.

Wahyuliati. (2008). Hubungan Antara Persepsi Point of Purchase (POP) Dengan Keputusan Membeli Konsumen. (Skripsi, Fakultas Psikologi. Universitas Muhammadiyah Malang)


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Keputusan membeli dan pilihan produk seringkali dipengaruhi oleh dorongan - dorongan yang sifatnya psikologis. Tidak jarang kita temui konsumen memutuskan pilihannya pada produk tertentu dalam rangka aktualisasi diri sekaligus sebagai sarana masuk kedalam komunitas yang diharapkan. Dalam pengunaan produk memang tidak dirancang untuk memenuhi kebutuhan fungsionalnya saja namun juga memuaskan kebutuhan psikologis. Zaman sekarang sudah banyak konsumen yang berbelanja mengunakan internet dan melalui telepon, konsumen sudah dapat membeli produk yang di ingikan. Konsumen dengan mudah memperoleh informasi tentang produk yang akan dibeli guna memenuhi kebutuhannya. Disamping hal tersebut konsumen juga dapat mengambil keputusan tentang jenis produk, jumlah produk dan bentuk produk yang akan dibeli sehingga mendapatkan hasil yang memuaskan.

Keputusan membeli adalah suatu reaksi terhadap beberapa alternatif yang dilakukan dengan cara menganalisis kemungkinan – kemungkinan dari alternatif tersebut bersama konsekuensinya (Andriansyah, 2005). Setiap keputusan akan membuat pilihan terakir. Semua bermula ketika kita perlu untuk melakukan sesuatu tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan. Untuk itu keputusan membeli dapat terencana dan tidak terencana.

Proses pengambilan keputusan membeli sering melibatkan beberapa keputusan. Suatu keputusan melibatkan pilihan diantara dua atau lebih alternatif tindakan (perilaku). Pembelian akan melalui proses belajar, pertama mengembangkan keyakinan mengenai produk yang akan di beli, lalu sikap dan kemudian membuat keputusan membeli yang dipikir secara matang. Keputusan membeli selalu mensyaratkan pilihan diantara beberapa perilaku yang berbeda. Mowen dan Minor (2001) menyatakan bahwa keputusan membeli konsumen dipengaruhi oleh faktor keterlibatan konsumen dan kepercayaan mereka. Semakin tinggi konsumen terlibat dalam upaya pencari informasi produk, semakin besar dorongan konsumen untuk melakukan pembelian. Konsumen yang


(16)

2

memiliki kepercayaan terhadap produk tertentu lebih yakin dalam membeli produk tersebut. Pengaruh internal tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap keputusan membeli.

Keputusan membeli (purchase decision) melibatkan proses kognitif, dimulai dengan mengenali masalah, mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah, menilai memilih, hingga memutuskan (Kotler, 1997). Proses pembuatan keputusan dalam membeli suatu produk tidak dapat dianggap sama. Misalmya pembelian produk kecantikan mempunyai proses yang berbeda dengan pembelian makanan. Apalagi ketika membeli produk kecantikan yang dapat di katakan tergolong kebutuhan tambahan.

Keputusan membeli ada yang bersifat kebiasaan dimana konsumen mempunyai keterlibatan yang rendah dengan produk yang mempunyai harga murah dan sering membeli (Kotler, 2001). Konsumen sering kali menganti produk kecantikan karena prilaku membeli konsumen dalam situasi yang bercirikan keterlibatan konsumen yang rendah tetapi perbedaan yang dirasakan besar. Konsumen menganti produk karena adanya rasa ketertarikan untuk mencoba produk yang ternyata memberikan kepuasan bagi dirinya, karena kebiasaan suka mencoba berbagai produk kecantikan akan berdampak pada pengambilan keputusan membeli konsumen.

Keputusan konsumen dalam membeli suatu produk kecantikan sangat konsumtif. Ini terutama terjadi pada mereka yang sudah bekerja dan memiliki kemampuan finansial yang tinggi. Umumnya keputusan membelian dilakukan oleh mereka yang cukup mempunyai pendapatan, siap konsumsi dan cenderung membelanjakanya untuk mendukung hidup hura – hura, seperti hiburan, pembelian pakaian (Prasetijo, 2005). Pernyataan ini didukung oleh Peter (1999) yang menyatakan bahwa keputusan membeli ada yang bersifat kebiasaan, dimana konsumen mempunyai harga murah disuatu tempat yang sering mereka kunjungi atau datangin. Secara umum, harga yang lebih tinggi kurang mempunyai kemungkinan untuk dibeli oleh konsumen. Bagaimanapun konsumen mempunyai pemikiran atas hubungan harga dan kualitas. Dalam rentang harga tertentu untuk suatu produk, konsumen mungkin mempunyai pemikiran bahwa harga yang lebih mahal mencerminkan kualitas yang lebih baik.


(17)

3

Keputusan membeli pada penelitian ini adalah berkaitan dengan pembelian produk kecantikan. Pembelian produk kecantikan umumnya dilakukan oleh perempuan apalagi perempuan yang sudah bekerja (wanita karir). Hal ini karena perempuan lebih banyak memberikan perhatian dalam hal fisik terutama wajah untuk mencapai suatu keadaan ideal yang diinginkannya. Individu pada dasarnya memiliki gambaran diri ideal seperti apa yang diinginkannya termasuk tubuh ideal seperti yang ingin dimilikinya. Agar wanita terlihat cantik dan menarik logikanya adalah memakai produk yang akan menunjang penampilan. Dengan kata lain wanita selalu erat hubunganya dengan produk kecantikan dan itu merupakan sesuatu yang wajar. Karena produk kecantikan adalah hal yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan wanita, hal ini memunculkan ketergantungan pemakaian terhadap produk kecantikan.

Bahkan ada yang sampai setia membeli satu produk kecantikan tetapi sekarang banyak beredar produk-pruduk kecantikan palsu yang mengandung bahan-bahan kimia yang berbahaya, termasuk produk kecantikan yang telah mempunyai nama sekalipun. Salah dalam memilih pruduk kecantikan akan berdampak buruk bagi pengguna sendiri. Dipaparkan di media (Antaranews, 2010) Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) memusnahkan 77 jenis kosmetik berbahaya yang beredar. Kandungan dalam produk tersebut sangat berbahaya untuk kulit. Bisa menyebabkan kangker kulit karena merupakan zat warna sisntetis yang biasanya digunakan untuk pewarna kertas. Tujuh puluh tujuh kosmetik itu terdiri dari produk rias wajah dan mata, perawatan kulit, serta kosmetik mandi. Sampel penelitian diambil dari berbagai tempat mulai dari pasar tradisional, modern, maupun salon kecantikan.

Produk kecantikan bagi wanita merupakan suatu kebutuhan. Seorang wanita yang bekerja dituntut untuk selalu berpenampilan rapi dan menarik, sehigga produk kecantikan merupakan kebutuhan yang tidak dapat di tinggalkan karena dapat meningkatkan kepercayaan dirinya. Menurut Bartos (Puspitasari, 2010) wanita bekerja atau wanita karir lebih sering menggunakan produk kecantikan daripada wanita yang tidak bekerja, karena produk kecantikan merupakan sarana yang digunakan wanita untuk mewujudkan bayangan dirinya seperti yang


(18)

4

diinginkan. Dengan produk kecantikan wanita dapat mengembangkan kepercayaan dirinya sesuai dengan image yang melekat pada produk tersebut.

Akhir-akhir ini penggunaan produk kecantikan yang dapat memberikan efek putih dan mengkilat sangat digemari. Bahan-bahan yang dapat memberikan efek tersebut ada yang alami dan ada pula yang sintetis. Contoh bahan yang alami adalah guanine yang diperoleh dari sisik ikan laut, merupakan kristal yang transparan, reflektif dan mengkilat seperti mutiara. Karena guanin sulit didapat maka digunakan pigmen sintetis seperti Bismut oksi klorida, Titanium dioksida dan serbuk logam. Bahan-bahan tersebut biasanya terdapat dalam kosmetika seperti pada bedak, rouge, eye shadow dan cat kuku. Meskipun penggunaan bahan-bahan tersebut dalam industri dengan jumlah yang sekecil mungkin (tidak lebih dari 10%), tapi pemakaiannya sering akan mengkibatkan toksik pada kulit. Karena bahan-bahan di atas, baik itu yang alami maupun sintetik, keduanya mempunyai sifat yang tidak dapat larut dalam air. Sehingga bahan-bahan tersebut akan tetap menempel pada kulit dan penggunaan yang sesering mungkin akan mengakibatkan bahan tersebut terus menumpuk dikulit ( Kompas, 2009 ).

Diharapkan wanita mengunakan produk kecantikan untuk memperbaiki penampilan, pengunaannya ditujukan agar penampilan lebih menarik, meningkatkan harga diri dan kepercayan diri mereka. Konsumen tidak akan sadar begitu banyak bahan-bahan berbahaya dan logam-logam berat yang menempel pada kulit ,sehingga mengakibatkan iritasi pada kulit yang terpenting bagi konsumen adalah kebutuhan dan keinginan mereka tercapai. Maka, tak heran akhir-akhir ini juga banyak penderita kanker kulit karna pengunaan produk kecantikan yang mengandung bahan berbahaya. Keputusan membeli dan pilihan produk seringkali dipengaruhi oleh dorongan dorongan yang sifatnya psikologis. Tidak jarang kita temui konsumen memutuskan untuk memilih dan mengkonsumsi produk dalam rangka aktualisasi diri (Ferrinadewi, 2008). Namun dalam kenyatan yang terjadi seringkali wanita membeli produk kecantikan untuk kesenangan atau mengejar fantasi. Produk kecantikan lebih dari sekedar objek dan merupakan simbul subjektif yang menimbulkan perasaan menjanjikan kesenangan serta kemungkinan dari realisasi fantasi.


(19)

5

Banyak wanita yang mengunakan atau membeli suatu produk mempertimbangkan image produk, misalnya pebelian produk kecantikan yang mahal atau bermerek membuat konsumen lebih percaya diri ketika memakai karena ketika konsumen membeli suatu produk bisa juga berasal dari kepribadian, kepribadian juga mempengaruhi keputusan membeli. Setiap produk yang dijual di pasar tentu memiliki image produk masing- masing yang sesuai dengan kepribadian konsumen, dimana image produk tersebut sebagai pembeda antara satu produk dengan produk yang lain. Pengenalan atas suatu objek, bentuk, kemasan,warna, aroma, komposisi adalah sesuatu yang mempengaruhi keputusan membeli konsumen (Ferrinadewi, 2005). Konsumen mengunakan petunjuk tersebut untuk mengidentifikasi produk yang akan dibeli. Karena image produk dapat mempengaruhi keputusan membeli konsumen.

Konsumen sering berpikir tentang image produk dalam konteks konsekuensinya. Konsekuensi adalah apa yang terjadi pada konsumen ketika suatu produk dibeli dan digunakan atau dikonsumsi, misalnya krim wajah dapat mengakibatkan alergi atau biayanya sangat mahal. Hal itu dipengaruhi oleh kognitif konsumen. Reaksi positif terhadap image produk sangat dibutuhkan agar para konsumen dapat bersifat positif terhadap suatu produk, sedangkan reaksi negatif terhadap image produk akan muncul ketika produk tersebut tidak sesuai dengan harapan konsumen

Markin (Puspitasari, 2010) keputusan membeli adalah aktifitas psikis karena adanya perasaan (afektif) dan pikiran (kognitif) terhadap suatu barang yang diingikan. Faktor yang mempengaruhi keputusan membeli seseorang adalah kepercayaan pada barang yang diingikan karena image yang diciptakan dari produk yang dijual. Image produk sangat mempengaruhi pengambilan keputusan.

Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan masih berkaitan dengan tema ini yaitu oleh Nurul (2005) meneliti hubungan antara keputusan membeli dengan kepuasan pelanggan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui ada hubungan yang sangat sigifikan antara keputusan membeli dengan kepuasan pelanggan. Data diolah dengan mengunakan metode analisis korelasi product moment hasil analisis ditemukan koefisien korelasi (r) sebesar 0,683 dan p = 0,000. besarnya


(20)

6

sumbangan efektif 52,4% sedangkan sisanya sebesar 46% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

Masqiatul (2005) meneliti tentang Hubungan antara citra produk sabun mandi Lifebuoy dengan kepuasan konsumen pada ibu rumah tangga di kelurahan Kramas Tembalang. Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara citra produk sabun mandi lifebuoy dengan kepuasan konsumen. Semakin positif citra suatu produk sabun mandi lifebuoy maka semakin tinggi kepuasan konsumen. Efektifitas regresi (R squere) sebesar 0,616 hal ini berarti bahwa citra produk memberi sumbangan efektif sebesar 61,6% pada kepuasan konsumen. Sisanya sebesar 38,4% ditentukan oleh faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini

Dichki (2009) melakukan penelitian tentang Pengaruh Tingkat kepercayaan citra produk terhadap loyalitas pelanggan (studi pada pelanggan IM3 siswa-siswi kelas XI MAN Malang II Batu). Hasil dari penelitian menunjukan bahwasanya tingkat kepercayaan citra produk berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Nilai korelasi sebesr 0,485 menunjukan hubungan antara tingkat kepercayaan citra produk terhadap loyalitas pelanggan. Nilai koefisien determinasi yang menunjukkan nilai sebesar 0,235. Tingkat ini menunjukan bahwa variable dependen dipengaruhi sebesar 23,5% oleh variable independent dan nilai koefisien korelasi sebesar 0,485. Sedangkan sisanya 76,5% varibel loyalitas pelanggan akan dijelaskan oleh variable variable yang lain yang tidak di bahas dalam penelitian ini.

Dalam penelitian Chandra (2002) tentang Pengaruh Penempatan (Positioning) Produk terhadap Citra Produk (Studi pada Pengguna Kartu Handphone simPATI di Kota Blitar) peneliti melakukan analisis deskriptif, regresi linier berganda dengan uji asumsi klasik. Diketahui hasil penelitian yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif yang signifikan variabel atribut produk terhadap citra produk kartu handphone simPATI di Kota Blitar; 2) ada pengaruh positif yang signifikan variabel harga dan kualitas produk terhadap citra produk kartu handphone simPATI di Kota Blitar; 3) membuktikan bahwa ada pengaruh positif yang signifikan variabel penggunaan produk terhadap citra produk kartu handphone simPATI di Kota Blitar; 4) membuktikan bahwa ada pengaruh positif


(21)

7

yang signifikan variabel pesaing produk terhadap citra produk kartu handphone simPATI di Kota Blitar; 5) bahwa ada pengaruh positif yang signifikan variabel manfaat produk terhadap citra produk kartu handphone simPATI di Kota Blitar. 6) bahwa seluruh variabel independent X1, X2, X3, X4, X5 berpengaruh secara simultan terhadap citra produk kartu handphone simPATI di Kota Blitar, 7) variabel dominan yang mempengaruhi citra produk kartu handphonesimPATI di Kota Blitar adalah variabel manfaat produk dengan nilai Sumbangan Efektif sebesar 33,9%.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian Indarti (2002 ) tentang An Analysis of Customer’s Considerable Factors for Buying the Cosmetics Product of Facial Whitening Series, adalah: 1) Terdapat 6 faktor yang dipertimbangkan oleh mahasiswi dalam memutuskan membeli kosmetik wajah. Keenam faktor yang dipertimbangkan adalah faktor keluarga dan sikap yang meliputi keamanan, merek baru, peran ibu dan saudara kandung; faktor motivasi meliputi kemasan, harga, dan kualitas; faktor motivasi meliputi mode dan kepercayaan; faktor kelompok referensi meliputi pengalaman tetangga dan sahabat karib; faktor kelas sosial meliputi tingkat selera dan tingkat sosial, faktor kecantikan meliputi keamanan dan merek lama. 2) Hasil regresi berganda menunjukkan bahwa ke enam faktor yaitu faktor keluarga dan sikap, faktor persepsi, faktor motivasi, faktor kelompok referensi, faktor tingkat sosial faktor kecantikan secara simultan berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk kosmetik pemutih wajah. 3) Secara parsial faktor yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian kosmetik pemutih wajah adalah faktor sikap dan keluarga (F1), faktor persepsi (F2), faktor motivasi (F3), faktor kelas sosial (F4). Dari keempat faktor tersebut yang paling dominan pengaruhnya terhadap keputusan pembelian kosmetik pemutih wajah adalah faktor persepsi, secara operasional ditunjukkan oleh kemasan (X16), kualitas (X17), dan harga ( X18). Mengingat besarnya proporsi atau sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat sebesar 84,80% dan sisanya masih terdapat sebesar 15.20% variabel bebas yang tidak ikut diteliti, maka bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan variabel yang lebih luas misalnya memasukkan faktor sensitif kulit, kesehatan kulit dan sebagainya.


(22)

8

Wahyuliati (2008) melakukan penelitian tentang Hubungan Antara Persepsi Point of purchase (POP) Dengan Keputusan Membeli Konsumen, hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi Point of Purchase dengan keputusan membeli konsumen dengan nilai koefisien korelasi (r) = 0,678 dan probabilitas (p) = 0,000. artinya konsumem memiliki persepsi positif tentang POP cenderung melakukan keputusan membeli yang berkualitas. Persepsi POP memberikan sumbangan efektif terhadap keputusan membeli sebesar 46%.

Dika (2008) meneliti tentang Hubungan antara Image Produk dengan minat membeli pakaian batik pada remaja di Pekalongan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan sangat signifikanantara image produk dengan minat membeli yakni dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi sebesar 0,676 dengan nilai peluang kesalahan 0,000 hal ini berarti jika image produk pakaian batik positif maka minat membeli remaja terhadap pakaian batik tinggi, adapun sumbangan efektif image produk sebesar 45,7%.

Berdasarkan uraian uraian dan teori yang telah dijelaskan di atas bahwa image produk berhubungan dengan keputusan membeli konsumen, dan yang mengunakan produk kecantikan adalah wanita terutama wanita karir (wanita yang bekerja). Maka judul penelitian ini yaitu “Hubungan antara image produk dengan keputusan membeli produk kecantikan pada wanita karir”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini yaitu, apakah ada hubungan antara image produk dengan keputusan membeli Terencana produk kecantikan pada wanita karir?

C. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan image produk dengan keputusan membeli produk kecantikan pada wanita karir.


(23)

9

D. Manfaat penelitian

1. Bagi ilmuwan Psikologi

Diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan dapat mengembangkan bidang ilmu psikologi khususnya yang berkaitan dengan hubungan persepsi tentang produk kecantikan terhadap keputusan membeli. 2. Bagi subjek penelitian

Hasil penelitian ini dapat mejadikan masukan dan informasi yang berkaitan dengan hubungan antara persepsi terhadap wanita karir sehingga dapat dijadikan bahan pemikiran untuk membentuk persepsi yang positif terhadap produk kecantikan.


(1)

diinginkan. Dengan produk kecantikan wanita dapat mengembangkan kepercayaan dirinya sesuai dengan image yang melekat pada produk tersebut.

Akhir-akhir ini penggunaan produk kecantikan yang dapat memberikan efek putih dan mengkilat sangat digemari. Bahan-bahan yang dapat memberikan efek tersebut ada yang alami dan ada pula yang sintetis. Contoh bahan yang alami adalah guanine yang diperoleh dari sisik ikan laut, merupakan kristal yang transparan, reflektif dan mengkilat seperti mutiara. Karena guanin sulit didapat maka digunakan pigmen sintetis seperti Bismut oksi klorida, Titanium dioksida dan serbuk logam. Bahan-bahan tersebut biasanya terdapat dalam kosmetika seperti pada bedak, rouge, eye shadow dan cat kuku. Meskipun penggunaan bahan-bahan tersebut dalam industri dengan jumlah yang sekecil mungkin (tidak lebih dari 10%), tapi pemakaiannya sering akan mengkibatkan toksik pada kulit. Karena bahan-bahan di atas, baik itu yang alami maupun sintetik, keduanya mempunyai sifat yang tidak dapat larut dalam air. Sehingga bahan-bahan tersebut akan tetap menempel pada kulit dan penggunaan yang sesering mungkin akan mengakibatkan bahan tersebut terus menumpuk dikulit ( Kompas, 2009 ).

Diharapkan wanita mengunakan produk kecantikan untuk memperbaiki penampilan, pengunaannya ditujukan agar penampilan lebih menarik, meningkatkan harga diri dan kepercayan diri mereka. Konsumen tidak akan sadar begitu banyak bahan-bahan berbahaya dan logam-logam berat yang menempel pada kulit ,sehingga mengakibatkan iritasi pada kulit yang terpenting bagi konsumen adalah kebutuhan dan keinginan mereka tercapai. Maka, tak heran akhir-akhir ini juga banyak penderita kanker kulit karna pengunaan produk kecantikan yang mengandung bahan berbahaya. Keputusan membeli dan pilihan produk seringkali dipengaruhi oleh dorongan dorongan yang sifatnya psikologis. Tidak jarang kita temui konsumen memutuskan untuk memilih dan mengkonsumsi produk dalam rangka aktualisasi diri (Ferrinadewi, 2008). Namun dalam kenyatan yang terjadi seringkali wanita membeli produk kecantikan untuk kesenangan atau mengejar fantasi. Produk kecantikan lebih dari sekedar objek dan merupakan simbul subjektif yang menimbulkan perasaan menjanjikan kesenangan serta kemungkinan dari realisasi fantasi.


(2)

Banyak wanita yang mengunakan atau membeli suatu produk mempertimbangkan image produk, misalnya pebelian produk kecantikan yang mahal atau bermerek membuat konsumen lebih percaya diri ketika memakai karena ketika konsumen membeli suatu produk bisa juga berasal dari kepribadian, kepribadian juga mempengaruhi keputusan membeli. Setiap produk yang dijual di pasar tentu memiliki image produk masing- masing yang sesuai dengan kepribadian konsumen, dimana image produk tersebut sebagai pembeda antara satu produk dengan produk yang lain. Pengenalan atas suatu objek, bentuk, kemasan,warna, aroma, komposisi adalah sesuatu yang mempengaruhi keputusan membeli konsumen (Ferrinadewi, 2005). Konsumen mengunakan petunjuk tersebut untuk mengidentifikasi produk yang akan dibeli. Karena image produk dapat mempengaruhi keputusan membeli konsumen.

Konsumen sering berpikir tentang image produk dalam konteks konsekuensinya. Konsekuensi adalah apa yang terjadi pada konsumen ketika suatu produk dibeli dan digunakan atau dikonsumsi, misalnya krim wajah dapat mengakibatkan alergi atau biayanya sangat mahal. Hal itu dipengaruhi oleh kognitif konsumen. Reaksi positif terhadap image produk sangat dibutuhkan agar para konsumen dapat bersifat positif terhadap suatu produk, sedangkan reaksi negatif terhadap image produk akan muncul ketika produk tersebut tidak sesuai dengan harapan konsumen

Markin (Puspitasari, 2010) keputusan membeli adalah aktifitas psikis karena adanya perasaan (afektif) dan pikiran (kognitif) terhadap suatu barang yang diingikan. Faktor yang mempengaruhi keputusan membeli seseorang adalah kepercayaan pada barang yang diingikan karena image yang diciptakan dari produk yang dijual. Image produk sangat mempengaruhi pengambilan keputusan.

Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan masih berkaitan dengan tema ini yaitu oleh Nurul (2005) meneliti hubungan antara keputusan membeli dengan kepuasan pelanggan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui ada hubungan yang sangat sigifikan antara keputusan membeli dengan kepuasan pelanggan. Data diolah dengan mengunakan metode analisis korelasi product moment hasil analisis ditemukan koefisien korelasi (r) sebesar 0,683 dan p = 0,000. besarnya


(3)

sumbangan efektif 52,4% sedangkan sisanya sebesar 46% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

Masqiatul (2005) meneliti tentang Hubungan antara citra produk sabun mandi Lifebuoy dengan kepuasan konsumen pada ibu rumah tangga di kelurahan Kramas Tembalang. Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara citra produk sabun mandi lifebuoy dengan kepuasan konsumen. Semakin positif citra suatu produk sabun mandi lifebuoy maka semakin tinggi kepuasan konsumen. Efektifitas regresi (R squere) sebesar 0,616 hal ini berarti bahwa citra produk memberi sumbangan efektif sebesar 61,6% pada kepuasan konsumen. Sisanya sebesar 38,4% ditentukan oleh faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini

Dichki (2009) melakukan penelitian tentang Pengaruh Tingkat kepercayaan citra produk terhadap loyalitas pelanggan (studi pada pelanggan IM3 siswa-siswi kelas XI MAN Malang II Batu). Hasil dari penelitian menunjukan bahwasanya tingkat kepercayaan citra produk berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Nilai korelasi sebesr 0,485 menunjukan hubungan antara tingkat kepercayaan citra produk terhadap loyalitas pelanggan. Nilai koefisien determinasi yang menunjukkan nilai sebesar 0,235. Tingkat ini menunjukan bahwa variable dependen dipengaruhi sebesar 23,5% oleh variable independent dan nilai koefisien korelasi sebesar 0,485. Sedangkan sisanya 76,5% varibel loyalitas pelanggan akan dijelaskan oleh variable variable yang lain yang tidak di bahas dalam penelitian ini.

Dalam penelitian Chandra (2002) tentang Pengaruh Penempatan (Positioning) Produk terhadap Citra Produk (Studi pada Pengguna Kartu Handphone simPATI di Kota Blitar) peneliti melakukan analisis deskriptif, regresi linier berganda dengan uji asumsi klasik. Diketahui hasil penelitian yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif yang signifikan variabel atribut produk terhadap citra produk kartu handphone simPATI di Kota Blitar; 2) ada pengaruh positif yang signifikan variabel harga dan kualitas produk terhadap citra produk kartu handphone simPATI di Kota Blitar; 3) membuktikan bahwa ada pengaruh positif yang signifikan variabel penggunaan produk terhadap citra produk kartu handphone simPATI di Kota Blitar; 4) membuktikan bahwa ada pengaruh positif


(4)

yang signifikan variabel pesaing produk terhadap citra produk kartu handphone simPATI di Kota Blitar; 5) bahwa ada pengaruh positif yang signifikan variabel manfaat produk terhadap citra produk kartu handphone simPATI di Kota Blitar. 6) bahwa seluruh variabel independent X1, X2, X3, X4, X5 berpengaruh secara simultan terhadap citra produk kartu handphone simPATI di Kota Blitar, 7) variabel dominan yang mempengaruhi citra produk kartu handphone simPATI di Kota Blitar adalah variabel manfaat produk dengan nilai Sumbangan Efektif sebesar 33,9%.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian Indarti (2002 ) tentang An Analysis of Customer’s Considerable Factors for Buying the Cosmetics Product of Facial Whitening Series, adalah: 1) Terdapat 6 faktor yang dipertimbangkan oleh mahasiswi dalam memutuskan membeli kosmetik wajah. Keenam faktor yang dipertimbangkan adalah faktor keluarga dan sikap yang meliputi keamanan, merek baru, peran ibu dan saudara kandung; faktor motivasi meliputi kemasan, harga, dan kualitas; faktor motivasi meliputi mode dan kepercayaan; faktor kelompok referensi meliputi pengalaman tetangga dan sahabat karib; faktor kelas sosial meliputi tingkat selera dan tingkat sosial, faktor kecantikan meliputi keamanan dan merek lama. 2) Hasil regresi berganda menunjukkan bahwa ke enam faktor yaitu faktor keluarga dan sikap, faktor persepsi, faktor motivasi, faktor kelompok referensi, faktor tingkat sosial faktor kecantikan secara simultan berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk kosmetik pemutih wajah. 3) Secara parsial faktor yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian kosmetik pemutih wajah adalah faktor sikap dan keluarga (F1), faktor persepsi (F2), faktor motivasi (F3), faktor kelas sosial (F4). Dari keempat faktor tersebut yang paling dominan pengaruhnya terhadap keputusan pembelian kosmetik pemutih wajah adalah faktor persepsi, secara operasional ditunjukkan oleh kemasan (X16), kualitas (X17), dan harga ( X18). Mengingat besarnya proporsi atau sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat sebesar 84,80% dan sisanya masih terdapat sebesar 15.20% variabel bebas yang tidak ikut diteliti, maka bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan variabel yang lebih luas misalnya memasukkan faktor sensitif kulit, kesehatan kulit dan sebagainya.


(5)

Wahyuliati (2008) melakukan penelitian tentang Hubungan Antara Persepsi Point of purchase (POP) Dengan Keputusan Membeli Konsumen, hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi Point of Purchase dengan keputusan membeli konsumen dengan nilai koefisien korelasi (r) = 0,678 dan probabilitas (p) = 0,000. artinya konsumem memiliki persepsi positif tentang POP cenderung melakukan keputusan membeli yang berkualitas. Persepsi POP memberikan sumbangan efektif terhadap keputusan membeli sebesar 46%.

Dika (2008) meneliti tentang Hubungan antara Image Produk dengan minat membeli pakaian batik pada remaja di Pekalongan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan sangat signifikanantara image produk dengan minat membeli yakni dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi sebesar 0,676 dengan nilai peluang kesalahan 0,000 hal ini berarti jika image produk pakaian batik positif maka minat membeli remaja terhadap pakaian batik tinggi, adapun sumbangan efektif image produk sebesar 45,7%.

Berdasarkan uraian uraian dan teori yang telah dijelaskan di atas bahwa image produk berhubungan dengan keputusan membeli konsumen, dan yang mengunakan produk kecantikan adalah wanita terutama wanita karir (wanita yang bekerja). Maka judul penelitian ini yaitu “Hubungan antara image produk dengan keputusan membeli produk kecantikan pada wanita karir”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini yaitu, apakah ada hubungan antara image produk dengan keputusan membeli Terencana produk kecantikan pada wanita karir?

C. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan image produk dengan keputusan membeli produk kecantikan pada wanita karir.


(6)

D. Manfaat penelitian

1. Bagi ilmuwan Psikologi

Diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan dapat mengembangkan bidang ilmu psikologi khususnya yang berkaitan dengan hubungan persepsi tentang produk kecantikan terhadap keputusan membeli. 2. Bagi subjek penelitian

Hasil penelitian ini dapat mejadikan masukan dan informasi yang berkaitan dengan hubungan antara persepsi terhadap wanita karir sehingga dapat dijadikan bahan pemikiran untuk membentuk persepsi yang positif terhadap produk kecantikan.