Hubungan antara sikap dan keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

AHADIEN SUNU TRIAWAN

106070002188

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul Hubungan antara Sikap dan Keputusan Membeli Produk Merek Lokal pada Konsumen telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 6 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, September 2010 Sidang Munaqasyah

Ketua,

Jahja Umar, Ph.D NIP. 130 885 522

Sekretaris,

Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 19561223 198303 2 001

Anggota:

Ikhwan Luthfi, M.Psi NIP. 150 368 809

Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi NIP. 0315054701

Desi Yustari Muchtar, M.Psi NIP. 198212142008012006


(3)

Mengalir seperti air dengan tujuan dari hulu ke hilir,

Bersikap fleksibel terhadap rintangan dan masalah

-yang selalu datang bergilir,


(4)

ABSTRAK

A. Fakultas Psikologi

B. September 2010 C. Ahadien Sunu Triawan

D. Hubungan antara Sikap dan Keputusan Membeli Produk Merek Lokal pada Konsumen

E. xiii + 83 Halaman + 13 Lampiran

F. Era perdagangan bebas telah dimulai, Indonesia menjadi salah satu Negara yang termasuk di dalamnya. Hal tersebut menjadikan pasar di Indonesia ramai akan produk yang datang baik dari dalam negeri ataupun mancanegara. Produk yang ditawarkan ke konsumen tentu memiliki merek, dimana berfungsi untuk menjadi identitas produk tersebut, pembeda dari produk lainnya, dan sebagai daya tarik untuk konsumen.

Berbagai produk yang ada di pasar akhirnya dipenuhi oleh merek, yang secara umum merek dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu merek lokal dan merek asing. Konsumen yang dihadapkan kepada berbagai macam merek maka diharuskan untuk memilih merek mana yang akan digunakan dan dibelinya. Di sini sikap dari konsumen selayaknya menjadi penentu dari keputusan membeli yang dilakukan dirinya. Hal ini yang menjadi alasan peneliti mengangkat tema tersebut untuk dijadikan sebuah penelitian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara sikap terhadap merek lokal dan keputusan membeli pada konsumen. Dimana dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori keputusan membeli dari Schiffman dan Kanuk (2007, h. 508) dan teori sikap dari Myers (dalam Walgito, 2002, h. 110-111).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Sedangkan pentumpulan data dilakukan berdasarkan teknik cluster random sampling. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 60 orang.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dan keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen, hal ini diketahui dengan hasil dari nilai r hitung sebesar 0.475. Selain itu juga diketahui bahwa nilai dari sikap itu sendiri adalah bernilai positif, yang berarti semakin positif sikap terhadap merek lokal maka semakin tinggi pula keputusan untuk membeli produk dengan merek lokal tersebut.

Dari hasil penelitian ini maka diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak yang terkait. Serta diharapkan pula ada penelitian-penelitan lainnya yang dapat mengkaji lebih dalam mengenai sikap dengan keputusan membeli konsumen.


(5)

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan untuk kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan ridho-Nya maka sebuah karya dari penulis dapat tersaji di hadapan pembaca sekarang ini.

Sebuah karya berbentuk skripsi dengan judul Hubungan antara dengan Keputusan Membeli Produk Merek Lokal pada Konsumen ini berisikan mengenai penelitian yang penulis lakukan. Dimana penelitian ini bertujuan untuk mencari hungan antara sikap terhadap merek lokal dengan keputusan membeli konsumen. Di dalam skripsi ini diulas secara lengkap mulai dari proses awal penelitian dilakukan, sampai hasil dari olah data yang penulis lakukan. Selain dari itu, fenomena yang ada pada masyarakat dan teori-teori dari tokoh psikologi juga diuraikan dan dijelaskan secara lengkap, sehingga pembaca dapat jelas dalam memahami inti dari skripsi ini.

Terselesaikannya karya ini juga tak luput dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, karya ini penulis tujukan kepada seluruh masyarakat pada umumnya dan seluruh keluarga besar Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah pada khususnya. Serta izinkanlah penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada:

1. Bapak Jahja Umar, Ph.D selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

2. Bapak Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi selaku dosen pembimbing 1 skripsi, dan Ibu Desi Yustari, M.Psi selaku dosen pembimbing 2 skripsi.

3. Bapak Ihkwan Luthfi, M.Psi selaku dosen penguji skripsi.

4. Ibu Sitti Evangeline Imelda Suaidy, M.Psi. Psi selaku pembimbing akademik.


(6)

vii

5. Ibu Kapti Mulyani yang telah memberi izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di PT. ANTAM, Tbk.

6. Seluruh penulis buku dan artikel yang tertera dalam daftar pustaka. Beliau-beliau merupakan penulis yang profesional dan sangat membantu penulis dalam pembuatan karya ini.

7. Kedua orangtua dan seluruh keluarga dari penulis, dimana yang telah memberikan bantuan semangat dan doa serta hal-hal lainnya baik yang materiil maupun yang non materiil sehingga karya ini dapat terselesaikan. 8. Sahabat-sahabat penulis, Nurmameta Ganesya, S.Si; Brian Pratistha, SE;

Novan Widyatmoko; Korrina Djamil, S.Psi; Ayu Anggraini; Sarah Rahmadian; serta rekan-rekan penulis lainnya yang sangat membantu dalam menyumbangkan ide, komentar dan saran-sarannya, sehingga menjadikan karya ini sebuah karya yang lebih objektif dan akurat dalam pembahasannya.

9. Seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam terselesaikannya karya ini. Penulis mohon maaf karena tidak dapat menyebutkannya satu-persatu.

Akhir kata penulis mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan pada karya ini, karenanya penulis mengaharapkan saran yang membangun dari pembaca karya ini. Serta apa yang telah tersusun di dalam karya ini semoga dapat bermanfaat, baik bagi penulis ataupun bagi seluruh pihak yang membacanya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, September 2010


(7)

Nama : Ahadien Sunu Triawan NIM : 106070002188

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Hubungan antara Sikap dan Keputusan Membeli Produk Merek Lokal pada Konsumen adalah benar merupakan saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penysusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.

Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, September 2010

Ahadien Sunu Triawan NIM. 106070002188

ahadiensunu@yahoo.com ahadiensunu@gmail.com


(8)

DAFTAR ISI

Cover

Pengesahan Oleh Panitia Ujian i

Lembar Pengesahan Pembimbing ii

Motto iii

Abstrak iv

Kata Pengantar vi

Pernyataan Bukan Plagiat viii

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xii

Daftar Bagan xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 12

1.3 Perumusan dan Pembatasan Masalah 13

1.4 Tujuan Penelitian 15

1.5 Manfaat Penelitian 15

1.5.1 Manfaat Teoritis 15

1.5.2 Manfaat Praktis 16

1.6 Sistematika Penelitian 16

BAB 2 KERANGKA TEORI 18

2.1 Keputusan Membeli Produk Merek Lokal

pada Konsumen 18

2.1.1 Definisi Keputusan Membeli 18

2.1.2 Tahapan dan Komponen Pembentuk

Keputusan Membeli 20

2.1.3 Pendekatan dalam Keputusan Membeli 27 2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi


(9)

Keputusan Membeli 30

2.2 Sikap terhadap Merek Lokal 37

2.2.1 Definisi Sikap 37

2.2.2 Komponen-komponen Pembentuk Sikap 39

2.3 Merek Lokal 41

2.3.1 Definisi Merek 41

2.3.2 Atribut Merek 42

2.3.3 Nilai dan Ekuitas Merek 43

2.3.4 Fungsi Merek 45

2.3.5 Manfaat Merek 46

2.4 Kerangka Berpikir 47

2.5 Hipotesis 51

BAB 3 METODE PENELITIAN 52

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian 52

3.1.1 Pendekatan Penelitian 52

3.1.2 Jenis Penelitian 53

3.2 Variabel dan Definisi Operasional 53

3.2.1 Variabel Penelitian 53

3.2.2 Definisi Operasional 54

3.3 Populasi dan Sampel 55

3.3.1 Populasi 55

3.3.2 Sampel 56

3.4 Instrumen Data 57

3.5 Teknik Pengambilan Data 59

3.6 Teknik Analisis Data 61

3.7 Uji Instrumen Penelitian 62

3.7.1 Uji Validitas 63

3.7.2 Uji Reliabilitas 64

3.8 Metode Analisis Data 65


(10)

  xi

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 67

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian 67

4.1.1 Gambaran Subjek Berdasarkan

Jenis Kelamin 67

4.1.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia 68

4.1.3 Gambaran Subjek Berdasarkan Pendapatan 68 4.1.4 Gambaran Subjek Berdasarkan Produk

Merek Lokal yang Dimiliki 69 4.1.5 Gambaran Subjek Berdasarkan Produk

Merek Lokal yang Dibeli 69

4.2 Deskripsi Statistik 70

4.2.1 Uji Hipotesis 70

4.2.2 Uji Regresi 71

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 74

5.1 Kesimpulan 74

5.2 Diskusi 75

5.3 Saran 78

5.3.1 Saran Teoritis 78

5.3.2 Saran Praktis 79

DAFTAR PUSTAKA 80


(11)

Tabel 1.1 Data Produk yang Menggunakan Merek dengan

Istilah Asing 10

Tabel 3.1 Distribusi Skor Skala Sikap 58

Tabel 3.2 Distribusi Skor Skala Keputusan Membeli 58 Tabel 3.3 Blue Print Alat Ukur Sikap terhadap Merek Lokal 60 Tabel 3.4 Penyebaran Item Alat Ukur Sikap terhadap Merek Lokal 61 Tabel 4.1 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 67 Tabel 4.2 Jumlah Responden Berdasarkan Usia 68 Tabel 4.3 Jumlah Responden Berdasarkan Pendapatan 68 Tabel 4.4 Jumlah Responden Berdasarkan Produk Merek Lokal

yang Dimiliki 69

Tabel 4.5 Jumlah Responden Berdasarkan Produk Merek Lokal

yang Dibeli 69

Tabel 4.6 Correlations 70

Tabel 4.7 Model Summary(b) 72


(12)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Model Perilaku Konsumen 22

Bagan 2.2 Model Sederhana mengenai Pengambilan Keputusan

Konsumen 23

Bagan 2.3 A Basic Model of Complex Decision Making 27 Bagan 2.4 Model Perilaku Pengambilan Keputusan dan Faktor

Pengaruhnya 31

Bagan 2.5 Hubungan antara Sikap terhadap Merek Lokal dan


(13)

1.1

Latar Belakang Masalah

Pasar di Indonesia sedang ramai memperbincangkan era perdagangan bebas yang telah dimulai pada waktu sekarang ini. Dengan dimulainya perdagangan bebas di Indonesia maka barang-barang hasil produksi dari berbagai negara banyak masuk ke pasar dalam negeri, hal ini menjadikan pasar di Indonesia ramai dengan berbagai macam produk yang menggunakan merek asing ataupun lokal.

Masuknya berbagai produk dengan merek asing di pasar Indonesia membuat produsen-produsen merek lokal menjadi lebih kreatif dan giat dalam menciptakan produk baru, sehingga merek-merek lokal pun semakin pesat perkembangannya dalam upaya untuk mampu bersaing dengan merek-merek asing yang telah ada.

Dengan semakin banyaknya aneka ragam merek, baik itu asing ataupun lokal maka telah menjadi fenomena tersendiri dalam pasar Indonesia. Sehingga konsumen dalam mengkonsumsi kebutuhannya menjadi dihadapkan pada dua pilihan alternatif, yaitu pemilihan merek lokal atau merek asing.


(14)

2

Bila dapat dikelompokan maka beragamnya merek dapat terbagi ke dalam dua bagian, yaitu merek asing dan merek lokal. Dengan adanya dua kelompok tersebut mengharuskan konsumen untuk memilih salah satunya. Dimana merek lokal dan asing memiliki ciri khas tersendiri yang menjadi modal sebagai daya tarik bagi konsumen untuk memilihnya. Sedangkan pihak konsumen juga memiliki sikap tersendiri untuk menentukan merek mana yang akan dipilihnya.

Dalam upaya menentukan merek mana yang akan dipilihnya, maka konsumen dihadapkan dengan dua pilihan yang harus dipilihnya, sehingga terciptalah suatu keputusan membeli. Pada umumnya terdapat tiga cara atau model dalam

menganalisis keputusan membeli pada konsumen, yaitu seperti yang diterangkan dalam artikel Buyer decision processes (http://en.wikipedia.org):

1. Economic models, dalam model ini konsumen lebih mengedepankan

kebutuhan mereka semaksimal mungkin. Hal ini berdasarkan asumsi pada rasionalitas dan pengetahuan.

2. Psychological models, pada model ini konsumen lebih berkonsentrasi pada proses psikologis dan kognitif, seperti motivasi dan rekognisi. Dalam model ini konsumen juga mendapat pengaruh lain yang bersumber dari budaya atau keluarga.

3. Consumer behavior models, merupakan model campuran dari kedua model


(15)

Ketiga hal tersebut merupakan cara atau hal yang sekiranya dilalui oleh konsumen dalam proses pengambilan keputusan. Ketiga hal tersebut merupakan gambaran umum dalam keputusan membeli konsumen yang nantinya akan menentukan merek mana yang akan dipilihnya.

Pada akhirnya dapat diketahui bahwa keputusan untuk memilih antara merek lokal dan merek asing menjadi kunci dalam diri konsumen untuk menentukan merek mana yang akan dipilihnya. Menurut Setiadi (2003) ada beberapa hal yang mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan, yaitu: pengaruh dari lingkungan, kognitif dari konsumen, dan afektif yang diaktifkan selama proses pengambilan keputusan.

Selanjutnya menurut Setiadi (2003) faktor lingkungan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dengan menyela atau mengganggu aliran proses pemecahan masalah yang sedang berjalan. Dimana ada beberapa kejadian yang dapat mempengaruhinya, yaitu:

1. Unexpected information, yaitu munculnya informasi yang tidak diharapkan atau tidak konsisten dengan pengetahuan yang telah ada. Misalnya seperti suatu merek yang sebelumnya ditolak, sekarang ternyata memiliki ciri yang baru. Hal seperti itu akan menjadikan konsumen melakukan kontrol dalam pemecahan masalah dan menentukan rencana keputusan yang baru.


(16)

4

2. Prominent environmental stimuli, yaitu sebuah rangsangan dari luar yang mencolok. Hal ini dapat berupa promosi suatu produk seperti diskon atau iklan produk baru yang diberikan oleh produsen.

3. Affective state and Psychososial, yang mencakup suasana hati atau pengaruh psikososial yang mempengaruhi kondisi dari konsumen. Misalnya adalah rasa bosan terhadap suatu merek tertentu atau pengaruh sosial yang menjadikan konsumen menginginkan suatu produk dari merek tertentu.

4. Conflicts, yaitu suatu konflik yang muncul disaat proses pengambilan keputusan. Konflik sering terjadi dalam proses pengambilan keputusan, yaitu pada saat konsumen dihadapkan pada dua alternatif yang harus dipillihnya. Misalnya ketika konsumen dihadapkan untuk memilih antara merek lokal dengan merek asing.

Selain dari faktor lingkungan, gaya hidup dari konsumen juga dapat

mempengaruhi dalam mengambil keputusan untuk membeli. Hal ini sama seperti apa yang telah dijelaskan oleh Setiadi (2003), bahwa sikap tertentu yang dimiliki oleh konsumen terhadap suatu objek tertentu (misalnya merek produk) bisa mencerminkan gaya hidupnya. Jadi dapat diketahui bahwa ada hubungan diantara sikap, gaya hidup dan keputusan untuk memilih merek dalam diri konsumen.


(17)

Untuk memperkuat penelitian, maka peneliti telah melakukan survey pendahuluan sebelum dilaksanakan penelitian ini. Dimana peneliti melakukan interview dengan beberapa konsumen yang telah bekerja atau telah memiliki penghasilan sendiri secara tetap. Survey pendahuluan ini dilakukan untuk menambah kajian dan tentunya memperkuat hipotesa peneliti, sedangkan responden diambil secara acak dan kriteria yang diambil agar konsumen dapat memilih merek mana yang ia pilih dengan objektif.

Survey pendahuluan ini peneliti lakukan pada tanggal 28 Maret 2010, bertempat di salah satu pusat perbelanjaan di wilayah Jakarta Selatan. Di sini peneliti melakukan interview ke konsumen, dan hasilnya seperti BP misalnya, seorang pengajar di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta menyatakan bahwa ia sangat senang dengan semakin berkembangnya merek-merek lokal dan tentu sangat tertarik untuk mengkonsumsinya. Tapi sampai sekarang dirinya masih sering mengkonsumsi produk-produk seperti jaket, tas ataupun sepatu yang bermerek asing.

Sedangkan DT seorang public relations pada sebuah kantor di Jakarta merasa bahwa merek-merek lokal memiliki variasi yang tidak kalah saing dengan merek asing, walau demikian kualitas dari merek lokal belum sepenuhnya sama rata dan itu yang membuat beda dari merek asing. Selama ini DT sering menggunakan merek-merek asing walaupun tidak jarang mengkonsumsi merek lokal, asalkan dengan syarat produknya bagus, berkualitas dan murah.


(18)

6

Responden lainnya, yaitu NW pegawai di bagian marketing pada sebuah kantor asuransi terkemuka ini memiliki pandangan tersendiri dalam menyikapi maraknya merek-merek lokal. Ia beranggapan bahwa merek lokal mantap, variasinya banya dan tidak kalah saing dengan merek asing. Walau demikian ia lebih sering

menggunakan yang merek asing terutama yang limited edition, karena terlihat lebih keren dan gaya. Tapi ia juga tetap membeli barang yang berek lokal, walau hanya untuk keperluan sehari-hari yang kurang penting

Dari hasil inteview pada survey pendahuluan tersebut maka dapat diketahui bahwa konsumen pada dasarnya menyikapi positif maraknya merek-merek lokal, walau demikian mereka lebih mengutamakan merek asing dalam

pengkonsumsiannya. Sehingga terlihat ada keraguan pada konsumen dalam mengkonsumsi merek lokal. Bahkan tidak hanya ragu, melainkan merek lokal seperti dinomor duakan oleh konsumen di negerinya sendiri.

Dari hasil interview juga dapat diketahui bahwa konsumen berterus terang mereka lebih memilih merek asing, hal ini tentu membuat persaingan antara merek lokal dan asing semakin ketat. Konsumen dalam hal ini tahu benar mengenai merek lokal, baik secara kualitas ataupun harganya. Tapi ada hal-hal lain yang membuat mereka lebih memilih mengkonsumsi merek-merek asing.


(19)

Jika ditinjau lebih dalam lagi maka terdapat beberapa hal yang mempengaruhi keputusan membeli pada konsumen, yang mana diketahui bahwa di dalamnya terdapat komponen-komponen dari sikap. Komponen sikap yang dimaksud sesuai dengan yang terdapat dalam Setiadi (2003), yaitu:

1. Komponen kognitif yang mencakup kepercayaan terhadap merek. 2. Komponen afektif yang mencakup evaluasi merek.

3. Komponen konatif yang mencakup maksud untuk membeli.

Masih dalam sumber yang sama, Setiadi lebih lanjut menjelaskan bahwa

hubungan diantara ketiga komponen tersebut mengilustrasikan hierarki pengaruh keterlibatan tinggi, yaitu kepercayaan merek mempengaruhi evaluasi merek dan evaluasi merek mempengaruhi maksud untuk membeli. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa sikap terhadap merek tertentu akan mempengaruhi apakah konsumen jadi membeli atau tidak.

Dengan demikian maka diketahui bahwa sikap konsumen yang positif terhadap merek lokal akan menjadikan konsumen memutuskan untuk membeli produk-produk dengan merek lokal. Namun kondisi berbeda terjadi dalam pasar

Indonesia, dimana konsumen dengan sadar menyikapi positif kepada merek lokal, tapi mereka lebih memilih untuk mengkonsumsi merek asing. Bahkan banyak dari konsumen yang lebih memilih produk lokal yang diberi merek asing. Hal seperti inilah yang menjadi permasalahan utama yang dihadapi oleh produsen merek lokal dan tentunya pemerintah Indonesia.


(20)

8

Keputusan untuk mengkonsumsi merek asing ini sebenarnya disadari penuh oleh pemerintah Indonesia sejak jauh-jauh hari, seperti halnya yang diutarakan oleh Wakil Presiden Indonesia periode 2005-2009, Jusuf Kalla (dalam

www.kompas.com, 18 Maret 2009), dimana beliau berpendapat bahwa

masyarakat Indonesia ini masih ragu-ragu dalam memakai produk dengan merek lokal. Bahkan mereka lebih menyukai produk lokal tapi dengan merek asing.

Senada dengan Jusuf Kalla, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu (dalam http://www.antara.co.id, 11 Mei 2009) menyimpulkan hasil pembicaraannya dengan pelaku ritel, bahwa konsumen di Indonesia masih import minded. Hal ini menyebabkan banyak produsen yang memilih memberi produknya dengan merek berbahasa asing.

Apa yang dikatakan oleh Jusuf Kalla dan Mari Elka Pangestu itu memang benar, hal ini dibuktikan oleh pengakuan dari seorang pengrajin sepatu dan sandal asal Sidoarjo, Madchan (dalam www.kompas.com, 22 Desember 2008) “Kami tidak pede jika memasang merek 'Made in Indonesia' pada sepatu dan sandal yang kami jual. Biar laku dengan harga tinggi, kami pasang merek 'Made in Singapore' atau 'Made in Japan'”. Dari pemaparan pengrajin sepatu dan sandal tersebut maka dapat diketahui, bahwa masyarakat Indonesia lebih menyukai merek-merek asing.


(21)

Rasa tidak percaya diri yang ada pada produsen lokal dan masih tingginya konsumsi terhadap merek asing membuat Menteri Perindustrian periode 2005-2009 Fahmi Idris mengomentarinya. Dalam www.depkominfo.go.id (5 Mei 2005-2009), beliau menghimbau agar produsen tidak malu dalam memakai merek lokal.

Dilain kesempatan dalam zakyalhamzah.blogspot.com (13 Mei 2009) beliau juga menanggapi perihal keraguan masyarakat dalam memilih merek lokal, beliau berpendapat bahwa masyarakat Indonesia ini sebenarnya masih cinta dan bangga terhadap merek dalam negeri, tapi masih butuh pelopor atau keteladanan dari pemimpin negara maupun pemuka masyarakat untuk lebih meningkatkan kesadaran dalam mengkonsumsi merek lokal.

Walau himbauan dari pemerintah telah ada, akan tetapi masih ada saja produsen yang memberi merek asing pada produk buatannya. Cara lain dalam memikat konsumen adalah tetap memberikan label ‘made in Indonesia’ pada produk, tapi mereknya menyerupai atau menggunakan bahasa asing. Data yang diperoleh dari www.kompas.com (14 Mei 2009), ada beberapa merek yang menggunakan cara itu, seperti The Executive, Hammer dan Nail. Ketiga merek tersebut adalah produk lokal yang cukup dikenal di Indonesia yang menggunakan merek dengan istilah bahasa asing.


(22)

10

Tidak hanya di produk pakaian saja, rata-rata di industri garmen produsennya lebih menyukai memberi merek produknya dengan bahasa asing. Seperti data yang peneliti ambil dari tulisan Harmanto Edi Djatmiko (dalam http://swa.co.id, 29 April 2010), dimana ada beberapa produsen yang menamai produknya dengan bahasa asing, seperti pada industri sepatu: Spotec, New Era dan Edward Forrer. Sedangkan pada industri tas tercatat beberapa merek, seperti: Exsport, Bodypack, Eiger dan Elizabeth. Hal ini terjadi karena konsumen masih ragu terhadap merek lokal sehingga lebih memilih merek asing, tetapi merek asing yang konsumen pilih itu ternyata produksi lokal pula.

Dari data-data yang peneliti dapat maka dapat diklasifikasikan mengenai produk lokal yang menggunakan merek dengan istilah asing sebagai berikut:

Tabel 1.1

Data Produk yang Menggunakan Merek dengan Istilah Asing

Sumber: www.kompas.com, 14 Mei 2009 dan http://swa.co.id, 29 April 2010 Produk Merek Lokal dengan Istilah Asing Pakaian (atasan atau bawahan) The Executive, Hammer, Nail

Tas Exsport, Bodypack, Eiger, Elizabeth


(23)

Masalah yang terjadi mulai terlihat dengan jelas, yaitu mengenai sikap konsumen Indonesia terhadap merek lokal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irawan, Chairman Frontier Consulting Group (dalam www.infoanda.com), menyatakan:

“Salah satu tren yang menyedihkan dalam dunia pemasaran di Indonesia adalah semakin melemahnya kekuatan merek-merek lokal. Berdasarkan hasil survei Frontier di enam kota besar Indonesia, saya perkirakan hanya 3% yang dikuasai oleh merek asli daerah tersebut. Sisanya, sebanyak 97%, dikuasai merek-merek nasional atau merek global yang diproduksi oleh perusahaan multinasional”.

Jika dicermati maka benar bahwa ada suatu hambatan dalam hubungan sikap terhadap merek lokal dengan keputusan membeli pada konsumen. Sikap sendiri menurut Myers (dalam Walgito, 2002) memiliki tiga komponen, yaitu: komponen koginitif, afektif dan konatif. Dengan adanya fenomena merek pada konsumen, maka seharusnya sikap memiliki kontribusi terhadap keputusan membeli konsumen. Jika konsumen menyikapi positif suatu merek maka keputusan membelinya juga akan positif, begitu pula sebaliknya.

Fenomena-fenomena yang berhasil terungkap seperti yang telah diuraikan tersebut sangatlah penting untuk dikaji lebih dalam. Hal ini menjadi penting karena diakhir penelitian akan terjawab ada tidaknya hubungan dan kontribusi yang signifikan antara keduanya, dan jawaban dari penelitian ini tentu akan bermanfaat bagi masyarakat Indonesia, baik itu produsen, konsumen ataupun peneliti-peneliti lainnya. Maka penelitian dengan judul “Hubungan antara Sikap dan Keputusan Membeli Produk Merek Lokal pada Konsumen” layak untuk dilakukan.


(24)

12

Selain dari mencari ada atau tidak adanya hubungan antara sikap terhadap merek lokal dan keputusan membeli pada konsumen, penelitian ini juga mencari apakah ada kontribusi dari sikap terhadap merek lokal kepada keputusan membeli pada konsumen. Dengan demikian pada akhirnya penelitian ini akan menjawab apakah ada atau tidak adanya hubungan dan kontribusi yang signifikan diantara kedua variabel tersebut, yaitu sikap dan keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen.

1.2 Identifikasi

Masalah

Berdasarkan pemaparan yang terdapat dalam latar belakang masalah, maka masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari faktor lingkungan terhadap keputusan membeli pada konsumen?

2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup dan keputusan membeli pada konsumen?

3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara sikap dan keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen?

4. Apakah ada kontribusi yang signifikan dari sikap terhadap keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen?


(25)

1.3

Perumusan dan Pembatasan Masalah

Dari pemaparan yang ada pada latar belakang masalah dan juga identifikasi masalah, maka peneliti merumuskan masalah menjadi apakah ada hubungan yang signifikan antara sikap dan keputusan membeli produk merek lokal pada

konsumen? Selain dari itu penelitian ini juga akan meneliti apakah ada kontribusi yang signifikan dari sikap terhadap keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen?

Dari perumusan masalah tersebut maka dibutuhkan pembatasan masalah agar apa yang hendak diteliti tidak melebar dari jalurnya. Masalah penelitian yang dibatasi hanya mencakup dua variabel, yaitu tentang hubungan antara sikap terhadap merek lokal dan keputusan membeli pada konsumen. Adapun pembatasan dari teori yang dipakai dalam menjelaskan variabel serta konsep-konsep lainnya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen mencakup dua komponen. Kedua komponen tersebut adalah seperti yang dijelaskan dalam Schiffman dan Kanuk (2007), yaitu:

a) Melakukan pembelian. b) Tidak melakukan pembelian.

2. Sikap terhadap merek lokal, yaitu bagaimana perasaan, pola pikir dan perilaku dari konsumen dalam hal menyikapi merek lokal. Sikap menurut Myers (dalam Walgito, 2002) mencakup tiga komponen, yaitu:


(26)

14

a) Komponen kognitif atau komponen perseptual. b) Komponen afektif atau komponen emosional. c) Komponen konatif atau komponen perilaku.

3. Merek lokal, menurut Blackett (seperti dikutip dalam Kotler dan Pfoertsch, 2006) brand merupakan jaminan kualitas, asal usul, dan performa, yang dengan demikian meningkatkan nilai yang dirasakan customer dan mengurangi resiko dan kompleksitas dalam keputusan membeli. Lebih lanjut merek lokal adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan atau kombinasi dari kesemuanya yang menunjukkan identitas atau produksi lokal (Indonesia) dengan maksud untuk mengidentifikasi dan

mendiferensifikasi dari produk lainnya. Dalam penelitian ini peneliti membatasi merek lokal yang digunakan adalah yang berupa pakaian (atasan dan bawahan), tas dan sepatu atau sandal, pembatasan terhadap tiga produk dari merek lokal ini dikarenakan ketiga industri tersebutlah yang sedang berkembang di pasar Indonesia dan mulai bersaing

memperebutkan konsumen dengan merek asing.

4. Subjek penelitian, yaitu pegawai baik itu pria atau wanita yang telah bekerja atau memiliki pendapatan tetap tiap bulannya. Hal ini

dimaksudkan agar subjek penelitian memiliki kemampuan secara finansial untuk mengkonsumsi baik itu merek lokal maupun merek asing.


(27)

1.4 Tujuan

Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab apa yang telah terumuskan dalam perumusan masalah, yaitu apakah terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dan keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen, dan apakah ada kontribusi yang signifikan dari sikap terhadap keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen.

1.5 Manfaat

Penelititan

1.5.1 Manfaat Teoritis

Manfaat dengan adanya penelitian ini maka diharapkan pada akhirnya dapat diketahui jawaban dari pertanyaan yang timbul, yaitu mengenai terdapat atau tidaknya hubungan yang signifikan sikap terhadap keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen, serta ada atau tidak adanya kontribusi yang signifikan dari sikap terhadap keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen. Selain itu juga diharapkan penelitian ini dapat menambah khazanah wawasan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi.


(28)

16

1.5.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak yang terkait, baik itu produsen yang memproduksi barang-barang atau jasa dengan merek lokal, konsumen dan pemerintah Indonesia. Sehingga kesemuanya yang saling berkaitan itu dapat bahu-membahu dalam upaya melestarikan merek-merek lokal yang diproduksi dan dipasarkan di Indonesia.

1.6 Sistematika

Penelititan

Sistematika penelitian yang ada dalam penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu meliputi:

Bab 1 : Pendahuluan

Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.

Bab 2 : Kerangka Teori

Pada bab ini dibahas mengenai teori keputusan membeli, teori-teori sikap, konsep dari merek lokal, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

Bab 3 : Metode Penelitian


(29)

variabel dan definisi operasional, populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian, instrumen data, teknik pengambilan data, teknik analisis data, uji instrumen penelitian, metode analisis data, dan prosedur penelitian.

Bab 4 : Hasil Penelitian

Pada bab ini dibahas mengenai gambaran umum subjek penelitian, deskripsi statistik yang mencakup hasil uji korelasi dan regresi. Bab 5 : Penutup

Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan, diskusi, dan saran dari penelitian yang telah dilaksanakan.


(30)

BAB 2

KERANGKA TEORI

2.1

Keputusan Membeli Produk Merek Lokal pada Konsumen

2.1.1 Definisi Keputusan Membeli

Keputusan membeli pada konsumen berdasar pada pengambilan keputusan atau ada pula yang menyebutnya dengan pembuatan keputusan, didefinisikan dalam Suharnan (2005) sebagai ”proses memilih atau menentukan berbagai

kemungkinan diantara situasi-situasi yang tidak pasti”. Jika seorang individu berada dalam suatu situasi dimana ia harus memilih atau memutuskan sesuatu hal, maka individu tersebut harus melalui proses memilih dan menentukan dari

beberapa alternatif yang ada. Serta individu juga dihadapkan dengan berbagai alternatif kemungkinan yang akan terjadi bila memilih alternatif-alternatif yang ada.

Dalam Schiffman dan Kanuk (terj. Zoelkifli Kasip, 2007) dijelaskan bahwa “keputusan adalah seleksi terhadap dua pilihan alternatif atau lebih”. Hal ini menandakan bahwa dalam pengambilan keputusan individu dihadapkan oleh berbagai alternatif pilihan dan dirinya diharuskan untuk memilih salah satu dari alternatif tersebut. Sehingga keputusan membeli pada konsumen mencakup dua hal atau komponen, yaitu jadi membeli atau tidak jadi membeli.


(31)

Penjelasan yang tertera dalam Schiffman dan Kanuk (terj. Zoelkifli Kasip, 2007) tersebut mengacu pada teori pilihan Hobson. Dalam http://en.wikipedia.org dan http://www.reference.com dijelaskan mengenai teori pilihan Hobson. Teori pilihan Hobson menjelaskan bahwa individu atau konsumen hanya dihadapkan dengan dua pilihan, yaitu melakukan pembelian atau tidak melakukan pembelian.

Sedangkan definisi lainnya mengenai pengambilan keputusan adalah menurut Morgan (1986), “decision making is a kind of problem solving in which we are presented with several alternative, among which we must choose”, yaitu pengambilan keputusan adalah beberapa masalah yang harus dipecahkan, yang mana kita diberikan alternatif diantara mana yang haru kita pilih.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan dari para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa keputusan membeli adalah suatu proses memilih, menyeleksi atau

menentukan satu pilihan dari berbagai alternatif dengan cara yang rasional. Dimana konsumen melakukan proses tersebut dengan maksud untuk membeli suatu produk atau memilih suatu merek.


(32)

20

2.1.2 Tahapan dan Komponen Pembentuk Keputusan Membeli

Kotler dan Keller (2007), telah menyusun model keputusan pembelian, dimana dijelaskan sebagai berikut ini:

1. Pengenalan masalah. Proses pembelian dimulai ketika konsumen mengenali masalahnya atau kebutuhannya. Dimana kebutuhan tersebut dicetuskan oleh rangsangan internal ataupun eksternal. Yang tercakup dalam rangsangan internal adalah yang berhubungan dengan kebutuhan umum seseorang. Sedangkan rangsangan eksternal mencakup sesuatu yang mempengaruhi atau memicu pemikiran dari individu, seperti individu yang menginginkan sesuatu karena mendapat rangsangan atau stimulus dari luar atau pihak lain.

2. Pencarian informasi. Terjadi ketika konsumen telah terangsang untuk memenuhi kebutuhannya. Pada pencarian informasi ini konsumen dapat mencarinya ke beberapa sumber, yaitu: sumber pribadi, komersial, publik dan pengalaman.

3. Evaluasi alternatif. Yang dimaksud dengan evaluasi alternatif disini dimana konsumen melakukan evaluasi dari beragai alternatif pilihan yang ada. Terdapat tiga konsep dalam evaluasi alternatif, yaitu: konsumen berusaha memenuhi kebutuhannya; konsumen mencari manfaat dari produk atau merek yang akan dipilihnya; dan konsumen membandingkan berbagai kelebihan atau kekurangan diantara produk atau merek yang ada.


(33)

4. Keputusan pembelian. Pada dasarnya terdapat dua model pada keputusan pembelian ini, yaitu model kompensasi dan non-kompensasi. Model kompensasi dimana konsumen memilih merek atau produk dari hasil evaluasi alternatif, sedangkan model non-kompensasi konsumen memilih alternatif lain atau pengganti dari yang telah ditetapkan sebelumnya. 5. Perilaku pasca pembelian. Dimana setelah membeli produk dari suatu

merek maka konsumen dapat merasa puas atau tidak. Dari pengalamannya tersebut maka akan menjadi informasi untuk terus mengkonsumsi merek tersebut atau tidak.

Lebih lanjut dalam Kotler dan Keller (1997) dijelaskan mengenai komponen dari keputusan pembelian, dimana mencakup enam aspek, yaitu: pilihan produk, pilihan merek, pilihan dealer, jumlah pembelian, saat yang tepat melakukan pembelian, dan metode pembayaran.

Keenam aspek tersebut muncul sebagai komponen dari keputusan pembelian dikarenakan penjelasan dari Kotler mengenai faktor penentu keputusan pembelian oleh konsumen. Dimana faktor tersebut menjadi sebuah rangsangan dalam

pemasaran, yang mencakup: produk dan jasa, harga, distribusi, komunikator (promosi). Beberapa faktor lainnya yang dapat mempengaruhi keputusan membeli konsumen adalah: keadaan ekonomi; perkembangan teknologi; politik; dan


(34)

22

Dari serangkaian tahapan dan komponen yang dijelaskan dalam Kotler (1997) maka dapat pula diperjelas urutannya sesuai dengan bagan di bawah ini:

Bagan 2.1

Model Perilaku Konsumen Sumber: Kotler dan Keller (1997)

Psikologi Konsumen Motivasi Persepsi Pembelajaran Memori Karakteristik Konsumen Budaya Sosial Personal Rangsangan Pemasaran: Produk & jasa Harga Distribusi Komunikator Rangsangan Lain: Ekonomi Teknologi Politik Budaya Proses Keputusan Pembelian Pilihan produk Pilihan merek Pilihan dealer Jumlah pembelian Saat yang tepat melakukan pembelian Metode pembayaran Keputusan Pembelian Pengenalan masalah Pencarian informasi Penilaian alternatif Keputusan pembelian Perilaku pasca pembelian

Sedangkan berdasarkan penjelasan dalam Schiffman dan Kanuk (terj. Zoelkifli Kasip, 2007), dimana model pengambilan keputusan mencakup tiga tahapan utama, yaitu: masukan (mencakup pengaruh eksternal), proses (mencakup

pengambilan keputusan konsumen), keluaran (mencakup perilaku yang dilakukan oleh konsumen setelah melakukan pengambilan keputusan)


(35)

Di dalam ketiga tahapan utama tersebut terdapat komponen-komponen lanjutan yang mengarah pada proses pengambilan keputusan. Lebih jelasnya digambarkan seperti pada bagan dibawah ini:

Bagan 2.2

Model Sederhana mengenai Pengambilan Keputusan Konsumen Sumber: Schiffman dan Kanuk (terj. Zoelkifli Kasip, 2007) Pengaruh eksternal Usaha pemasaran perusahaan 1. produk 2. promosi 3. harga

4. saluran distribusi

Lingkungan sosiobudaya 1. keluarga

2. sumber informal

3. sumber non komersial lain Masukan

4. kelas sosial

Pengambilan keputusan konsumen

Proses

5. subbudaya dan budaya

Pengenalan kebutuhan Penelitian sebelum pembelian Evaluasi alternatif Bidang psikologi 1. motivasi 2. persepsi 3. pembelajaran

Perilaku setelah keputusan

Keluaran 4. kepribadian 5. sikap Pengalaman Pembelian 1. percobaan 2. pembelian ulang Evaluasi setelah pembelian


(36)

24

Pada penelitian yang dilakukan oleh Abubakar (2005) dalam jurnal mengenai pengaruh pelaksanaan bauran pemasaran terhadap proses keputusan pembelian konsumen pada jamu di Banda Aceh, didapatkan hasil yang berupa pengaruh positif. Dalam penelitian tersebut, Abubakar menggunakan teori dari Kotler sebagai indikator penelitiannya. Dimana indikator untuk variabel keputusan membelinya adalah product, price, place and promotion. Indikator tersebut sesuai dengan yang telah dijelaskan dalam Kotler dan Keller (1997).

Berbeda dengan Abubakar, Haryani (2006) dalam penelitian untuk skripsinya Pengaruh Harga, Produk, dan Promosi terhadap Keputusan Pembelian Deterjen Daia Konsumen Ibu Rumah Tangga di Kecamatan Gebang kabupaten Purworejo, menggunakan teori dari Kotler yang berupa pilihan produk, merek, dealer, jumlah pembelian, saat yang tepat dalam melakukan pembelian dan metode pembayaran sebagai indikator dari variabel keputusan membeli dalam penelitiannya. Hasil penelitannya juga menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara harga, produk dan promosi terhadap keputusan pembelian deterjen Daia konsumen ibu rumah tangga di Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo.


(37)

Hampir menyerupai dengan apa yang diutarakan Kotler dan Keller, maka Engel, Blackweel dan Winiard (1994) menjelaskan mengenai tahapan pembentuk keputusan membeli. Dimana di dalamnya tercakup lima hal berikut:

1. Pengenalan kebutuhan, dimana pada pengenalan masalah ini konsumen mempersepsikan perbedaan diantara keadaan yang mereka inginkan dengan kondisi aktual atau yang sebenarnya. Dengan demikian akan membangkitkan serta mengaktifkan proses keputusan.

2. Pencarian informasi, disini konsumen mencari informasi terhadap suatu merek yang menjadi pilihannya. Informasi yang dapat berasal dari ingatan atau pengalaman masa lalunya (pencarian internal), dan juga berasal dari lingkungan (pencarian eksternal).

3. Evaluasi alternatif, pada tahapan ini konsumen melakukan evaluasi terhadap pilihan atau alternatif yang ada, sehingga alternatif pilihan tersebut menjadi menyempit.

4. Pembelian, disini konsumen memilih suatu merek berdasarkan alternatif yang telah menjadi pilihannya.

5. Hasil, pada tahapan terakhir ini konsumen melakukan evaluasi terhadap pilihannya, apakah telah tepat dalam memenuhi kebutuhan serta


(38)

26

Tokoh lain yang menjelaskan tahapan dalam pengambilan keputusan adalah Assael. Dalam bukunya, Assael (1998) menjelaskan terdapat lima tahapan dalam keputusan pembelian, yaitu:

1. Need Arousal. Pada bagian ini konsumen malakukan pengenalan atau

mengingat kembali akan kebutuhan yang ditimbul atau yang harus dipenuhinya. Ketika konsumen telah mengetahuinya, maka kebutuhan-kebutuhan tersebut harus dipenuhinya.

2. Consumer Information Processing. Pemrosesan informasi disini bertujuan untuk mencari dan memproses informasi yang relevan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, sehingga kebutuhan tersebut dapat terpenuhi. 3. Brand Evaluation. Setelah mengetahui kebutuhan dan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhannya itu, konsumen akan melakukan evaluasi merek. Dimana evaluasi merek dilakukan konsumen untuk mengetahui apakah pilihannya tersebut akan membawa keuntungan bagi dirinya. Konsumen tentu berkecenderungan untuk memilih merek yang dapat memberinya sebuah keuntungan.

4. Purchase. Ketika semuanya menjadi semakin jelas, maka konsumen

tinggal menentukan, apakah akan membeli produk bermerek tersebut atau tidak. Pemilihan yang dilakukan konsumen tentunya berdasar pada

pengolahan informasi dan juga evaluasi merek yang telah dilakukannya.

5. Postpurchase Evaluation. Setelah konsumen menggunakan produk atau


(39)

Hasil evaluasi tersebut yang nantinya akan menentukan apakah ia akan terus menggunakan produk atau merek tersebut atau tidak.

Assael (1998) juga menggambarkan penjelasan tersebut kedalam sebuah bagan, yaitu seperti berikut:

Bagan 2.3

A Basic Model of Complex Decision Making

Sumber: Assael (1998)

Need Arousal

Postpurchase Evaluation

Purchase

Brand Evaluation

Consumer Information

Processing

2.1.3 Pendekatan dalam Keputusan Membeli

Dalam pengambilan keputusan terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan, yaitu pendekatan normatif dan deskriptif. Menurut Glass dan Holyoak (1986) dan Hastjarjo (1991) (seperti dikutip dalam Suharnan, 2005), yang dimaksud dengan pendekatan normatif ialah menitikberatkan pada apa yang seharusnya dilakukan oleh pembuat keputusan sehingga diperoleh suatu keputusan yang rasional,


(40)

28

sedangkan pendekatan deskriptif menekankan pada apa saja yang telah dilakukan orang yang membuat keputusan tanpa melihat apakah keputusan yang dihasilkan itu rasional atau tidak rasional.

Jika dalam pengambilan keputusan menggunakan pendekatan normatif maka harus memperhatikan lima prinsip yang diterangkan menurut Plous (1993) dan Hastjarjo (1991), (seperti dikutip dalam Suharnan, 2005), yaitu:

1. Memperbandingkan diantara pilihan, yaitu untuk membuat keputusan yang rasional maka harus memperbandingkan diantara dua pilihan atau lebih. Setelah itu baru menentukan satu pilihan yang terbaik, atau malah tidak sama sekali.

2. Transitisitas, yaitu memilih sesuatu yang paling disukai dari beberapa alternatif pilihan yang ada.

3. Mengabaikan faktor umum, yaitu mengabaikan faktor yang sama pada alternatif yang berbeda. Dimana seharusnya dalam menentukan pilihan diantara dua alternatif atau lebih hanya tergantung pada konsekuensi atau hasil yang berbeda bukan sesuatu yang sama.

4. Dominan, yaitu memilih suatu alternatif yang memiliki sifat atau hal yang paling menonjol dari alternatif lainnya.

5. Invarian, yaitu dalam menentukan suatu pilihan seharusnya tidak ditentukan dengan suatu cara penyajian atau penyampaian (contohnya iklan).


(41)

Pendekatan lain dalam keputusan membeli pada konsumen adalah berdasarkan kebutuhan dari konsumen itu sendiri. Dalam bukunya, Assael (1998) menuliskan bahwa keputusan membeli pada konsumen berdasarkan pada hierarki kebutuhan Maslow yang sesuai dengan kondisi konsumen saat itu. Sarwono (2002)

menuliskan bahwa teori kebutuhan Maslow menerangkan mengenai lima macam kebutuhan manusia yang berjenjang ke atas, dimana kebutuhan yang lebih tinggi akan muncul ketika kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi.

Berdasarkan teori tersebut maka Assael (1998) menjelaskan mengenai keputusan membeli konsumen berdasarkan hierarki kebutuhan Maslow, yaitu:

1. Physiological needs. 2. Safety needs.

3. Social needs.

4. Ego needs.

5. Self-actualization needs.

Berdasarkan lima tahap atau pendekatan tersebutlah Assael menjelaskan bahwa konsumen akan menentukan dalam keputusan membelinya sesuai dengan kebutuhannya pada saat itu.


(42)

30

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Membeli

Engel, Blackweel dan Winiard (1994) menjelaskan tiga faktor yang dapat

mempengaruhi keputusan membeli pada konsumen. Ketiga faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Faktor lingkungan.

Di dalam faktor lingkungan ini terdapat tiga hal yang mempengaruhinya, yaitu budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga dan situasi atau kondisi pada saat itu.

2. Faktor perbedaan dan pengaruh individual.

Pada faktor ini merupakan faktor internal dari diri konsumen, dimana di dalamnya mencakup lima hal yang dapat mempengaruhinya, yaitu: sumber daya konsumen, motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap dan

kepribadian, gaya hidup serta demografi. 3. Faktor psikologis.

Sedangkan dalam faktor psikologis ini terdapat tiga hal yang dapat mempengaruhi keputusan membeli konsumen, yaitu: pengolahan informasi, pembelajaran dan perubahan sikap atau perilaku.

Bila digambarkan dalam suatu bagan, maka ketiga faktor yang mempengaruhi keputusan membeli pada konsumen tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:


(43)

Bagan 2.4

Model Perilaku Pengambilan Keputusan dan Faktor Pengaruhnya Sumber: Engel, Blackweel dan Winiard (1994)

Faktor Lingkungan

Faktor Perbedaan dan Pengaruh Individual

Faktor Psikologis

Keputusan Membeli pada Konsumen

Faktor lain dijelaskan dalam Kotler dan Keller (2007), dimana secara terperinci mengenai faktor-faktor dalam keputusan membeli konsumen. Dimana terdapat empat faktor, yaitu: faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Dari keempat faktor tersebut, maka Kotler dan Keller kembali merincinya sehingga dapat diketahui lebih jelas seperti berikut ini:

1. Faktor budaya, dimana memiliki pengaruh paling luas dan paling dalam dibandingkan dengan ke tiga faktor lainnya. Pada faktor budaya ini tercakup tiga aspek, yaitu budaya, sub-budaya dan kelas sosial, dimana ketiganya sangat penting bagi keputusan membeli pada konsumen. Dalam hal ini budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling dasar, dimana pada masing-masing budaya terdiri dari sub-budaya yang lebih menampakkan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya. Sedangkan keloas sosial sendiri masih terjadi dalam masyarakan di era modern ini, dimana tingkatan kelas sosial dalam masyarakat kiranya dapat


(44)

32

dilihat dari tujuh tingkatan berikut: (1) masyarakat kelas bawah, (2) masyarakat kelas menengah kebawah, (3) kelas pekerja, (4) masyarakat kelas menengah, (5) masyarakat kelas menengah atas, (6) masyarakat kelas atas, (7) masyarakat kelas paling atas. Dari pemaparan tersebut maka jelas bahwa faktor budaya memiliki keterlibatan yang erat dengan

keputusan membeli konsumen.

2. Faktor sosial, memiliki isi seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial. Yang dimaksud dengan kelompok acuan disini adalah terdiri dari kelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang (konsumen). Keluarga sendiri merupakan gabungan dari kelompok acuan yang paling

berpengaruh dalam suatu pembelian atau penggunaan dari suatu produk atau merek, sehingga keluarga menjadi organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Sedangkan peran dan status sosial dari seorang konsumen berpartisipasi dalam banyak kelompok sepanjang hidupnya, seperti keluarga, klub atau organisasi. Peran juga meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang, dan masing-masing peran tersebut akan menghasilkan status.

3. Faktor pribadi, juga mempengaruhi keputusan membeli. Dimana faktor pribadi ini meliputi: usia dan tahap dalam siklus hidup; pekerjaan dan keadaan ekonomi; kepribadian dan konsep diri; serta nilai dan gaya hidup konsumen. Usia dari seseorang menentukan barang-barang yang


(45)

terhadap pakaian, perabot, dan rekreasi juga berhubungan dengan usia. Konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup dari konsumen itu sendiri. Pekerjaan dan keadaan ekonomi juga menjadi penentu konsumen dalam memilih merek atau produk mana yang akan digunakannya. Dapat

dipahami perbedaan merek yang dipilih oleh pekerja “kerah biru” dengan pekerja “kerah putih”, selain itu keadaan ekonomi dari keduanya juga mempengaruhi kemampuan dalam memilih produk yang dikonsumsinya. Sedangkan kepribadian dan konsep diri dari konsumen juga merupakan bagian dari faktor pribadi yang mempengaruhi keputusan membeli, karena masing-masing orang memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda yang mempengaruhi perilaku pembeliannya. Yang terakhir dari faktor pribadi adalah gaya hidup dan nilai, dimana gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang terungkap pada aktivitas, minat dan opininya. Lebih dari itu, nilai inti jauh lebih dalam daripada perilaku atau sikap, dan pada dasarnya menentukan pilihan dan keinginan orang dalam jangka panjang.

4. Faktor psikologis, memiliki empat bagian terpenting, yaitu: motivasi, persepsi, pembelajaran dan memori. Keempat bagian tersebut memiliki pengaruh dalam hal keputusan membeli pada konsumen. Pada bagian motivasi terkenal dengan hierarki kebutuhan Maslow, dimana ada lima kebutuhan yang harus dipenuhi individu, yaitu: kebutuhan fisik,

keamanan, sosial, penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. Dalam hal persepsi, konsumen akan menanggapi hal yang dipersepsikannya sehingga


(46)

34

berdampak pada keputusan untuk membeli atau memilih barang yang akan dikonsumsinya. Pembelajaran sendiri meliputi perubahan perilaku

seseorang yang timbul dari pengalaman. Dengan demikian, pengalaman yang baik dalam menggunakan suatu produk atau merek oleh konsumen dapat berdampak penggunaan yang berlanjut di masa berikutnya. Hal mengenai pengalaman juga berkaitan dengan memori, dimana informasi atau pengalaman yang didapat oleh konsumen akan tersimpan dalam memorinya. Dengan tersimpannya sebuah memori suatu merek maka hal tersebut dapat di recall pada saat konsumen hendak mengambil sebuah keputusan membeli.

Serupa dengan penjelasan dari Kotler dan Keller, Setiadi (2003) menjelaskan empat faktor yang dapat mempengaruhi keputusan membeli pada konsumen, yaitu faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan yang terakhir adalah faktor psikologis. Dalam keempat faktor tersebut memiliki cakupan yang lebih terperinci lagi, dimana penjabaran dari keempat faktor tersebut dijelaskan oleh Setiadi sebagai berikut:

1. Faktor kebudayaan mencakup kebudayaan, sub-budaya dan kelas sosial. 2. Faktor sosial mencakup kelompok referensi, keluarga, peran dan status. 3. Faktor pribadi mencakup umur, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup,

kepribadian dan konsep diri.

4. Faktor psikologis mencakup motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan dan sikap.


(47)

Sedangkan dalam Suharnan (2005) terdapat tiga faktor penyebab dimana individu harus membuat suatu keputusan, ketiga situasi penyebab individu mengambil suatu keputusan adalah:

1. Membuat prediksi kedepan.

2. Memilih salah satu diantara dua pilihan atau lebih.

3. Membuat estimasi (prakiraan) mengenai frekuensi kejadian berdasarkan bukti-bukti yang terbatas.

Faktor lainnya yang terlibat dalam keputusan membeli adalah tipe konsumen dalam melakukan keputusan membeli. Untuk melihat tipe konsumen dalam keputusan membelinya maka dapat dilihat dari dua dimensi pembentuk tipe konsumen dalam keputusan membeli yang diterangkan dalam Assael (1998) berikut ini:

1. Tingkat pengambilan keputusan, merupakan sebuah rangkaian dari keputusan membeli dan yang telah menjadi suatu kebiasaan. Dimana mencakup aspek:

a) Keputusan yang ada berdasar pada proses kognitif dari perncarian informasi dan alternatif merek.

b) Konsumen telah merasa puas dengan merek atau produk tertentu dan telah mengkonsumsinya secara konsisten, atau telah menjadi suatu kebiasaan dalam mengkonsumsi atau mememilih suatu merek.


(48)

36

2. Tingkat keterlibatan dalam pembelian, menggambarkan kontinum dari tinggi ke rendah mengenai keterlibatan dalam pembelian. Dimana mencakup aspek:

a) Keterlibatan yang tinggi dalam pembelian. Hal ini merupakan sesuatu yang penting bagi konsumen, dimana terkait dengan ego dan citra diri yang beresiko terhadap keuangan, sosial dan psikologis dari

konsumen. Dalam hal ini diperlukan waktu untuk mempertimbangkan alternatif yang ada.

b) Keterlibatan yang rendah dalam pembelian. Ini merupakan sesuatu yang dianggap tidak penting bagi konsumen. Resiko terhadap keuangan, sosial atau psikologis tidak berdampak besar. Serta waktu atau usaha untuk mencari informasi dalam mempertimbangkan alternatif tidak terlalu penting atau bernilai bagi konsumen.

Dari penjelasan yang diuraikan oleh Assael (1998) tersebut, maka dapat diketahui bahwa keputusan membeli pada konsumen juga dipengaruhi berdasarkan tipe konsumen dalam keputusan membeli. Dimana tipe konsumen terbagi kedalam dua dimensi, yaitu tingkat pengambilan keputusan dan tingkat keterlibatan dalam pembelian.


(49)

2.2

Sikap terhadap Merek Lokal

2.2.1 Definisi Sikap

Pada awalnya definisi sikap dijelaskan oleh Thurstone (seperti dikutip dalam Setiadi, 2003), dimana ia melihat sikap sebagai jumlah pengaruh yang dimiliki seseorang atas atau menentang suatu objek.

Myers (seperti dikutip dalam Walgito, 2002) berpendapat bahwa sikap itu

merupakan: a predisposition towards some object; includes one’s beliefs, feelings, and behavior tendencies concerning the object. Dari pendapat Myers tersebut maka diketahui bahwa dalam sikap meliputi tiga komponen, yaitu:

1. Komponen kognitif. 2. Komponen afektif. 3. Komponen konatif.

Tidak jauh berbeda dengan Myers, Hawkins (seperti dikutip dalam Ferrinadewi, 2008) mendefinisikan sikap sebagai proses pengorganisasian motivasi, emosi, persepsi dan koginitif dengan sifatnya yang berjangka panjang dan berkaitan dengan aspek lingkungan disekitarnya.


(50)

38

Dalam Davidoff (terj. Mari Juniati, 1991) dituliskan, “attitude/sikap mental biasanya didefinisikan sebagai konsep evaluatif yang telah dipelajarai dan dikaitkan dengan pola pikiran, perasaan, dan perilaku kita”. Lebih lanjut juga dituliskan “pikiran seseorang tentang objek dari sikap mereka biasanya terpengaruh oleh pengalaman dan informasi”. Apa yang tercantum dalam Davidoff (1991) ini sejalan dengan konsep yang dijelaskan oleh Myers, dimana dalam sikap terdapat tiga komponen yang berkaitan, yaitu komponen kognitif, afektif dan konatif.

Dalam Engel, Blackweel dan Winiard (terj. F.X. Budiyanto, 1994) dijelaskan bahwa “sikap biasanya memainkan peran utama dalam membentuk perilaku”. Maka jelas bahwa pada dasarnya terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku pengambilan keputusan pada konsumen.

Sedangkan Allport (seperti dikutip dalam Setiadi, 2003) mendefinisikan sikap sebaagai suatu mental dan syaraf sehubungan dengan kesiapan untuk menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman dan memiliki pengaruh yang mengarahkan dan atau dinamis terhadap perilaku.

Dari berbagai definisi mengenai sikap tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sikap terhadap merek lokal adalah suatu kecenderungan yang di dalamnya tergabung komponen kognitif, afektif dan konatif yang menuju atau mengarah pada merek lokal dengan relatif stabil.


(51)

2.2.2 Komponen-komponen Pembentuk Sikap

Dalam Engel, Blackweel dan Winiard (terj. F.X. Budiyanto, 1994) dijelaskan bahwa ”sikap bervariasi dalam intensitas (yaitu, kekuatan) dan dukungan (favorability)”. Jadi dalam menyikapi suatu objek, setiap individu memiliki intensitas dan dukungan yang berbeda, dimana terkait kuat atau tidaknya dan mendukung atau tidak mendukungnya terhadap objek tersebut.

Morgan (1986) menerangkan mengenai balance theory, dimana mencakup hubungan antara seseorang dengan dua objek sikap. Elemen yang ketiga adalah hubungan antara sikap yang baik (bagus, suka, atau positif) dengan sikap yang tidak baik (buruk, tidak suka, atau negatif). Dengan demikian adanya hubungan antara individu dengan objek sikapnya, dimana individu dapat menyikapi dengan sikap positif atau negatif terhadap objek sikapnya tersebut.

Dimensi sikap lainnya adalah menurut Myers (seperti dikutip dalam Walgito, 2002), dimana Myers berpendapat bahwa sikap itu merupakan: a predisposition towards some object; includes one’s beliefs, feelings, and behavior tendencies concerning the object. Sehingga dimensi sikap berdasarkan penuturan dari Myers ada tiga, yaitu: komponen kognitif, afektif dan konatif.

Adapun yang dimaksudkan dengan ketiga komponen pembentuk sikap oleh Myers (seperti dikutip dalam Walgito, 2002) tersebut adalah sebagai berikut:


(52)

40

1. Komponen kognitif atau komponen perseptual, merupakan komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan. Yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana individu mempersepsi terhadap objek sikap.

2. Komponen afektif atau komponen emosional, merupakan komponen yang menunjukkan arah sikap (positif dan negatif), yaitu rasa senang yang merupakan hal positif dan rasa tidak senang yang merupakan hal negatif. 3. Komponen konatif atau komponen perilaku, yaitu komponen yang

berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilakunya individu terhadap objek sikap.

Sama seperti Myers, Solomon (seperti dikutip dalam Arnould, Price dan Zinkhan, 2002) juga menjelaskan tiga komponen pembentuk sikap, yaitu:

“Attitudes have three components: cognition, affect and behavior. In this model, cognition refers to the beliefs a consumer has about an attitude object. Affect refers to the way a consumer feels about an attitude object. Behavior involves the person’s intentions to do something with regard to an attitude object.”

Berdasarkan penjelasan dari Myers dan Solomon maka dapat diketahui bahwa sikap memiliki tiga komponen utama dalam pembentukannya, yaitu kognitif, afektif dan konatif. Dimana dengan ketiga komponen tersebutlah sikap dapat diketahui dan diukur.


(53)

2.3 Merek

Lokal

2.3.1 Definisi Merek

Merek menurut Asosiasi Pemasaran Amerika (dalam Kotler dan Keller, terj. Benyamin Molan, 2007) didefinisikan sebagai berikut:

“nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa penjual atau kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikannya dari barang atau jasa pesaing”.

Berdasarkan definisi tersebut maka dapat diketahui bahwa merek adalah segala hal yang terdapat dalam suatu produk. Sehingga dengan adanya merek, suatu produk dapat teridentifikasi dengan baik oleh konsumen dan juga dapat dibedakan dengan produk lainnya.

Definisi mengenai merek lokal didapat dari http://pusatbahasa.diknas.go.id, yang mana merek didefinisikan sebagai tanda yang dikenakan oleh pengusaha (pabrik, produsen, dsb) pada barang yang dihasilkan sebagai tanda pengenal.

Masih dalam http://pusatbahasa.diknas.go.id, merek juga diartikan menjadi: “nama, simbol, gambar, huruf, kata, atau tanda lainnya yang digunakan oleh industri dan perusahaan dagang untuk member nama pada barang-barangnya dan membedakan dari yang lain, biasanya dilindungi oleh hukum”.


(54)

42

Sedangkan yang dimaksud dengan istilah lokal sendiri adalah yang menunjukkan suatu tempat dimana produk tersebut diproduksi (pembuatan, produksi, tumbuh, hidup, dsb).

Sehingga yang dimaksud dengan merek lokal adalah simbol, gambar, huruf, kata, atau tanda lainnya yang digunakan oleh industri atau perusahaan pada barang hasil produksinya dengan tujuan untuk memberi nama dan membedakan produknya dengan yang lainnya. Karena merek lokal, maka merek yang digunakan berupa unsur-unsur yang mengandung nilai-nilai lokal. Yang dimaksudkan dengan lokal sendiri adalah penggambaran suatu tempat atau asal produksi dari suatu barang, yaitu berasal dari Indonesia.

2.3.2 Atribut Merek

Mengenai atribut dari merek maka dalam Kotler dan Keller (2007) dituliskan bahwa merek-merek terkuat dunia memiliki sepuluh atribut yang sama, yaitu:

1. Merek itu unggul dalam menyerahkan manfaat yang benar-benar diinginkan konsumen

2. Merek itu selalu relevan

3. Strategi penerapan harga didasarkan pada persepsi konsumen tentang nilai 4. Merek itu diposisikan secara tepat

5. Merek itu konsisten


(55)

7. Merek itu memanfaatkan dan mengoordinasikan daftar lengkap kegiatan-kegiatan pemasaran untuk membangun ekuitas

8. Manajer merek memahami arti merek bagi konsumen 9. Merek itu mendapat dukungan yang kuat dan memadai 10.Perusahaan memantau sumber ekuitas merek.

Sedangkan menurut Nicolino (seperti dikutip dalam Simamora, 2003), menjelaskan bahwa terdapat tiga atribut dari merek, yaitu:

1. Dapat mengidentifikasi.

2. Memiliki entitas atau mewakili sesuatu yang ada. 3. Janji akan nilai tertentu.

2.3.3 Nilai dan Ekuitas Merek

Merek pada suatu produk juga memiliki nilai tersendiri, Aaker (seperti dikutip dalam Simamora, 2003) menyebutkan bahwa merek memiliki tiga nilai, yaitu:

1. Nilai fungsional, yaitu nilai yang diperoleh dari atribut produk yang memberikan kegunaan fungsional kepada konsumen.

2. Nilai emosional, yaitu pemberian sebuah perasaan atau emosi positif kepada konsumen terhadap suatu merek.


(56)

44

3. Nilai ekspresi diri, nilai yang satu ini hampir mirip dengan nilai emosional. Yang membedakan adalah bagaigama membuat konsumen

mengekspresikan dirinya dengan menggunakan produk dengan merek tertentu.

Sedangkan untuk menetapkan merek terkenal maka dikenal istilah ekuitas merek. Dimana Kotler dan Keller (terj. Benyamin Molan, 2007) mendefinisikan ekuitas merek sebagai berikut:

“nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa. Nilai ini bisa dicerminkan dalam cara konsumen berpikir, merasa, dan bertindak terhadap merek, harga, pangsa pasar, dan profitabilitas yang dimiliki perusahaan. Ekuitas merek merupakan aset tak berwujud yang penting, yang memiliki nilai psikologis dan keuangan bagi perusahaan”.

Sebuah agen periklanan, yaitu Young and Rubican (Y&R) mengembangkan satu model ekuitas merek yang disebut Brand Asset Valuator (BAV) (dalam Kotler, 2007). Dimana hasilnya ada empat komponen kunci atau pilar ekuitas merek, menurut BAV, yaitu:

1. Diferensiasi, mengukur sejauh mana sebuah merek dilihat berbeda dari merek lain

2. Relevansi, mengukur keluasan daya tarik merek

3. Penghargaan, mengukur baiknya anggapan dan penghargaan terhadap merek

4. Pengetahuan, mengukur seberapa akrab dan intimnya konsumen terhadap merek itu.


(57)

Sedangkan menurut Piramida Resonansi Merek (dalam Kotler dan Keller, 2007), menyatakan bahwa penciptaan ekuitas merek terjadi bila keenam hal ini telah tercapai:

1. Penonjolan merek 2. Kinerja merek 3. Citra merek 4. Penilaian merek 5. Perasaan merek 6. Resonansi merek.

2.3.4 Fungsi Merek

Sebuah hasil penelitian yang dilakukan oleh Leonard L. Berry (dalam Lovelock dan Wirtz, 2004) disimpulkan “strong brands increase customers’ trust of

invisible products while helping them to better understand and visualize what they are buying”. Dari penelitian ini maka diketahui bahwa salah satu fungsi merek adalah untuk membantu konsumen memahami produk yang ditawarkan oleh produsen, dan juga membantu konsumen dalam menggambarkan jenis produk tersebut. Sehingga merek dapat benar-benar menerangkan suatu produk dan memudahkan konsumen untuk membelinya.


(58)

46

Selain berfungsi untuk pemberi nama pada produk dan membedakan dengan produk lainnya, merek menurut Caspar, Hecker dan Sabel (seperti dikutip dalam Kotler dan Pfoertsch, 2006) memiliki fungsi terpenting sebagai:

1. Meningkatkan efisiensi informasi. 2. Mengurangi resiko.

3. Menciptakan nilai tambah atau manfaat citra.

Jadi jelas bahwa merek berkaitan dengan sikap konsumen yang mempengaruhi kognisi, afeksi dan konasi dari konsumen, sehingga berhubungan juga dengan keputusan membeli dalam memilih suatu merek.

2.3.5 Manfaat Merek

Manfaat dari merek dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu dari sudut pandang konsumen dan produsen. Simamora (200) menuliskan mengenai manfaat merek dari dua sudut pandang tersebut. Dimana Simamora menjelaskan bagi konsumen merek bermanfaat dalam tiga hal, yaitu:

1. Pemberian merek memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan lebih konsisten.

2. Meningkatkan efisiensi pembeli karena merek dapat menyediakan informasi tentang produk dan tempat membelinya.

3. Meningkatkan inovasi-inovasi produk baru, karena produsen terdorong menciptakan keunikan-keunikan baru guna mencegah peniruan dari pesaing.


(59)

Sedangkan dari sudut pandang yang kedua, yaitu sudut pandang produsen. Masih dalam Simamora (2003) dijelaskan mengenai empat hal manfaat dari merek bagi produsen, yaitu:

1. Memudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusuri masalah-masalah yang timbul.

2. Memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan atau ciri khas produk.

3. Memungkinkan untuk menarik sekelompok pembeli yang setia dan menguntungkan.

4. Membantu penjual melakukan segmentasi pasar.

2.4 Kerangka

Berpikir

Konsumen merupakan individu-individu yang berperan aktif dalam mengkonsumsi produk-produk yang dihasilkan oleh produsen. Dalam

mengkonsumsi suatu produk maka konsumen akan dihadapkan oleh berbagai pilihan yang ditawarkan produsen. Sedangkan seperti yang telah kita ketahui, bahwa pasar di Indonesia ini memiliki banyak produsen, sehingga produk yang ditawarkan menjadi beragam.


(60)

48

Upaya produsen dalam menamai dan membedakan produknya dengan produk lainnya yaitu dengan menggunakan merek pada produknya. Merek sendiri

memiliki makna yang beragam, selain untuk membedakan diantara produk-produk lainnya, maka merek yang kuat dapat meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk yang mereka beli tersebut.

Merek dalam pasar di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua, yaitu merek lokal dan merek asing. Dengan adanya kedua pilihan tersebut maka konsumen juga menjadi dihadapkan dalam dua pilihan dalam memilih merek mana yang akan dipilihnya. Dalam upaya memutuskan merek mana yang akan dipilihnya, maka konsumen memiliki beragam hal yang mempengaruhi keputusannya tersebut.

Merek lokal yang ada di pasar Indonesia juga telah banyak, tapi yang lebih berkembang adalah merek lokal pada industri garmen dan fashion. Industri garmen sendiri terbagi pada tiga produksi, yaitu pakaian (atasan dan bawahan), tas, sepatu dan sandal.

Hal tersebut sesuai dengan artikel yang ditulis oleh Harmanto Edi Djatmiko (http://swa.co.id, 29 April 2010), yang pada intinya dituliskan “khususnya di industri garmen dan fashion ini, Indonesia memang sedang bertransisi dari ekonomi maklun ke ekonomi merek”.Dari penjelasan tersebut maka semakin jelas


(61)

bahwa merek lokal yang sedang berkembang dan ramai dipasaran adalah pada industri garmen atau fashion.

Bagi konsumen sendiri dalam menentukan merek mana yang akan dipilihnya tentu yang harus membawa dampak positif atau menguntungkan untuk dirinya. Maka dari itu dalam proses pengambilan keputusan, konsumen akan menentukan sikapnya terhadap suatu merek.

Dalam hal ini sikap yang didalamnya mencakup tiga komponen, yaitu komponen kognitif, afektif dan konatif selayaknya memiliki hubungan yang signifikan dengan keputusan membeli pada konsumen. Hal ini dikarenakan dengan

terjadinya pengolahan data-data atau pengetahuan tentang suatu merek yang telah konsumen miliki sebelumnya.

Dari kesemuanya itu akhirnya menjadi sebuah pengalaman, baik yang dialami sendiri atau berdasarkan informasi yang didapatnya, sehingga menimbulkan sikap positif atau negatif pada sebuah merek. Timbulnya sikap, baik itu positif atau negatif akan mempengaruhi keputusan membeli konsumen terhadap merek tersebut.


(62)

50

Sikap positif konsumen terhadap suatu merek maka akan menjadikan konsumen memilih merek tersebut. Begitu pula sebaliknya, jika suatu merek telah disikapi negatif oleh konsumen maka merek tersebut tidak akan menjadi pilihan

konsumen. Merek yang dalam penelitian ini tercakup dalam merek lokal dan asing memiliki ciri masing-masing yang dapat membawa keunggulan dalam bersaing memperebutkan pilihan konsumen.

Merek baik pada merek lokal ataupun merek asing sangat beragamnya macamnya, tapi bila dilihat dalam pasar di Indonesia maka persaingan antara merek lokal dan asing menjadi mengkerucut. Oleh karena itu pada penelitian ini merek lokal yang dimaksud adalah sebatas pakaian (atasan dan bawahan), tas, sepatu dan sandal.

Hal tersebut dikarenakan pada merek-merek lokal di sektor tersebutlah yang sekarang ini sedang ramai diproduksi dipasaran untuk memasok kebutuhan konsumen. Sehingga berdasarkan teori sikap dari Myers (dalam Walgito, 2002) dan teori keputusan membeli Schiffman dan Kanuk (2007) dapat lebih

menjelaskan penelitian mengenai hubungan antara sikap dan keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen ini.

Agar lebih jelas alur dari penelitian ini maka dapat dilihat seperti yang tercakup dalam bagan penelitian di bawah ini:


(63)

Bagan 2.5

Hubungan antara Sikap dan Keputusan Membeli Produk Merek Lokal pada Konsumen

Sikap terhadap Merek Lokal: Pakaian

(atasan&bawahan) Tas

Sepatu dan sandal

Keputusan Membeli

pada Konsumen

Tidak Membeli Membeli

Negatif Positif

1. Kognitif 2. Afektif 3. Konatif

2.5 Hipotesis

H0 : tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dan keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen.

H1 : ada hubungan yang signifikan antara sikap dan keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen.


(64)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1

Pendekatan dan Jenis Penelitian

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dipakai dalam penelitian kali ini adalah pendekatan kuantitatif, dimana pendekatan kuantitatif merupakan salah satu cara dalam penelitian yang data-datanya diolah dengan teknik statistik. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis yang ada.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif karena ingin mencari hubungan antara sikap dan keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen. Dengan menggunakan teknik statistik maka data yang didapat akan diolah, sehingga diketahui hubungan dari kedua variabel yang ada. Dengan diketahuinya apakah terdapat hubungan yang signifikan atau tidak terhadap dua variabel tersebut, maka dapat ditentukan pula hipotesis mana yang diterima pada penelitian ini.


(65)

3.1.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah jenis penelitian korelasional. Dimana jenis penelitian korelasional menurut Nisa (2008) adalah untuk mengetahui apakah dua atau lebih variabel yang dapat dikuantifikasi memiliki hubungan tertentu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tujuannya adalah menggunakan hubungan yang ada untuk membuat prediksi

Seperti apa yang telah dijelaskan dalam Nisa (2008), karena penelitian ini bertujuan untuk mencari suatu hubungan dari dua variabel yang ada maka digunakanlah jenis penelitian korelasional.

3.2

Variabel dan Definisi Operasional

3.2.1 Variabel Penelitian

Dalam Kerlinger (2006) dijelaskan bahwa variabel merupakan simbol atau lambang yang padanya dilekatkan bilangan atau nilai. Terdapat dua variabel pada penelitan kali ini, dimana kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut:

1. Keputusan membeli pada konsumen. 2. Sikap terhadap merek lokal.


(66)

54

3.2.2 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini definisi operasional yang dipakai untuk kedua variabel, yaitu variabel keputusan membeli dan sikap terhadap merek lokal adalah sebagai berikut:

1. Keputusan membeli produk merek lokal adalah terukurnya suatu keputusan membeli sebuah produk dengan dilihat dari indikator yang diterangkan dalam Schiffman dan Kanuk (2007), yaitu:

a) Melakukan pembelian. b) Tidak melakukan pembelian.

2. Sikap terhadap merek lokal adalah terukurnya suatu sikap dari konsumen pada merek lokal dilihat dari indikator yang diterangkan menurut Myers (dalam Walgito, 2002), yaitu:

a) Komponen kognitif atau komponen perseptual, merupakan komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan. Yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana individu mempersepsi terhadap objek sikap.

b) Komponen afektif atau komponen emosional, merupakan komponen yang menunjukkan arah sikap (positif dan negatif), yaitu rasa senang yang merupakan hal positif dan rasa tidak senang yang merupakan hal negatif.

c) Komponen konatif atau komponen perilaku, yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap.


(67)

Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilakunya individu

terhadap objek sikap.

3.3 Populasi

dan

Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari jumlah sampel yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai baik pria maupun wanita yang masih dalam masa bekerja pada sebuah perusahaan, dan dengan karakteristik sebagai berikut:

1. Pegawai baik pria maupun wanita yang bekerja dalam perusahaan dengan gaji yang tetap, atau memiliki pendapatan tetap tiap bulannya.

2. Populasi yang ada dalam perusahaan tersebut terdiri dari 5 direktorat, yaitu:

a) Direktorat operasi 28 pegawai. b) Direktorat keuangan 40 pegawai.

c) Direktorat sumber daya manusia 45 pegawai. d) Direktorat pengembangan 60 pegawai. e) Direktorat umum 27 pegawai.


(68)

56

Dalam penelitian yang dijadikan populasi adalah PT. ANTAM, Tbk. Dimana pegawai pada perusahaan tersebut peneliti anggap telah memasuki kualifikasi yang dibutuhkan pada penelitian ini.

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian kecil yang diambil dari populasi. Pada penelitian ini menggunakan teknik sampling probability sampling dengan jenis cluster random sampling. Dalam Nazir (2005), cluster random sampling merupakan salah satu jenis dari teknik probability sampling yang membagi populasi kedalam kelompok berdasarkan area atau cluster. Untuk memilih sampelnya maka dilakukan

randomisasi diantara cluster-cluster yang ada.

Peneliti menggunakan teknik ini karena penelitian kali ini akan mengukur hubungan antara sikap terhadap merek lokal dengan keputusan membeli pada konsumen. Sedangkan yang dijadikan sampel adalah pegawai baik pria maupun wanita yang bekerja dalam sebuah perusahaan.

Penggunaan teknik cluster ini dilakukan dengan merandom beberapa direktorat yang ada dalam sebuah perusahaan. Karena dalam perusahaan terdapat lima direktorat, maka ke lima nama direktorat tersebut peneliti tulis dalam beberapa kertas yang kemudian dikocok untuk proses penentuannya atau disebut


(69)

dalam penelitian ini. Dengan proses dan teknik seperti ini berarti tidak ada pegawai yang dibeda-bedakan, karena semua pegawai yang terdapat pada direktorat yang terpilih akan menjadi sampel dalam penelitian ini.

Dalam perusahaan tersebut memiliki lima direktorat sebagai berikut: 1. Direktorat operasi dengan jumlah 28 pegawai.

2. Direktorat keuangan dengan jumlah 40 pegawai.

3. Direktorat sumber daya manusia dengan jumlah 45 pegawai. 4. Direktorat pengembangan dengan jumlah 60 pegawai. 5. Direktorat umum dengan jumlah 27 pegawai.

Sedangkan untuk pegawai yang dijadikan sampel penelitian adalah yang tergabung dalam direktorat pengembangan dengan jumlah 60 pegawai.

3.4 Instrumen

Data

Pada penelitian kali ini instrumen data yang digunakan berupa metode kuesioner dengan skala model Likert yang dibuat untuk mengukur sikap terhadap merek lokal dan keputusan membeli pada konsumen.

Skala Likert ini memiliki karakteristik berupa pertanyaan tertutup dan pilihan jawaban yang telah disediakan. Pada skala ini, baik untuk variabel sikap pada merek lokal maupun keputusan membeli pada konsumen dipergunakan empat kategori pilihan jawaban. Adapun keempat pilihan jawaban yang tersedia, yaitu:


(70)

58

sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Sedangkan untuk variabel keputusan membeli diberi dua pilihan jawaban, yaitu membeli dan tidak membeli. Dari pilihan jawaban tersebut maka akan dilakukan skoring dengan cara penilaian sebagai berikut:

Tabel 3.1

Distribusi Skor Skala Sikap

No. Jawaban Favorable Unfavorable

1. Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

2. Tidak Setuju (TS) 2 3

3. Setuju (S) 3 2

4. Sangat Setuju (SS) 4 1

Tabel 3.2

Distribusi Skor Skala Keputusan Membeli

No. Jawaban Skoring

1. Membeli Produk dengan Merek Lokal 1


(71)

Sedangkan instrumen yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian ini mencakup dua skala, yaitu:

1. Skala keputusan membeli, dimana berlandaskan teori dari Schiffman dan Kanuk (2007)

2. Skala sikap terhadap merek lokal, dimana berlandaskan teori dari Myers (dalam Walgito, 2002).

3.5

Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner yang mencakup dua buah skala model Likert dengan fungsi untuk mengukur keputusan membeli pada konsumen dan sikap terhadap merek lokal, kepada subjek yang menjadi sampel penelitian.

Subjek sendiri akan diberikan kuesioner yang terdiri dari tiga bagian, yaitu:

1. Bagian pengantar, yang berisi nama peneliti, tujuan penelitian, kerahasiaan data subjek serta data yang diberikannya dan ucapan terimakasih.

2. Bagian data kontrol, berisi tentang data diri subjek, seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan dan kesediannya menjadi subjek penelitian.

3. Bagian inti, dimana berisi dua alat ukur mengenai keputusan membeli dan sikap pada merek lokal.


(1)

Validitas dan Reliabilitas Skala Sikap

****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******

_

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Mean Std Dev Cases 1. VAR00001 2.2813 .7289 32.0 2. VAR00002 2.1875 .6445 32.0 3. VAR00003 3.2188 .5527 32.0 4. VAR00004 3.0000 .6720 32.0 5. VAR00005 3.0938 .6405 32.0 6. VAR00006 3.0625 .7156 32.0 7. VAR00007 3.3750 .5536 32.0 8. VAR00008 2.3750 .8328 32.0 9. VAR00009 2.9063 .7344 32.0 10. VAR00010 3.3750 .6091 32.0 11. VAR00011 2.9688 .8608 32.0 12. VAR00012 3.5000 .5080 32.0 13. VAR00013 2.5313 .6713 32.0 14. VAR00014 2.7188 .7289 32.0 15. VAR00015 2.7813 .8322 32.0 16. VAR00016 2.6563 .7453 32.0 17. VAR00017 3.2188 .5527 32.0 18. VAR00018 2.6250 .7513 32.0 19. VAR00019 3.0313 .6468 32.0 20. VAR00020 3.0313 .5948 32.0 21. VAR00021 3.3438 .5453 32.0 22. VAR00022 3.2500 .6222 32.0 23. VAR00023 2.4688 .9153 32.0 24. VAR00024 2.6875 .8206 32.0 25. VAR00025 3.0000 .6720 32.0 26. VAR00026 3.2188 .6591 32.0 27. VAR00027 2.6250 .7931 32.0 28. VAR00028 3.4688 .6214 32.0 29. VAR00029 3.1563 .7233 32.0 30. VAR00030 3.5313 .5070 32.0 N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables SCALE 88.6875 130.5444 11.4256 30 _


(2)

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected

Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted

VAR00001 86.4063 130.2490 -.0142 .9264

VAR00002 86.5000 132.3226 -.1479 .9272

VAR00003 85.4688 123.3538 .5608 .9183

VAR00004 85.6875 119.5121 .7201 .9158

VAR00005 85.5938 120.9587 .6512 .9169

VAR00006 85.6250 119.7258 .6581 .9166

VAR00007 85.3125 125.3831 .3916 .9203

VAR00008 86.3125 128.9960 .0452 .9266

VAR00009 85.7813 117.8538 .7621 .9149

VAR00010 85.3125 122.2863 .5855 .9179

VAR00011 85.7188 116.5312 .7142 .9153

VAR00012 85.1875 124.6734 .4948 .9192

VAR00013 86.1563 118.5877 .7870 .9149

VAR00014 85.9688 119.3216 .6714 .9163

VAR00015 85.9063 125.5071 .2330 .9236

VAR00016 86.0313 119.4506 .6469 .9167

VAR00017 85.4688 123.0312 .5879 .9180

VAR00018 86.0625 119.0282 .6680 .9163

VAR00019 85.6563 122.1683 .5566 .9182

VAR00020 85.6563 121.6522 .6507 .9171

VAR00021 85.3438 122.9425 .6040 .9179

VAR00022 85.4375 122.2540 .5744 .9180

VAR00023 86.2188 123.2087 .3198 .9227

VAR00024 86.0000 119.9355 .5528 .9182

VAR00025 85.6875 122.4798 .5118 .9187

VAR00026 85.4688 121.8700 .5662 .9180

VAR00027 86.0625 118.7056 .6486 .9166

VAR00028 85.2188 122.6925 .5424 .9184

VAR00029 85.5313 120.0635 .6282 .9170

VAR00030 85.1563 124.7812 .4861 .9193

Reliability Coefficients N of Cases = 32.0 N of Items = 30 Alpha = .9213


(3)

Correlations

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

KEPMEM 1.82 1.200 60

SIKAP 69.95 9.084 60

Correlations

KEPMEM SIKAP

KEPMEM Pearson

Correlation 1 .475(**)

Sig. (1-tailed) . .000

Sum of Squares and Cross-products

84.983 305.450

Covariance 1.440 5.177

N 60 60

SIKAP Pearson

Correlation .475(**) 1

Sig. (1-tailed) .000 .

Sum of Squares and Cross-products

305.450 4868.850

Covariance 5.177 82.523

N 60 60


(4)

Regression

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

KEPMEM 1.82 1.200 60

SIKAP 69.95 9.084 60

Correlations

KEPMEM SIKAP

Pearson Correlation

KEPMEM 1.000 .475

SIKAP .475 1.000

Sig. (1-tailed) KEPMEM . .000

SIKAP .000 .

N KEPMEM 60 60

SIKAP 60 60

Variables Entered/Removed(b)

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 SIKAP(a) . Enter

a All requested variables entered. b Dependent Variable: KEPMEM

Model Summary(b)

Mod

el R

R Square

Adjus ted R Squa

re

Std. Error of the

Estimate Change Statistics

Durbin-Watson

R Square Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .475(a) .225 .212 1.065 .225 16.886 1 58 .000 2.326

a Predictors: (Constant), SIKAP b Dependent Variable: KEPMEM


(5)

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regressio

n 19.163 1 19.163 16.886 .000(a)

Residual 65.821 58 1.135

Total 84.983 59

a Predictors: (Constant), SIKAP b Dependent Variable: KEPMEM

Coefficients(a)

Mo del

Unstandardize d Coefficients

Standa rdized Coeffic

ients t Sig. 95% Confidence Interval for B

B

Std.

Error Beta

Lower

Bound Upper Bound

1 (Constan t)

-2.57 2

1.077 -2.388 .020 -4.727 -.416

SIKAP .063 .015 .475 4.109 .000 .032 .093

a Dependent Variable: KEPMEM

Coefficient Correlations(a)

Model SIKAP

1 Correlatio ns

SIKAP

1.000 Covarian

ces

SIKAP

.000 a Dependent Variable: KEPMEM

Residuals Statistics(a)

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value .75 2.82 1.82 .570 60

Residual -2.20 2.06 .00 1.056 60

Std. Predicted Value -1.866 1.767 .000 1.000 60

Std. Residual -2.062 1.932 .000 .991 60


(6)

2.00 1.75 1.50 1.25 1.00 .75 .50 .25 0.00 -.25 -.50 -.75 -1.00 -1.25 -1.50 -1.75 -2.00

Undefined error #61644 - Cannot open text file

U

ndef

ined er

ror

#61625

C

annot

open t

ex

t f

ile "

C

:\

P

r

12

10

8

6

4

2

0

Std. Dev = .99 Mean = 0.00 N = 60.00

Undefined error #61634 - Cannot open text file "C:\Progra

1.00 .75

.50 .25

0.00

U

ndef

ined er

ror

#61635

C

annot

open t

ex

t f

ile "

C

:\

1.00

.75

.50

.25


Dokumen yang terkait

Pengaruh Citra Merek, Harga Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Konsumen Melakukan Pembelian Produk Levi’s Pada Pengunjung Plaza Medan Fair

22 377 108

Strategi Communication Mix Dan Keputusan Membeli Konsumen ( Studi Korelasioal Tentang Pengaruh Strategi Communication Mix Perusahaan Frisian Flag Terhadap Keputusan Membeli Konsumen di Sony Mart )

2 55 92

Pengaruh Persepsi Konsumen Terhadap Pengambilan Keputusan Pembelian Produk Hand Body Lotion Vaseline For Men Di Kelurahan Gaharu

9 94 104

Hubungana antara sikap terhadap produk elektronik cina dengan keputusan membeli pada konsumen

0 5 117

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP MEREK DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI PADA KONSUMEN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Merek Dengan Pengambilan Keputusan Membeli Pada Konsumen.

0 2 14

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP MEREK DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI PADA KONSUMEN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Merek Dengan Pengambilan Keputusan Membeli Pada Konsumen.

0 3 18

PENDAHULUAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Merek Dengan Pengambilan Keputusan Membeli Pada Konsumen.

0 4 9

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP PRODUK DENGAN KEPUTUSAN MEMBELI HANDPHONE QWERTY HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP PRODUK DENGAN KEPUTUSAN MEMBELI HANDPHONE QWERTY.

0 0 14

HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP MEREK HANDPHONE DENGAN MINAT MEMBELI Hubungan Antara Sikap Terhadap Merek Handphone dengan Minat Membeli.

0 0 16

HUBUNGAN SIKAP KONSUMEN WANITA TERHADAP PENJUAL PRIA DENGAN KEPUTUSAN MEMBELI PRODUK UNDERWEAR

0 0 80