Analisis Spektrum Silang Alat dan Bahan

10 dengan mempertimbangkan ciri-ciri dari gelombang Kelvin. Berdasarkan Tabel 2 pada saat kondisi La Nina ONI Oceanic Nino Index minimum terjadi pada periode SON dan DJF dan saat kondisi El Nino ONI maksimum terjadi pada periode SON dan DJF. Untuk mengkaji karakteristik gelombang Kelvin pada tiga kondisi Normal, La Nina, dan El Nino maka periode yang akan dikaji adalah SON dan DJF dengan kontrol adalah tahun 1990 Normal. Selain itu, untuk mengkaji karakteristik gelombang Kelvin pada empat periode berbeda DJF, MAM, JJA, dan SON menggunakan data tahun 1990 Normal.

3.3.3 Analisis Spektrum Silang

Chatfield 1989 menjelaskan bahwa spektrum silang merupakan teknik untuk menguji hubungan antara dua deret waktu dalam domain frekuensi. Definisi dari spektrum silang terhadap proses bivariat diskret yang diukur pada suatu unit interval waktu sebagai tranformasi Fourier dari fungsi kovarian silang pada selang 0 ω π, adalah sebagai berikut: � �� � = 1 � � � � �� ∞ �=−∞ �� −��� � Untuk membantu menginterpretasikan spektrum silang terdapat beberapa persamaan yang diturunkan, yaitu: a co-spectrum: bagian real dari spektral silang. � �� � = 1 � � � � �� ∞ �=−∞ ������� b quadrature-spectrum: bagian kompleks dari spektral silang. � �� � = 1 � � � � �� ∞ �=−∞ ������� c cross-amplitude spectrum � �� � = �[� 2 � + � 2 �] d phase spectrum ∅ �� � = ��� −1 [ −����] e coherency � �� � = � 2 �� � � � �� � � f gain spectrum � �� � = � �� � � � � 3.3.4 STSA Space-Time Spectral Analysis Metode ini digunakan untuk mempelajari gelombang yang merambat secara zonal dan mendekomposisikan medan data yang bergantung ruang dan waktu dalam penelitian ini menggunakan angin zonal ke dalam komponen jumlah gelombang dan frekuensi untuk gelombang yang merambat ke arah barat dan timur Hayashi 1982; Wheeler Kiladis 1999. Dalam penelitian ini metode STSA hanya merupakan metode pendukung. Dalam metode STSA, proses kompleks FFT Fast Fourier Transform dilakukan pada medan data angin zonal fungsi dalam bujur untuk mendapatkan koefisien-koefisien Fourier untuk masing-masing waktu dan lintang 15 LU–15 LS. Kemudian, dilakukan proses kompleks FFT lanjut fungsi dalam waktu terhadap koefisien-koefisien Fourier tersebut untuk memperoleh spektrum jumlah gelombang-frekuensi untuk masing- masing lintang. Selanjutnya, spektrum daya power spectrum data angin zonal dirata- ratakan selama waktu kajian kemudian dijumlahkan untuk semua lintang dalam penelitian ini 15 LU-15 LS Wheeler Kiladis 1999. Proses di atas merupakan bawaan dari perangkat lunak NCL NCAR Command Language dengan fungsi wkSpaceTime. Keluaran dari fungsi tersebut adalah diagram spektrum daya angin zonal sebagai fungsi dari frekuensi dan jumlah gelombang zonal untuk komponen simetris dan asimetris. Berdasarkan Tabel 1 dan Lampiran 13 ciri- ciri dari gelombang Kelvin adalah memiliki jumlah gelombang zonal 1–2, periode 10–20 harian atau frekuensi 0.05–0.1 siklus perhari, dan merambat ke arah timur. Nilai-nilai tersebut digunakan untuk menganalisis gelombang Kelvin menggunakan hasil STSA Lampiran 4–9. 11 Gambar 2 Diagram alir penelitian. IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Simulasi Teoritik Struktur Horizontal Gelombang Kelvin Ekuatorial Hasil simulasi amplitudo pertubasi angin zonal dan geopotensial terhadap lintang berdasarkan persamaan 38 dapat dijelaskan oleh Gambar 3. Gambar tersebut menjelaskan bahwa amplitudo pertubasi angin zonal sama dengan amplitudo pertubasi geopotensial yaitu maksimum berada di ekuator dan meluruh secara Gaussian Gaussian decay seiring dengan menjauh dari ekuator Matsuno 1966; Holton 2004; Setiawan 2010. Distribusi pertubasi angin zonal dan geopotensial dalam arah meridional adalah simetris terhadap ekuator. Hal ini merupakan salah satu ciri dari gelombang dengan n ganjil odd-mode waves termasuk gelombang Kelvin n = –1 Wheeler Kiladis 1999. Gambar 3 Simulasi teoritik amplitudo gelombang Kelvin dalam arah utara-selatan meridional komponen angin zonal dan geopotensial pada amplitudo yang berbeda. Simulasi pada Gambar 4 memperlihatkan pertubasi medan angin zonal dan medan geopotensial memiliki fase yang sama, maksimum di ekuator dan meluruh ketika menjauhi ekuator serta tidak terdapat pertubasi angin meridional. Kemudian, pertubasi medan angin zonal sefase dengan pertubasi medan geopotensial, yaitu ketika ampitudo pertubasi angin zonal maksimum amplitudo pertubasi geopotensial juga maksimum. Gambar 4 menunjukkan bahwa semakin besar bilangan gelombang k maka jumlah gelombang s semakin banyak tetapi panjang gelombang λ semakin kecil dalam satu pita ekuator. Hal ini disebabkan karena k berbanding terbalik dengan λ. Hasil simulasi tiga dimensi menunjukkan peluruhan medan geopotensial membentuk kurva Gaussian dalam arah meridional dan pertubasi angin zonal dan geopotensial mengikuti fungsi sinuskosinus dalam arah zonal. Gelombang Kelvin merupakan gelombang yang simetris terhadap ekuator dalam arah meridional dan asimetris dalam arah zonal. Simulasi Gambar 5 menjelaskan bahwa dengan bertambahnya waktu t = 0, t = 15, dan t = 30 gelombang Kelvin merambat ke arah timur dan dalam perambatannya tidak mengalami perubahan bentuk, artinya Data NCEPNCAR Reanalysis I NOAA Variasi musim DJF, MAM, JJA, SON di dua level ketinggian 50 mb dan 100 mb pada tiga kondisi Normal, La Nina, dan El Nino Angin zonal, angin meridional, OLR Time Longitude Section TLS, spasial angin zonal, dan spasial OLR Analisis aliran dasar Analisis spektral Analisis spektral silang STSA Karakter gelombang Kelvin atmosferik ekuatorial 12 gelombang Kelvin adalah salah satu jenis gelombang non-dispersif. Semua simulasi yang dibuat merupakan simulasi gelombang Kelvin linier dan tidak memperhitungkan gaya pembangkit free wave. a b c Gambar 4 Eksperimen simulasi gelombang Kelvin 2 dimensi dan 3 dimensi dengan bilangan gelombang zonal k dan frekuensi sudut ω adalah a k = 0.5; ω = 0.05, b k = 1; ω = 0.05, dan c k = 1.5; ω = 0.05 untuk t = 0. 13 a b c Gambar 5 Eksperimen simulasi gelombang Kelvin 2 dimensi dan 3 dimensi dengan k = 1 dan ω = 0.05 untuk a t = 0 nondim, b t = 15 nondim, dan c t = 30 nondim.

4.2 Analisis Aliran Dasar