3.91 Dayasaing dan Determinan Aliran Perdangangan Tekstil dan Produk Tekstil Intra ASEAN 7 dan China

23 Komoditi produk tekstil Kamboja mulai memasuki tahap pertumbuhan dari nilai ISP sebesar -0.08 pada 2007 menjadi 0.36 pada 2012. Sementara itu, komoditi tekstil Kamboja tidak memiliki keunggulan kompetitif bahkan memiliki nilai ISP terendah yaitu sebesar -0.98 pada 2012. Dapat dikatakan bahwa Kamboja cenderung sebagai eksportir komoditi tekstil, namun untuk komoditi produk tekstil cenderung sebagai importir. Ketersediaan bahan baku TPT negara Kamboja tergolong kurang memadai, pada sektor industri hulunya pun didominasi oleh perusahaan asing dunia sementara perusahaan multinasional di Kamboja yang dirancang oleh warga setempat masih sangat minim sehingga terlihat bahwa nilai ISP produk tekstil Kamboja terus meningkat. Ekspansi perusahaan asing ke Kamboja dapat disebabkan karena tingkat upah dan biaya produksi yang rendah. Komoditi tekstil dan produk tekstil Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam kurang memiliki keunggulan kompetitif, dilihat dari nilai ISP dari 2007 hingga 2012 yang terus menurun. Malaysia memiliki nilai ISP komoditi tekstil pada 2007 sebesar -0.12, Filipina dan Thailand sebesar -0.05, serta Vietnam sebesar -0.06. Sama halnya dengan komoditi produk tekstilnya, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam memiliki nilai ISP yang rendah ISP1 dan cenderung pada kisaran tetap pada 2007 hingga 2012. Hal ini berarti bahwa negara-negara tersebut memiliki keunggulan kompetitif yang lemah dengan nilai impor yang lebih besar daripada ekspor. Dinamika Aliran Perdagangan Intra Industri TPT Negara-negara ASEAN 7 dan China Berdasarkan perhitungan indeks Grubel-Lloyd pada Lampiran 2, secara umum nilai IIT komoditi TPT secara bilateral antara negara-negara ASEAN 7 dan China pada 2012 sebanyak 46 berada pada tingkat integrasi lemah 0.01- 24.99. Integrasi lemah berlangsung antara negara Kamboja dan China dengan partner dagangnya. Sementara itu, sebanyak 34 dari hasil perhitungan IIT berada pada tingkat integrasi sedang 25.00-49.99. Sedangkan 20 tergolong tingkat integrasi tinggi 50.00-74.99 yaitu terdapat pada IIT komoditi TPT Indonesia dan Singapura dengan partner dagangnya yang termasuk negara-negara ASEAN 7 dan China. Indonesia Berdasarkan Gambar 4, nilai IIT TPT Indonesia terhadap negara China dan ASEAN 6 lainnya mengalami perubahan kecenderungan pada periode 2007 hingga 2012. Nilai IIT dengan negara ASEAN-6 lainnya sebagian besar mulai meningkat pada tahun 2007, hal tersebut menunjukkan integrasi perdagangan TPT antara Indonesia dan negara ASEAN semakin menguat terutama dengan negara Thailand, Vietnam, dan Singapura yang pada 2012 bernilai masing-masing sebesar 70.40, 69.69, dan 53.23.