Analisis aliran perdagangan tekstil dan produk tekstil (TPT) Intra-ASEAN

(1)

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEKSTIL DAN

PRODUK TEKSTIL (TPT) INTRA-ASEAN

Oleh:

Marlina Tota Juliani Siahaan A14304004

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(2)

RINGKASAN

MARLINA TOTA JULIANI SIAHAAN. Analisis Aliran Perdagangan Tekstil Dan Produk Tekstil (TPT) Intra-ASEAN. Dibawah bimbingan DEDI BUDIMAN HAKIM

ASEAN merupakan perhimpunan bangsa-bangsa di Asia Tenggara yang berbentuk kerjasama regional. Untuk meningkatkan kerjasama regional ASEAN dibentuklah AFTA yang bertujuan meningkatkan daya saing ekonomi intra-ASEAN. Menurut Anisa (2004) semakin lama tingkat kerjasama ASEAN maka semakin meningkat dalam berbagai bidang termasuk bidang ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan ekspor impor ASEAN baik dengan intra-ASEAN maupun dengan luar ASEAN dimana menunjukkan tren yang semakin meningkat sepanjang tahun 1999-2005. Salah satu sektor yang berperan penting dalam AFTA adalah sektor industri. Sektor industri mempunyai peluang dalam peningkatan share dan nilai volume perdagangan negara-negara ASEAN.

Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan subsektor industri yang memiliki prospek yang menjanjikan di pasar bersama ASEAN. Dengan didukung pengurangan tarif menjadi 0-5 % untuk Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), perhatian negara-negara ASEAN berfokus pada subsektor tersebut. Selain itu, Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) juga memiliki kualitas dan fleksibilitas dalam pesanan bagi ASEAN sehingga setiap negara ASEAN berusaha untuk meningkatkan ekspor maupun impor TPT-nya.

Pada tahun 2002-2006, perkembangan ekspor maupun impor TPT negara-negara ASEAN mengalami fluktuatif khususnya negara-negara-negara-negara ASEAN yaitu Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, dan Indonesia. Untuk negara Singapura memiliki ekspor yang semakin meningkat sepanjang tahun 2002-2006 dikarenakan posisi strategis pelabuhan laut dan brand TPT Singapura yang cukup terkenal menjadi faktor pendukung perdagangan TPT negara tersebut. Kondisi tersebut juga menunjukkan bahwa perdagangan (total trade) TPT negara-negara ASEAN tersebut mengalami fluktuatif. Kelima negara tersebut merupakan negara pengekspor terbesar di ASEAN.

Salah satu faktor yang mempengaruhi perdagangan suatu negara adalah GDP. Peningkatan GDP Brunei Darussalam pada tahun 2002-2006 menunjukkan bahwa aliran perdagangan Brunei Darussalam ke negara-negara ASEAN lainnya semakin meningkat baik itu dari sisi impor maupun ekspornya. Demikian halnya, negara Malaysia, Singapura, Thailand dan Indonesia yang memperlihatkan bahwa GDP menjadi faktor yang berperan penting bagi perdagangan masing-masing negara tersebut. Peningkatan GDP negara Singapura sepanjang tahun 2002-2006 diikuti aliran perdagangan (baik ekspor dan impor TPT) Singapura yang semakin meningkat sepanjang tahun yang sama.

Kenaikan dan penurunan nilai tukar juga menjadi instrumen penting dalam menentukan aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Nilai tukar merepresentasikan harga domestik relatif terhadap harga dunia. Bagi Tekstil dan Produk tekstil (TPT), nilai tukar memberikan dampak bagi ekspor dan impor bagi negara-negara ASEAN.


(3)

Penelitian ini berupaya mengetahui keragaan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) negara-negara ASEAN dengan metode kualitatif dan faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra-ASEAN dengan metode kuantitatif. Data yang digunakan adalah data panel yang merupakan gabungan dari data time series 2002-2006 dan cross section kelima negara ASEAN (Singapura, Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand). Pengolahan data menggunakan software Eviews 4.1. Model yang digunakan dalam penelitian adalah model gravity yang menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra-ASEAN. Variabel dependen yang digunakan adalah total trade TPT, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah GDP, populasi, jarak ekonomi, nilai tukar, tarif dan dummy kesamaan bahasa.

Hasil yang diperoleh dari pengumpulan informasi adalah kondisi dan kegiatan pengolahan TPT dimasing-masing negara ASEAN berbeda-beda untuk mencapai nilai ekspor dan trade yang maksimal. Pengolahan TPT negara Brunei Darussalam dilakukan dengan upaya usaha kecil yang melibatkan masyarakat setempat. Industri TPT Indonesia memiliki struktur industri yang terintegrasi dari hulu ke hilir dimana keduanya memiliki keterkaitan yang erat antara satu industri dengan industri yang lainnya. Negara Malaysia mengembangkan industri TPT-nya dengan mengadakan kegiatan memintal, menenun dan menyiapkan TPT untuk diekspor. Negara Thailand mengembangkan TPT melalui pelaksanaan UKM (Usaha Kecil Menengah) khususnya berbasis pedesaan. Sedangkan negara Singapura mengembangkan TPT-nya dengan mengimpor bahan baku industri mode dan garmen yang kemudian dilabeling dengan brand TPT Singapura yang terkenal.

Analisis gravity model menggunakan metode pooled least square dengan estimasi GLS dimana R2 yang diperoleh 99,06 persen. Namun, pada pengolahan gravity model tersebut terjadi autokorelasi dimana nilai Durbin-Watson yang diperoleh adalah 0,336 (DW<1,1). Untuk mengatasi masalah tersebut, dilakukan transformasi data terhadap gravity model dengan Generalized Difference Equation. Dari hasil estimasi model yang telah ditransformasi dengan menggunakan metode pooled least square diperoleh nilai R2 sebesar 99,28 persen dengan nilai Durbin-Watson 1,622 (1,55<DW<2,46) dimana tidak terdapat autokorelasi. Faktor yang berpengaruh nyata pada taraf nyata 5 persen yaitu GDP negara asal, populasi negara asal, jarak ekonomi, dan tarif.

Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada komoditi Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bahwa perlu adanya suatu kebijakan dalam penurunan biaya transportasi untuk mempermudah perdagangan. Berdasar pada variabel tarif yang berpengaruh nyata terhadap aliran Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), maka dapat dilakukan suatu kebijakan yang tegas untuk mengurangi tarif hingga 0 persen sehingga akhirnya hambatan dalam perdagangan tidak menjadi penghalang bagi peningkatan perdagangan di negara-negara ASEAN.


(4)

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEKSTIL DAN

PRODUK TEKSTIL (TPT) INTRA-ASEAN

Oleh:

Marlina Tota Juliani Siahaan A14304004

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(5)

Judul Skripsi : Analisis Aliran Perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Intra-ASEAN

Nama : Marlina Tota Juliani Siahaan

Nrp : A14304004

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP 131847871

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131124019


(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INTRA-ASEAN” ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN UNTUK SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA APAPUN.

Bogor, Juni 2008

Marlina Tota Juliani Siahaan


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Sidikalang, Sumatera Utara pada tanggal 11 Juli 1986. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara keluarga Bapak St. J. Siahaan dan Ibu L. Sipayung.

Penulis mengawali pendidikan belajar akademis di Taman Kanak-Kanak Santa Maria Sidikalang pada tahun 1990. Penulis melanjutkan ke pendidikan dasar di SD Santo Yosef Sidikalang pada tahun 1992 dan diselesaikan pada tahun 1998. Kemudian jenjang pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTP Negeri 1 Sidikalang. Pendidikan menengah umum diselesaikan pada tahun 2004 di SMU Negeri 1 Sidikalang.

Pada juni 2004 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor sebagai mahasiswa tingkat sarjana Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya melalui jalur USMI. Selama kuliah penulis aktif dalam kegiatan kepanitiaan, Komisi Pembinaan dan Pemuridan, Tim Kelompok Kecil di UKM Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB. Kepanitiaan yang pernah diikuti adalah Natal Civitas Akademi IPB tahun 2005 dan 2006, Kebaktian Awal Tahun Ajaran 2005 dan pada tahun 2006 sebagai sekretaris, Retreat Komisi tahun 2006 dan 2007, Retreat Angkatan 2007/2008. Serta penulis juga sebagai asisten dosen untuk mata kuliah Agama Kristen Protestan bagi mahasiswa TPB tahun ajaran 2007/2008.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Aliran Perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Intra-ASEAN”. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi persyaratan penyelesaian Program Sarjana pada Fakultas Pertanian, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keragaan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra-ASEAN dan faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan TPT intra-ASEAN. Namun penulis menyadari masih terdapat kelemahan dalam penelitian ini. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan yang dihadapi penulis dalam pelaksanaan penelitian ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini berguna untuk kegiatan penelitian perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) selanjutnya.


(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

1. Kepada Yesus Kristus yang Maha Kasih, Maha Penyayang dan Sahabat yang selalu ada setiap saat.

2. Kepada keluarga Bapak, Mama, adik-adikku Boy, Iwan dan Shinta yang selalu memberikan kasih sayang dan perhatian yang tak pernah habisnya serta selalu mendukung dalam doa dan semangat setiap waktu. You’re my best family in my life

3. Kepada Bapak Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec sebagai pembimbing skripsi. Terima kasih untuk pengertian, dorongan semangat dan bimbingan yang diberikan.

4. Kepada Bapak Prof. Dr. Bunasor Sanim, sebagai pembimbing akademik. 5. Kepada Ibu Tanti Novianti, S.P, M.Si sebagai dosen penguji utama.

6. Kepada Bapak Adi Hadianto, S.P sebagai dosen penguji wakil Departemen. 7.Kepada Bapak Ahmad Syaukat sebagai Technical Officer di ASEAN

Secretariat. Terimakasih atas bantuan data yang diberikan.

8. Kepada sahabat-sahabatku Rolas Silalahi, Merika Sinaga, Yanti Sianturi, Lenny Sinaga, Jimmy Siahaan dan Natalia. Terima kasih atas waktu, kebersamaan, dukungan, semangat dan doa yang kalian berikan. Persahabatan melebihi segalanya.

9. Kepada teman-teman satu penelitian Rolas, Santi, Fitria, Ismail dan Nisa yang bersama berjuang memperoleh data dan saling mendukung dalam keadaan apapun dalam menjalani penelitian.


(10)

10.Kepada Griya Ananta Crew : Kak Uchi, Tuti, Kak Jani, Jesika, Kak Anin, Tina, Uchank, Etax dan Kak Chenty, yang memberikan dorongan semangat dan doa.

11. Kepada Kak Elpita yang selalu memberikan semangat dan doa kapanpun dan apapun yang terjadi saat menjalani penelitian dan penulisan skripsi sehingga semangat baru selalu ada dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Kepada Bang Vico, Mas Bangkit, Kak Riska dan Kak Intan. Terima kasih buat semangat, dukungan dan doa yang kalian berikan.

13. Kepada rekan-rekan EPS’41 Mayang, Vidya, Nia, Cita, Rocky, Agis, Sari, Zainul, Wulan, dan rekan-rekan lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih buat kebersamaan dan semangat yang selalu ada selama perkuliahan dan penelitian.

14. Kepada partner asisten agama Yohanes Zega dan adik-adik asistensi Citra, Afryan, Riska, Rissar, Merry, Esti, Christoper, Motto, Rano, Putra. Terimakasih atas doa dan semangat yang kalian berikan.

15. Kepada kak Christine Napitupulu, yang bersedia memberikan waktu untuk menjelaskan beberapa proses skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.


(11)

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEKSTIL DAN

PRODUK TEKSTIL (TPT) INTRA-ASEAN

Oleh:

Marlina Tota Juliani Siahaan A14304004

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(12)

RINGKASAN

MARLINA TOTA JULIANI SIAHAAN. Analisis Aliran Perdagangan Tekstil Dan Produk Tekstil (TPT) Intra-ASEAN. Dibawah bimbingan DEDI BUDIMAN HAKIM

ASEAN merupakan perhimpunan bangsa-bangsa di Asia Tenggara yang berbentuk kerjasama regional. Untuk meningkatkan kerjasama regional ASEAN dibentuklah AFTA yang bertujuan meningkatkan daya saing ekonomi intra-ASEAN. Menurut Anisa (2004) semakin lama tingkat kerjasama ASEAN maka semakin meningkat dalam berbagai bidang termasuk bidang ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan ekspor impor ASEAN baik dengan intra-ASEAN maupun dengan luar ASEAN dimana menunjukkan tren yang semakin meningkat sepanjang tahun 1999-2005. Salah satu sektor yang berperan penting dalam AFTA adalah sektor industri. Sektor industri mempunyai peluang dalam peningkatan share dan nilai volume perdagangan negara-negara ASEAN.

Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan subsektor industri yang memiliki prospek yang menjanjikan di pasar bersama ASEAN. Dengan didukung pengurangan tarif menjadi 0-5 % untuk Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), perhatian negara-negara ASEAN berfokus pada subsektor tersebut. Selain itu, Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) juga memiliki kualitas dan fleksibilitas dalam pesanan bagi ASEAN sehingga setiap negara ASEAN berusaha untuk meningkatkan ekspor maupun impor TPT-nya.

Pada tahun 2002-2006, perkembangan ekspor maupun impor TPT negara-negara ASEAN mengalami fluktuatif khususnya negara-negara-negara-negara ASEAN yaitu Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, dan Indonesia. Untuk negara Singapura memiliki ekspor yang semakin meningkat sepanjang tahun 2002-2006 dikarenakan posisi strategis pelabuhan laut dan brand TPT Singapura yang cukup terkenal menjadi faktor pendukung perdagangan TPT negara tersebut. Kondisi tersebut juga menunjukkan bahwa perdagangan (total trade) TPT negara-negara ASEAN tersebut mengalami fluktuatif. Kelima negara tersebut merupakan negara pengekspor terbesar di ASEAN.

Salah satu faktor yang mempengaruhi perdagangan suatu negara adalah GDP. Peningkatan GDP Brunei Darussalam pada tahun 2002-2006 menunjukkan bahwa aliran perdagangan Brunei Darussalam ke negara-negara ASEAN lainnya semakin meningkat baik itu dari sisi impor maupun ekspornya. Demikian halnya, negara Malaysia, Singapura, Thailand dan Indonesia yang memperlihatkan bahwa GDP menjadi faktor yang berperan penting bagi perdagangan masing-masing negara tersebut. Peningkatan GDP negara Singapura sepanjang tahun 2002-2006 diikuti aliran perdagangan (baik ekspor dan impor TPT) Singapura yang semakin meningkat sepanjang tahun yang sama.

Kenaikan dan penurunan nilai tukar juga menjadi instrumen penting dalam menentukan aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Nilai tukar merepresentasikan harga domestik relatif terhadap harga dunia. Bagi Tekstil dan Produk tekstil (TPT), nilai tukar memberikan dampak bagi ekspor dan impor bagi negara-negara ASEAN.


(13)

Penelitian ini berupaya mengetahui keragaan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) negara-negara ASEAN dengan metode kualitatif dan faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra-ASEAN dengan metode kuantitatif. Data yang digunakan adalah data panel yang merupakan gabungan dari data time series 2002-2006 dan cross section kelima negara ASEAN (Singapura, Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand). Pengolahan data menggunakan software Eviews 4.1. Model yang digunakan dalam penelitian adalah model gravity yang menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra-ASEAN. Variabel dependen yang digunakan adalah total trade TPT, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah GDP, populasi, jarak ekonomi, nilai tukar, tarif dan dummy kesamaan bahasa.

Hasil yang diperoleh dari pengumpulan informasi adalah kondisi dan kegiatan pengolahan TPT dimasing-masing negara ASEAN berbeda-beda untuk mencapai nilai ekspor dan trade yang maksimal. Pengolahan TPT negara Brunei Darussalam dilakukan dengan upaya usaha kecil yang melibatkan masyarakat setempat. Industri TPT Indonesia memiliki struktur industri yang terintegrasi dari hulu ke hilir dimana keduanya memiliki keterkaitan yang erat antara satu industri dengan industri yang lainnya. Negara Malaysia mengembangkan industri TPT-nya dengan mengadakan kegiatan memintal, menenun dan menyiapkan TPT untuk diekspor. Negara Thailand mengembangkan TPT melalui pelaksanaan UKM (Usaha Kecil Menengah) khususnya berbasis pedesaan. Sedangkan negara Singapura mengembangkan TPT-nya dengan mengimpor bahan baku industri mode dan garmen yang kemudian dilabeling dengan brand TPT Singapura yang terkenal.

Analisis gravity model menggunakan metode pooled least square dengan estimasi GLS dimana R2 yang diperoleh 99,06 persen. Namun, pada pengolahan gravity model tersebut terjadi autokorelasi dimana nilai Durbin-Watson yang diperoleh adalah 0,336 (DW<1,1). Untuk mengatasi masalah tersebut, dilakukan transformasi data terhadap gravity model dengan Generalized Difference Equation. Dari hasil estimasi model yang telah ditransformasi dengan menggunakan metode pooled least square diperoleh nilai R2 sebesar 99,28 persen dengan nilai Durbin-Watson 1,622 (1,55<DW<2,46) dimana tidak terdapat autokorelasi. Faktor yang berpengaruh nyata pada taraf nyata 5 persen yaitu GDP negara asal, populasi negara asal, jarak ekonomi, dan tarif.

Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada komoditi Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bahwa perlu adanya suatu kebijakan dalam penurunan biaya transportasi untuk mempermudah perdagangan. Berdasar pada variabel tarif yang berpengaruh nyata terhadap aliran Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), maka dapat dilakukan suatu kebijakan yang tegas untuk mengurangi tarif hingga 0 persen sehingga akhirnya hambatan dalam perdagangan tidak menjadi penghalang bagi peningkatan perdagangan di negara-negara ASEAN.


(14)

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEKSTIL DAN

PRODUK TEKSTIL (TPT) INTRA-ASEAN

Oleh:

Marlina Tota Juliani Siahaan A14304004

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(15)

Judul Skripsi : Analisis Aliran Perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Intra-ASEAN

Nama : Marlina Tota Juliani Siahaan

Nrp : A14304004

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP 131847871

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131124019


(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INTRA-ASEAN” ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN UNTUK SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA APAPUN.

Bogor, Juni 2008

Marlina Tota Juliani Siahaan


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Sidikalang, Sumatera Utara pada tanggal 11 Juli 1986. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara keluarga Bapak St. J. Siahaan dan Ibu L. Sipayung.

Penulis mengawali pendidikan belajar akademis di Taman Kanak-Kanak Santa Maria Sidikalang pada tahun 1990. Penulis melanjutkan ke pendidikan dasar di SD Santo Yosef Sidikalang pada tahun 1992 dan diselesaikan pada tahun 1998. Kemudian jenjang pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTP Negeri 1 Sidikalang. Pendidikan menengah umum diselesaikan pada tahun 2004 di SMU Negeri 1 Sidikalang.

Pada juni 2004 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor sebagai mahasiswa tingkat sarjana Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya melalui jalur USMI. Selama kuliah penulis aktif dalam kegiatan kepanitiaan, Komisi Pembinaan dan Pemuridan, Tim Kelompok Kecil di UKM Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB. Kepanitiaan yang pernah diikuti adalah Natal Civitas Akademi IPB tahun 2005 dan 2006, Kebaktian Awal Tahun Ajaran 2005 dan pada tahun 2006 sebagai sekretaris, Retreat Komisi tahun 2006 dan 2007, Retreat Angkatan 2007/2008. Serta penulis juga sebagai asisten dosen untuk mata kuliah Agama Kristen Protestan bagi mahasiswa TPB tahun ajaran 2007/2008.


(18)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Aliran Perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Intra-ASEAN”. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi persyaratan penyelesaian Program Sarjana pada Fakultas Pertanian, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keragaan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra-ASEAN dan faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan TPT intra-ASEAN. Namun penulis menyadari masih terdapat kelemahan dalam penelitian ini. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan yang dihadapi penulis dalam pelaksanaan penelitian ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini berguna untuk kegiatan penelitian perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) selanjutnya.


(19)

UCAPAN TERIMAKASIH

1. Kepada Yesus Kristus yang Maha Kasih, Maha Penyayang dan Sahabat yang selalu ada setiap saat.

2. Kepada keluarga Bapak, Mama, adik-adikku Boy, Iwan dan Shinta yang selalu memberikan kasih sayang dan perhatian yang tak pernah habisnya serta selalu mendukung dalam doa dan semangat setiap waktu. You’re my best family in my life

3. Kepada Bapak Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec sebagai pembimbing skripsi. Terima kasih untuk pengertian, dorongan semangat dan bimbingan yang diberikan.

4. Kepada Bapak Prof. Dr. Bunasor Sanim, sebagai pembimbing akademik. 5. Kepada Ibu Tanti Novianti, S.P, M.Si sebagai dosen penguji utama.

6. Kepada Bapak Adi Hadianto, S.P sebagai dosen penguji wakil Departemen. 7.Kepada Bapak Ahmad Syaukat sebagai Technical Officer di ASEAN

Secretariat. Terimakasih atas bantuan data yang diberikan.

8. Kepada sahabat-sahabatku Rolas Silalahi, Merika Sinaga, Yanti Sianturi, Lenny Sinaga, Jimmy Siahaan dan Natalia. Terima kasih atas waktu, kebersamaan, dukungan, semangat dan doa yang kalian berikan. Persahabatan melebihi segalanya.

9. Kepada teman-teman satu penelitian Rolas, Santi, Fitria, Ismail dan Nisa yang bersama berjuang memperoleh data dan saling mendukung dalam keadaan apapun dalam menjalani penelitian.


(20)

10.Kepada Griya Ananta Crew : Kak Uchi, Tuti, Kak Jani, Jesika, Kak Anin, Tina, Uchank, Etax dan Kak Chenty, yang memberikan dorongan semangat dan doa.

11. Kepada Kak Elpita yang selalu memberikan semangat dan doa kapanpun dan apapun yang terjadi saat menjalani penelitian dan penulisan skripsi sehingga semangat baru selalu ada dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Kepada Bang Vico, Mas Bangkit, Kak Riska dan Kak Intan. Terima kasih buat semangat, dukungan dan doa yang kalian berikan.

13. Kepada rekan-rekan EPS’41 Mayang, Vidya, Nia, Cita, Rocky, Agis, Sari, Zainul, Wulan, dan rekan-rekan lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih buat kebersamaan dan semangat yang selalu ada selama perkuliahan dan penelitian.

14. Kepada partner asisten agama Yohanes Zega dan adik-adik asistensi Citra, Afryan, Riska, Rissar, Merry, Esti, Christoper, Motto, Rano, Putra. Terimakasih atas doa dan semangat yang kalian berikan.

15. Kepada kak Christine Napitupulu, yang bersedia memberikan waktu untuk menjelaskan beberapa proses skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.


(21)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL. ... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN. ... xii

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . ... 1

1.2 Perumusan Masalah . ... 7

1.3 Tujuan Penelitian . ... 12

1.4 Kegunaan Penelitian ... 12

1.5 Batasan Penelitian ... 12

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 The Assosiation of Southeast Asian Nations (ASEAN) ... 14

2.2 Perkembangan Perubahan Kerjasama Ekonomi ASEAN ... 17

2.3 Gravity Model ... 18

2.3.1 GDP (Gross Domestic Product) ... 20

2.3.2 Populasi ... 21

2.3.3 Jarak ... 22

2.4 Penelitian Terdahulu ... 23

2.4.1 Penelitian Mengenai Tekstil ... 23

2.4.2 Penelitian Mengenai Perdagangan Intra-ASEAN ... 25

2.4.3 Penelitian Mengenai Gravity Model ... 26

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 29

3.1.1 Perdagangan Internasional ... 29

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 42

3.3 Hipotesis ... 44

IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu Penelitian ... 46

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 46

4.3 Metode Analisis dan Pengolahan Data ... 47

4.3.1 Panel Data ... 48

4.3.1.1 Model Pooled ... 49

4.4 Perumusan Model ... 49

4.5 Definisi Operasional ... 51

4.6 Uji Hipotesis ... 53

4.6.1 Uji Statistik Model Penduga (Uji-F) ... 53

4.6.2 Uji Statistik untuk Masing-Masing Variabel (Uji-t) ... 54


(22)

4.7 Masalah Pengujian Model Regresi ... 56 4.7.1 Heteroskedastisitas ... 56 4.7.2 Multikolinearitas ... 57 4.7.3 Autokorelasi ... 58 V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Keragaan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Intra-ASEAN ... 59 5.1.1 Brunei Darussalam ... 59 5.1.2 Indonesia ... 60 5.1.3 Malaysia ... 62 5.1.4 Singapura ... 65 5.1.5 Thailand ... 66

5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aliran Perdagangan

Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Intra-ASEAN ... 68 5.2.1 Hasil Estimasi Model ... 68 5.2.2 Interpretasi Model ... 72 5.2.3 Aliran Perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)

Intra-ASEAN ... 75 5.3 Implikasi Kebijakan ... 77 VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 80 6.2 Saran ... 81 DAFTAR PUSTAKA ... 83


(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Perkembangan Ekspor ASEAN ke Negara ASEAN dan

ke Negara Lainnya Tahun 1999-2005 (Juta USD)... 3 2 Perkembangan Impor ASEAN dari Negara ASEAN dan

dari Negara Lainnya Tahun 1999-2005 (Juta USD) ... ... 4 3 Share Sektor Ekonomi Utama terhadap GDP

Negara-Negara ASEAN Tahun 2005 (%) ... 5 4 ASEAN Top Ten Export Commodities By 2 Digits HS

Code in 2004 . ... 6 5 Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Negara-Negara

ASEAN Tahun 2002-2006 (Juta USD) ... 7 6 Impor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Negara-Negara

ASEAN Tahun 2002-2006 (Juta USD) ... 9 7 Total Perdagangan (Total Trade) Tekstil dan Produk

Tekstil (TPT) Negara-Negara ASEAN Tahun 2002-2006

(Juta USD) ... 10 8 GDP Negara-Negara ASEAN Tahun 2002-2006

(Milyar USD) ... 11 9 Jenis Data yang Digunakan dalam Penelitian ... 47 10 Hasil Regresi Gravity Model Aliran Perdagangan TPT

Intra-ASEAN dengan Data Panel menggunakan Pooled

Least Square ... 69 11 Hasil Regresi Model Generalized Difference Equation

Aliran Perdagangan TPT Intra-ASEAN menggunakan


(24)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Analisis Keseimbangan Parsial Aliran Perdagangan ... 31 2 Dampak Peningkatan GDP Negara Pengekspor terhadap

Keseimbangan Perdagangan Internasional ... 34 3 Dampak Peningkatan GDP Negara Pengimpor terhadap

Keseimbangan Perdagangan Internasional ... 35 4 Analisis Parsial atas Biaya Transportasi ... 37 5 Dampak Depresiasi Mata Uang Negara Eksportir

terhadap USD pada Keseimbangan Perdagangan

Internasional... 39 6 Dampak-dampak Keseimbangan Parsial Akibat

Pemberlakuan Tarif... 41 7 Skema Kerangka Pemikiran... 45 8 Perkembangan Ekspor dan Impor TPT Negara Brunei

Darussalam... 60 9 Perkembangan Ekspor dan Impor TPT Negara Indonesia... 62 10 Perkembangan Ekspor dan Impor TPT Negara Malaysia... 64 11 Perkembangan Ekspor dan Impor TPT Negara Singapura ... 66 12 Perkembangan Ekspor dan Impor TPT Negara Thailand ... 67


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1 Jarak Geografis antar Ibukota Negara-Negara ASEAN ... 85

2 Populasi Negara ASEAN Tahun 2002-2006 (ribu jiwa) ... 85 3 Tarif CEPT-AFTA untuk Komoditi TPT HS 61 Tahun

2002-2006 (%) ... 85 4 Data Mentah Olahan untuk Estimasi Data Panel ... 86 5 Transformasi Data Mentah Olahan untuk Estimasi Data

Panel... 90 6 Hasil Pengolahan Gravity Model Aliran Perdagangan

TPT Intra-ASEAN dengan Metode Pooled Least Square... 93 7 Hasil Pengolahan Transformasi Data Panel dari Model

Generalized Difference Equation Aliran Perdagangan

TPT Intra-ASEAN menggunakan Pooled Least Square... 94 8 Economic Distance Negara Brunei Darussalam ... 95 9 Economic Distance Negara Malaysia ... 95 10 Economic Distance Negara Indonesia ... 95 11 Economic Distance Negara Singapura... 95 12 Economic Distance Negara Thailand... 95 13 Nilai Tukar (Exchange Rate) USD 1 in national

currency, end of period Negara-Negara ASEAN Tahun


(26)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Perhimpunan bangsa-bangsa di Asia Tenggara yang lebih dikenal dengan sebutan ASEAN (Association of South East Asian Nations) merupakan kerjasama regional yang didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok. Hal ini ditandai dengan penandatanganan Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok oleh lima wakil negara yaitu oleh Perdana Menteri Malaysia dan Menteri Luar Negeri Indonesia, Filipina, Singapura dan Thailand.

Awalnya, tujuan didirikannya kerjasama regional ini yaitu untuk menyatukan negara-negara anggota dalam memajukan kerjasama ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara. Namun, saat ini pengaturan ekonomi dengan adanya integrasi dalam bidang ekonomi ASEAN lebih difokuskan pada peningkatan daya saing, perbaikan iklim investasi, dan memperkecil kesenjangan pembangunan di antara negara ASEAN.

Pada tahun 1992, diadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di Singapura dimana pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan untuk pembentukan AFTA (Asean Free Trade Area). AFTA disepakati karena sebelumnya skema perdagangan preferensi antar anggota ASEAN yaitu ASEAN Prefential Trading Arrangement (PTA) dianggap kurang berhasil dalam meningkatkan volume perdagangan intra-ASEAN. Pembentukan AFTA bertujuan untuk meningkatkan daya saing ekonomi intra-ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia yang akan dicapai dalam waktu 15 tahun, dimana implementasinya secara penuh dilakukan pada tahun 2002.


(27)

Menurut Anisa (2004) semakin lama tingkat kerjasama ASEAN semakin meningkat dalam berbagai bidang termasuk bidang ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekspor impor ASEAN baik dengan intra-ASEAN maupun dengan negara-negara di luar ASEAN. Tabel 1 menunjukkan besarnya perkembangan ekspor negara ASEAN ke negara ASEAN dan ke negara lainnya yaitu negara Korea Selatan, China, India, Jepang, EU, Taiwan, USA, Australia dan Hongkong. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan maupun penurunan nilai ekspor ASEAN baik ke sesama negara ASEAN maupun negara lainnya. Namun secara keseluruhan total ekspor ASEAN menunjukkan terjadinya tren yang semakin meningkat dimana dapat dilihat dari nilai ekspor ASEAN pada setiap negara tujuan maupun sesama anggota ASEAN. Peningkatan ini dapat diinterpretasikan bahwa kerjasama ekonomi dan peranan ASEAN semakin meningkat baik di intra-ASEAN maupun perekonomian dunia. Pada tahun 2001 sampai 2005 nilai ekspor ASEAN ke negara ASEAN itu sendiri mengalami peningkatan, yaitu 82.680,7 juta USD tahun 2001, meningkat menjadi 163.862,5 juta USD pada tahun 2005. Data yang terdapat dalam tabel juga memperlihatkan bahwa negara ASEAN lebih banyak mengekspor ke sesama negara ASEAN dibandingkan ke negara lainnya.


(28)

Tabel 1. Perkembangan Ekspor ASEAN ke Negara ASEAN dan ke Negara Lainnya, Tahun 1999-2005 (Juta USD)

Negara 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

ASEAN 74.903,5 93.380,0 82.680,7 86.706,6 115.601,0 141.116,3 163.862,5 Korea

Selatan

10.890,8 14.454,2 14.734,3 15.702,5 16.941,8 19.810,9 24.362,3 China 9.590,8 14.178,9 14.516,0 19.547,5 29.059,9 41.351,8 52.257,5 India 5.760,4 6.446,8 6.211,0 8.418,2 8.452,6 10.939,4 15.048,3 Jepang 37.687,1 50.559,9 48.250,0 44.503,4 53.198,0 67.227,6 72.756,4 EU 5.730,4 62.904,4 56.690,2 54.386,3 58.174,0 73.395,5 78.238,5 Taiwan 8.932,5 10.299,1 8.698,5 18.560,3 15.404,2 17.540,2 8.267,7 USA 70.081,1 73.769,6 62.741,4 61.557,0 69.674,2 80.157,9 92.941,9 Australia 7.863,8 8.893,5 8.511,8 9.583,7 11.962,1 16.197,2 19.645,7 Hongkong 16.885,3 22.067,5 20.329,3 22.360,4 29.007,5 30.268,7 13.868,6 Total 248.325,7 356.953,9 323.363,2 341.325,9 407.475,3 498.005,5 541.249,4 Sumber: ASEAN Statistical Yearbook beragam tahun (diolah)

Sementara itu, negara ASEAN juga memperlihatkan tren volume impor yang semakin meningkat baik dari sesama negara anggota ASEAN maupun dari negara luar ASEAN. Tabel 2 menunjukkan perkembangan impor ASEAN dari negara ASEAN dan ke negara lainnya. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan volume impor pada tahun 2001-2004 diantara sesama negara anggota ASEAN yaitu pada tahun 2001 sebesar 67.639,6 juta USD, meningkat menjadi 141.030,7 juta USD pada tahun 2005. Adanya nilai aliran ekspor dan impor yang ditujukan ke dan berasal dari sesama negara-negara ASEAN menunjukkan bahwa kerjasama ekonomi dan perdagangan di negara-negara ASEAN menjadi hal yang penting untuk di kaji.


(29)

Tabel 2. Perkembangan Impor ASEAN dari Negara ASEAN dan dari Negara Lainnya, Tahun 1999-2005 (Juta USD)

Negara 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

ASEAN 57.771,0 73.466,0 67.639,6 73.202,2 91.130,6 119.581,2 141.030,7 Korea

Selatan 12.277,9 15.381,1 13.457,5 14.830,7 16.606,3 20.732,9 23.609,5 China 12.331,7 18.137,0 17.399,2 23.212,2 30.517,0 47.714,2 61.136,0 India 2.193,9 3.209,6 3.672,1 3.696,4 4.069,8 6.729,8 7.952,3 Jepang 51.466,0 65.630,8 53.258,5 53.083,7 60.202,6 76.035,4 81.077,9 EU 34.711,9 39.093,2 39.681,6 40.041,8 40.155,1 54.149,2 58.221,4 Taiwan 7.429,3 8.660,6 6.905,9 12.683,7 13.567,4 19.759,0 11.532,9 USA 45.990,9 48.448,0 45.618,8 43.397,4 48.211,5 55.706,9 60.976,4 Australia 6.093,4 8.695,4 9.500,2 7.234,7 7.235,2 9.148,5 11.593,0 Hongkong 7.082,8 8.419,3 7.258,7 8.236,9 8.482,3 9.007,2 5.590,3 Total 237.348,8 289.141 264.392,1 279.619, 320.177,8 418.564,3 462.720,4

Sumber: ASEAN Statistical Yearbook beragam tahun (diolah)

Salah satu sektor yang mendapat perhatian khusus dalam pelaksanaan kerjasama regional asosiasi tersebut yaitu sektor industri. Sektor industri mampu membuka peluang untuk meningkatkan share dan nilai volume perdagangan negara-negara ASEAN. Tabel 3 menunjukkan share tiga sektor utama perekonomian terhadap GDP negara-negara ASEAN pada tahun 2005 dimana salah satu sektor tersebut adalah sektor industri. Pada tabel tersebut dapat dilihat share sektor industri terbesar yaitu Brunei Darussalam sebesar 71,6% yang artinya dari total share perekonomian Brunei Darussalam, sektor industri mampu meningkatkan PDB sebesar 71,6 persen, Indonesia sebesar 44 persen, Thailand sebesar 47,0 persen, Kamboja 30,6 persen, dan Vietnam 40,2 persen. Kondisi tersebut memicu negara-negara ASEAN terus berusaha untuk mengembangkan sektor industri negara masing-masing.


(30)

Tabel 3. Share Sektor Ekonomi Utama terhadap GDP Negara-Negara ASEAN Tahun 2005 (%)

2005 Negara

Agriculture Industry Services

Brunei Darussalam 0,9 71,6 27,5

Kamboja 33,1 30,6 36,5

Indonesia 14,5 44,0 41,5

Laos 45,0 29,5 25,5

Malaysia 7,7 42,0 50,3

Myanmar 0 0 0

Filipina 18,9 33,2 47,9

Singapura 0,1 32,9 67,0

Thailand 8,9 47,0 44,1

Vietnam 19,6 40,2 40,3

Sumber: ASEAN Statistical Yearbook

Negara-negara ASEAN dalam memproduksi dan mengkonsumsi produk-produk sektor industri berbeda-beda, hal tersebut tergantung dari jumlah produk-produksi, jumlah konsumsi, kualitas dan kuantitas faktor-faktor produksi dan kemampuan daya saing masing-masing negara yang berbeda-beda. Ada negara yang mampu menguasai pangsa pasar industri sehingga dalam menyuplai produk industri relatif cepat dan ada pula negara yang tidak mampu untuk mengikuti persaingan dipasar global.

Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan salah satu subsektor industri yang memiliki prospek yang menjanjikan di pasar ASEAN. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 4 dimana Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) masuk ke dalam sepuluh besar komoditi ekspor terbaik di ASEAN pada tahun 2004. Ekspor Tekstil dan


(31)

Produk Tekstil (TPT) mampu memberikan value sebesar 9.462,1 juta USD dengan share 1,7 persen.

Tabel 4. ASEAN Top Ten Export Commodities By 2 Digits HS Code in 2004

HS Komoditi Value Share

85 Barang-barang elektronik, peralatan dan perlengkapan sound dan televisi

170.001,9 29,9

84 Reaksi nuklir, mesin dan bagian-bagian didalamnya.

93.832,0 18,5

27 Mineral fuels and mineral oils 66.335,4 11,7

29 Kimia organik 17.892,4 3,1

39 Bahan-bahan plastik 15.283,7 2,7 40 Kayu dan bagian-bagiannya 13.128,0 2,3 15 Minyak ikan dan sayuran 12.117,8 2,1 90 Lensa, fotograpy dan cinematography 11.682,5 2,1 87 Vehicles, parts and acessories 11.640,8 2,0 61 Tekstil dan Produk Tekstil 9.462,1 1,7 Sumber: ASEAN Statistical Yearbook,

Value dalam Million USD, Share dalam persen

Dengan adanya pengurangan tarif menjadi 0-5% untuk Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) sebagai akibat pemberlakuan kerjasama regional AFTA, maka perhatian negara-negara ASEAN berfokus pada sub sektor industri tersebut. Perhatian tersebut ditunjukkan dengan semakin besarnya ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) pada masing-masing negara sehingga menjamin peningkatan investasi masing-masing negara ASEAN.

Tidak semua negara-negara ASEAN menjadi negara yang memiliki daya saing yang kuat dalam perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Indonesia, Thailand, dan Malaysia merupakan negara yang memiliki daya saing ekonomi


(32)

khususnya dalam perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Hal ini tergantung dari kemampuan negara tersebut untuk memperbaiki kualitas faktor-faktor produksinya dan daya saing tekstil di pasar perdagangan yang menjadi dasar kepercayaan negara lain untuk turut dalam perdagangan ASEAN.

1.2 Perumusan Masalah

Pasar bersama ASEAN merupakan fokus dalam melaksanakan kerjasama ekonomi negara-negara ASEAN dalam rangka pencapaian perdagangan yang efektif dan efisien di dalam negeri. Beberapa negara ASEAN yang menjadi negara eksportir dan importir terbesar TPT berupaya meningkatkan jumlah ekspor dan impornya dari tahun ke tahun. Perkembangan ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Negara-Negara ASEAN Tahun 2002-2006 (dalam juta USD)

Negara 2002 2003 2004 2005 2006

Brunei

Darussalam 22,177 35,954 52,777 33,323 32,150

Malaysia 37,548 46,641 40,471 39,902 43,078

Indonesia 35,939 44,871 50,066 56,553 51,694

Kamboja 1,319 2,399 1,249 1,261 1,777

Vietnam 0 0 7,681 9,931 9,391

Myanmar 0 0 0 0 0

Filipina 3,685 2,165 3,308 2,848 2,455

Thailand 24,473 28,707 34,645 35,439 31,898

Singapura 32,643 44,753 50,526 142,967 156,324

Laos 0 0 0,067 0,043 0,007

Sumber: ASEAN Secretariat (diolah)

Tabel 5 memperlihatkan bahwa perkembangan ekspor TPT negara-negara ASEAN dari tahun 2002-2006 mengalami fluktuatif. Akan tetapi, Singapura


(33)

sebagai salah satu negara industri yang berkembang memiliki ekspor yang semakin meningkat sepanjang tahun 2002-2006. Ekspor terbesar selama selang waktu tersebut berada pada tahun 2006, hal ini menunjukkan bahwa posisi strategis pelabuhan laut dan brand TPT Singapura yang cukup terkenal menjadi faktor pendukung perdagangan TPT negara tersebut. Sementara itu, negara Brunei Darussalam, Malaysia, Indonesia, Thailand memiliki ekspor yang fluktuatif dengan jumlah yang masih tinggi jika dibandingkan dengan negara lain. Ekspor terbesar sepanjang tahun 2002-2006 berada pada tahun 2004 untuk negara Brunei Darussalam yaitu sebesar 52,777 juta USD, tahun 2003 untuk Malaysia sebesar 46,641 juta USD, tahun 2005 untuk Indonesia dan Thailand berturut-turut sebesar 56,553 juta USD dan 35,439 juta USD. Akan tetapi, negara Myanmar sepanjang tahun 2002-2006 tidak melakukan ekspor TPT yang disebabkan tidak terdapat kemampuan produksi TPT domestik.

Negara Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Indonesia dan Thailand sebagai negara eksportir terbesar juga memiliki impor yang besarnya fluktuatif. Kondisi impor negara-negara ASEAN dapat dilihat pada Tabel 6. Singapura sebagai negara eksportir TPT terbesar juga memiliki jumlah impor yang cukup besar dan berfluktuasi. Impor terbesar Singapura berada pada tahun 2002 sebesar 690,8025 juta USD. Sementara itu, Malaysia memiliki impor terbesar pada tahun 2004 yaitu sebesar 13,9945 juta USD dimana pada tahun yang sama terjadi penurunan ekspor TPT Malasyia yang berarti bahwa Malaysia harus memenuhi peningkatan kebutuhan TPT domestik pada tahun tersebut. Penurunan impor TPT terjadi di Brunei Darussalam dari tahun 2002-2004. Sementara, pada tahun tersebut negara Brunei Darussalam mengalami peningkatan ekspor TPT ke


(34)

negara-negara ASEAN. Untuk Indonesia dan Thailand, impor TPT berfluktuasi sepanjang periode 2002-2005.

Tabel 6. Impor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Negara-negara ASEAN Tahun 2002-2006 (dalam juta USD)

Negara 2002 2003 2004 2005 2006

Brunei Darussalam 10,4457 9,9069 9,9966 10,2151 10,7539

Malaysia 9,4128 12,8886 13,9945 12,4387 11,2922

Indonesia 1,0277 2,7760 6,2075 3,9574 2,9027

Kamboja 0,2156 0,4476 0,3457 0,7087 0,1893

Vietnam 0 0 2,2157 2,4184 4,1053

Myanmar 1,2220 0,9469 0,3609 0,1836 0,0835

Filipina 1,7258 3,0637 3,9363 4,8764 4,8139

Thailand 2,4456 3,4574 5,3918 6,7792 9,3566

Singapura 690,8025 594,3988 583,9496 647,1218 674,6957

Laos 0 0 0,7260 0,3138 0,2775

Sumber: ASEAN Secretariat (diolah)

Perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) didominasi oleh negara Singapura, Indonesia, Malaysia, Thailand dan Brunei Darussalam. Fluktuasi perdagangan yang terjadi di lima negara ASEAN tersebut tidak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Seperti negara Thailand, peningkatan perdagangan TPT terjadi pada selang waktu 2002-2005 yaitu sebesar 26,9196 juta USD untuk tahun 2002, 32,1651 juta USD untuk tahun 2003, 40,0373 juta USD untuk tahun 2004, dan sebesar 42,2187 juta USD untuk tahun 2005. Tetapi, pada tahun 2006 perdagangan TPT negara Thailand mengalami penurunan menjadi 41,2551 juta USD. Penurunan tersebut tidak jauh berbeda dari jumlah tahun-tahun sebelumnya. Hal ini berarti negara Thailand masih mampu untuk meningkatkan perdagangan TPT dalam negeri. Demikian halnya dengan negara Malaysia, Indonesia dan Brunei Darussalam yang menunjukkan tren volume perdagangan yang


(35)

berfluktuasi sepanjang tahun 2002-2006. Sementara itu, negara Singapura memiliki total perdagangan (total trade) yang semakin meningkat sepanjang tahun 2003-2006 yaitu sebesar 639,1520 juta USD untuk tahun 2003 meningkat menjadi 831,0202 juta USD pada tahun 2006.

Tabel 7. Total Perdagangan (Total Trade) Tekstil dan Produk Tekstil Negara-Negara ASEAN Tahun 2002-2006 (dalam juta USD)

Negara 2002 2003 2004 2005 2006

Brunei Darussalam

32,6237 45,8611 62,7741 43,5390 42,9047

Malaysia 46,9612 59,5295 54,4658 52,3404 54,3705

Indonesia 36,9671 47,6472 56,2735 60,5106 54,5963

Thailand 26,9196 32,1651 40,0373 42,2187 41,2551

Singapura 723,4462 639,1520 634,4758 790,0889 831,0202 Sumber: ASEAN Secretariat (diolah)

Salah satu faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan suatu negara yaitu besarnya GDP. Besarnya perkembangan GDP suatu negara menjadi faktor penting yang menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu negara. GDP juga menggambarkan kemampuan suatu negara untuk menghasilkan suatu produk. Semakin besar GDP maka semakin besar pula produk yang diproduksi sehingga dapat meningkatkan supply serta ekspor negara tersebut (cateris paribus) (Napitupulu, 2007). Tabel 8 menunjukkan besarnya GDP negara-negara ASEAN pada tahun 2006. Peningkatan GDP Brunei Darussalam pada tahun 2002-2006 menunjukkan bahwa aliran perdagangan Brunei Darussalam ke negara-negara ASEAN lainnya semakin meningkat baik itu dari sisi impor maupun ekspornya. Demikian halnya, negara Malaysia, Singapura, Thailand dan Indonesia yang memperlihatkan bahwa GDP menjadi faktor yang berperan penting bagi perdagangan masing-masing negara tersebut. Peningkatan GDP negara Singapura


(36)

sepanjang tahun 2002-2006 diikuti aliran perdagangan (baik ekspor dan impor TPT) Singapura yang semakin meningkat sepanjang tahun yang sama.

Tabel 8. GDP Negara-negara ASEAN Tahun 2002-2006 (Milyar USD)

Negara 2002 2003 2004 2005 2006

Brunei Darussalam 6,03 6,71 8,12 9,53 11,93

Kamboja 4,01 4,65 5,29 6,25 7,34

Indonesia 203,78 237,88 231,05 282,23 371,26

Laos 1,72 2,11 2,48 2,86 3,31

Malaysia 95,27 103,99 124,75 137,42 162,13

Myanmar 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Filipina 74,58 77,68 86,58 102,47 122,47

Singapura 90,81 94,60 111,12 116,72 136,93

Thailand 126,31 149,46 166,15 172,74 216,88

Vietnam 34,80 39,30 45,45 52,78 60,52

Sumber: ASEAN Statistical Yearbook beragam tahun

Kenaikan dan penurunan nilai tukar juga menjadi instrumen penting dalam menentukan aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Nilai tukar merepresentasikan harga domestik relatif terhadap harga dunia. Apresiasi dan depresiasi mata uang domestik terhadap USD mempengaruhi besar ekspor dan impor komoditi suatu negara. Bagi Tekstil dan Produk tekstil (TPT), nilai tukar memberikan dampak bagi ekspor dan impor bagi negara-negara ASEAN.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu:

1. Bagaimana keragaan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra-ASEAN? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi aliran perdagangan Tekstil dan


(37)

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi keragaan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra-ASEAN,

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra-ASEAN.

1.4Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna baik bagi penulis maupun pembaca dan pihak yang berkepentingan lainnya. Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. bagi penulis diharapkan penelitian ini dapat menjadi wadah pengaplikasian ilmu pengetahuan yang sudah diperoleh selama menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor.

2. bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan wawasan dan informasi, literatur dan bahan penelitian selanjutnya.

1.5Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu kajian masalah terhadap aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra-ASEAN mengingat dilaksanakannya kerjasama AFTA yang sangat mempengaruhi perdagangan komoditi di ASEAN khususnya TPT. Penelitian ini menggunakan enam variabel


(38)

yaitu GDP, populasi, jarak, exchange rate (nilai tukar), tarif dan dummy kesamaan bahasa (Languages) untuk dilihat pengaruhnya terhadap perdagangan TPT intra-ASEAN baik dari ekspor maupun impor. Model yang disusun merupakan pengolahan data dari lima negara ASEAN yaitu Brunei Darussalam, Thailand, Indonesia, Malaysia, dan Singapura pada tahun 2002-2006.

Adapun keterbatasan penelitian ini adalah komoditi Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) yang dibahas tergolong dalam HS (Harmonized System) 61 dimana golongan TPT tersebut termasuk sepuluh komoditi terbesar yang diperdagangkan di intra-ASEAN pada tahun 2004. Pengolahan data dilakukan terhadap lima negara yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Thailand, Singapura dan Malaysia sepanjang tahun 2002-2006 karena kelima negara ASEAN tersebut merupakan negara pengekspor terbesar Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) untuk HS 61.


(39)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai beberapa pustaka yang dijadikan sebagai dasar teori dalam penelitian ini. Adapun pustaka tersebut yaitu teori perdagangan internasional dan dampak yang ditimbulkan dari perubahan GDP, populasi, jarak dan nilai tukar. Selain itu dalam bab ini juga akan dipaparkan mengenai organisasi ASEAN dan beberapa penelitian terdahulu tentang tekstil, perdagangan intra-ASEAN dan Gravity Model. Penelitian terdahulu tersebut dijadikan sebagai bahan referensi penyusunan karya ilmiah ini.

2.1 The Assosiation of Southeast Asian Nations (ASEAN)

Pada awalnya, ASEAN dibentuk dengan pendirian suatu organisasi yang dikenal dengan Persatuan Asia Tenggara (Association of Southeast Asia atau ASA) yang beranggotakan Filipina, Malaysia dan Thailand pada tahun 1961 dimana ASA merupakan asas dari pembentukan ASEAN saat ini. Pada tanggal 8 Agustus 1967, 5 (lima) wakil Negara Asia Tenggara yaitu, Menteri Luar Negeri Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura dan Thailand ( Adam Malik, Narciso R. Ramos, Tun Abdul Razak, S. Rajaratnam, dan Thanat Khoman) duduk bersama di dewan utama Jabatan Hal Ehwal Luar di Bangkok, Thailand untuk menandatangani satu dokumen yang saat ini dikenal sebagai Deklarasi Bangkok atau Deklarasi ASEAN.

Brunei Darussalam menjadi anggota pertama ASEAN di luar lima negara pemrakarsa. Brunei Darussalam bergabung menjadi anggota ASEAN pada tanggal 8 Januari 1984 (tepat seminggu setelah memperingati hari


(40)

kemerdekannya). Sebelas tahun kemudian, ASEAN kembali menerima anggota baru, yaitu Vietnam yang menjadi anggota yang ketujuh pada tanggal 28 Juli 1995. Dua tahun kemudian, Laos dan Myanmar menyusul masuk menjadi anggota ASEAN, yaitu pada tanggal 23 Juli 1997. Walaupun Kamboja berencana untuk bergabung menjadi anggota ASEAN bersama dengan Myanmar dan Laos, rencana tersebut terpaksa ditunda karena adanya masalah politik dalam negeri Kamboja. Meskipun begitu, dua tahun kemudian Kamboja akhirnya bergabung menjadi anggota ASEAN yaitu pada tanggal 30 April 1999.

Pembentukan ASEAN menempatkan beberapa prinsip yang menjadi landasan yaitu hormat terhadap kemerdekaan, kesamaan, integritas dan identitas nasional semua negara, hak untuk setiap negara dalam memimpin kepentingan nasional secara bebas daripada campur tangan luar, subversif atau koersion (coerion), adanya penyelesaian perbedaan atau perdebatan dengan aman, menolak pelaksanaan ketenteraan, dan kerjasama efektif antara anggota.

Tahap-tahap kerjasama ASEAN secara intensif dibicarakan, pertama pada periode KTT ASEAN I-KTT ASEAN III (1976-1980), serta ASEAN Preferential Trade Arrangement (PTA) yang diperkenalkan pada tahun 1977 dan inilah yang menandai adanya komitmen pertama negara-negara ASEAN untuk liberalisasi perdagangan. Kedua, antara KTT ASEAN III sampai KTT ke IV. KTT ASEAN III tersebut merupakan forum penting di dalam kerjasama ekonomi intra-regional. Lebih lanjut KTT Manila telah memperkuat program-program ekonomi ASEAN yang telah ada, terutama PTA dan ASEAN Industrial Join Ventures. Tahap ketiga, dimulai sejak KTT ASEAN IV tahun 1992.


(41)

Agreement on ASEAN Preferential Trading Arrangement (PTA) merupakan landasan antar negara anggota ASEAN melakukan kerjasama ekonomi ASEAN. Selanjutnya, ASEAN mencari terobosan baru kerjasama ekonomi ASEAN yang paling cocok akibat lambatnya PTA. Pada tahun 1992, ASEAN menyepakati Kerangka Persetujuan Peningkatan Kerjasama Ekonomi ASEAN (Framework Agreement on Enhancing ASEAN Economic Cooperation) dan pada tahun yang sama juga dibentuk ASEAN Free Trade Area (AFTA).

ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta serta menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya. AFTA dibentuk pada waktu Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di Singapura tahun 1992. Awalnya, AFTA ditargetkan akan dicapai dalam waktu 15 tahun, kemudian pelaksanaannya dipercepat menjadi tahun 2003, dan akhirnya dipercepat lagi menjadi tahun 2002.

Skema Common Effective Preferential Tariffs For ASEAN Free Trade Area ( CEPT-AFTA) merupakan suatu skema untuk mewujudkan AFTA melalui: penurunan tarif menjadi 0-5%, penghapusan pembatasan kuantitatif dan hambatan-hambatan non tarif lainnya. Perkembangan terakhir yang terkait dengan AFTA adalah adanya kesepakatan untuk menghapuskan semua bea masuk impor barang bagi Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand pada tahun 2010, dan bagi Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam pada tahun 2015. Untuk komoditi yang Sensitive List (SL) dan General Exception List


(42)

(GE) dikeluarkan dari ketentuan CEPT-AFTA, sedangkan untuk barang dagangan yang berasal dari wilayah non ASEAN berlaku tarif normal (Most Favoured Nations –MFN).

2.2 Perkembangan Perubahan Kerjasama Ekonomi ASEAN

ASEAN (Association of Southeast Asia Nations) yang berdiri sejak tanggal 8 Agustus 1967, awalnya memiliki jumlah perdagangan yang sangat kecil. Negara-negara yang bergabung dalam kerjasama regional ini, akhirnya menyadari bahwa peningkatan perdagangan harus dimulai terlebih dahulu dari wilayah mereka sendiri. Pada tahun 1977, negara-negara anggota ASEAN menyepakati kerjasama ekonomi Preferential Trade Arrangement (PTA) yang memberikan preferensial tarif bagi ekonomi ASEAN.

PTA merupakan pengaturan perdagangan yang dibentuk oleh negara-negara yang sepakat dalam menurunkan hambatan-hambatan perdagangan yang berlangsung di antara negara-negara anggota ASEAN dan membedakannya dengan yang diberlakukan terhadap negara-negara lain yang bukan anggota. Pengaturan ini merupakan kerjasama ekonomi yang cukup longgar dalam rangka peningkatan volume perdagangan di ASEAN.

Pengaturan perdagangan tersebut ternyata kurang berhasil dalam meningkatkan volume perdagangan di negara-negara ASEAN. Akhirnya pada tahun 1992, masing-masing negara anggota menyepakati pembentukan AFTA (Asean Free Trade Area) yaitu kawasan perdagangan bebas. Tujuan dari kerjasama ini adalah dalam rangka meningkatkan daya saing dan volume perdagangan di pasar dunia. AFTA merupakan bentuk integrasi ekonomi dimana


(43)

semua hambatan perdagangan tarif maupun non tarif di antara negara-negara anggota telah dihilangkan sepenuhnya. Pada tahun awal, pelaksanaan kerjasama AFTA tersebut menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. AFTA memberikan manfaat yang besar dalam perdagangan negara-negara ASEAN secara penuh. ASEAN mampu menurunkan hampir semua tarif di antara negara-negara anggotanya melalui kesepakatan CEPT-AFTA (Common Effective Preferential Tariffs For ASEAN Free Trade Area ).

Keberhasilan dalam pelaksanaan AFTA dirasakan tidaklah cukup dalam meningkatkan integrasi ekonomi bagi negara-negara ASEAN. Pada tahun 2003, diadakan sidang ASEAN kesembilan di Bali dalam rangka memperluas kesepakatan kerjasama ekonomi ASEAN untuk membentuk Komuniti Ekonomi ASEAN (AEC) yang pelaksanaannya akan dilakukan pada tahun 2020.

2.3 Gravity Model

Model gravitasi adalah salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk mengestimasi berapa besarnya nilai barang yang keluar dan masuk di suatu wilayah. Gravity model pertama kali dikembangkan oleh Tinberger (1962) dan Poyhonen (1963) untuk menjelaskan perdagangan bilateral oleh mitra dagang pada GNP dan jarak geografi antar negara (Jayangsari, 2006). Secara fisik, gravity model didasarkan pada peramalan potensi perdagangan melalui variabel jarak, GDP, dan populasi dari negara tersebut.

Penelitian oleh Helliwell dalam Napitupulu (2007) menyatakan bahwa gravity model juga dapat digunakan untuk menyelidiki apakah perbatasan memiliki efek untuk menghalangi perdagangan. Penelitian tersebut juga


(44)

menemukan bahwa aliran perdagangan antar provinsi di Kanada jauh lebih besar daripada aliran perdagangan antar provinsi tersebut dengan Amerika Serikat, dimana jarak dan masa ekonomi menjadi bahan pertimbangan.

Pemikiran mendasar yang menjadi argumen yang melatarbelakangi pemakaian gravity model adalah bahwa negara yang lebih besar dan kaya akan lebih banyak melakukan perdagangan luar negeri bila dibandingkan dengan negara yang kecil dan miskin (Sinaga, 2007). Dengan adanya pengaruh dari jarak, namun bukan sebagai hambatan. Sesuai dengan perumusan Newton terhadap model gravitasi fisika yaitu “interaksi antara dua objek adalah sebanding dengan massanya dan berbanding terbalik dengan jarak masing-masing”.

G x Mi x Mj

Fij =

Dij

Dengan F adalah volume aliran perdagangan, M adalah ukuran ekonomi untuk kedua negara, D adalah jarak kedua negara dan G adalah konstanta. Menggunakan logaritma, persamaan di atas diubah kedalam bentuk linear untuk analisis ekonometrik menjadi :

Log (Aliran perdagangan bilateral) = α + β1 Log (GDP negara 1) + β2 Log (GDP

negara 2) + β3 Log (Jarak) + ε

(dimana konstanta G menjadi bagian dari α)

Secara umum persamaan gravity model adalah sebagai berikut: Log Xij = b0 + b1 log Yj + b2 log Pj + b3 log Dij + eij

Dimana:

Xij = Volume Komoditas yang diperdagangkan dari negara i ke negara j


(45)

Pj = Jumlah populasi negara j

Dij = Economic Distance antar negara i dengan negara j

Pada penerapannya dalam perdagangan antar negara, bentuk model ini disusun oleh tiga jenis variabel utama, yang terdapat pada setiap gravity model untuk aliran perdagangan bilateral yaitu:

1. variabel-variabel yang memiliki total permintaan potensial negara pengimpor,

2. variabel-variabel indikator total penawaran potensial negara pengekspor. 3. variabel-variabel pendukung atau penghambat aliran perdagangan antar

negara pengekspor dan negara pengimpor (Sinaga, 2007).

2.3.1 GDP (Gross Domestic Product)

Gross Domestic Product(GDP) merupakan pendapatan total dan pengeluaran total nasional pada output barang dan jasa. GDP mengukur nilai produk yang dihasilkan di suatu wilayah suatu negara, termasuk kegiatan orang atau perusahaan asing tetapi tidak termasuk kegiatan produksi di wilayah negara lain (Napitupulu, 2007). GDP sering dianggap sebagai cerminan kinerja ekonomi. GDP juga diartikan sebagai perekonomian total dari setiap orang di dalam perekonomian.

GDP sebagai salah satu variabel utama dalam analisis aliran perdagangan gravity model menunjukkan besarnya kemampuan perekonomian suatu negara, dimana semakin besar GDP yang dihasilkan suatu negara semakin besar pula kemampuan negara tersebut untuk melakukan perdagangan (Sinaga, 2007). Bagi negara eksportir, GDP semakin besar akan meningkatkan ekspor komoditi negara


(46)

tersebut, dan bagi negara importir, semakin besar GDP, juga akan meningkatkan impor komoditi negara tersebut sehingga besarnya GDP yang dimiliki negara eksportir maupun negara importir akan mempengaruhi besarnya volume perdagangan (Napitupulu, 2007).

2.3.2 Populasi

Populasi merupakan jumlah penduduk yang terdapat di suatu wilayah. Jumlah penduduk yang dimiliki oleh suatu negara mempengaruhi besarnya kebutuhan negara tersebut terhadap komoditas perdagangan yang ditunjukkan dengan meningkatnya tingkat permintaan suatu komoditi. Pertumbuhan penduduk di negara tujuan ekspor akan menyebabkan peningkatan kebutuhan yang ditunjukkan dalam peningkatan permintaan. Peningkatan permintaan tersebut terlihat dari pergeseran kurva permintaan negara tujuan ekspor sehingga terjadi excess demand di pasar internasional yang akan mendorong meningkatnya harga komoditi tersebut.

Pertumbuhan penduduk juga akan mengurangi jumlah ekspor karena sebahagian dari produksi telah digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik sehingga mengakibatkan terjadinya kekurangan supply di pasar internasional. Dampak yang ditimbulkan oleh pertumbuhan penduduk juga ditentukan oleh besarnya peningkatan produksi karena pertambahan sumberdaya tenaga kerja, karena penduduk merupakan tenaga kerja sebagai faktor produksi.


(47)

2.3.3 Jarak

Jarak merupakan faktor geografi yang menjadi variabel utama gravity model untuk aliran perdagangan. Jarak yang digunakan dalam penelitian ini adalah jarak ekonomi (Economic Distance), dimana jarak ekonomi ini dapat diartikan sebagai jarak geografis antar ibukota negara-negara ASEAN dikalikan dengan share GDP suatu negara (i) terhadap total GDP ASEAN. Penggunaan jarak ekonomi ini disebabkan bahwa jarak yang sama antar negara (contohnya antara negara C-D memiliki jarak yang sama dengan negara E-F) belum tentu memiliki aliran perdagangan yang sama. Selain itu, jarak geografis antara ibukota negara-negara ASEAN sepanjang tahun 2002-2006 tidak berubah atau konstan. Kondisi tersebut yang menyebabkan jarak geografis saja tidak dapat digunakan dalam melihat faktor jarak terhadap aliran perdagangan, akan tetapi dapat dilihat dari share GDP-nya yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Variabel jarak dapat berpengaruh positif dan dapat berpengaruh negatif artinya tidak selamanya jarak berpengaruh negatif terhadap aliran perdagangan yaitu semakin jauh jarak antara dua negara maka aliran perdagangan akan semakin kecil diantara negara tersebut. Apabila jarak berpengaruh positif maka faktor GDP menjadi faktor yang lebih dominan daripada jarak geografis dalam mempengaruhi perdagangan. Demikian sebaliknya, apabila jarak berpengaruh negatif maka jarak geografis lebih dominan dalam mempengaruhi aliran perdagangan.


(48)

2.4 Penelitian Terdahulu

2.4.1 Penelitian mengenai Tekstil

Maryadi (2007) menganalisis pertumbuhan investasi sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) terhadap perekonomian Indonesia dengan menggunakan analisis Input-Output. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan industri yang penting dalam mendorong sektor hulunya, hal tersebut dapat dilihat dari nilai keterkaitan ke depan dan nilai kepekaan penyebarannya yang lebih dari satu. Disamping itu juga industri TPT tersebut mampu mendorong sektor-sektor lainnya dari penyediaan output, pendapatan dan tenaga kerja yang dilihat dari efek multiplier dan analisis investasi khususnya bagi industri TPT itu sendiri.

Firdaus (2007) menganalisis daya saing dan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia di pasar Amerika Serikat khususnya untuk komoditi tekstil pakaian jadi, kain dan benang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan penawaran ekspor Indonesia yang dicerminkan oleh kekuatan daya saing dari TPT Indonesia masih dibawah kekuatan daya saing TPT Cina. Dari hasil analisis Constant Market Share, terlihat bahwa efek daya saing pakaian jadi, kain lembaran dan benang Indonesia lebih rendah dari efek daya saing pakaian. Daya saing secara komparatif untuk komoditi pakaian jadi Indonesia lebih baik dibanding komoditi pakaian jadi Cina, hal ini disebabkan ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap total ekspor Indonesia ke Amerika Serikat. Namun, untuk komoditi lain dan benang Cina lebih memiliki keunggulan komparatif. Dalam jangka panjang, penurunan ekspor pakaian jadi Indonesia ke


(49)

Amerika Serikat disebabkan oleh peningkatan harga domestik dan nilai tukar, sedangkan peningkatan ekspor pakaian jadi disebabkan oleh peningkatan harga ekspor dan pemberlakuan kebijakan penghapusan kuota. Perkembangan ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat dalam jangka panjang tidak dipengaruhi oleh tingkat produksinya. Dalam jangka panjang, penurunan ekspor kain dan benang disebabkan oleh peningkatan produksi dan nilai tukar rupiah. Peningkatan ekspornya disebabkan oleh peningkatan harga ekspor, harga domestik dan pemberlakuan kebijakan penghapusan kuota.

Mulyani (2007) juga menganalisis dampak restrukturisasi industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) terhadap kinerja perekonomian Jawa Barat dengan menggunakan analisis Input-Output. Hasil analisis menunjukkan industri TPT merupakan sektor yang mempunyai koefisien penyebaran paling tinggi dimana sektor industri TPT memiliki kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya atau meningkatkan output sektor-sektor lainnya yang digunakan sebagai input sektor industri TPT. Sektor industri TPT memiliki nilai kepekaan penyebaran kurang dari satu yang dapat diartikan bahwa industri TPT kurang mampu dalam mendorong produksi sektor hilirnya yang menggunakan input dari sektor industri TPT. Sektor industri TPT dikatakan kurang mampu mendorong pertumbuhan sektor hilirnya karena produk dari sektor TPT cenderung dikonsumsi langsung oleh rumah tangga. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa industri TPT merupakan industri yang mampu meningkatkan pertumbuhan, hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien penyebaran sektor hulunya, selain itu industri TPT merupakan industri padat karya dimana


(50)

memiliki nilai multiplier tenaga kerja yang besar sehingga lebih mampu mempengaruhi peningkatan penyerapan tenaga kerja.

2.4.2 Penelitian mengenai Perdagangan Intra ASEAN

Napitupulu (2007) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan beras Intra ASEAN. Hasil yang diperoleh dari usaha pengumpulan informasi secara deskriptif bahwa beras menjadi bahan pangan utama disetiap negara ASEAN dan pemerinntah setempat merumuskan kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk mencapai kondis ketahanan pangan. Swasembada beras dicapai Indonesia pada tahun 1984, Vietnam pada tahun 1987, Filipina pada tahun 1978, dan Kamboja pada tahun 1995. Thailand, Indonesia, Vietnam, Myanmar, Laos, Kamboja, dan Filipina memiliki produksi beras yang lebih besar daripada konsumsi domestiknya. Sedangkan Brunei Darussalam dan Malasyia mengalami defisit. Dari hasil chow test, analisis gravity model menggunakan metode fixed effect dengan estimasi GLS. R2 yang diperoleh 49,57 persen. Faktor yang berpengaruh nyata pada taraf 5 persen yaitu GDP negara asal impor, populasi negara tujuan impor, konsumsi beras negara asal impor, konsumsi beras negara tujuan impor dan nilai tukar terhadap USD negara tujuan impor.

Selanjutnya, Anisa (2004) juga menganalisis mengenai faktor yang mempengaruhi perdagangan bilateral intra ASEAN dengan menggunakan gravity model khususnya pada enam negara anggota ASEAN yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Malasyia, Singapura, Filipina dan Thailand. Hasil yang diperoleh dari analisis bersama seluruh anggota adalah variabel GDP, populasi, dan jarak mempengaruhi perdagangan bilateral negara-negara anggota ASEAN. Hasil uji


(51)

Chow test memberikan hasil bahwa pada periode sebelum dan sesudah krisis pengaruh faktor-faktor tersebut pada perdagangan bilateral intra-ASEAN berbeda antara negara yang satu dengan negara yang lainnya. Meskipun faktor-faktor yang mempengaruhi masing-masing negara berbeda, secara simultan seluruh faktor-faktor tersebut berpengaruh pada perdagangan bilaterla intra-ASEAN masing-masing negara.

2.4.3. Penelitian mengenai Gravity Model

Analisis aliran perdagangan komoditas karet alam Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di negara tujuan (kasus lima negara tujuan ekspor utama) diteliti oleh Sinaga (2007) dengan menggunakan Gravity model sebagai model kuantitatif. Dalam penelitian tersebut, disusun enam variabel penduga yaitu GDP negara tujuan, populasi negara tujuan, jarak dengan negara tujuan, nilai tukar USD terhadap mata uang negara tujuan, konsumsi karet sintesis negara tujuan, dan nilai ekspor produk ban negara tujuan. Hasil yang diperoleh dari negara tujuan utama adalah sektor industri negara tujuan berperan besar dalam pembentukan GDP negara tersebut. Hal ini terlihat dari pemasukan sektor industri negara tujuan terhadap GDP yaitu: Amerika Serikat sebesar 20,4 persen, Jepang sebesar 25,8 persen, Cina sebesar 47,8 persen, Singapura sebesar 33,9 persen dan Jerman sebesar 29,6 persen. Nilai R2 yang menunjukkan goodness of fit dari gravity model yang dibentuk adalah sebesar 66,8 persen yang berarti faktor terbesar yang mempengaruhi ekspor karet alam Indonesia ke negara tujuan adalah variabel GDP negara tujuan dan nilai ekspor produk ban negara tujuan.


(52)

Yunita (2006) selanjutnya meneliti analisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan biji kakao Indonesia dengan menggunakan gravity model dengan persamaan tunggal. Variabel dependen yang digunakan adalah volume ekspor biji kakao Indonesia menurut negara tujuan, sedangkan variabel independen meliputi GDP per kapita negara tujuan, populasi negara tujuan, jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan, harga biji kakao Indonesia di negara tujuan, nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap Dollar Amerika dan kualitas biji kakao Indonesia. Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh R-Sq (adj) sebesar 69,1 persen, yang berarti bahwa 69,1 persen perubahan volume ekspor biji kakao Indonesia dapat diterangkan oleh variasi peubah-peubah bebas dalam model, sedangkan sisanya diterangkan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel-variabel bebas dalam model berpengaruh terhadap variabel tak bebas. Dengan kata lain, semua variabel bebas dapat menjelaskan variasi perubahan volume ekspor biji kakao Indonesia ke negara-negara tujuan.

Pulungan (2006) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan arang tempurung kelapa Indonesia. Analisis ini menggunakan metode kuantitatif denga menggunakan gravity model dengan persamaan tunggal. Berdasarkan hasil regresi terhadap gravity model yang disusun diperoleh koefisien determinasi R2 sebesar 72,8 persen yang berarti 72,8 persen perubahan volume ekspor arang tempurung kelapa Indonesia dapat diterangkan oleh variasi peubah-peubah bebas dalam model, sedangkan sisanya diterangkan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model. Dari hasil uji statistik diperoleh bahwa hanya


(53)

ada tiga variabel yang berpengaruh nyata pada taraf 5 persen atau signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen terhadap volume ekspor arang tempurung kelapa Indonesia.


(54)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang melandasi penelitian ini dalam sub bab kerangka pemikiran teoritis dan alur pemikiran penulis mengenai topik penelitian ini dalam sub bab kerangka pemikiran operasional. Pada bab ini juga akan diulas mengenai hipotesis-hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini, dimana hipotesis tersebut menjadi jawaban sementara dari permasalahan yang kebenarannya akan diuji secara empiris.

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Perdagangan Internasional

Perdagangan merupakan suatu proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak yang melakukan pertukaran. Kesediaan kedua belah pihak untuk bertransaksi akan menimbulkan keinginan masing-masing pihak semakin meningkatkan kualitas dan kuantitas produknya agar dapat bersaing di pasar global. Selain itu, perdagangan internasional juga dapat digunakan untuk membantu dalam menjelaskan arah serta komposisi perdagangan antar dua atau lebih negara serta bagaimana dampaknya terhadap perekonomian negara tersebut.

Perdagangan internasional juga merupakan kegiatan memperdagangkan output barang-barang dan jasa, yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk dari negara lain (Deliarnov, 1995). Perdagangan internasional juga dapat diartikan sebagai pertukaran barang dan jasa yang terjadi melampaui batas-batas negara. Perdagangan internasional sangat diperlukan untuk


(55)

mendapatkan manfaat yang dimungkinkan oleh spesialisasi. Masing-masing negara akan memproduksi barang dan jasa yang dapat dilakukan secara efisien, sementara negara tersebut akan berdagang dengan negara lain untuk memperoleh barang dan jasa yang diproduksinya (Lipsey, 1997). Adam smith dalam Hady (2004) menyatakan bahwa setiap negara akan memperoleh manfaat perdagangan internasional (gain from trade) karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut memiliki keunggulan mutlak serta mengimpor barang yang tidak ada keunggulan mutlak di negara tersebut.

Gonarsyah dalam Sinaga (2007) mengemukakan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perdagangan internasional yaitu:

1. Adanya perbedaan penawaran dan permintaan antar negara.

2. Tidak semua negara menghasilkan komoditi yang diperdagangkan. 3. Adanya perbedaan biaya relatif dalam menghasilkan komoditi tertentu.

Selanjutnya Salvatore (1997) mengemukakan bahwa pada dasarnya model perdagangan internasional harus berlandaskan empat hubungan utama sebagai berikut:

1. Hubungan antara batas-batas kemungkinan produksi dengan kurva penawaran relatif.

2. Hubungan antara harga-harga relatif.

3. Penentuan keseimbangan dunia dengan penawaran relatif dunia dan permintaan relatif dunia.

4. Dampak-dampak atau pengaruh nilai tukar perdagangan (terms of trade) yakni harga ekspor dari suatu negara dibagi dengan harga impornya terhadap kesejahteraan suatu negara.


(1)

_MI 2003 4284591,57 103,99184 237,88241 25030 214251 36,46410 3,80 8465 5 1

_MI 2004 2643022,11 124,74974 231,04642 25581 217077 43,74273 3,80 9290 5 1

_MI 2005 2716998,46 137,42090 282,22595 26128 219898 48,18580 3,78 9830 5 1

_MI 2006 3021119,14 162,12799 371,25954 26686 222757 56,84919 3,53 8995 5 1

_MS 2002 36205352,46 95,26632 90,81140 24431 4171 8,95118 3,80 1,74 5 0

_MS 2003 45150161,69 103,99184 94,59666 25030 4185 9,77102 3,80 1,70 5 0

_MS 2004 36106418,10 124,74974 111,11519 25581 4240 11,72143 3,80 1,63 5 0

_MS 2005 34334491,52 137,42090 116,71794 26128 4351 12,91200 3,78 1,66 5 0

_MS 2006 35780111,15 162,12799 136,92684 26686 4465 15,23347 3,53 1,53 5 0

_MT 2002 4281812,11 95,26632 126,31381 24431 62800 33,46103 3,80 43,15 5 0

_MT 2003 5220241,92 103,99184 149,46359 25030 63655 36,52575 3,80 39,59 5 0

_MT 2004 5969793,67 124,74974 166,14561 25581 64197 43,81669 3,80 39,06 5 0

_MT 2005 8405978,46 137,42090 172,74378 26128 64763 48,26726 3,78 41,03 5 0

_MT 2006 9232223,22 162,12799 216,88344 26686 65233 56,94530 3,53 36,05 5 0

_IBR 2002 202149,00 203,78450 6,03124 211439 341 92,17374 8940 1,73 5 0 _IBR 2003 523445,00 237,88241 6,71013 214251 350 107,59656 8465 1,70 5 0 _IBR 2004 273804,00 231,04642 8,11688 217077 360 104,50458 9290 1,64 1,5 0 _IBR 2005 410140,00 282,22595 9,53251 219898 370 127,65359 9830 1,66 1,5 0 _IBR 2006 938906,00 371,25954 11,92857 222757 383 167,92436 8995 1,54 1,8 0

_IM 2002 5129703,00 203,78450 95,26632 211439 24431 71,45579 8940 3,80 5 1

_IM 2003 6590314,00 237,88241 103,99184 214251 25030 83,41202 8465 3,80 5 1

_IM 2004 5539282,00 231,04642 124,74974 217077 25581 81,01502 9290 3,80 1,5 1

_IM 2005 7347407,00 282,22595 137,42090 219898 26128 98,96081 9830 3,78 1,5 1

_IM 2006 9887538,00 371,25954 162,12799 222757 26686 130,17989 8995 3,53 1,8 1

_IS 2002 28374595,00 203,78450 90,81140 211439 4171 53,87875 8940 1,74 5 0

_IS 2003 36024187,00 237,88241 94,59666 214251 4185 62,89393 8465 1,70 5 0

_IS 2004 47513114,00 231,04642 111,11519 217077 4240 61,08655 9290 1,63 1,5 0

_IS 2005 47506753,00 282,22595 116,71794 219898 4351 74,61795 9830 1,66 1,5 0

_IS 2006 38996133,00 371,25954 136,92684 222757 4465 98,15762 8995 1,53 1,8 0


(2)

_IT 2003 1243130,00 237,88241 149,46359 214251 63655 163,72164 8465 39,59 5 0

_IT 2004 1491653,00 231,04642 166,14561 217077 64197 159,01679 9290 39,06 1,5 0

_IT 2005 2577528,00 282,22595 172,74378 219898 64763 194,24091 9830 41,03 1,5 0

_IT 2006 2584101,00 371,25954 216,88344 222757 65233 255,51793 8995 36,05 1,8 0

_SBR 2002 158682408,63 90,81140 6,03124 4171 341 34,83022 1,74 1,73 0 1 _SBR 2003 135161446,52 94,59666 6,71013 4185 350 36,28203 1,70 1,70 0 1 _SBR 2004 138687811,88 111,11519 8,11688 4240 360 42,61763 1,63 1,64 0 1 _SBR 2005 111090352,04 116,71794 9,53251 4351 370 44,76653 1,66 1,66 0 1 _SBR 2006 87756309,39 136,92684 11,92857 4465 383 52,51754 1,53 1,54 0 1

_SM 2002 454104308,02 90,81140 95,26632 4171 24431 8,53260 1,74 3,80 0 0

_SM 2003 399847590,58 94,59666 103,99184 4185 25030 8,88826 1,70 3,80 0 0

_SM 2004 404541845,57 111,11519 124,74974 4240 25581 10,44033 1,63 3,80 0 0

_SM 2005 394110897,51 116,71794 137,42090 4351 26128 10,96676 1,66 3,78 0 0

_SM 2006 385028636,11 136,92684 162,12799 4465 26686 12,86558 1,53 3,53 0 0

_SI 2002 0,00 90,81140 203,78450 4171 211439 24,00970 1,74 8940 0 0

_SI 2003 0,00 94,59666 237,88241 4185 214251 25,01049 1,70 8465 0 0

_SI 2004 0,00 111,11519 231,04642 4240 217077 29,37784 1,63 9290 0 0

_SI 2005 200204854,02 116,71794 282,22595 4351 219898 30,85915 1,66 9830 0 0

_SI 2006 273494870,64 136,92684 371,25954 4465 222757 36,20220 1,53 8995 0 0

_ST 2002 21731554,83 90,81140 126,31381 4171 62800 38,59856 1,74 43,15 0 0

_ST 2003 35585327,23 94,59666 149,46359 4185 63655 40,20745 1,70 39,59 0 0

_ST 2004 35272980,91 111,11519 166,14561 4240 64197 47,22850 1,63 39,06 0 0

_ST 2005 33652529,14 116,71794 172,74378 4351 64763 49,60990 1,66 41,03 0 0

_ST 2006 34811504,87 136,92684 216,88344 4465 65233 58,19950 1,53 36,05 0 0

_TBR 2002 478934,78 126,31381 6,03124 62800 341 69,78760 43,15 1,73 5 0 _TBR 2003 463713,50 149,46359 6,71013 63655 350 82,57771 39,59 1,70 5 0 _TBR 2004 655618,64 166,14561 8,11688 64197 360 91,79443 39,06 1,64 0,9 0 _TBR 2005 896550,50 172,74378 9,53251 64763 370 95,43988 41,03 1,66 0,9 0 _TBR 2006 694965,03 216,88344 11,92857 65233 383 119,82677 36,05 1,54 0,9 0


(3)

_TM 2003 6393108,51 149,46359 103,99184 63655 25030 52,49710 39,59 3,80 5 0

_TM 2004 7595796,43 166,14561 124,74974 64197 25581 58,35644 39,06 3,80 0,9 0

_TM 2005 8196658,77 172,74378 137,42090 64763 26128 60,67396 41,03 3,78 0,9 0

_TM 2006 8319614,85 216,88344 162,12799 65233 26686 76,17742 36,05 3,53 0,9 0

_TI 2002 1258604,62 126,31381 203,78450 62800 211439 86,93499 43,15 8940 5 0

_TI 2003 1516550,80 149,46359 237,88241 63655 214251 102,86773 39,59 8465 5 0

_TI 2004 2615594,75 166,14561 231,04642 64197 217077 114,34907 39,06 9290 0,9 0

_TI 2005 3089997,03 172,74378 282,22595 64763 219898 118,89023 41,03 9830 0,9 0

_TI 2006 3874193,59 216,88344 371,25954 65233 222757 149,26918 36,05 8995 0,9 0

_TS 2002 15222870,25 126,31381 90,81140 62800 4171 53,68853 43,15 1,74 5 0

_TS 2003 15517547,99 149,46359 94,59666 63655 4185 63,52813 39,59 1,70 5 0

_TS 2004 17887798,13 166,14561 111,11519 64197 4240 70,61868 39,06 1,63 0,9 0

_TS 2005 14108531,29 172,74378 116,71794 64763 4351 73,42317 41,03 1,66 0,9 0


(4)

Lampiran 5. Transformasi Data Mentah Olahan untuk Estimasi Data Panel

id year Trade GDPi GDPj POPi POPj Jarak EXCi EXCj Tarif Dummy Languages _BRM 2003 957041,079 1,641 23,929 63,421 4497,992 0,721 0,246 0,606 0,000 1 _BRM 2004 1697688,024 2,478 37,354 65,857 4545,588 1,088 0,211 0,606 0,000 1 _BRM 2005 108134,435 2,711 32,580 67,453 4629,523 1,190 0,282 0,586 0,000 1 _BRM 2006 570470,954 3,917 46,638 72,049 4727,820 1,720 0,145 0,355 0,000 1

_BRI 2003 118773,969 1,641 66,620 63,421 36555,973 0,742 0,246 951,752 0,000 0 _BRI 2004 -295328,194 2,478 31,128 65,857 37018,746 1,121 0,211 2175,946 0,000 0 _BRI 2005 -16824,578 2,711 88,053 67,453 37464,753 1,226 0,282 2022,610 0,000 0 _BRI 2006 552827,607 3,917 134,075 72,049 37952,962 1,772 0,145 733,789 0,000 0 _BRS 2003 18071215,728 1,641 18,278 63,421 679,658 0,630 0,246 0,241 0,000 1 _BRS 2004 22679977,512 2,478 31,615 65,857 722,893 0,950 0,211 0,204 0,000 1 _BRS 2005 -9715975,157 2,711 23,336 67,453 787,670 1,040 0,282 0,291 0,000 1 _BRS 2006 4171321,408 3,917 38,836 72,049 808,385 1,502 0,145 0,135 0,000 1 _BRT 2003 -781197,325 1,641 43,308 63,421 10877,378 0,907 0,246 3,326 0,000 0 _BRT 2004 169208,021 2,478 40,535 65,857 10700,829 1,369 0,211 5,789 0,000 0 _BRT 2005 346361,035 2,711 33,114 67,453 10811,328 1,498 0,282 8,203 0,000 0 _BRT 2006 773045,311 3,917 71,708 72,049 10805,657 2,164 0,145 1,568 0,000 0 _MBR 2003 264163,656 23,929 1,641 4497,992 63,421 10,504 0,606 0,246 0,798 1 _MBR 2004 355722,196 37,354 2,478 4545,588 65,857 16,397 0,606 0,211 0,798 1 _MBR 2005 -372688,972 32,580 2,711 4629,523 67,453 14,302 0,586 0,282 0,798 1 _MBR 2006 -54430,611 46,638 3,917 4727,820 72,049 20,473 0,355 0,145 0,798 1

_MI 2003 2700448,778 23,929 66,620 4497,992 36555,973 8,391 0,606 951,752 0,798 1

_MI 2004 -957782,922 37,354 31,128 4545,588 37018,746 13,098 0,606 2175,946 0,798 1

_MI 2005 495781,535 32,580 88,053 4629,523 37464,753 11,424 0,586 2022,610 0,798 1

_MI 2006 737731,898 46,638 134,075 4727,820 37952,962 16,353 0,355 733,789 0,798 1

_MS 2003 14722893,840 23,929 18,278 4497,992 679,658 2,248 0,606 0,241 0,798 0

_MS 2004 -1838138,986 37,354 31,615 4545,588 722,893 3,510 0,606 0,204 0,798 0

_MS 2005 3990368,897 32,580 23,336 4629,523 787,670 3,061 0,586 0,291 0,798 0

_MS 2006 6925129,801 46,638 38,836 4727,820 808,385 4,382 0,355 0,135 0,798 0

_MT 2003 1621772,768 23,929 43,308 4497,992 10877,378 8,405 0,606 3,326 0,798 0


(5)

_MT 2005 3388916,101 32,580 33,114 4629,523 10811,328 11,443 0,586 8,203 0,798 0

_MT 2006 2167771,674 46,638 71,708 4727,820 10805,657 16,381 0,355 1,568 0,798 0

_IBR 2003 353557,363 66,620 1,641 36555,973 63,421 30,133 951,752 0,246 0,798 0 _IBR 2004 -166103,366 31,128 2,478 37018,746 65,857 14,080 2175,946 0,211 -2,702 0 _IBR 2005 180032,928 88,053 2,711 37464,753 67,453 39,827 2022,610 0,282 0,239 0 _IBR 2006 594221,063 134,075 3,917 37952,962 72,049 60,643 733,789 0,145 0,539 0

_IM 2003 2279270,561 66,620 23,929 36555,973 4497,992 23,360 951,752 0,606 0,798 1

_IM 2004 729,392 31,128 37,354 37018,746 4545,588 10,915 2175,946 0,606 -2,702 1

_IM 2005 2692150,093 88,053 32,580 37464,753 4629,523 30,875 2022,610 0,586 0,239 1

_IM 2006 3712718,378 134,075 46,638 37952,962 4727,820 47,012 733,789 0,355 0,539 1

_IS 2003 12177950,365 66,620 18,278 36555,973 679,658 17,614 951,752 0,241 0,798 0

_IS 2004 17238099,052 31,128 31,615 37018,746 722,893 8,230 2175,946 0,204 -2,702 0

_IS 2005 7576351,889 88,053 23,336 37464,753 787,670 23,280 2022,610 0,291 0,239 0

_IS 2006 -928922,275 134,075 38,836 37952,962 808,385 35,448 733,789 0,135 0,539 0

_IT 2003 121471,059 66,620 43,308 36555,973 10877,378 45,851 951,752 3,326 0,798 0

_IT 2004 446916,603 31,128 40,535 37018,746 10700,829 21,424 2175,946 5,789 -2,702 0

_IT 2005 1323930,886 88,053 33,114 37464,753 10811,328 60,602 2022,610 8,203 0,239 0

_IT 2006 417925,849 134,075 71,708 37952,962 10805,657 92,276 733,789 1,568 0,539 0

_SBR 2003 1803480,848 18,278 1,641 679,658 63,421 7,010 0,241 0,246 0,000 1 _SBR 2004 25097050,933 31,615 2,478 722,893 65,857 12,126 0,204 0,211 0,000 1 _SBR 2005 -5463994,570 23,336 2,711 787,670 67,453 8,950 0,291 0,282 0,000 1 _SBR 2006 -5604911,184 38,836 3,917 808,385 72,049 14,895 0,135 0,145 0,000 1

_SM 2003 18214697,286 18,278 23,929 679,658 4497,992 1,717 0,241 0,606 0,000 0

_SM 2004 68506731,666 31,615 37,354 722,893 4545,588 2,971 0,204 0,606 0,000 0

_SM 2005 54130694,161 23,336 32,580 787,670 4629,523 2,193 0,291 0,586 0,000 0

_SM 2006 53814684,953 38,836 46,638 808,385 4727,820 3,649 0,135 0,355 0,000 0

_SI 2003 0,000 18,278 66,620 679,658 36555,973 4,833 0,241 951,752 0,000 0

_SI 2004 0,000 31,615 31,128 722,893 37018,746 8,359 0,204 2175,946 0,000 0

_SI 2005 200204854,019 23,336 88,053 787,670 37464,753 6,170 0,291 2022,610 0,000 0

_SI 2006 105241109,684 38,836 134,075 808,385 37952,962 10,268 0,135 733,789 0,000 0

_ST 2003 17321954,698 18,278 43,308 679,658 10877,378 7,769 0,241 3,326 0,000 0

_ST 2004 5366787,223 31,615 40,535 722,893 10700,829 13,438 0,204 5,789 0,000 0

_ST 2005 4008833,796 23,336 33,114 787,670 10811,328 9,919 0,291 8,203 0,000 0


(6)

_TBR 2003 61212,879 43,308 1,641 10877,378 63,421 23,928 3,326 0,246 0,798 0 _TBR 2004 265910,105 40,535 2,478 10700,829 65,857 22,395 5,789 0,211 -3,302 0 _TBR 2005 345563,350 33,114 2,711 10811,328 67,453 18,295 8,203 0,282 0,144 0 _TBR 2006 -58503,183 71,708 3,917 10805,657 72,049 39,618 1,568 0,145 0,144 0

_TM 2003 2751496,072 43,308 23,929 10877,378 4497,992 15,212 3,326 0,606 0,798 0

_TM 2004 2222976,893 40,535 37,354 10700,829 4545,588 14,237 5,789 0,606 -3,302 0

_TM 2005 1813090,684 33,114 32,580 10811,328 4629,523 11,631 8,203 0,586 0,144 0

_TM 2006 1431077,246 71,708 46,638 10805,657 4727,820 25,187 1,568 0,355 0,144 0

_TI 2003 458809,409 43,308 66,620 10877,378 36555,973 29,807 3,326 951,752 0,798 0

_TI 2004 1341073,325 40,535 31,128 10700,829 37018,746 27,898 5,789 2175,946 -3,302 0

_TI 2005 891830,277 33,114 88,053 10811,328 37464,753 22,790 8,203 2022,610 0,144 0

_TI 2006 1277335,366 71,708 134,075 10805,657 37952,962 49,353 1,568 733,789 0,144 0

_TS 2003 2724126,049 43,308 18,278 10877,378 679,658 18,408 3,326 0,241 0,798 0

_TS 2004 4846726,659 40,535 31,615 10700,829 722,893 17,229 5,789 0,204 -3,302 0

_TS 2005 -924517,361 33,114 23,336 10811,328 787,670 14,075 8,203 0,291 0,144 0

_TS 2006 2390084,976 71,708 38,836 10805,657 808,385 30,479 1,568 0,135 0,144 0