dari pihak asing ataukah mencoba berbenah dengan menggali potensi diri sendiri?
18
B. Pengertian Hak Kekayaan Intelektual
HKI dapat diartikan sebagai hak atas kepemilikan terhadap karya- karya  yang  timbul  atau  lahir  karena  adanya  kemampuan  intelektualitas
manusia  dalam  bidang  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi.
19
Hak  kekayaan intelektual  itu  adalah  hak  kebendaan,  hak  atas  sesuatu  benda  yang
bersumber  dari  hasil  kerja  otak,  hasil  kerja  rasio.
20
Jadi  melihat  dari berbagai  pengertian  HKI,  menurut  penulis  HKI  merupakan  hak
kepemilikan atas suatu benda atau karya yang timbul dari hasil kerja rasio atau  intelektual  manusia.  Karya-karya  tersebut  merupakan  kebendaan
tidak terwujud yang merupakan hasil kemampuan intelektualitas seseorang atau manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi melalui daya
cipta,  rasa,  karsa,  dan  karyanya,  yang  memiliki  nilai-nilai  moral,  praktis, dan ekonomis. Pada dasarnya  yang termasuk dalam lingkup HaKI adalah
segala  karya  dalam  bidang  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi  yang dihasilkan  melalui  akal  atau  daya  pikir  seseorang  atau  manusia  tadi.  Hal
18
Ibid, h. 75.
19
Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, Bandung:PT. Alumni, 2003, h. 2.
20
H. OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual Intellectual Property Rights, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007, h. 9.
inilah  yang  membedakan  HaKI  dengan  hak-hak  milik  lainnya  yang diperoleh dari alam.
Karya-karya  intelektual  tersebut,  apakah  di  bidang  ilmu pengetahuan,  ataukah  seni,  sastra,  atau  teknologi,  dilahirkan  dengan
pengorbanan  tenaga,  waktu  dan  bahkan  biaya.  Adanya  pengorbanan tersebut  menjadikan  karya  yang  dihasilkan  menjadi  memiliki  nilai.
Apabila  ditambah  dengan  manfaat  ekonomi  yang  dapat  dinikmati,  nilai ekonomi  yang  melekat  menumbuhkan  konsepsi  property  terhadap  karya-
karya intelektual tadi. Bagi dunia usaha, karya-karya itu dikatakan sebagai assets perusahaan.
21
Hasil  dari  pekerjaan  rasio  manusia  yang  menalar.  Hasil  kerjanya itu  berupa  benda  immateril.  Benda  tidak  berwujud.  Kita  ambil  misalnya
karya  cipta  lagu.  Untuk  menciptakan  alunan  nada  irama  diperlukan pekerjaan  otak.  Menurut  ahli  biologi  otak  kananlah  yang  berperan  untuk
menghayati  kesenian,  berhayal,  menghayati  kerohanian,  termasuk  juga kemampuan  melakukan  sosialisasi  dan  mengendalikan  emosi.  Fungsi  ini
disebut  sebagai  fungsi  nonverbal,  metaforik,  intuitif,  imajinatif  dan emosional.  Spesialisasinya  bersifat  intuitif,  holistik  dan  mampu
memproses  informasi secara simultan.
21
Rachmadi  Usman,  Hukum  Hak  Atas  Kekayaan  Intelektual,Bandung:  PT  Alumni, 2003, h. 2-3.
Hasil  kerja  otak  itu  kemudian  dirumuskan  sebagai  intelektualitas. Orang  yang  optimal  memerankan  kerja  otaknya  disebut  sebagai  orang
yang  terpelajar,  mampu  menggunakan  rasio,  mampu  berpikir  secara rasional  dengan  menggunakan  logika  metode  berpikir,  cabang  filsafat,
karena  itu  hasil  pemikirannya  disebut  rasional  atau  logis.  Orang  yang tergabung dalam kelompok ini disebut kaum intelektual.
22
Tidak semua orang dapat dan mampu mempekerjakan otak nalar, rasio,  intektual  secara  maksimal.  Oleh  karena  itu  tak  semua  orang  pula
dapat menhasilkan intellectual property rights. Hanya orang yang mampu mempekerjakan otaknya  sajalah  yang dapat menghasilkan hak kebendaan
yang  disebut  sebagai  intellectual  property  rights.  Itu  pulalah  sebabnya hasil  kerja  otak  yang  membuahkan  Hak  Kekayaan  Intelektual  itu  bersifat
eksklusif. Hanya orang tertentu saja  yang dapat melahirkan hak semacam itu. Berkembangnya peradaban manusia, dimulai dari kerja otak itu.
Dalam  kepustakaan  hukum  Anglosaxon  ada  dikenal  sebutan intellectual  property  rights.
Kata  ini  kemudian  diterjemahkan  ke  dalam bahasa  Indonesia  menjadi  “Hak  Milik  Intelektual”,  yang  sebenarnya
menurut  hemat  penulis  lebih  tepat  kalau  diterjemahkan  menjadi “Hak
Kekayaan  Intelektual ”.  Alasannya  adalah  kata  “hak  milik”  sebenarnya
sudah  merupakan  istilah  baku  dalam  kepustakaan  hukum.  Padahal  tidak semua Hak Atas Kekayaan Intelektual itu merupakan hak milik dalam arti
22
H. OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual,Jakarta: Rajawali Pers, 2010, h. 9-10.
yang sesungguhnya. Bisa merupakan hak untuk memperbanyak saja, atau untuk  menggunakannya  dalam  produk  tertentu  dan  bahkan  dapat  pula
berupa  hak  sewa  rental  rights,  atau  hak-hak  lain  yang  timbul  dari perikatan seperti lisensi, hak siaran, dan lain sebagainya.
23
C. Tujuan Hak Kekayaan Intelektual