Kurva Phillips modern mensubstitusi inflasi harga untuk inflasi upah karean inflasi upah dengan inflasi harga terkait erat. Dalam periode ketika upah
meningkat pesat, harga-harga juga meningkat pesat. Namun pada suatu tingkat pengangguran tertentu inflasi upah lebih cepat dari inflasi harga. Perbedaan ini
disebabkan karena kenaikan upah dibarengi dengan kenaikan produktivitas.
b. Lipsey 1960
Lipsey mencoba mengkaji mengenai hubungan antara tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran setelah Phillips. Lipsey mengemukakan postulat
bahwa: 1.
Suatu hubungan terjadi antara tingkat upah minimal dan kelebihan permintaan akan tenaga kerja.
2. Suatu hubungan yang negatif antara kelebihan permintaan akan tenaga
kerja dan tingkat pengangguran. Secara matematis, postulat tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:
W
t
= f U
t
U ↓→ ∆W ↑
Yang menunjukkan bahwa tingkat perubahan upah uang dalam periode t atau W
t
adalah merupakan fungsi negatif dari tingkat pengangguran pada periode t, atau U
t
dimana U
t
merupakan suatu proksi untuk kelebihan permintaan akan tenaga kerja.
c. Samuelson dan Solow 1966
Kedua ahli ini mencoba memodifikasi model Lipsey mengenai Kurva Phillips, dengan mengaitkan harga dengan upah-uang atau upah-nominal melalui
suatu mark-up atas unit labor cost. Kenaikan upah-uang akan menyebabkan unit
Universitas Sumatera Utara
labor cost mengalami kenaikan, dan dengan peresentase mark-up atas biaya yang tertentu, maka harga-harga akan naik. Untuk upah-uang yang tertentu, maka
kenaikan di dalam produktivitas tenaga kerja, yang diukur dengan perubahan di dalam output per tenaga kerja akan menyebabkan unit labor cost turun, dan
dengan suatu mark-up yang tertentu, maka hal ini akan menyebabkan penurunan di dalam tingkat harga. Oleh karna itu, dapat dikatakan bahwa hubungan antar
pertumbuhan upah-uang dan inflasi, dengan mark-up yang tertentu, sangat tergantung pada laju pertumbuhan produktivitas tenaga kerja.
Secara sistematis, bentuk dari Kurva Phillips yang diusulkan oleh Samuelson dan Solow dapat dinyatakan sebagai berikut:
∆ P
t
= f U
t
U
t
↓ → Pt ↑ cateris paribus Dimana P
t
adalah laju inflasi pada waktu t, dan U
t
adalah tingkat pengangguran dalam periode yang sama. Persamaan di atas menggambarkan
Kurva Phillips sebagai berikut:
Gambar 2.7 Simple Phillips Curve
∆P PC
UE
1
UE Pengangguran
P P
1
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Pandangan Mengenai Hubungan Antara Inflasi dengan Pengangguran
a. Adopsi Kaum Keynesian: Kurva Phillips Jangka Pendek Short Run
Phillips Curve
Hasil temuan A.W. Phillips diadopsi oleh ekonom Keynesian untuk menjelaskan adanya trade off antara tingkat inflasi dan pengangguran. Apabila
ingin mengurangi tingkat pengangguran, maka harga yang harus dibayar adalah meningkatnya inflasi. Kaum Keynesian tidak percaya adanya suatu trade off
antara inflasi dengan pengangguran dalam jangka panjang, namun mereka percaya bahwa hal itu terjadi dalam jangka pendek.
Hubungan inflasi dengan pengangguran seperti yang diungkapkan Phillips dan diadopsi kaum Keynesian, dapat dijelaskan dengan menggunakan analisis
kurva AD-AS seperti ditunjukkan pada diagram berikut:
Gambar 2.8 Kurva Phillips Berdasarkan Analisis Kurva AD-AS
P Inflasi tahun
AS AS
1
AS
2
P
2
C P
1
B I
2
Kurva Phillips
P A
AD
2
I
1
AD
1
I
o
AD Y
Pengangguran Y
Y
1
Y
2
0 U
2
U
1
U a
b
Universitas Sumatera Utara
Asumsi dari analisis kurva AD-AS dalam gambar 2.8 di atas adalah analisis jangka pendek. Faktor produksi umumnya bersifat tetap fixed input.
Karena itu, pertumbuhan penawaran agregat kurva AS tidak bisa secepat pertumbuhan permintaan agregat kurva AD. Tenaga kerja merupakan input
tetap, dalam jangka pendek, jumlahnya tidak mudah ditambah. Diagram 2.8.a menunjukkan apa yang terjadi jika perekonomian terus
bertumbuh. Karena penawaran agregat kurva AS tidak bisa bertumbuh lebih cepat dari permintaan agregat kurva AD, maka pertumbuhan ekonomi jangka
pendek diikuti oleh inflasi. Dalam diagram 2.8.a titik-titik keseimbangan A, B, C menunjukkan bahwa output menjadi lebih besar Y
2
Y
1
Y , tetapi harga-
harga umum juga menjadi lebih tinggi P
2
P
1
P .
Jika dianggap ada hubungan yang tetap antara kesempatan kerja N dengan tingkat output
Y, misalnya N = αY, di mana α 0, maka bertambahnya output akan menambah kesempatan kerja N
2
N
1
N . Karena jumlah tenaga
kerja juga dianggap tetap, maka penambahan kesempatan kerja akan mengurangi pengangguran U, sehingga U
2
U
1
U . Untuk menderivasi Kurva Phillips,
yang perlu dilihat adalah hubungan antara P dan U. Jika P ↑ maka U↓. Hasilya
adalah seperti pada gambar 2.8 b Kurva Phillips dalam gambar 2.8 b diturunkan berdasarkan analisis jangka pendek, sehingga disebut kuva Phillips
Jangka Pendek Short Run Phillips Curve,disingkat SPC. Selain itu, kaum Keynesian juga percaya bahwa penggunaan kebijakan
moneter ekspansif merupakan upaya mempertahankan tingkat pengangguran di bawah tingkat alamiah akan membutuhkan waktu beberapa tahun. Demikian juga
apabila kebijakan moneter yang kontraktif digunakan untuk mengurangi inflasi,
Universitas Sumatera Utara
maka tingkat pengangguran juga tidak akan segera turun, tetapi akan tetap berada di atas tingkat alamiah jangka waktu yang panjang.
Jadi, kesimpulannya pada pendukung Keynesian percaya bahwa adalah mahal biaya dalam konteks output dan employment untuk mengurangi tingkat
inflasi melalui kebijakan moneter kontraktif. Oleh karena itu, mengingat adanya biaya atau pengorbanan yang sangat besar dalam upaya pengurangan tingkat
inflasi melalui kebijakan moneter kontraktif, maka sebagian besar dari pengikut aliran Keynesian ini menyarankan untuk menggunakan instrument lainnya sebagai
pelengkap seperti pengawasan upah dan harga, disamping kebijakan moneter itu sendiri.
b. Adopsi Kaum Klasik: Kurva Phillips Jangka Panjang Long Run