51
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dimaksudkan untuk menggambarkan teori-teori sebagai dasar penyusunan hipotesis. Dan kerangka teori merupakan struktur yang
berfungsi menyatukan penjelasan-penjelasan, prinsip-prinsip teoritis dan saran- saran tentang hubungan teoritis variabel-variabel. Sedangkan isinya tentang
penjelasan logis tentang hubungan variabel-variabel yang penting dari suatu masalah penelitian Sekaran,2000. Dengan mengintegrasikan variabel-variabel
dalam hubungan kausal dan logis, maka kerangka pikir akan mengkonseptualisasi masalah penelitian sedemikian sehingga dapat diuji.
Perasaan cemas atau ketakutan dapat menyebabkan ketegangan syaraf tak sadar dan ketegangan psikologis dalam proses persalinan. Ketegangan akan
menyebabkan nyeri dan dapat memperbesar rasa ketakutan Pitt, 1996. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan dalam menghadapi proses
seksio sesarea diantaranya adalah sebagai berikut: 1.
Faktor penyulit seksio sesarea; Kehamilan dan persalinan merupakan suatu masa kesetabilan dan ketegangan emosional, serta suatu masa yang
membahagiakan. Hal utama yang mereka takutkan menjelang persalinan adalah rasa sakit saat melahirkan, berapa lama berlangsungnya, komplikasi
penyulit seperti menggunakan vakum, operasi secsio caesaria, perdarahan, bayi cacat dan kematian komplikasi atau penyakit penyulit lainnya.
2. Faktor pendidikan;
jika para ibu mengetahui atau memperoleh informasi dengan baik dan benar mengenai proses seksio sesarea yang akan dilakukan,
52
mereka akan mendapatkan rasa aman, puas dan hasil yang lebih baik Enkin, et al, 2000
3. Faktor usia ibu dalam kehamilan, Hayles dan Feinlab 1980 menyatakan
bahwa usia ikut menentukan kecemasan yaitu kecemasan sering terjadi pada golongan usia muda. Usia setengah tua menurut Roan 1979 merupakan
masa bebas. dan Prawirohusada 1989, menyatakan bahwa banyak yang mempengaruhi timbulnya kecemasan pada diri seseorang karena penyebab
gangguan jiwa pada umumnya bersifat multifaktorial 4.
Faktor jumlah persalinan; seorang ibu yang pertama kali mengalami kehamilan sampai proses persalinan akan membawa pengalaman yang baik
dan bermanfaat bagi ibu, begitu juga ibu yang sudah melakukan proses persalinan
yang berulang-ulang akan membawa
pengalaman dan
pembelajaran tersendiri baginya, sehingga persalinan yang pertama dan selanjutnya akan mempunyai perbedaan terhadap tingkat kecemasan,
ketakutan dan gangguan perasaan lainnya. 5.
Faktor petugas dan tempat persalinan; Ada beberapa pendapat yang dialami klien menurut Brice yaitu; perasaan terhadap dokter dan bidan sering mendua.
Mereka dipercaya sekaligus dicurigai. Apakah mereka baik, bijaksana, membantu dan mau mengerti, atau apakah mereka kurang perasaan atau
kurang pengetahuan. Apakah rumah sakit sebagai tempat berlangsungnya kelahiran akan berfungsi sebagai tempat berlindung atau akan menjadi
semacam ban jalan yang digunakan dimana wanita diproses melalui peralatan yang dikendalikan dari jarak jauh dalam suatu kawasan yang asing dan
peralatan yang menggelisahkan, apakah wanita lain akan menjadi kawan atau
53
mereka akan bersikap masa bodoh dan tidak bersahabat Brice, 1996 sebagai pelaksana dalam proses kelahiaran bayi.
6. Faktor konseling; Untuk mencapai tujuan komunikasi dalam melakukan
konseling, adalah untuk mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat dan lebih memberikan dukungan pada pasien, dengan demikian
lebih efektif dan efisien bagi keduanya Kurzt, 1998. Keberhasilan dalam konseling pada umumnya akan melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi
kedua belah pihak, khususnya akan menciptakan terhadap kemampuan pemahaman, harapan, kepentingan, kecemasan dan kebutuhan pasien.
Walaupun petugas pelayanan kesehatan belum mengikuti pelatihan ketrampilan konseling, bukan berarti wahwa proses ini tidak dapat dilakukan,
karena masalah penting didalam konseling selain tehnik komunikasi dan pemberian informasi juga isi dari informasi yang akan disampaikan. Semua
petugas dan staf klinik dapat mengerti tentang pengetahuan dan tindakan klinik dalam kesehatan maternal dan berbagai resiko atau komplikasi yang
mungkin timbul. Perlu diingat bahwa klien memilih dan membuat keputusan tentang
pilihan penatalaksanaan klinik yang diyakini sesuai dengan masalah kesehatan yang mereka hadapi, kemudian dinyatakan dalam persetujuan
tertulis yang disepakati oleh kedua belah pihak, akan lebih mantap untuk menjalankan pengobatan atau tindakan klinik yang akan dijalankan serta
menghindarkan rasa tidak puas atau masalah hukum dikemudian hari. Komunikasi dalam proses konseling juga merupakan bimbingan yang
berkaitan dengan hak klien untuk memperoleh informasi, memahami kondisi
54
yang dihadapi untuk menentukan pilihan, indikator mutu pelayanan dan memberikan rasa puas.
Di dalam proses komunikasi, sikap profesional sangat penting untuk membangun rasa nyaman, aman, percaya pada dokter, yang merupakan
landasan bagi berlangsungnya komunikasi secara efektif Silverman, 1998. 7.
Sebagaimana kerangka pikir dalam gambar 2.2. Kerangka pikir penelitian dibawah ini sebagai berikut:
C. Hipotesis