Jika kas tersebut lebih besar, perusahaan akan membayar hutang atau membeli surat berharga. Jika kas tersebut kecil, perusahaan
akan menggunkan kas yang dipunyai atau menjual surat berharga. 4. Jika pendanaan ekternal diperlukan, perusahaan anak mengeluarkan
surat berharga yang paling aman terlebih dulu. Perusahaan akan memulai dengan hutang, kemudian dengan surat berharga campuran
hybrid seperti obligasi convertible, dan kemudian barangkali saham sebagai pilihan terakhirnya tidak mengindikasi target struktur
modal. Teori tersebut mejelaskan urut-urutan pendanaan. Menurut teori ini, manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat hutang
yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi. Jika ada kesempatan investasi, maka perusahaan akan mencari dana
untuk mendanai kebutuhan investasi tersebut. Perusahaan akan mulai dengan dana internal dan sebagai pilihan terakhir adalah
menerbitkan saham. Disamping kebutuhan investasi, hal lain yang berkaitan adalah pembayaran dividen. Pembayaran dividen akan
menyebabkan dana kas berkurang. Jika kas berkurang, maka perusahaan
akan menerbitkan
sekuritas baru.
Penelitian menunjukkan bahwa perusahaan lebih menyukai kebijak
an dividen yang stabil, yaitu besarnya dividen tidak berubah-ubah.
Teori pecking order bisa menjelaskan kenapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai
tingkat hutang yang lebih kecil. Tingkat hutang yang lebih
keciltersebut tidak dikarenakan perusahaan mempunyai target tingkat hutang yang kecil, tetapi karena mereka tidak membutuhkan
dana eksternal. Tingkat keuntungan yang tinggi menjadikan dana internal mereka cukup untuk memenuhi kebutuhan investasi.
c. Teori Asimetri Informasi
Konsep signaling dan asimetri informasi berkaitan erat. Teori asimetri mengatakan bahwa pihak-pihak yang berkaitan
dengan perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan resiko perusahaan. Pihak tertentu mempunyai
informasi yang lebih baik dibandingkan pihak lainnya. Manajer biasanya mempunyai informasi yang lebih baik dibandingkan pihak
luar seperti investor. Karena itu bisa dikatakan terjadi asimetri informasi antara manajer dengan investor. Investor yang merasa
mempunyai informasi yang lebih sedikit, akan berusaha mengintepretasikan perilaku manajer. Dengan kata lain, perilaku
manajer, termasuk dalam hal menentukan struktur modal, bisa dianggap sebagai signal oleh pihak luar investor
d. Signaling theory
Ross 1977 mengembangkan model dimana struktur modal penggunaan hutang merupakan signal yang disampaikan oleh
manajer kepasar. Jika manajer mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan karenannya ingin agar saham
meningkat, ia ingin mengkomunikasikan hal tersebut ke investor.
Salah satu cara yang paling sederhana adalah dengan mengatakan secara langsung
‘perusahaan kami mempunyai prospek yang baik’. Tentu saja investor tidak akan percaya begitu saja. Disamping itu,
manajer ingin memberikan signal yang lebih dipercaya credible. Manajer bisa menggunakan hutang lebih banyak, sebagai signal
yang lebih credible. Jika hutang meningkat, maka kemugkinan bangkrut akan
semakin meningkat. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, m
aka manajer akan ‘terhukum’, misal reputasi dia akan hancur dan tidak bisa dipercaya menjadi manajer lagi. Karena itu, perusahaan
yang meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan dimasa mendatang.Karena cukup
yakin, maka manajer perusahaan tersebut berani menggunakan hutang yang lebih besar. Investor diharapkan akan menangkap
signal tersebut, signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik. Dengan demikian hutang merupakan tanda atau signal positif.
Teori ini juga disusun berdasarkan adanya asymmetric information antara manajer dan pemegang saham. Karena ada
asymmetric information maka manajer berusaha memberi signal sinyal kepada investor. Sinyal tersebut haruslah berupa sesuatu
yang dapat dipercaya dan tidak mudah ditiru atau mahal untuk menirunya. Dalam kebijakan struktur modal, signal yang diberikan
adalah berupa dipakainya porsi hutang yang lebih besar
diperusahaan. Hanya perusahaan yang benar-benar kuat yang berani menanggung risiko mengalami kesulitan keuangan ketika porsi
hutang relatif tinggi. Maka porsi hutang yang tinggi dipakai manajer sebagai sinyal bahwa perusahaan memiliki kinerja yang handal.
Investor akan menilai perusahaan yang lebih tinggi porsi hutangnya dengan harga yang lebih mahal dibandingkan perusahaan
yang rendah porsi hutangnya. Meskipun teori ini masuk akal namun belum dapat menjelaskan dengan baik tentang pola struktur modal
selama ini. Sesuai dengan teori struktur modal, pemilihan struktur modal dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor tersebut diantaranya
:
3. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam
mennghasilkan laba
profitabilitas pada tingkat penjualan, aktiva, dan modal. Ada tiga rasio yang dapat digunakan dalam rasio profitabilitas, yaitu
rasio profit margin, return on assets ROA dan return on equity ROE. Profit margin mengukur sejauh mana perusahaan
menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Profit Margin yang tinggi menunjukkan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjulan tertentu. Return On Asset ROA mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset