Faktor—faktor yang berhubungan dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta

(1)

PONDOK PINANG JAKARTA

Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :

NURFATIMAH

108104000039

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H / 2014 M


(2)

(3)

(4)

(5)

v Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli Saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I di Fakultas Kedokteran dan Imu Kesehataan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang Saya gunakan dalam penulisan ini telah Saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Imu Kesehataan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Maret 2013


(6)

vi

RIWAYAT HIDUP

Nama : NURFATIMAH

Tempat, Tanggal Lahir : Wonogiri, 30 Maret 1991 Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. M.Saidi No.15 Rt 03 Rw 01 Petukangan Selatan, Jakarta Selatan

Anak ke : Kedua dari tiga bersaudara

Telepon : 085780234333

Email : ifathfatimah91@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :

1. TK Dharmawanita Sembukan tahun 1995-1996

2. SD Negeri III Sembukan Sidoharjo tahun 1996-2002 3. SMP Negeri III Sidoharjo tahun 2002-2005

4. MAN 4 Model Jakarta tahun 2005-2008

5. S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008-2013 6. Program profesi Ners Ilmu Keperawatan Fakultas tahun 2013- sekarang

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(7)

vii Skripsi, Maret 2013

Nurfatimah, NIM : 108014000039

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Obesitas pada Anak Usia 6-12 Tahun di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta

xxvi + 72 Halaman + 16 Tabel + 2 Bagan+ 5 Lampiran

ABSTRAK

Prevalensi obesitas di Indonesia mengalami peningkatan, kondisi ini menyatakan bahwa saat ini Indonesia mengalami permasalahan beban ganda masalah gizi. Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2010 prevalensi obesitas pada anak usia sekolah (6-12 tahun) telah mencapai 10,7% pada anak laki-laki dan 7,7% pada anak perempuan. Obesitas pada anak cenderung berlanjut hingga dewasa dan munculnya penyakit degeneratif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta tahun 2013. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi case control. Sampel penelitian adalah anak-anak yang berusia 6-12 tahun sebanyak 42 sampel masing-masing terdiri dari 21 kasus dan 21 kontrol. Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling, analisa data dilakukan dengan uji statistik univariat dan bivariat (chi square dan regresi logistik sederhana). Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa faktor yang tidak berhubungan dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun adalah jenis kelamin, pendidikan bapak, pendidikan ibu, kebiasaan makan utama dan faktor yang berhubungan dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun adalah kebiasaan makan fast food dan kebiasaan minum soft drink. Sehingga perlu ditingkatkan kembali monitoring status gizi siswa melalui UKS yang telah ada dan melakukan kegiatan penyuluhan tentang gizi secara berkala baik kepada siswa, orang tua siswa, maupun guru. Untuk penelitian selanjutnya agar dapat melakukan penelitian pada variabel lain yang belum diteliti oleh peneliti dan menggunakan metode yang lebih lengkap (food recall, food records, food frequency questionaire) untuk lebih menyempurnakan penelitian ini.

Kata kunci : Obesitas, Anak usia 6-12 tahun, Kebiasaan makan Daftar bacaan : 1996-2011


(8)

viii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING

Undergraduate Thesis, March 2013

Nurfatimah, ID Number : 108104000039

Factors Associated with Obesity in Children Ages 6-12 Years in Islamic Elementary School District Jakarta Pondok Pinang 2013

xxvi + 72 pages + 16 Tables + 2 chart + 5 attachments

ABSTRACT

The prevalence of obesity has increased in Indonesia, this condition stated that Indonesia currently experienced a dual burden of nutritional problems problems. Based on data RISKESDAS in 2010 the prevalence of obesity in children of school age (6-12 years) had reached 10.7% in boys and 7.7% in girls. Obesity on the child tend to continue until adulthood and emergence of degenerative diseases. The purpose of this study was to determine the factors associated with obesity in children aged 6-12 years in the Islamic Elementary School Jakarta Pondok Pinang District 2013. This research is a quantitative study using a case-control study design. The subject of this study is children 6-12 years old as many as 42 samples, each consisting of 21 cases and 21 controls. Sampling was done by simple random sampling, data analysis performed by univariate and bivariate statistical test (chi square and simple logistic regression). Based on this study result that factors unrelated to obesity in childen 6-12 years old are gender, father education, mother’s education, eating habits, and the main factors associated with obesity in children 6-12 years old are eating fast food and the habit of drinking soft drinks. So that needs to be re-monitoring the nutritional status of student through School Health Enterprises that already exist and conduct regular counseling on good nutrition to student, parents, and teachers. For further research in order to conduct research on other variables that have not been studied by the researches and a more complete method (food recall, food records, food frequency questionaire) to further refine this study.

Keywords : Obesity, Children 6-12 years of age, eating habits The reasding list : 1996-2011


(9)

ix Assalamu’alaikum wr.wb

Alhamdulillahi rabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah membarikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang bejudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Obesitas pada Anak Usia 6-12 Tahun di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta”.

Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan besar Nabi Muhammand SAW yang telah menjadi suri tauladan sehingga penulis tetap semangat dalam menyelesaikan proposal skripsi ini. Dalam penyelesaian proposal skripsi, penulis sadar bahwa proposal ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. DR (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp.And , selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Djauhari, selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes, selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(10)

x

4. Dra. Farida Hamid, Mpd, selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Ibu Ns. Eni Nur’aini Agustini, S.Kep., M.Sc, selaku sekretaris Program

Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Ibu Maulina Handayani S.Kp, M.Sc, selaku pembimbing I dan Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM, selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan masukan, nasehat, petunjuk, dan arahan serta motivasi kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan dan membimbing penulis, serta staf akademik (Bapak Azib Rosyidi S. Psi dan Ibu Syamsiah) atas bantuanya yang telah memudahkan penulis dalam proses belajar di PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Segenap jajjaran staf dan karyawan Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu dalam menyediakan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.


(11)

xi henti kepada penulis.

11.Pakde Slamet dan Budhe Kris tersayang yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materiil serta doa yang tiada henti.

12.Kakak dan adikku tersayang (Ismaryati dan Doni Setyawan) yang telah memberikan dukungan dalam pembuatan skripsi ini.

13.Teman-teman seluruh angkatan 2008 yang telah bersama-sama dengan penulis melewati hari-hari baik suka maupun duka dalam menyelesaikan kuliah di PSIK UIN Jakarta.

Tiada gading yang tak retak. Oleh karenanya penulis dengan penuh kesadaran menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Jakarta, 1 Maret 2013


(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5


(13)

xiii

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Anak Usia Sekolah ... 9

1. Pengertian Anak Usia Sekolah ... 9

2. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan ... 9

3. Karakteristik Tumbuh Kembang anak sekolah ... 9

B. Status Gizi ... 10

1. Pengertian Status Gizi ... 10

2. Cara Penilaian Status Gizi ... 10

3. Penilaian Status Gizi secara Antropometri ... 11

C. Obesitas ... 15

1. Pengertian Obesitas ... 15

2. Diagnosis Obesitas ... 16

3. Dampak Obesitas pada Anak ... 17

4. Pencegahan Obesitas ... 20

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi obesitas ... 20

E. Penelitian Terkait ... 26


(14)

xiv

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS PENELITIAN, DAN

DEFINISI OPERASIONAL ... 30

A. Kerangka Konsep Penelitian ... 30

B. Hipotesis Penelitian ... 31

C. Definisi Operasional... 32

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 35

A. Jenis dan Desain Penelitian ... 35

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

1. Tempat ... 35

2. Waktu ... 35

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

1. Populasi ... 36

2. Sampel ... 36

3. Besar Sampel ... 37

4. Tekhnik Pengambilan Sampel... 39

D. Instrumen Penelitian ... 39

E. Teknik Pengumpulan Data ... 40

1. Metode Pengumpulan Data ... 40

2. Langkah-langkah Pengumpulan Data ... 40

F. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 41

1. Uji Validitas ... 41

2. Uji Reliabilitas ... 41

G. Pengolahan Data... 42


(15)

xv

I. Etika Penelitian ... 44

BAB V HASIL PENELITIAN ... 46

A. Gambaran umum lokasi penelitian... 46

B. Analisis univariat ... 47

1. Jenis kelamin ... 47

2. Pendidikan bapak ... 48

3. Pendidikan ibu ... 48

4. Kebiasaan makan utama ... 49

5. Kebiasaan makan fast food... 49

6. Kebiasaan minum soft drink... 50

C. Analisa bivariat ... 51

1. Hubungan antara jenis kelamin dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun ... 51

2. Hubungan antara pendidikan bapak dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun ... 52

3. Hubungan antara pendidikan ibu dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun ... 53

4. Hubungan antara kebiasaan makan utama dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun ... 54

5. Hubungan antara kebiasaan makan fast food dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun ... 55


(16)

xvi

6. Hubungan antara kebiasaan minum soft drink dengan obesitas pada

anak usia 6-12 tahun... 56

BAB VI PEMBAHASAN ... 57

A. Hasil analisis univariat ... 57

1. Jenis kelamin ... 57

2. Pendidikan bapak ... 58

3. Pendidikan ibu ... 58

4. Kebiasaan makan utama ... 59

5. Kebiasaan makan fast food... 60

6. Kebiasaan minum soft drink... 61

B. Hasil analisis bivariat ... 62

1. Hubungan antara jenis kelamin dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun ... 62

2. Hubungan antara pendidikan bapak dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun ... 63

3. Hubungan antara pendidikan ibu dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun ... 64

4. Hubungan antara kebiasaan makan utama dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun ... 66

5. Hubungan antara kebiasaan makan fast food dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun... 67

6. Hubungan antara kebiasaan minum soft drink dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun ... 68


(17)

xvii

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... xxii LAMPIRAN


(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ... 29


(19)

xix

Tabel 2.1 Penilaian ststus gizi berdasarkan indeks BB/U, TB/U, BB/TB

standart baku antropometri WHO-NCHS ... 13

Tabel 2.2 Interpretasi status gizi berdasarkan tiga indeks antropometri (BB/U, TB/U, BB/TB standart baku antropometri WHO-NCHS ) ... 15

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 32

Tabel 4.1 Data jumlah siswa/i dan responden di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta ... 41

Tabel 5.1 Distribusi frequensi responden berdasarkan jenis kelamin ... 47

Tabel 5.2 Distribusi frequensi responden berdasarkan pendidikan bapak ... 48

Tabel 5.3 Distribusi frequensi responden berdasarkan pendidikan ibu ... 48

Tabel 5.4 Distribusi frequensi responden berdasarkan kebiasaan makan utama ... 49

Tabel 5.5 Distribusi frequensi responden berdasarkan kebiasaan makan fast food ... 49

Tabel 5.6 Distribusi frequensi responden berdasarkan kebiasaan minum soft drink ... 50

Tabel 5.7 Hubungan antara jenis kelamin dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun ... 51


(20)

xx

Tabel 5.8 Hubungan antara jenis pendidikan bapak dengan obesitas pada anak

usia 6-12 tahun ... 52

Tabel 5.9 Hubungan antara pendidikan ibu dengan obesitas pada anak usia

6-12 tahun ... 53

Tabel 5.10 Hubungan antara kebiasaan makan utama dengan obesitas pada anak

usia 6-12 tahun ... 54

Tabel 5.11 Hubungan antara kebiasaan makan fast food obesitas pada anak usia

6-12 tahun ... 55

Tabel 5.12 Hubungan antara kebiasaan minum soft drink dengan obesitas pada


(21)

xxi Lampiran 1 Lembar persetujuan responden

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

Lampiran 3 Hasil SPSS 20

Lampiran 4 Surat izin melaksanakan pengambilan data


(22)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif. Millennium Development Goals (MDGs) merupakan kerangka kerja pembangunan yang telah disepakati seluruh anggota PBB, termasuk Indonesia. Terdapat 8 sasaran MDGs, yaitu: memberantas kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan tingkat dasar yang merata dan universal, memajukan kesetaraan gender, mengurangi tingkat kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, menanggulangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lain, menjamin kelestarian lingkungan, dan menjalin kerjasama global bagi perkembangan kesejahteraan. Indikator yang paling menentukan pada MDGs yang pertama adalah prevalensi gizi kurang dan gizi buruk (Depkes, 2011).

Depkes RI (2011) mengungkapkan bahwa status gizi di Indonesia prevalensi gizi kurang telah mengalami penurunan secara signifikan yaitu, pada tahun 1989 sebanyak 31% menjadi 17,9 % pada tahun 2010. Demikian pula prevalensi gizi buruk juga mengalami penurunan, pada tahun 1995 sebanyak 12,8% menjadi 4,9% pada tahun 2010. Kecenderungan ini


(23)

menunjukkan, target penurunan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk menjadi 15% dan 3,5% pada 2015, diharapkan dapat tercapai.

Selain masalah gizi kurang, gizi lebih yang mengalami peningkatan juga telah menjadi masalah nyata yang serius bagi penduduk Indonesia. Bedasarkan data kementrian kesehatan tahun (2007), melaporkan bahwa prevalensi nasional obesitas pada anak usia sekolah (6-12 tahun) mencapai 9,5% untuk anak laki-laki dan 6,4% untuk anak perempuan. Pada tahun 2010 menurut data kementrian kesehatan didapatkan bahwa prevalensi obesitas anak usia sekolah (6-12 tahun) adalah 10,7% pada anak laki-laki dan 7,7% pada anak perempuan.

Kondisi ini menyatakan bahwa saat ini Indonesia mengalami permasalahan beban ganda masalah gizi, di mana ketika permasalahan gizi kurang belum terselesaikan, muncul permasalahan gizi lebih. Gizi kurang banyak dihubungkan dengan penyakit-penyakit infeksi, maka gizi lebih atau obesitas dianggap sebagai sinyal awal, dan munculnya kelompok penyakit-penyakit degeneratif/non infeksi yang sekarang ini banyak terjadi di seluruh pelosok Indonesia. Fenomena ini sering dikenal dengan sebutan New World Syndrom atau Sindrom Dunia Baru. Tingginya prevalensi obesitas, gizi lebih, hipertensi, dislipidemi dan beberapa penyakit degeneratif lainnya, menyebabkan tingginya angka morbiditas dan mortalitas di Indonesia (Hamzam, 2005 dalam Simatupang, 2008)

Obesitas merupakan masalah gizi berlebih yang kian marak dijumpai pada anak di seluruh dunia. Kegemukan dan obesitas merupakan konsekuensi dari


(24)

3

asupan kalori (energi) yang melebihi jumlah kalori yang dilepaskan atau dibakar melalui proses metabolisme tubuh (Wahyu, 2008).

Dampak yang ditimbulkan akibat obesitas pada anak adalah gangguan psikososial yang menimbulkan tingkat kecerdasan anak menurun, krisis percaya diri, masalah pada tingkah laku dan pola belajar, serta depresi pada anak (Damayanti, 2008). Menurut Hidayati et.al (2006), anak obesitas beresiko mengalami gangguan kesehatan seperti gangguan kardiovaskuler, diabetes mellitus tipe-2, Obstruktive sleep apnea, gangguan ortopedik, pseudotumor serebri.

Insidens obesitas pada masa anak berhubungan kuat dengan variabel keluarga, termasuk obesitas orangtua, status sosioekonomik yang lebih tinggi bertambahnya pendidikan orangtua, ukuran keluarga kecil dan pola aktivitas keluarga. Anak dari orangtua dengan tingkat aktivitas tinggi cenderung lebih langsing daripada sebayanya. Bertambahnya jumlah waktu yang digunakan untuk melihat televisi tampak berkorelasi dengan kenaikan insidens obesitas masa anak dan mempengaruhi konsumsi makan akibat iklan produk-produk makana (Berhman,1999). Damayanti (2008) memaparkan berbagai faktor penyebab obesitas pada anak antara lain pola makan anak, tingkat aktifitas fisik, faktor keluarga, psikologis anak, faktor genetik.

Salah satu kelompok umur yang berisiko terjadinya gizi lebih adalah kelompok umur usia sekolah. Menurut guru besar gizi IPB (Devi,2012), gemuk pada saat usia sebelum dewasa akan memberi peluang untuk gemuk saat usia dewasa. Bila saat usia 7 tahun gemuk, maka peluang gemuk saat


(25)

usia dewasa adalah sebanyak 40% dan bila usia remaja gemuk maka peluang gemuk saat usia dewasa adalah 70%.

Fenomena kejadian gizi lebih tidak saja pada penduduk kaya tetapi juga pada penduduk miskin di pedesaan dan perkotaan. Berdasarkan Riskesdas (2010) prevalensi kegemukan lebih tinggi di perkotaan dibandingkan dengan prevalensi di pedesaan yaitu berturut-turut sebesar 10,4 % dan 8,1 %. Di daerah perkotaan lebih tinggi dikarenakan oleh banyaknya tempat-tempat makan yang menawarkan berbagai macam hidangan cepat saji, seperti fried chiken, hamburger, pizza, dan lain sebagainya. Kebiasaan mengkonsumsi makanan tersebut pada akhirnya telah menjadi kebiasaan gaya hidup sebagian besar masyarakat kota-kota besar. Makanan cepat saji (Fast food) umumnya memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang, mengandung kalori tinggi, sangat rendah serat, kandungan lemak dan gula tinggi (Damayanti, 2008).

Faktor lain yang meningkatkan resiko obesitas selain konsumsi makanan siap saji (fast food), makanan rendah gizi dan tinggi kalori yaitu, makanan yang serba instan, minuman ringan berkadar gula tinggi, dan mengandung pengawet akan berdampak meningkatkan resiko obesitas.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Padmiari (2001), tentang konsumsi fast food sebagai faktor resiko obesitas pada anak SD ditemukan bahwa anak SD yang ayahnya berpendidikan SLTA dan perguruan tinggi mempunyai resiko mengalami obesitas 1,3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak SD yang ayahnya berpendidikan di bawah SLTA. Hal ini ditimbulkan oleh adanya hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat


(26)

5

pendapatan orang tua sampel, dimana semakin tinggi tingkat pendapatan ayah maka tingkat pendapatan keluarga pun meningkat. Peningkatan pendapatan keluarga akan meningkatkan konsumsi makan.

Penelitian lain yang dilakukan Sartika (2011), tentang faktor resiko obesitas pada anak 5-15 tahun di Indonesia, menunjukan bahwa anak laki-laki memiliki resiko mengalami obesitas sebesar 1,4 kali dibandingkan anak perempuan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh anak perempuan lebih sering membatasi makan untuk alasan penampilan.

Berdasarkan pada study pendahuluan yang dilakukan peneliti pada siswa/siswi Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta pada tanggal 30 Agustus 2012 terdapat 48 anak yang mengalami obesitas dari 400 anak. Hal ini menunjukkan bahwa 12% siswa/siswi mengalami obesitas, prevalensi ini sudah melebihi angka nasional. Oleh Karena itu, penting untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas pada anak, supaya dapat dilakukan tindakan upaya untuk pencegahan sehingga prevalensi obesitas pada anak dapat dikendalikan.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut masalah obesitas pada usia dini, harus menjadi perhatian yang serius, mengingat prevalensi kegemukan pada usia dini cukup tinggi. Kondisi kegemukan pada usia anak-anak akan dibawa sampai dewasa, dan dapat berdampak pada resiko degeneratif di kemudian hari. Oleh karena itu peneliti tertarik ingin meneliti tentang “Faktor-Faktor


(27)

yang Berhubungan dengan Obesitas pada Anak Usia 6-12 Tahun di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta

2. Tujuan khusus

a. Ada hubungan faktor jenis kelamin dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta

b. Ada hubungan faktor pendidikan bapak dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta

c. Ada hubungan faktor pendidikan ibu dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta

d. Ada hubungan faktor kebiasaan makan utama dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta


(28)

7

e. Ada hubungan faktor kebiasaan makan fast food dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta

f. Mengidentikasi hubungan faktor kebiasaan minum soft drink dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi profesi keperawatan

Untuk menambah pengetahuan perawat dan dasar landasan teori dalam memberikan asuhan keperawatannya terutama pada anak-anak yang mengalami obesitas.

b. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun sehingga bisa menjadi acuhan buat sekolahan melalui UKS untuk melakukan intervensi lebih lanjut.

c. Bagi anak dan Keluarga

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi kepada anak dan keluarga dalam melakukan pengontrolan berat badan serta mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas pada anak usia 6-12


(29)

tahun sehingga lebih memotivasi anak dan keluarga untuk mengontrol berat badan.

d. Bagi Penelitian Berikutnya

Hasil penelitian ini dapat berguna bagi peneliti, sehingga peneliti dapat lebih mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun dan menambah pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian serta dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas pada anak usia 6-12 jenis penelitian kuantitatif-analitik, dengan menggunakan metodologi penelitian case control. Data dikumpulkan dengan cara penyebaran kuesioner terkait faktor yang mempengaruhi obesitas pada anak usia sekolah. Populasi dalam penelitian ini yakni anak usia 6-12 tahun di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta.


(30)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anak Usia Sekolah

1. Pengertian Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6-12 tahun, periode yang disebut sebagai masa anak-anak pertengahan. Periode ini dimulai dengan masuknya anak ke lingkungan sekolah yang memiliki dampak signifikan dalam perkembangan dan hubungan anak dengan orang lain. Anak mengalami pertumbuhan fisik yang cepat, mengalami kemajuan dari bayi yang tidak berdaya menjadi individu yang kuat, serta anak menjadi sangat aktif (Wong, 2009).

2. Pengertian pertumbuhan dan perkembangan

Menurut (Wong, 2009) mengartikan pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar.

3. Karakteristik tumbuh kembang anak sekolah meliputi:

a. Pertumbuhan rerata 5 cm per tahun untuk tinggi badan dan meningkat 2-3 kg per tahun untuk berat badan

b. Anak laki-laki cenderung kurus dan tinggi, sedangkan anak perempuan cenderung gemuk


(31)

d. Masa pertumbuhan cepat

e. Pembentukan jaringan lemak lebih cepat perkembangannya dari pada jaringan otot (Suprajitno, 2003).

4. Kebutuhan nutrisi pada anak usia sekolah

Beberapa karakteristik yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang perlu diperhatikan pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut:

a. Anak dapat mengatur pola makannya sendiri

b. Adanya pengaruh teman dan jajanan di lingkungan sekolah dan diluar rumah serta adanya reklame atau iklan makanan tertentu di televisi yang dapat mempengaruhi pola makan atau keinginannya untuk mencoba makanan yang belum dikenalnya.

c. Kebiasaan menyukai satu makanan tertentu berangsur-angsur hilang d. Pengaruh aktivitas bermain dapat menyebabkan keinginanya yang

lebih besar pada aktivitas bermain daripada makan (Supartini, 2012). B. Status Gizi

1. Pengertian Status Gizi

Adalah Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nurtiture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa,dkk 2002).

2. Cara penilaian status gizi

Penilaian status gizi secara umum dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung.


(32)

11

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian, yang terdiri dari antropometri, kilns, biokimia, dan biofisik, sedangkan penilaian steatus gizi secara tidak langsung dibagi menjadi tiga yang terdiri dari survey konsumsi, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa,dkk 2002).

3. Penilaian status gizi secara Antropometri

Menurut (Supariasa,dkk 2002), Antropometri adalah ukuran tubuh manusia yang ditinjau dari sudut pandang gizi, yang berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Indeks antropometri yang direkomendasikan antara lain: a. Berat badan menurut umur (BB/U)

b. Tinggi badan menurut umur (TB/U)

c. Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) d. Lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U) e. Indeks masa tubuh (IMT)

Indeks antropometri dikaitkan dengan beberapa jenis parameter, antara lain sebagai berikut:

a. Umur

Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah


(33)

adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun, 1,5 tahun, 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan (Depkes, 2004).

b. Berat Badan

Berat badan Menggambarkan jumlah dari protein, lemk, air, dan mineral dalam tulang (Supariasa,dkk 2002).

c. Tinggi Badan

Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U (tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi Badan) (Depkes RI, 2004).

d. Berat badan menurut tinggi badan

Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Berat badan memiliki hubungan linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan Btertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat kini atau sekarang. Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih


(34)

13

jelas dan sensitive/peka dalam membedakan proporsi badan (gemuk, normal, dan kurus) (supariasa,dkk 2002) .

Dari berbagai jenis indeks tersebut diatas, untuk menginterpretasikannya dibutuhkan ambang batas. Ambang batas dapat disajikan kedalam tiga cara yaitu persen terhadap median, persentil dan standar deviasi unit. Adapun dalam penelitian ini menggunakan ambang batas standar deviasi unit.

e. Standar deviasi

Standar Deviasi unit disebut juga Z- skor. WHO menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan.

Tabel 2.1 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS No Indeks

yang Dipakai

Batas Pengelompokan Sebutan Status Gizi

1 BB/U < -3 SD

- 3 s/d <-2 SD - 2 s/d +2 SD > +2 SD

Gizi buruk Gizi kurang Gizi baik Gizi lebih 2 TB/U < -3 SD

- 3 s/d <-2 SD - 2 s/d +2 SD > +2 SD

Sangat Pendek Pendek

Normal Tinggi 3 BB/TB < -3 SD

- 3 s/d <-2 SD - 2 s/d +2 SD > +2 SD

Sangat Kurus Kurus

Normal Gemuk Sumber: Depkes RI, 2004.


(35)

Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan dua versi yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation score = z). Menurut Waterlow,et,al, gizi anak-anak dinegara-negara yang populasinya relative baik (well-nourished), sebaiknya digunakan “presentil”, sedangkan dinegara untuk anak-anak yang populasinya relative kurang (under nourished) lebih baik menggunakan skor simpang baku (SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan (Djumadias Abunaim,1990).

Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan mengurangi Nilai Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau dengan menggunakan rumus :

Dimana : NIS : Nilai Individual Subjek NMBR : Nilai Median Baku Rujukan NSBR : Nilai Simpang Baku Rujukan


(36)

15

Tabel 2.2 Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri (BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri

WHO-NCHS)

No Indeks yang digunakan Interpretasi

BB/U TB/U BB/TB

1 Rendah Rendah Normal Normal, dulu kurang gizi

Rendah Tinggi Rendah Sekarang kurang ++ Rendah Normal Rendah Sekarang kurang + 2 Normal Normal Normal Normal

Normal Tinggi Rendah Sekarang kurang Normal Rendah Tinggi Sekarang lebih, dulu

kurang

3 Tinggi Tinggi Normal Tinggi, normal Tinggi Rendah Tinggi Obese

Tinggi Normal Tinggi Sekarang lebih, belum obese

Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) : Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS Tinggi : > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Sumber : Depkes RI 2004.

C. Obesitas

1. Pengertian Obesitas

Obesitas merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan untuk fungsi


(37)

tubuh (Mayer, 1973). Pada gizi lebih (Overweigh) terdapat berat badan yang melebihi berat badan rata-rata (Pudjiadi, 2005).

Obesitas tejadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dengan kebuthan energi yaitu konsumsi kalori terlalu berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi. Kelebihan energi di dalam tubuh disimpan dalam bentuk lemak. Pada keadaan normal, jaringan lemak ini ditimbun di tempat-tempat tertentu, diantaranya dalam jaringan subkutan, dan di dalam jaringan tirai usus (Notoadmojo, 2003).

Tidak semua orang yang mempunyai berat badan lebih disebut sebagai obesitas. Anak yang kerangka tulangnya besar dan otot-ototnya lebih dari biasanya, sehingga berat badan dan tingginya diatas rata-rata anak sebayanya, juga bukan disebut obesitas. Obesitas atau kegemukan dari segi kesehatan merupakan salah satu penyakit salah gizi, sebagai akibat konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya (Soetjiningsih, 1995).

2. Diagnosis obesitas

Secara klinis obesitas dapat dikenal dengan mudah kerena mempunyai tanda atau gejala yang khas antara lain (Damayanti,2008) :

a. Wajah membulat b. Pipi tembem c. Dagu rangkap

d. Leher relative pendek

e. Dada yang mengembung dengan payudara yang membesar mengandung jaringan lemak.


(38)

17

f. Perut membuncit dan dinding perut berlipat-lipat serta kedua tungkai umumnya berbentuk X dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan menyebebkan lecet.

g. Pada anak laki penis tampak kecil karena terkubur dalam jaringan lemak.

3. Dampak obesitas pada anak

Dampak obesitas dapat terjadi dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dampak yang terjadi dalam jangka pendek, seperti yang diuraikan dalam (Satoto, 1996) yaitu Gangguan psikososial: rasa rendah diri, depresi dan menarik diri dari lingkungan. Hal ini karena anak obesitas sering menjadi bahan olok-olok teman main dan teman sekolah. Hal ini dapat pula kerena ketidakmampuan untuk melaksanakan suatu tugas atau kegiatan, terutama olah raga akibat adanya hambatan pergerakan oleh kegemukannya.

Obesitas pada masa kanak-kanak cenderung akan berlanjut hingga dewasa dan berdampak pada masalah kesehatannya. Beberapa dampak yang terjadi dalam jangka panjang menurut (Damayanti, 2002) diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Sindrom resistensi insulin

Bagi anak yang mengalami kegemukan di sekitar parut (abdominally obese), terutama yang bertipe buah apel, umumnya mengalami jumlah insulin dalam darah. Akibatnya, hal tersebut memicu anak terserang Diabetus Millitus tipe 2. Penderita DM tipe 2 disamping memiliki kadar glukosa yang


(39)

tinggi, juga memiliki kadar insulin yang tinggi atau normal. Keadaan inilah yang disebut sindrom resistensi insulin atau sindrom X.

b. Tekanan darah tinggi (Hipertensi)

Obesitas adalah salah satu penyebab utama yang mempengaruhi tekanan darah. Sekitar 20-30% anak yang kegemukan mengalami hipertensi. Seseorang dikatakan mengalami tekanan darah tinggi jika tekanan systole lebih besar dari 140 mmHg, dan diastole lebih besar dari 90% mmHg.

c. Kolesterol dan trigliseri tinggi d. Penyakit jantung koroner

Penyakit yang terjadi akibat penyempitan pembuluh darah koroner. Resiko terkena penyakit jantung koroner semakin meningkat seiring dengan perubahan terjadinya penambahan berat badan yang berlebihan. Penyakit jantung koroner tidak selalu akibat kegemukan, tetapi diperburuk oleh faktor resiko lain yang terjadi pada masa kanak-kanak seperti hipertensi, kolesterol tinggi, dan diabetes.

e. Gangguan saluran pencernaan yaitu batu empedu dan radang kandung empedu

f. Penyakit kanker, antara lain kanker usus besar

g. Gangguan pernafasan seperti asma, nafas pendek, menggorok saat tidur, dan tidur apnue (terhentinya pernafasan untuk


(40)

19

sementara waktu ketika sedang tidur). Hal ini disebabkan karena penimbunan lemak yang berlebihan di bawah diafragma dan di dalam dinding dada yang menekan paru-paru.

h. Pubertas dan menarche dini

Anak kegemukan dapat tumbuh lebih tinggi dan secara seksual lebih matang dari anak-anak sebayanya. Anak perempuan yang kegemukan sering kali mengalami siklus mestruasi yang tidak teratur dan mengalami maslah ferlitilas di usia dewasa.

i. Gagguan penyakit kulit

Seoarang yang menagalami obesitas memiliki permukaan tubuh yang relative lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Akibatnya mereka mengalami gangguan kulit, seperti jamur yang muncul di lipatan-lipatan tubuhnya dan terjadi gesekan antar anggota tubuhnaya yanga mengakibatkan lecet dan bisa mengakibatkan infeksi.

j. Gangguan tulang dan persendian

Beban tubuh anak yang terlalu berat mengakibatkan gangguan ortopedik dan gangguan lain yang sering dirasakan adalah nyeri punggung bawah dan nyeri akibat radang sendi.

k. Selain gangguan arthritis, sering ditemukan juga edema, yaitu pembekakan akibat penimbunan sejumlah cairan di daerah tungkai dan pergelangan kaki.


(41)

4. Pencegahan Obesitas.

Upaya penanganan obesitas pada anak berbeda dengan orang dewasa, karena menurunkan berat badan secara drastis pada anak-anak akan menyebabkan gangguan pertumbuhan anak-anak. Penanganan yang dilakukan harus disesuaikan dengan faktor penyebab terjadinya obesitas pada anak.

Berikut ini hal-hal yang direkomendasikan para ahli penanganan obesitas pada anak (Dietz, 1998 dalam sulistyoningsih 2011).

a. Terlebih dahulu lakukan indepth medical assessment untuk mengetahui faktor kemungkinan faktor penyebab timbulnya obesitas pada anak, sehingga upaya penanganan disesuaikan dengan faktor penyebab.

b. Melakukan perubahan gaya hidup yang kurang gerak (sedentary behavior) dan meningkatkan aktivitas fisik

c. Menyiapkan dukungan dari lingkungan sekolah agar hanya menjual jajanan atau makanan yang mempengaruhi standar kesehatan.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi Obesitas

Berdasarkan studi kepustakaan yang ditemukan sebelumnya yaitu, beberapa variable bebas (independent) yang merupkan faktor-faktor yang mempengaruhi obesitas adalah sebagai berikut:

a. Faktor genetik

Banyak gen yang berkaitan dengan terjadinya obesitas, namun sangat jarang yang berkaitan dengan gen tunggal. Sebagian besar


(42)

21

berkaitan dengan kelainan pada banyak gen. Setiap peptide atau neurotransmiter yang merupakan sinyal neural dan hormonal yang mempengaruhi otak memiliki gen sendiri gen yang mengodenya. Setiap mutasi pada gen-gen tersebut akan menyebabkan kelainan pada produksi neuropeptida yang mempengaruhi otak, sehingga juga akan mempengaruhi respon otak baik akan meningkatkan asupan makanan maupun menghambat asupan makanan. Setiap neuropeptida tersebut memiliki reseptor di otak, dan setiap reseptor memiliki gen tersendiri pula. Setiap mutasi pada gen tersebut akan menyebabkan kelainan reseptor yang akan mempengaruhi pula respon otak terhadap asupan makanan (syarif dalam Rahayu, 2003).

Faktor genetik ikut campur dalam menentukan jumlah sel lemak dalam tubuh, karena pada saat ibu yang obesitas hamil, unsur sel lemak yang berjumlah besar dan melebihi ukuran normal secara otomatis akan diturunkan kepada sang bayi secara otomatis (Cahyono, 2008).

b. Jenis Kelamin

Kebutuhan zat gizi antara laki-laki dan perempuan berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh jaringan penyusun tubuh dan aktivitasnya. Jaringan lemak pada perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki-laki, sedangkan laki-laki cenderung lebih banyak memiliki jaringan otot. Hal ini menyebabkan lean body mass laki-laki menjadi lebih tinggi daripada perempuan (Sulistyoningsih, 2011).


(43)

c. Pendidikan orang tua

Tingkat pendidikan orangtua sangat berpengaruh terhadap pemilihan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi oleh anaknya.Semakin tinggi tingkat pendidikan orangtua, pengetahuan tentang gizi semakin baik. Pengetahuan gizi yang baik akan berpengaruh terhadap kebiasaan makan keluarga karena pengetahuan gizi mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan kebiasaan makan seseorang. Pengetahuan gizi akan mempengaruhi seseorang dalam memilih jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi (Padmiari, 2001).

d. Keadaan Sosial Ekonomi

Faktor ekonomi yang cukup dominan dalam konsumsi pangan adalah pendapatan keluarga dan harga. Meningkatnya pendapatan akan meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik, sebaliknya penurunan pendapatan keluarga akan menyebabkan menurunnya daya beli pangan baik secara kualitas maupun kuantitas.

Meningkatnya taraf hidup (kesejahteraan) masyarakat, pengaruh promosi iklan, serta kemudahan informasi, dapat menyebabkan perubahan gaya hidup dan timbulnya kebutuhan psikogenik baru dikalangan masyarakat ekonomi menengah ke atas. Tingginya pendapatan yang tidak diimbangi dengan pengetahuan gizi yang cukup, akan menyebabkan seseorang menjadi sangat konsumtif dalam pola makannya sehari-hari, sehingga pemilihan suatu bahan makanan


(44)

23

lebih didasarkan pada pertimbangan selera dibandingkan dengan aspek gizi (Sulistyoningsih, 2011).

Anak obesitas lebih banyak ditemukan pada orang tua dengan tingkat pendapatan yang tinggi, karena pada orang tua dengan pendapatan perbulan yang tinggi memiliki daya beli yang juga tinggi, sehingga memiliki peluang untuk memilih ragam makanan selain itu pada golongan ekonomi tinggi jumlah asupan makanan yang tinggi kandungan lemak meningkat seiring dengan meningkatnya daya beli mereka terhadap makanan mahal (Rahayu, 2008).

e. Aktifitas fisik

Anak-anak jarang melakukan aktivitas fisik dan cenderung terbiasa makan secara berlebihan, akan lebih beresiko mengalami kegemukan. Resiko tinggi tersebut akibat aktivitas mereka tidak membakar seluruh kalori yang berlebihan dalam tubuhnya.

Kemajuan teknologi seperti televisi, komputer, dan internet juga mengakibatkan anak menjadi malas bergerak. Anak-anak lebih tertarik untuk menghabiskan sebagian besar waktunya dengan melakukan aktifitas pasif, antara lain bermain video game, game online, berinternet dan menonton acara televisi yang setiap hari anak menghabiskan waktu sekitar 3 jam untuk menonton siaran televisi. Berbagai aktifitas pasif tersebut tidak membutuhkan banyak energi. Akibatnya, mereka pun beresiko mengalami obesitas (Damayanti, 2008).


(45)

f. Kebiasaan makan

Kebiasaan makan adalah ekspresi setiap individu dalam memilih makanan yang akan membentuk pola perilaku makan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu dalam memilih makan akan berbeda satu dengan yang lain (Khomsan, dkk 2004).

1. Kebiasaan makan utama

Menurut Efendi (2009), sebagai perawat harus memahami dan menyadari jenis makanan dan pola diet yang dilakukan keluarga. Keluarga Indonesia pada umumnya makan tiga kali dalam sehari walaupun pada etnik tertentu ada yang mempunyai pola makan dua kali dalam sehari. Setiap keluarga mempunyai pola jenis makanan yang berbeda untuk setiap kali makan, yaitu sarapan pagi, makan siang, makan, dan makan malam. Pola makan dalam keluarga sangat erat dengan kebiasaan menyimpan makanan di lemari es atau dapur yang mereka miliki.

2. Kebiasaan makan fast food

Globalisasi perdagangan telah mendorong tumbuhnya bisnis asing secara pesat di Indonesia. Salah satu bentuk usaha dari luar negeri yang banyak dijumpai adalah banyaknya rumah makan siap saji (fast food). Berbagai restoran fast food dari luar negeri dengan menu yang berbeda dari menu tradisional seperti hamburger, hot dog, pizza, teriyaki, tempura, kentang goreng berusaha memperluas pasarnya di luar negeri (Istijanto, 2005).


(46)

25

Menurut Khasanah (2012) makanan siap saji merupakan makanan yang pada umumnya mengandung lemak, protein, dan garam yang tinggi tetapi rendah serat dan menurut Misnadiarly (2007), kebiasaan makan makanan cepat saji (fast food) umumnya memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang dan mengandung kalori tinggi.

3. Kebiasaan minum soft drink

Kebiasaan konsumsi soft drink adalah tindakan atau perbuatan mengenai sering tidaknya mengkonsumsi minuman bersoda dihitung per minggu (Malik, 2006).

Soft drink atau soda mengandung gas karbon dioksida dan sejumlah besar asam fosfat yang dapat mengganggu metabolisme kalsium dan tulang. Kadar gula pada beberapa jenis soft drink cukup tinggi, bahkan ada yang sampai lebih dari 8 sendok teh gula pasir untuk satu ukuran gelas minum . Beberapa jenis soft drink juga mengandung kafein dan zat pewarna sintesis yang terbuat dari bahan aspal cair. Tidak ada manfaat sedikit pun yang dapat diperoleh dari soft drink atau soda, selain penyakit atau kelebihan berat badan (Gunawan, 2006).


(47)

E. Penelitian Terkait

Berikut ini beberapa penelitian terkait yang dapat mendukung penelitian ini, yakni:

1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh nurjanah hayati (2008) dengan pengklasifikasian IMT/U 121 sempel, didapatkan responden yang mengalami obesitas sebesar 29,8 % (36 orang), dimana persentase kejadian obesitas pada laki-laki lebih besar dibandingkan kejadian obesitas pada anak perempuan, yakni sebesar 36,7% (22 orang). Kejadian obesitas anak perempuan sebesar 23% (14 orang).

2. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Padmiari (2001), tentang konsumsi fast food sebagai faktor resiko obesitas pada anak SD ditemukan bahwa anak SD yang ayahnya berpendidikan SLTA dan perguruan tinggi mempunyai resiko mengalami obesitas 1,3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak SD yang ayahnya berpendidikan di bawah SLTA. Hal ini ditimbulkan oleh adanya hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan orang tua sampel, dimana semakin tinggi tingkat pendapatan ayah maka tingkat pendapatan keluarga pun meningkat. Peningkatan pendapatan keluarga akan meningkatkan konsumsi makan.

3. Penelitian lain yang dilakukan Sartika (2011), tentang faktor resiko obesitas pada anak 5-15 tahun di Indonesia, menunjukan bahwa anak laki-laki memiliki resiko mengalami obesitas sebesar 1,4 kali dibandingkan anak perempuan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh


(48)

27

anak perempuan lebih sering membatasi makan untuk alasan penampilan.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Arofah (2007), tentang konsumsi soft driks sebagai faktor resiko terjadinya obesitas pada remaja usia 15-17 tahun, menunjukkan bahwa pada kelompok kasus 22 murid yang mengkonsumsi minuman ringan < 2 botol/ minggu dan 47 murid lainnya mengkonsumsi > 2 botol/ minggu. Untuk kelompok kontrol, 55 murid mengkonsumsi < 2 botol minuman ringan/ minggu dan 14 murid mengkonsumsi > 2 botol/ minggu, dapat disimpulkan bahwa konsumsi minuman ringan dalam jumlah kecil tidak memberikan faktor resiko terhadap obesitas pada remaja.

5. Pada penelitian tentang hubungan pola makan dan aktivitas fisik pada anak dengan obesitas 6-7 tahun di Semarang tahun 2003 menyebutkan bahwa frekuensi makan > 3x sehari setiap hari memiliki resiko terjadinya obesitas 2,1 kali dibandingkan makan kurang atau sama dengan 3x sehari (Damayanti, 2002).

6. Kebiasaan makan makanan cepat saji (fast food) umumnya memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang. Makanan itu lebih banyak mengandung kalori tinggi, rendah serat, dan kandungan lemak tinggi. Dari hasil uji statistic dengan menggunakan metode chi square ditemukan hubungan yang bermakna secara statistik antara kebiasaan makan fast food dengan kejadian obesitas (P-value =0,020) dengan nilai OR=4,6 (95% CI: 1.372-15.427). Ini berarti anak yang sering mengkonsumsi fast food mempunyai kemungkinan menjadi obesitas


(49)

4,6 kali daripada anak yang tidak sering makan fast food. Penelitian ini juga menunjukkan persentase obesitas lebih banyak terjadi pada anak yang sering makan fast food (61,5%) daripada anak yang tidak sering makan fast food (25,8%) (Hayati, 2009).


(50)

29 F. Kerangka Teori

Diagram 2.1 kerangka teori

Wong (2000), Sulistyoningsih (2011), Misnadiarly (2007), Satoto (1996), Damayanti (2008) Masalah gizi anak

6-12 tahun: Obesitas

Faktor-faktor yang mempengaruhi obesitas :

 Genetik  Jenis kelamin  Penidikan Orang tua  Keadaan sosial ekonomi  Aktivitas fisik

 Kebiasaan makan  Kebiasaan minum

Dampak jangka pendek: Gangguan psikososial

1. Rendah diri 2. Depresi 3. Menarik diri Dampak jangka panjang:

1. Sindrom resistensi insulin 2. Hipertensi

3. Kolesterol dan trigliseri tinggi 4. Penyakit jantung koroner 5. Gangguan saluran pencernaan 6. Penyakit kanker

7. Gangguan pernafasan 8. Pubertas dan menarci dini 9. Gangguan penyakit kulit


(51)

30

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS PENELITIAN, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi obesitas pada anak usia 6-12 tahun, diantaranya adalah genetik, jenis kelamin, pendidikan orang tua, keadaan sosial ekonomi, aktivitas fisik, kebiasaan makan. Berdasarkan hal tersebut, maka variabel yang ingin diteliti adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas sebagai variabel independen dan obesitas pada anak usia 6-12 tahun sebagai variabel dependen. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian

- Jenis kelamin - Pendidikan bapak - Pendidikan ibu

- Kebiasaan makan utama - Kebiasaan makan fast

food

- Kebiasaan minum

softdrink

Obesitas pada anak usia 6-12 tahun


(52)

31

Berdasarkan kerangka konsep tersebut peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun. Akan tetapi tidak semua faktor diteliti dengan alasan tingkat kesulitan dalam pengambilan dan pengukuran data.

B. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan jenis kelamin dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta

2. Ada hubungan faktor pendidikan bapak dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta.

3. Ada hubungan faktor pendidikan ibu dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta.

4. Ada hubungan faktor kebiasaan makan utama dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta

5. Ada hubungan faktor kebiasaan makan fast food dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta

6. Ada hubungan faktor kebiasaan minum soft drink dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta


(53)

32 C. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Skala

Variabel Definisi operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil ukur Skala Ukur

Obesitas

Jenis kelamin

Keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan tubuh (Mayer, 1973), dinilai berdasarkan

indeks BB/TB dan

diinterpretasi menggunakan ambang batas standar deviasi (Z-skor).

Istilah yang mengacu pada status biologis seseorang, teerdiri dari tampilan fisik yang

Menimbang berat

badan dan

menggukur tinggi badan

Angket

Timbangan injak dan Meteran

Kuesioner

1. <-3 SD : Sangat Kurus

2. -3 s/d <-2 SD : Kurus

3. -2 s/d + 2 SD : Normal

4. > + 2 SD : Gemuk (Depkes RI, 2004)

1. Laki-laki 2. Perempuan

Skala Ordinal


(54)

33 Pendidikan bapak Pendidikan ibu Kebiasaan makan utama

membedakan antara pria dan wanita.

Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh orang bapak responden.

Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh orang bapak responden.

Ekspresi setiap individu dalam memilih makanan yang akan membentuk pola perilaku makan, keluarga indonesia umumnya makan 3 kali dalam sehari. Angket Angket Angket Kuesioner Kuesioner Kuesioner 1. Dasar 2. Menengah 3. Tinggi 1. Dasar 2. Menengah 3. Tinggi

1. < 3 kali per hari

2. ≥ 3 kali per hari

(Hayati,2009)

Skala Ordinal

Skala Ordinal


(55)

34 Kebiasaan

makan fast food

Kebiasaan minum soft drink

Makanan siap saji merupakan makanan yang mengandung lemak, protein, dan garam tinggi tetapi rendah serat dan memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang

Tindakan atau perbuatan mengenai sering tidaknya mengkonsumsi minuman bersoda dihitung per minggu (Malik, 2006).

Angket

Angket

Kuesioner

Kuesioner

1. < 3 kali per

minggu

2. ≥ 3 kali per

minggu (Hayati, 2009).

1. < 2 botol per minggu

2. ≥ 2 botol per

minggu

(Arofah, 2007)

Skala Ordinal


(56)

35

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya berdasarkan data-data numerial (angka) yang diolah dengan metode statistika (Nursalam, 2008). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan case control yaitu jenis penelitian analitik yang menyangkut bagaimana variabel bebas atau resiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif (Setyadi, 2007). Alasan digunakan desain ini adalah karena penelitian ini dilakukan untuk mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas (variabel independen) dengan obesitas pada anak usia sekolah (variabel dependen).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Tempat

Penelitian dilaksanakan pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta.

2. Waktu

Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 mulai pengambilan data sampai penyusunan hasil.


(57)

35

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia sekolah yang berumur 6-12 tahun Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009). Sampel pada penelitian ini terdiri dari kasus dan kontrol anak usia sekolah yang berumur 6-12 tahun di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta yang mengalami obesitas dan gizi normal.

Adapun kriteria populasi yang diambil oleh peneliti pada saat akan melakukan penelitian sebagai berikut:

b. Kriteria inklusi

merupakan kriteria dimana subyek penelitian mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Nursalam, 2008) Kriteria Inklusi sampel dalam penelitian ini adalah:

1) Kasus: Anak usia 6-12 tahun di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta yang mengalami obesitas baik laki-laki maupun perempuan. Kasus diukur status gizinya dengan


(58)

37

35

menggunakan metode antropometri dengan indeks berat badan menurut tinggi badan.

2) Kontrol: Anak usia 6-12 tahun di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta yang mengalami gizi normal baik laki-laki maupun perempuan. Kontrol diukur status gizinya dengan menggunakan metode antropometri dengan indeks berat badan menurut tinggi badan.

3) Bersedia menjadi responden c. Kriteria eksklusi

Merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Hidayat, 2007). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Anak yang mempunyai status gizi kurus dan sangat kurus. 2. Bukan anak usia 6-12 tahun

3. Besar sampel.

Besar sampel adalah banyaknya anggota yang dijadikan sampel (Nursalam, 2008). Rumus besar sampel:

α√


(59)

35

Keterangan:

n = Jumlah sampel yang dibutuhkan

α = Nilai distribusi normal baku pada α tertentu (1,96 = derajat kemaknaan 95% CI dengan α sebesar 5%) = Nilai distribusi normal baku pada tertentu (1,28 =

kekuatan uji sebesar 90%)

= Perkiraan proporsi (25 % atau 0,25= penelitian Padmiari 2007).

P2 = Perkiraan proporsi (75 % atau 0,75).

P = P1 + P2 = 0,25+ 0,75 = 0,5 2 2

Maka,

α√ √

√ √

√ √

Sampel ditambah 10% dari jumlah sampel yang ada sebagai cadangan untuk mencegah adanya missing data, maka menjadi:


(60)

39

35

n = 10% x 19= 1,9 = 2 orang n total = 19+2 =21 orang

Berdasarkan penghitungan besar sampel diatas maka besar sampel minimal yang dibutuhkan adalah 21 kasus anak yang mengalami obesitas dan 21 kontrol anak yang mengalami gizi normal.

4. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan adalah simple random sampling (pengambilan sampel secara acak sederhana) yaitu setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel(Notoadmojo,2002).

D. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen dalam pengambilan data. Kuesioner terbagi menjadi tiga bagian yakni koesioner identitas responden dan identitas orang tua.

a. Kuesioner Identitas Responden

Kuesioner ini untuk mengetahui identitas responden yang terdiri dari 4 pertanyaan yakni : nama responden (disamarkan), jenis kelamin, berat badan, tinggi badan.

b. Kuesioner Identitas Orang Tua

Kuesioner ini untuk mengetahui identitas orang tua responden mengenai pendidikan terakhir kedua orang tua


(61)

35

c. Kuesioner kebiasaan makan

Kuesioner ini untuk mengetahui kebiasaan makan utama, makan fast food, dan minum soft drink pada anak

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Metode pengumpulan data.

Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner mengenai masalah faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun. Data sekunder didapatkan dari literatur-literatur yang relevan serta sumber lain yang menunjang.

2. Langkah-langkah pengumpulan data

Setelah mendapat izin rekomendasi dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta dan izin dari Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta, peneliti akan melakukan survei responden yang akan dijadikan sampel dalam penelitian, yaitu dengan cara mengukur tinggi badan dan berat badan masing-masing anak. Setelah mendapat data tersebut kemudian peneliti menentukan status gizi masing-masing anak dan menentukan anak yang akan dijadikan responden. Kemudian peneliti akan melakukan pendekatan pada keluarga responden dengan menjelaskan tentang tujuan dan manfaat penelitian yang akan dilakukan. Data responden tersebut diperoleh melalui tahapan identifikasi per kelas yang dapat dilihat oleh tabel sebagai berikut:


(62)

41

35

Tabel 4.1 Data jumlah siswa/i dan responden di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta

Kelas Jumlah Siswa Obesitas Sampel

Case Control

I A I B I C 30 30 30 5 6 1

5 5

II A II B II C 30 30 30 1 4 1

4 4

III A III B III C 30 29 30 3 2 3

3 3

IV A IV B IV C 30 27 26 0 1 7 3 3 V A V B 30 29 3 3

3 3 VI A VI B VI C 26 25 24 4 3 1

3 3

Jumlah 486 48 21 21

F. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2002). Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan atau dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetep konsisten bila dilakukan


(63)

35

pengukuran dua kali atau lebih dengan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2002).

Validitas dan reabilitas alat pengumpul data (timbangan berat badan dan alat ukur tinggi badan) telah disesuaikan dengan kalibrasi dan disesuaikan dengan alat ukur yang standart.

G. Pengolahan Data

Dalam proses pengolahan data, ada beberapa kegiatan yang dilakukan peneliti, yaitu:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.

3. Entri Data

Data entri adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam master table atau database computer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontingensi.


(64)

43

35

4. Cleaning Data

Cleaning Data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah dientri, apakah ada kesalahan atau tidak.Kesalahan munkin terjadi pada saat meng-entry data ke komputer.

5. Melakukan teknik analisis

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis, apabila penelitiannya deskriptif, maka akan menggunakan statistika deskriptif, sedangkan analisis analitik akan menggunakan statistika inferensial (Aziz Alimul Hidayat, 2007). H. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa data yang digunakan adalah Analisis Univariat bertujuan untuk menggambarkan sampel penelitian dari semua variabel penelitian dengan cara menyusun secara tersendiri untuk masing-masing variabel. Adapun variabel independent yang akan dianalisis, yaitu jenis kelamin, pendidikan bapak, pendidikan ibu, kesiasaan makan utama, kebiasaan makan fast food, kebiasaan minum soft drink sedangkan variabel dependent yaitu obesitas.

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk melihat hubungan antar variabel, yaitu antara variabel independen dan dependen. Pada penelitian ini analisis bivariat menggunakan analisis Chi-square dengan derajat kepercayaan 95% dengan α 5%. Tujuan uji statistik ini


(65)

35

adalah untuk mengetahui apakah faktor jenis kelamin, pendidikan bapak, pendidikan ibu, kebiasaan makan utama, kebiasaan makan fast food, kebiasaan minum soft drink dapat berhubungan dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun.

a. Bila p value ≤ α (5%), maka Ho ditolak. Hal ini berarti data sampel mendukung adanya hubungan yang bermakna.

b. Bila p value > α (5%), maka Ho gagal ditolak (diterima). Hal ini berarti data sampel tidak mendukung adanya hubungan yang bermakna.

I. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2007). Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian yang memberikan lembar persetujuan. Informed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.Tujuan dari Informed Consent adalah agar subyek mengerti maksud, tujuan penelitian, dan mengetahui dampaknya.Jika supbyek bersedia, maka mereka harus menanadatangani lembar


(66)

45

35

persetujuan.Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormatinya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti.

Etika penelitian bertujuan untuk menjamin kerahasiaan identtitas responden, melindungi dan menghormati hak responden dengan mengajukan surat pernyataan persetujuan (Informed Consent). Sebelum menendatangani surat persetujuan, peneliti menjelaskan judul penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan menjelaskan kepada responden bahwa penelitian tidak akan membahayakan bagi responden. Peneliti akan menjamin kerahasiaan identitas responden, dimana data-data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan apabila telah selesai maka data tersebut akan dimusnahkan.


(67)

46

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang merupakan sekolah setaraf tingkat dasar (SD) yang berbasis keislaman. Terletak di jalan Pupan No. 3A Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Madrasah ini mempunyai visi dan misi sebagai berikut:

1. Visinya adalah unggul, inovatif, terampil, dan berwawasan IPTEK berdasarkan IMTAQ.

2. Misinya adalah melaksanakan pengembangan kurikulum, melaksanakan peningkatan sumber daya manusia yang professional, meningkatkan proses pembelajaran yang inovatif, terwujudnya rencana induk pengembangan sarana prasarana pendidikan, terwujudnya peningkatan kualitas lulusan dalam bidang akademik maupun non akademik, terwujudnya pelaksanaan pengembangan penilaian, unggul dalam prestasi akademik dan non akademik dalam imtaq.

Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Negeri ini adalah Drs. H. Imam Santoso dan terdiri dari 28 guru PNS, 4 guru honor dan petugas tata usaha sebanyak 3 orang. Madrasah Ibtidaiyah dari kelas satu samapi dengan kelas 6 memiliki 17 kelas yang terdiri dari 486 siswa/i.


(68)

47

Sekolah ini memiliki program usaha kesehatan sekolah (UKS) , yang setiap satu semester diadakan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.

B. Analisis Univariat

Analisa univariat adalah cara analisis dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Pada umumnya analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase tiap variabel.

1. Jenis Kelamin

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi N

Persentase (%)

Laki-Laki 16 38,1

Perempuan 26 61,9

Total 42 100

Tabel 5.1 menunjukan distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin. Dari Responden sebanyak 42 anak usia 6-12 tahun, responden laki – laki sebanyak 16 orang (38,1%), dan responden perempuan sebanyak 26 orang (61,9%).


(69)

2. Pendidikan Bapak

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Bapak

Jenjang Pendidikan Frekuensi N

Persentae (%)

Dasar 5 11,9

Menengah 10 23,8

Tinggi 27 64,3

Total 42 100

Tabel 5.2 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan bapak. Pada penelitian ini, tingkat pendidikan dibedakan menjadi 3 kategori, dan dari 42 responden, yang memiliki pendidikan dasar sebanyak 5 orang (11,9%), pendidikan menengah sebanyak 10 orang (23,8%), pendidikan tinggi sebanyak 27 orang (64,3%).

3. Pendidikan Ibu

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu

Jenjang Pendidikan Frekuensi N

Persentase (%)

Dasar 7 16,7

Menengah 22 52,4

Tinggi 13 31

Total 42 100

Tabel 5.3 menunjukan distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan ibu. Pada penelitian ini, tingkat pendidikan dibedakan menjadi 3 kategori, dan dari 42 responden, yang memiliki pendidikan dasar sebanyak 7 orang (16,7%), pendidikan menengah sebanyak 22 orang (52,4%) dan yang tingkat pendidikan tinggi sebanyak 13 orang (31%).


(70)

49

4. Kebiasaan Makan Utama

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Makan Utama

Kebiasaan Makan

Utama

Frekuensi N

Persentase (%)

< 3 kali per hari 12 28,6

≥ 3 kali per hari 30 71,4

Total 42 100

Tabel 5.4 menunjukan distribusi frekuensi responden berdasarkan kebiasaan makan utama. Pada penelitian ini, kebiasaan makan utama dibedakan menjadi 2 kategori, dan dari 42 responden, yang memiliki kebiasaan makan utama < 3 kali per hari sebanyak 12 orang (28,6%) dan yang memiliki kebiasaan makan utama ≥ 3 kali per hari sebanyak 30 orang (71,4%).

5. Kebiasaan Makan Fast Food

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Makan Fast Food

Kebiasaan Makan Fast

Food

Frekuensi N

Persentase (%)

< 3 kali per minggu 22 52,4

≥ 3 kali per minggu 20 47,6

Total 42 100

Tabel 5.5 menunjukan distribusi frekuensi responden berdasarkan kebiasaan fast food. Pada penelitian ini, kebiasaan makan fast food dibedakan menjadi 2 kategori, dan dari 42 responden, yang memiliki kebiasaan makan utama < 3 kali per minggu sebanyak 22 orang (52,4%)


(71)

dan yang memiliki kebiasaan makan utama ≥ 3 kali per minggu sebanyak 20 orang (47,6%).

6. Kebiasaan Minum Soft Drink

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Minum Soft Drink

Kebiasaan Minum Soft Drink

Frekuensi N

Persentase (%)

< 2 botol per minggu 22 52,4

≥ 2 botol per minggu 20 47,6

Total 42 100

Tabel 5.6 menunjukan distribusi frekuensi responden berdasarkan kebiasaan kebiasaan minum soft drink. Pada penelitian ini, kebiasaan minum soft drink dibedakan menjadi 2 kategori, dan dari 42 responden, yang memiliki kebiasaan minum soft drink < 2 botol per minggu sebanyak 22 orang (52,4%) dan yang memiliki kebiasaan minum soft drink ≥ 2 botol per minggu sebanyak 20 orang (47,6%).


(72)

51

C. Analisis Bivariat

Berdasarkan kerangka konsep, analisa bivariat telah menguji hubungan satu per satu antara variabel bebas dan variabel terkait. Variabel bebas adalah faktor-faktor yang mempengaruhi obesitas. Sedangkan terkaitnya adalah obesitas pada anak usia 6-12 tahun.

1. Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Obesitas pada Anak Usia 6-12 Tahun

Tabel 5.7 Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Obesitas pada Anak Usia 6-12 Tahun

Berdasarkan tabel 5.7 di atas diketahui bahwa dari 16 anak yang berjenis kelamin laki-laki terdapat 8 anak (50%) yang obesitas dan 8 anak (50%) yang tidak obesitas (mempunyai status gizi normal) sedangkan dari 26 anak yang berjenis kelamin perempuan terdapat 13 anak (50%) yang obesitas dan 13 anak (50%) yang tidak obesitas (mempunyai status gizi normal).

Hasil uji statistik ini memperoleh nilai p value sebesar 1,00 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun. Nilai OR pada analisis ini diketahui Jenis

Kelamin

Obesitas Total OR

(95% CI)

Pvalue Obesitas Tidak Obesitas

N % N % N %

Laki-laki Perempuan 8 13 50 50 8 13 50 50 16 26 100 100 0,29-3.48 1,00


(73)

sebesar 1,00 (0,29-3,48) berarti bahwa anak yang berjenis kelamin laki-laki memiliki resiko 1 kali lebih besar untuk mengalami obesitas dari pada anak perempuan.

2. Hubungan Antara Pendidikan Bapak dengan Obesitas pada Anak Usia 6-12 Tahun

5.8Hubungan Antara Pendidikan Bapak dengan Obesitas pada Anak Usia 6-12 Tahun

Pendidikan Bapak

P value OR CI Model

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Squqre Dasar 0,889

0,006 0,008

Menengah 0,628 1,615 0,232-11,263 Tinggi 0,920 1,077 0,252-4,597

Hasil uji statistik dengan uji regresi logistik sederhana pada CI 95% dan α 5% didapatkan nilai p value (0,889, 0,628 dan 0,920) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan bapak (baik pendidikan dasar, menengah, dan tinggi) dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun.

Bapak yang mempunyai pendidikan dasar memiliki kecenderungan untuk memiliki resiko anak obesitas sebesar 1,61 kali lebih besar dibandingkan dengan bapak yang memiliki pendidikan menengah, sedangkan bapak yang mempunyai pendidikan dasar mempunyai kecenderungan untuk memiliki resiko anak obesitas sebesar 1,08 kali lebih besar dibandingkan dengan bapak yang mempunyai pendidikan tinggi.


(74)

53

Variabel pendidikan bapak hanya bisa menjelaskan sebesar 0,6% - 0,8% pada kejadian obesitas pada anak usia 6-12 tahun.

3. Hubungan Antara Pendidikan Ibu dengan Obesitas pada Anak Usia 6-12 Tahun

5.9Hubungan Antara Pendidikan Ibu dengan Obesitas pada Anak Usia 6-12 Tahun

Pendidikan Ibu

P value OR CI Model

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Squqre Dasar 0,483

0,037 0,049

Menengah 0,287 2,917 0,407-20,899 Tinggi 0,968 0,972 0,246-3,849

Hasil uji statistik dengan uji regresi logistik sederhana pada CI 95% dan α 5% didapatkan nilai p value (0,483, 0,287 dan 0,968) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu (baik pendidikan dasar, menengah, dan tinggi) dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun.

Ibu yang mempunyai pendidikan dasar memiliki kecenderungan untuk memiliki resiko anak obesitas sebesar 2,92 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang memiliki pendidikan menengah, sedangkan ibu yang mempunyai pendidikan dasar mempunyai kecenderungan untuk memiliki resiko anak obesitas sebesar 0,97 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang mempunyai pendidikan tinggi.


(1)

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1

Step .238 2 .888

Block .238 2 .888

Model .238 2 .888

Model Summary Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R Square

1 57.986a .006 .008

a. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea

Observed Predicted

Obesitas Percentage

Correct Obesitas Tidak obesitas

Step 1

Obesitas

Obesitas 14 7 66.7

Tidak obesitas 13 8 38.1

Overall Percentage 52.4


(2)

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a

Pendidikan bapak .234 2 .889

Pendidikan bapak(1) .480 .991 .234 1 .628 1.615

Pendidikan bapak(2) .074 .741 .010 1 .920 1.077

Constant -.074 .385 .037 1 .847 .929

Variables in the Equation

95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a

Pendidikan bapak

Pendidikan bapak(1) .232 11.263

Pendidikan bapak(2) .252 4.597

Constant


(3)

Logistic Regression Pendidikan ibu

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases

Included in Analysis 42 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 42 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 42 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value

Obesitas 0

Tidak obesitas 1

Categorical Variables Codings

Frequency Parameter coding

(1) (2)

Pendidikan_ibu

dasar 7 1.000 .000

menengah 22 .000 1.000


(4)

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed Predicted

Obesitas Percentage

Correct Obesitas Tidak obesitas

Step 0

Obesitas

Obesitas 0 21 .0

Tidak obesitas 0 21 100.0

Overall Percentage 50.0

a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .000 .309 .000 1 1.000 1.000

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0

Variables

Pendidikan ibu 1.544 2 .462

Pendidikan ibu(1) 1.543 1 .214

Pendidikan ibu(2) .382 1 .537


(5)

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square Df Sig.

Step 1

Step 1.587 2 .452

Block 1.587 2 .452

Model 1.587 2 .452

Model Summary Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R Square

1 56.637a .037 .049

a. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea

Observed Predicted

Obesitas Percentage

Correct Obesitas Tidak obesitas

Step 1

Obesitas

Obesitas 19 2 90.5

Tidak obesitas 16 5 23.8

Overall Percentage 57.1


(6)

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a

Pendidikan ibu 1.454 2 .483

Pendidikan ibu(1) 1.070 1.005 1.135 1 .287 2.917

Pendidikan ibu(2) -.028 .702 .002 1 .968 .972

Constant -.154 .556 .077 1 .782 .857

Variables in the Equation

95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a

Pendidikan ibu

Pendidikan ibu(1) .407 20.899

Pendidikan ibu(2) .246 3.849

Constant

a. Variable(s) entered on step 1: Pendidikan ibu.