Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015

(1)

(2)

(3)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT JURUSAN GIZI

Skripsi, Juni 2016

Umi Kholifah, NIM: 1111101000130

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015

(xvi + 113 Halaman, 14 Tabel, 3 Bagan, 3 Gambar, 3 Lampiran) ABSTRAK

Selera makan merupakan suatu proses dalam tubuh yang dapat menyebabkan seseorang mempunyai keinginan makan selain rasa lapar. Beberapa penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa selera makan pada anak sekolah tidak teratur. Jika keadaan ini terus berlanjut maka kebutuhan gizi tidak tercukupi dengan baik dan dapat menghambat pertumbuhan sedangkan usia 7-13 tahun merupakan masa-masa pertumbuhan paling pesat kedua setelah masa balita.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Agustus 2015 dengan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 102 siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan. Pengambilan sampel dilakukan dengan total sampel. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji statistikchi-square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 46,1% siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan yang selera makanya rendah. Hasil analisis bivariat diketahui bahwa makan bersama keluarga (p value 0,021) dan konsumsi suplemen penambah selera makan (p value 0,016) memiliki hubungan signifikan dengan selera makan di rumah. Sedangkan frekuensi mengonsumsi jajanan (p value 0,320) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan selera makan di rumah. Berdasarkan hasil penelitian, masih banyak siswa/siswi yang makan jajanan, maka sebaiknya diberikan edukasi tentang makanan jajanan yang aman dan edukasi kepada orang tua tentang pentingnya makan bersama keluarga dan penggunaan suplemen penambah selera makan. Edukasi dilakukan dengan melibatkan pihak sekolah dan tenaga kesehatan setempat. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi keinginan siswa/siswi untuk jajan dan meminimalisir pemakaian suplemen penambah selera makan.

Kata kunci; Selera Makan, Makan Bersama Keluarga, Siswa Sekolah Dasar Daftar Bacaan : 84 (1948-2015)


(4)

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM NUTRITION DEPARTMENT Undergraduated Thesis, June 2016

UmiKholifah, NIM: 1111101000130

The Factor’s related with Appetite at Home of Student’s Fourth Grade at

Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta in 2015. (xvi + 113 pages, 14 tables, 3 charts, 3 figure, 3 appendix)

ABSTRACT

Appetite is a process of the body that can cause a person to have the desire to eat than hunger. Some research in Indonesia’s show that the appetite in children of elementary school age are irregular. If this situation continues, the nutritional needs of children are not fulfilled properly and can inhibit the growth while those aged 7-13 years in a period of the most rapid growth in the second after infancy.

The aims of this research to determine the related factors with appetite at home of student’s fourth grade at Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta in 2015. This research was to do on March until August 2015 by using a cross sectional research design. In this research, using the sample amounted to 102 people that’s all student’s fourth grade at Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan. Sampling was carried out with the total sample. Instruments that used are questionnaire. The data analysis role in this research consisted of the analysis of univariate and bivariate analysis by usingchi-square statistic test.

The result of this research point out of 46,1% students fourth grade at Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan taste so low appetite at home. Based on bivariate analysis, it is known that the frequency eat with family (p value 0,021) and consumption appetite supplements (p value 0,016) has a significant relationship with the appetite to eat at home .whereas of eating snacks (p value 0,320) has not significant relationship with the appetite to eat at home.Based on the result of the research, there are still many student’s consump snacks than should be provided with education about safe street food and education to her parents about the importance of family meals and the use of appetite supplements. The education doing with schools and local health worker. That is done to reduce the need for students to consumption snacks and minimize using of supplements. Key Words : appetite, eat with family , Students


(5)

(6)

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI

Nama :Umi Kholifah

Jenis Kelamin :Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir :Sri Mulyo, 11 Desember 1991

Status :Belum Menikah

Agama :Islam

Alamat :Rt 16 Rw 04 Dusun II Desa Sri Mulyo. Kec. Tungkal Jaya, Kab. Musi Banyuasin. Prov. Sumatera Selatan Kode Pos 30756

Nomer Hp :0852 0895 7435 / 085273265585

Email :umikholifah850@yahoo.co.id/

umikholifah8 50@gmail.com

B. PENDIIDKAN FORMAL

NAMA SEKOLAH TAHUN

1. SDN SP D1 BT II D Sri Mulyo 2. MTs Pondok Pesantren Qodratullah 3. MA Pondok Pesantren Qodratullah

4. Program Studi Kesehatan Masyavakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1. 1999 - 2005 2. 2005 - 2008 3. 2008 - 2011 4. 2011-Sekarang


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabbil alamin,. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat begitu banyak serta nikmat kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015”. Shalawat serta salam selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari zaman jahilliyah sampai saat ini.

Dalam proses pembuatan skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis sendiri, melainkan penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan,

motivasi dan semangat serta do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tidak terhingga kepada:

1. Bapak Kaniyo, Ibu Kasbini sebagai orang tua saya tercinta yang mendidik saya dari buaian hingga saat ini, semoga Allah SWT selalu menjaga dan meridhai Bapak Ibu. Serta kakaku Heru Trimanto dan adikku Nurul Ilmi Miftahul Jannah, Mas Andik Setiawan, S.Pd dan seluruh keluarga besar atas

segala kasih sayang, dukungan dan do’a yang selalu dipanjatkan untuk

keberhasilan penulis.

2. Kepada seluruh pembina SJD MUBA, selaku pengurus Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin yang senantiasa memberikan dana dan motivasi selama masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi.

3. Bapak Dr.Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatukkah Jakarta.

4. Ibu Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph.D, selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat.

5. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS, selaku dosen pembimbing I skripsi yang senantiasa memberikan waktu dan bimbinganya kepada penulis selama penyusunan skripsi.

6. Ibu Fase Badriah. SKM, M.Kes. Ph. D, selaku dosen pembimbing II skripsi yang senantiasa memberikan waktu dan bimbinganya kepada penulis selama penyusunan skripsi.

7. Ibu Minsarnawati, M.Kes, selaku dosen penguji I skripsi yang memberikan masukan dan bimbinganya kepada penulis selama penyusunan skripsi.


(9)

8. Ibu Febrianti, SP.M. Si , selaku dosen penguji II skripsi yang memberikan masukan dan bimbinganya kepada penulis selama penyusunan skripsi. 9. Ibu Tria Astika Endah. P.SKM, MKM selaku dosen penguji III skripsi yang

memberikan masukan dan bimbinganya kepada penulis selama penyusunan skripsi.

10. Ibu dan Bapak Dosen Jurusan Kesehatan Masyarakat, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna khususnya bagi penulis. 11. Kepada para Staf Akademik dan Laboran FKIK UIN atas bantuan serta

informasinya selama penyusunan skripsi.

12. Kepada Bapak Kepala Sekolah, Wali Kelas IV, para dewan guru, para murid kelas IV serta seluruh pihak sekolah Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta yang telah membantu penulis selama pelaksanaan penelitian di lapangan.

13. Kepada Gina Kholisoh, Puspita Nur Afifah, Aprilita Noor Amalia, Eka Yulianti yang selalu memberikan dukungan dan semangat, sahabat dan adik yang terbaik.

14. Kepada teman-teman Prodi Kesehatan Masyarakat, khususnya teman-teman Peminatan Gizi 2011 dan semua teman-teman Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin yang telah memberikan bantuan, informasi dan motivasinya kepada penulis selama pelaksanaan dan penyusunan skripsi.

Penulis sadar atas segala kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan di masa yang akan datang. Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap semoga hasil penelitian dalam skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya, serta bagi pembaca pada umumnya, terutama bagi perkembangan ilmu kesehatan masyarakat.

Tangerang Selatan, Mei 2016


(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK . ... ii

ABSTRACT ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ...v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...5

C. Pertanyaan Penelitian ...6

D. Tujuan Penelitian...7

1. Tujuan Umum...7

2. Tujuan Khusus...7

E. Manfaat Penelitian ...8

1. Bagi Pembuat Program Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan ...8


(11)

3. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan ...9

4. Bagi Peneliti ...9

F. Ruang Lingkup Penelitian ...9

BAB II . TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI...10

A. Selera Makan ...10

1. Defenisi Selera Makan...10

2. Gambaran Selera Makan pada Anak di Rumah ...11

3. Fisiologi Selera Makan ...13

4. Dampak Anak Tidak Selera Makan...14

5. Penilaian Selera Makan ...18

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Selera Makan ...22

1. Faktor Metabolik :Hormon...22

2. Faktor Farmakologik : Obat-obatan ...34

3. Variasi Makan di Rumah...36

4. Frekuensi Mengonsumsi Jajanan...40

5. Makan Bersama Keluarga ...44

6. Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan ...46

C. Kerangka Teori...51

BAB III. KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ...52

A. Kerangka Konsep ...52

B. Definisi Operasional...55

C. Hipotesis Penelitian...56

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN ...57


(12)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian...57

C. Populasi dan Sampel ...57

1. Populasi ...57

2. Sampel ...58

D. Metode Pengumpulan Data ...59

1. Data Primer...60

2. Data Sekunder ...60

E. Instrumen Penelitian...60

F. Manajemen Data ...63

1. Editing Data...64

2. Coding Data...64

3. Data Struktur dan DataFile...66

4. Entry Data...66

5. Cleaning Data...66

G. Analisis Data ...67

1. Analisis Data Univariat ...67

2. Analisis Data Bivariat ...67

BAB V. HASIL PENELITIAN ...69

A. Analisis Univariat...69

1. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta ....69

2. Gambaran Selera Makan di Rumah...70

3. Gambaran Frekuensi Mengonsumsi Jajanan ...71

4. Gambaran Makan Bersama Keluarga...72


(13)

B. Analisis Bivariat ...76

1. Hubungan antara Frekuensi Mengonsumsi Jajanan dengan Selera Makan di Rumah ...76

2. Hubungan antara Makan Bersama Keluarga dengan Selera Makan di Rumah ...77

3. Hubungan antara konsumsi suplemen penambah selera makan dengan selera makan di Rumah ...78

BAB VI. PEMBAHASAN...80

A. Keterbatasan Penelitian ...80

B. Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015...80

C. Gambaran dan Hubungan antara Frekuensi Mengonsumsi Jajanan, Makan Bersama Keluarga, Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan dengan Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015...82

1. Gambaran dan Hubungan antara Frekuensi Mengonsumsi Jajanan dengan Selera Makan di Rumah...82

2. Gambaran dan Hubungan antara Makan Bersama Keluarga dengan Selera Makan di Rumah ...87

3. Gambaran dan Hubungan antara Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan dengan Selera Makan di Rumah ...91

BAB VII. PENUTUP...97

A. Simpulan...97

B. Saran...98

DAFTAR PUSTAKA ...100


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ...55 Tabel 5.1 Distribusi Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV

Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 ...…..70 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Mengonsumsi Jajanan pada Siswa/Siswi

Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 ...…….71. Tabel 5.3 Distribusi Jenis Makanan Jajanan yang dibeli pada

Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 ...………..71 Tabel 5.4 Distribusi Jenis Minuman Jajanan yang dibeli pada

Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 ...………..72 Tabel 5.5 Distribusi Makan Bersama Keluarga pada Siswa/Siswi Kelas

IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 ...…….73 Tabel 5.6 Distribusi Waktu Makan Bersama Keluarga pada Siswa/Siswi

Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 ...…….73 Tabel 5.7 Distribusi Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan pada

Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 ...………74 Tabel 5.8 Distribusi Jenis Suplemen Penambah Selera Makan pada

Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 ...………..75


(15)

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 ...75 Tabel 5.10 Analisis Hubungan Frekuensi Mengonsumsi Jajanan dengan

Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 ....………..76 Tabel 5.11 Analisis Hubungan Makan Bersama Keluarga dengan Selera

Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 ...77 Tabel 5.13 Analisis Hubungan Konsumsi Suplemen Penambah Selera

Makan dengan Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 ...…..78


(16)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Mekanisme Umpan Balik antara Leptin dan NPY ...25 Bagan 2.2 Kerangka Teori ...51 Bagan 3.3 Kerangka Konsep...………..52

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mekanisme Kontrol Umpan Balik Selera Makan ...23 Gambar 2.2 Sekresi Kolesistokinin (CCK)...27 Gambar 3.1 Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) ...37

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ...112 Lampiran 2 Hasil Analisis Univariat dan Analisis Bivariat...………..119 Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Sekolah ...127


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dorongan makan umumnya didasarkan pada rasa lapar dan selera

makan. Dua hal tersebut berhubungan tetapi memiliki arti berbeda. Lapar

adalah menggambarkan keadaan kekurangan gizi yang dasar dan merupakan

konsep fisiologis. Sedangkan selera makan merupakan suatu proses dalam

tubuh yang dapat menyebabkan seseorang mempunyai keinginan untuk

makan selain rasa lapar (Guyton dan Hall, 2007). Anak yang mengalami

selera makan yang rendah akan sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya,

yang berdampak pada gangguan kesehatan (Judarwanto, 2010). Gejala yang

timbul tergantung dari jenis dan jumlah zat gizi yang kurang. Bila kurang

makan sayur dan buah maka terjadi defisiensi vitamin A, jika kekurangan zat

besi maka rentan menderita anemia yang menyebabkan pucat, lemah, cepat

mengantuk, menurunya daya tahan tubuh, jika kekurangan protein akan

terjadi Kekurangan Energi Protein (KEP), dan gangguan pertumbuhan

(Sunarjo, 2013).

Anak sekolah mengalami perubahan perilaku dan dapat menentukan

sendiri makanan yang disukai atau tidak disukai. Kebiasaan makan tidak


(18)

menyebabkan anak kurang asupan gizi yang seimbang. Jika keadaan ini terus

berlanjut maka kebutuhan gizi pada anak tidak tercukupi dengan baik. Jika

dibiarkan semakin lama, maka berdampak pada berat badan yang tidak

normal yaitu kurus dan sangat kurus (Handayani, 2014). Data Riskesdas

(2010), bahwa sebanyak 41,2% anak sekolah dasar mengonsumsi makanan

dibawah 70% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2004 yang dianjurkan.

Penelitian the Gateshead Millenium Baby Study (2006) di Inggris

menyebutkan bahwa sebanyak 20% orang tua melaporkan anaknya

mengalami masalah makan, dengan prevalensi tertinggi adalah usia anak 5-10

tahun yang hanya mau makan makanan tertentu. Studi di Italia melaporkan

bahwa sebanyak 6% bayi mengalami masalah makan dan meningkat 25-40%

pada fase akhir pertumbuhan. Survei di Amerika Serikat melaporkan bahwa

sebanyak 19-50% orang tua mengeluhkan anaknya sangat memilih makan

sehingga terjadi defisiensi zat gizi tertentu (Arali, 2011). Penelitian pada

enam TK di Tokyo bahwa sebanyak 43,4% anak tidak selera makan

(Akamatsu dan Tomomi, 2011).

Penelitian Pintautami (2011) yang dilakukan di Sekolah Dasar Tileng

1 Gunung Kidul Jawa Tengah bahwa sebanyak 49,8% anak kelas IV-VI

dengan selera makan rendah dan hasil penelitian Handayani (2014) yang

dilakukan di Sekolah Dasar Impres Laikeng Sudiang Makassar sebanyak


(19)

Selera makan yang tidak pasti dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,

menurut Sherwood (2001) diantaranya adalah faktor metabolik (Hormon).

Sudjatmoko (2011) faktor farmakologik (obat-obatan). Pengaturan selera

makan dipengaruhi aktivitas berbagai hormon, adapun hormon yang berperan

dalam mempengaruhi selera makan adalah Leptin, Ghrelin, Kolesistokinin

(CCK), glukosa dan insulin. Mengonsumsi obat-obatan juga bisa

mempengaruhi selera makan dengan menghambat penyerapan lemak dan

meningkatkan pengeluaran energi dan bertindak pada pusat kenyang di

hipotalamus untuk menekan selera makan.

Graha (2008) mengungkapkan bahwa variasi makan, dan makan

bersama keluarga juga mempengaruhi selera makan pada anak. Menu makan

yang sama akan membuat anak cenderung merasa bosan dan malas untuk

makan di rumah. Irianto (2007) frekuensi mengonsumsi jajanan juga

mempengaruhi selera makan anak. Kebiasaan mengonsumsi jajanan sangat

populer dikalangan anak sekolah. Hasil penelitian Yanti (2013) bahwa

sebanyak 66,0% siswa sekolah dasar jajan dengan frekuensi >5 kali/minggu.

Selain itu, kebiasaan makan bersama keluarga yang jarang dilakukan karena

orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, sehingga

waktu makan bersama keluarga tidak rutin dilaksanakan. Penelitian yang

dilakukan di Makasar bahwa ada pengaruh antara kebiasaan jajan dengan


(20)

Yu, et al (1997) mengatakan bahwa konsumsi suplemen juga

mempengaruhi selera makan. Masalah makan yang sering terjadi pada anak

membuat orang tua terutama ibu merasa sedih, ibu sulit untuk menebak

keadaan selera makan anak. Sehingga, konsumsi suplemen penambah selera

makan sering menjadi pilihan para orang tua untuk mengatasi anak yang

kurang selera makan di rumah. Umumnya suplemen penambah selera makan

memilki kandungan utama diantaranya adalah zink dancurcumin(Handayani,

2002). Curcumin adalah salah satu bahan aktif yang terkandung dari tanaman

temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) dan temu ireng (Curcuma

aerogenoceae Roxb). Rimpang temulawak dan temu ireng terdapat minyak atsiri yang diduga meningkatkan selera makan (Awalin,1996). Minyak atsiri

memiliki sifat koleretik yang mempercepat sekresi empedu sehingga

mempercepat pengosongan lambung serta pencernaan dan absorpsi lemak

diusus yang kemudian akan mensekresi berbagai hormon yang meregulasi

peningkatan selera makan (Ozaki dan Liang, 1988).

Penelitian Ni’amah (2010) yang melakukan eksperimen ekstrak temu

ireng (Curcuma Aerogenoceae.Roxb) sedangkan penelitian Awalin (1996)

menggunakan temu lawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) yang keduanya

menggunakan tikus putis sebagai hewan uji. Hasil penelitianya adalah adanya

peningkatan selera makan dan bertambahnya berat badan pada tikus setelah


(21)

Sekolah Dasar Tileng I bahwa adanya peningkatan selera makan pada anak

yang mengonsumsi suplemen zink selama 14 hari (Pintautami, 2011).

Peneliti memilih siswa/siswi Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan

Universitas Islam Negeri Jakarta sebagai subjek penelitian karena ada hal

yang menarik dari penelitian yang dilakukan sebelumnya diantaranya adalah;

hasil penelitian Septika (2013) di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan

Universitas Islam Negeri Jakarta bahwa sebanyak 64,8% anak jajan dengan

frekuensi >5 kali dalam seminggu. .

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Maret

2015 terhadap 30 siswa-siswi kelas V, diketahui bahwa terdapat 60,0% anak

dengan selera makan di rumah rendah. Berdasarkan penelitian yang sudah

dilakukan sebelumnya, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian lanjut

dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan selera makan di rumah

pada siswa/siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan Universitas

Islam Negeri Jakarta tahun 2015.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penelitian Septika (2013) di Madrasah Ibtidaiyah

Pembangunan Universitas Islam Negeri Jakarta bahwa sebanyak 64,8% anak

jajan dengan frekuensi >5 kali dalam seminggu. Kemudian hasil studi

pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Maret 2015 terhadap 30


(22)

makan di rumah rendah. Sedangkan usia sekolah adalah masa pertumbuhan

yang optimal dan membutuhkan nutrisi yang dapat diperoleh dari makanan

yang disediakan di rumah. Jika asupan gizi pada masa ini tidak tercukupi

maka mengakibatkan gangguan pertumbuhan badan, mental, kecerdasan dan

mudah terserang penyakit. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Sekolah Madrasah

Ibtidaiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Jakarta tahun 2015.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV

Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?

2. Bagaimana gambaran frekuensi mengonsumsi jajanan pada siswa/siswi

kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?

3. Bagaimana gambaran makan bersama keluarga pada siswa/siswi kelas IV

Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?

4. Bagaimana gambaran konsumsi suplemen penambah selera makan pada

siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta

tahun 2015?

5. Apakah ada hubungan antara frekuensi mengonsumsi jajanan dengan

selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah


(23)

6. Apakah ada hubungan antara makan bersama keluarga dengan selera

makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah

Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?

7. Apakah ada hubungan antara konsumsi suplemen penambah selera

makan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV

Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan selera makan di

rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan

UIN Jakarta tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui gambaran selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV

Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?

b. Diketahui gambaran frekuensi mengonsumsi jajanan pada siswa/siswi

kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?

c. Diketahui gambaran makan bersama keluarga pada siswa/siswi kelas

IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?

d. Diketahui gambaran konsumsi suplemen penambah selera makan pada

siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta


(24)

e. Diketahui hubungan antara frekuensi mengonsumsi jajanan dengan

selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah

Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?

f. Diketahui hubungan antara makan bersama keluarga dengan selera

makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah

Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?

g. Diketahui hubungan antara konsumsi suplemeni penambah selera

makan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV

Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Pembuat Program MI Pembangunan UIN Jakarta Memberikan informasi kepada Madrasah Pembangunan UIN Jakarta

tentang selera makan siswa/siswi di rumah dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya, dan sebagai masukan bagi pembuat program sekolah,

agar melakukan pengawasan terhadap makanan jajanan yang dijual di

kantin dan pedagang sekitar sekolah.

2. Manfaat Bagi Siswa/Siswi MI Pembangunan UIN Jakarta

Diperolehnya informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan selera makan di rumah pada anak sekolah dasar, sehingga hasil

penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran siswa/siswi untuk


(25)

mengonsumsi makanan yang disediakan oleh keluarga di rumah sehingga

kebutuhan zat gizi terpenuhi secara optimal.

3. Manfaat Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk mengembangkan dan

menambah pengetahuan serta sebagai bahan referensi bagi penelitian lain

yang terkait dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan selera makan

di rumah pada siswa/siswi.

4. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam mengaplikasikan ilmu yeng

telah didapat selama pembelajaran diperkuliahan.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi peminatan gizi program studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Kelompok studi pada penelitian ini adalah siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta yang dilakukan pada bulan Maret-Agustus tahun 2015. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan uji chi square. Data sekunder dari absensi kelas dan data primer dikumpulkan dengan cara menyebarkan kuesioner.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Selera Makan

1. Definisi Selera Makan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) selera adalah

keinginan, kesukaan atau kegemaran. Selera bisa menyangkut berbagai

hal, misalnya musik, makanan, olahraga dan lain. Sedangkan makan

adalah proses untuk memasukkan makanan kedalam tubuh. Proses makan

terjadi mulai dari memasukkan makanan ke dalam mulut, mengunyah

dan menelan. Keterampilan dan kemampuan koordinasi pergerakan

motorik kasar disekitar mulut sangat berperan dalam proses makan.

Pergerakan motorik tersebut berupa koordinasi gerakan menggigit,

mengunyah dan menelan yang dilakukan oleh otot rahang atas, rahang

bawah, bibir, lidah dan banyak otot lainnya di sekitar mulut (Meutia,

2005).

Guyton dan Hall (2007) mendefisinikan selera makan merupakan

suatu proses dalam tubuh yang dapat menyebabkan seseorang

mempunyai keinginan makan selain rasa lapar. Kemudian Lubis (2005)

mendefisinikan selera makan biasanya diartikan sebagai rasa senang atau

ingin yang ditimbulkan oleh rangsangan makan (aroma, penampilan) dan


(27)

selera makan adalah sebagai prefrensi seseorang terhadap jenis makanan

atau keadaan ingan makan. Arali (2011) mendefinisikan selera makan

adalah ketertarikan untuk mencoba makanan kesukaan karena memliki

warna, aroma dan bentuk makanan yang menarik.

Dalam tinjauan gizi seimbang, selera makan dapat dikatakan baik

dan dapat juga dikatakan tidak baik, bila dikatakan baik maka proses

makan guna memenuhi kebutuhan gizi tubuh terutama keseimbangan

energi dapat berjalan maksimal. Namun jika dikatakan tidak baik, ada

dua hal kemungkinan akan terjadi,pertama selera makan yang berlebihan

(rakus) dan yang kedua selera makan berkurang atau hilang. Selera

makan yang berlebihan (terlihat rakus) artinyaintake makanan melebihi

kebutuhan tubuh, akibatnya adalah peningkatan berat badan yang tidak

diinginkan dan beberapa akibat penyakit lain. Sebaliknya, selera makan

berkurang atau hilang akan mengakibatkan penurunan berat badan yang

tidak dikehendaki (Arali, 2011).

2. Gambaran Selera Makan pada Anak di Rumah

Menurut WHO (World Health Organization) anak sekolah dasar

yaitu golongan anak yang berusia antara 7-15 tahun, sedangkan di

Indonesia lazimnya anak yang berusia 7-12 tahun. Karakteristik anak

sekolah dasar biasanya banyak menghabiskan waktunya di luar rumah

untuk bermain dan belajar bersama teman-teman seusia, sehingga


(28)

membutuhkan asupan gizi yang lebih banyak dari usia sebelumnya.

Makanan untuk usia sekolah harus serasi, selaras dan seimbang. Serasi

artinya sesuai dengan tingkat tumbuh kembang anak. Selaras adalah

sesuai dengan kondisi ekonomi, sosial, budaya, serta agama dari

keluarga. Sedangkan seimbang artinya nilai gizinya harus sesuai dengan

kebutuhan berdasarkan jenis bahan makanan seperti karbohidrat, protein,

dan lemak (Yanti, 2013).

Sering dijumpai bahwa konsumsi makan sehari-hari pada anak

sangatlah kurang kandungan zat gizi yang seimbang, karena masa

sekolah dasar selera makan anak berubah-rubah dan tidak tentu.

Terkadang selera makan baik namun terkadang selera makanya

berkurang atau bahkan tidak ada selera makan. Hal ini membuat orang

tua (terutarna ibu) sering mengalami kesulitan dalam memberi makanan

pada anak-anak sesuai dengan seleranya. Tidak sedikit orang tua yang

memilih memberikan uang jajan kepada anaknya untuk membeli

makanan yang disukai anaknya tampa berpikir tentang kecukupan gizi

yang dibutuhkan (Yanti, 2013).

Hasil wawancara pada anak Sekolah Dasar Batesda Kabanjahe

bahwa rata-rata anak mengungkapkan sering makan tidak teratur karena

tidak suka makan-makanan yang disajikan di rumah, tidak selera makan

pagi dan tidak mau membawa bekal kesekolah. Anak-anak sering

tergesa-gesa berangkat kesekolah sehingga anak meminta uang jajan


(29)

saat di sekolah anak melakukan aktivitas lebih aktif dan membutuhkan

energi yang lebih besar dibanding dengan usia dewasa. Saat anak tiba di

rumah setelah melakukan aktivitas di sekolah atau di luar sekolah anak

merasa letih sehingga menolak untuk makan di rumah dan memilih untuk

istirahat (Yanti, 2013).

Analisis data Riskesdas (2010) pada 35.000 orang anak sekolah

dasar, diketahui bahwa sebanyak 26,1% anak hanya sarapan dengan

minum (air putih, teh atau susu) dan sebesar 44.6% anak sarapan hanya

memperoleh asupan energi ˂ 15% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG)

(Hardinsyah, 2012). Hasil analisis data Riskesdas (2013) pada 17.756

anak sekolah dasar, sebesar 48.4% anak yang sarapan hanya memperoleh

asupan energi ˂ 15,4% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) (Sinaga,

2012).

3. Fisiologi Selera Makan

Kontrol pemasukan makanan terutama dilakukan oleh hipotalamus.

Secara klasik, hipotalamus dianggap memiliki sepasang pusat selera

makan atau lapar yang terletak di bagian lateral (luar) hipotalamus, dan

sepasang pusat kenyang yang terletak di ventromedial. Perangsangan

terhadap kelompok sel saraf yang dianggap pusat selera makan

menyebabkan seseorang menjadi lapar dan makan secara lahap,

sementara destruksi selektif daerah tersebut menekan perilaku makan.


(30)

atau perasaan cukup makan. Destruksi daerah ini menimbulkan makan

berlebihan (Meutia, 2005).

Terdapat dua jenis pengaturan jumlah asupan makanan, yaitu

pengaturan jangka panjang dan jangka pendek. Pengaturan jangka

panjang melibatkan informasi dari tempat cadangan energi yaitu jaringan

adipose. Hormon leptin dilepas oleh sel-sel lemak dan mempengaruhi

neuron-neuron di hipotalamus untuk mengatur perilaku makan.

Pengaturan jangka pendek merupakan pengaturan yang dapat

menyebabkan seseorang ketika makan merasa kenyang dan

menghentikan aktivitas tersebut (Meutia, 2005).

Proses terstimulusnya selera makan dimulai dari hipotalamus yang

menerima stimulus atau input dari dalam dan luar tubuh. Informasi

tersebut diterima secara langsung (melalui saraf eferen) maupun tidak

langsung dengan melalui reseptor hormon dan sensor substrat yang

sangat banyak dijumpai di neuron-neuron hipotalamus, kemudian

diproses menghasilkan output (respon) perubahan perilaku yaitu

perubahan selera makan (Meutia, 2005).

4. Dampak Anak tidak Selera Makan di Rumah

Usia sekolah adalah masa yang penting untuk pertumbuhan, mereka

banyak membutuhkan zat gizi yang dapat mendukung pertumbuhan dan

kesehatan. Anak akan memperoleh makanan bergizi dan seimbang yang


(31)

makanan yang dikonsumsi sehari-hari di rumah. Anak usia sekolah

mengalami perubahan perilaku, pada usia ini anak dapat menentukan

sendiri makanan yang disukai atau tidak disukai. Keengganan makan

makanan yang disiapkan di rumah dapat mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan anak, sebab melalui makanan energi yang dibutuhkan

tersedia untuk semua aktivitas fisik dan daya pikir anak. Selain itu, selera

makan yang rendah pada anak juga dapat mengakibatkan tidak idealnya

berat badan yaitu anak terlihat kurus atau sangat kurus (Chairinniza,

2008).

Selera makan yang tidak pasti pada usia sekolah sudah sejak lama

menjadi masalah yang harus dicari solusi untuk mengatasinya. Anak

yang mengalami selera makan yang rendah akan sulit untuk memenuhi

kebutuhan nutrisinya, dengan demikian dapat berdampak pada gangguan

kesehatan (Judarwanto, 2010). Adapun gejala yang timbul tergantung

dari jenis dan jumlah zat gizi yang kurang. Bila anak tidak mau makan

sayur dan buah maka terjadi defisiensi vitamin A, bila hanya mau minum

susu saja akan terjadi anemia, jika kerurangan kalori dan protein akan

terjadi Kekurangan Energi Protein (KEP), dan gangguan pertumbuhan

(Sunarjo, 2013).

a. Kurang Energi Protein

Kurang Energi Protein (KEP) adalah manifestasi dari

kurangnya asupan protein dan energi dalam makanan sehari-hari


(32)

juga disertai adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya.

Perilaku anak usia sekolah dasar yang tidak mau makan secara

teratur dalam jumlah yang seimbang sesuai kebutuhan gizinya yang

berkepanjangan bisa mengakibatkan kekurangan protein, karbohidrat

dan beberapa vitamin dan mineral, sehingga pada saat remaja dan

dewasa dapat mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK).

b. Anemia

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya sel darah

merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal.

Anemia merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau

gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila

terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen

ke jaringan (Manampiring, 2008).

Anemia gizi besi adalah anemia yang terjadi akibat

kekurangan zat besi dalam darah, artinya konsentrasi hemoglobin

dalam darah berkurang karena terganggunya pembentukan sel-sel

darah merah akibat kurang kadar besi dalam darah. Semakin berat

kekurangan zat besi yang terjadi akan semakin berat pula anemia

yang diderita. Batasan normal kadar hemoglobin berdasarkan umur

dan jenis kelamin dengan kriteria WHO (2001) adalah; anak sekolah

usia 5–11 tahun dengan Hb 11,5 gr/dl sedangkan untuk laki-laki dan

perempuan usia 12–14 tahun dengan Hb 12,0 gr/dl (Manampiring,


(33)

Anak sekolah merupakan salah satu kelompok yang rentan

menderita anemia, karena anak usia sekolah berada pada masa

pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi yang tinggi termasuk zat

besi. Selain itu, anak usia sekolah sangat aktif bermain dan banyak

kegiatan, baik di sekolah maupun di lingkungan rumah yang

menyebabkan menurunnya selera makan sehingga konsumsi

makanan tidak seimbang. Kekurangan zat besi pada anak usia

sekolah akan menyebabkan anak pucat, lemah, cepat mengantuk,

kurang selera makan, menurunya daya tahan tubuh, pertumbuhan

kurang optimal, kemampuan belajar menurun dan dihubungkan

dengan Intelligence Quotient (IQ) yang rendah karena berhubungan

erat dengan tingkat konsentrasi sehingga dapat berpengaruh terhadap

kecerdasan anak sekolah dan pencapaian prestasi (Devi, 2012).

c. Gangguan Pertumbuhan

Anak usia sekolah yang berusia sekitar 7-13 tahun merupakan

masa-masa pertumbuhan paling pesat kedua setelah masa balita.

Dimana kesehatan yang optimal akan menghasilkan pertumbuhan

yang optimal pula. Perhatian terhadap kesehatan sangatlah

diperlukan, pendidikan juga digunakan untuk perkembangan mental

yang mengacu padaskillanak (Sunarjo, 2013).

Asupan gizi diperlukan untuk memenuhi keduanya yaitu:

kebutuhan fisik dan mental anak. Fisik dan mental merupakan


(34)

akan nutrisi sangat mempengaruhi tumbuh kembang otak dan

organ-organ lain yang dibutuhkan anak untuk mencapai hasil pendidikan

yang optimal, untuk itu keluarga adalah pihak pertama yang harus

memperhatikan asupan gizi anaknya (Sunarjo, 2013).

5. Penilaian Selera Makan

a. Appetite Dietary Assessment Tool(ADAT)

Metode ini dikembangkan oleh Burrowes et al(1996). Instrument

ini terdiri dari 44 pertanyaan, namun hanya pertanyaan pertama yang

sudah divalidasi. Bossola et al (2005) menggunakan instrument ini

dengan pertanyaan “Bagaimana anda menilai selera makan anda?

(how would you rate your appetite?)” dengan menyediakan pilihan

jawaban “sangat baik/ baik/ sedang/ buruk/ sangat buruk (very good/ good/ fair/ poor/ very poor)”. Namun instrument ini digunakan untuk

menilai selera makan pada orang yang sedang sakit/ pasien. Selain itu

instrument ini tidak menggambarkan tingkatan sensasi yang

membentuk selera makan, seperti dorongan untuk makan, rasa

kenyang dan rasa lapar (Zabel, 2009).

b. Visual Analog Scale(VAS)

Metode ini dikembangkan oleh Silverstone dan Stunkard (1968).

VAS umumnya digunakan pada penelitian tentang obesitas untuk


(35)

“seberapa besar anda merasa lapar? (How hungry do you feel?)”.

pengukuran ini dilakukan menggunakan pulpen dan kertas dengan

skala berupa garis lurus sepanjang 10 cm (10 mm), angka 0

menggambarkan “tidak ada rasa lapar” dan angka 10 bermakna “sangat lapar”. Selanjutnya responden membentuk garis di atas yang

sudah disediakan dengan panjang yang mengidikasikan tingkat lapar

yang dirasakan saat itu (Zabel, 2009). Ada beberapa peneliti

mengadaptasi metode ini dengan membuat variasi dalam panjang garis

dan bentuk pertanyaan. Penilaian berlangsung setiap jam dalam atau

lebih dari satu hari. Pengukuran yang dilakukan setiap jam

menggunakan instrument ini cukup menyulitkan responden.

Pemasukan data dan pengolahan data sangat membutuhkan waktu

yang lama dan memungkinkan untuk terjadi kesalahan karena garis

diukur menggunakan penggaris dan pemasukan data dilakukan

manual ke dalam komputer (Zabel, 2009).

c. Motivation to Eat Quessionnaire(MEQ)

Anderson et al (2002) mengembangkan instrument selera makan

dengan Motivation to Eat Questionnaire (MEQ). Skor selera makan

diukur dengan cara meminta subyek mengekspresikan perasaan lapar/

kenyangnya. Caranya adalah meminta subyek memberi tanda pada

suatu garis rentang skala selera makan. Adapun pertanyaan pada


(36)

1) Keinginan makan: Seberapa kuat keinginan anda untuk makan saat ini?

Sangat lemah --- sangat kuat 2) Lapar: Seberapa laparkah perasaan anda saat ini?

Sama sekali tidak lapar ---sangat lapar

3) Konsumsi prospektif: Seberapa banyak pangan dapat anda habiskan?

Tidak ada sama sekali --- banyak sekali

Rentang nilai pada kuesioner adalah dari 0 (sangat lemah, sama

sekali tidak lapar, atau tidak ada sama sekali) sampai dengan 100%

(sangat kuat, sangat lapar, atau banyak sekali). Adapun rumus

mendapatkan skor selera makan sebagai berikut:

Motivation to Eat Quessionaire (MEQ) terlebih dulu diuji

validitas dan realibilitasnya, sebelum pengukuran skor selera makan

(Siagian dkk, 2010).

d. Children’s Eating Behaviour Questionnaire(CEBQ)

Wardle J (2001) membuat parameter perilaku makan pada anak

dengan Children’s Eating Behaviour Questionnaire (CEBQ) yang

terdapat 35 pertanyaan terbagi menjadi 8 kategori diantaranya adalah: Skor selera makan =

Keinginan makan + lapar + konsumsi prospektif 3


(37)

1) Respon terhadap makanan

2) Kenikmatan saat makan

3) Emosi yang meningkatkan selera makan

4) Emosi yang menurunkan selera makan

5) Rewel saat makan

6) Makan dengan waktu yang lama

7) Sifat pilih-pilih terhadap makanan

8) Keinginan untuk minum

Setiap area penilaian terdiri dari beberapa item yang lebih

memperinci penilaian. Menurut Wardle J (2001) memperbolehkan

menilai selera makan pada anak dengan kuesioner Chlid Eating

Behavior Questionnaire (CEBQ) terdapat 17 pertanyaan yang terbagi

menjadi 4 kategori yaitu; Respon terhadap makanan terdiri dari 5

pertanyaan, Emosi yang meningkatkan selera makan terdiri dari 4

pertanyaan, Kenikmatan saat makan terdiri dari 4 pertanyaan, dan

Emosi yang menurunkan selera makan terdiri dari 4 pertanyaan.

Setiap pernyataan sudah disediakan jawaban yang mencakup;

“tidak pernah”, “jarang”, “kadang-kadang”, “sering”, dan “selalu”.

Masing-masing pertanyaan akan diberi skor 0-4 sebagai berikut; skor

0 untuk jawaban ‘Tidak Pernah’, skor 1 untuk jawaban ‘Jarang’, skor 2 untuk jawaban ‘Kadang-Kadang’, skor 3 untuk jawaban ‘Sering’,


(38)

digunakan sehingga peneliti menggunakan instrument ini untuk

mengukur selera makan pada anak.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Selera Makan di Rumah

Selera makan dipengaruhi beberapa faktor, teori Sherwood (2001)

menjelaskan bahwa faktor metabolik (hormon). Sudjatmoko (2011)

menjelaskan bahwa faktor farmakologik (obat-obatan) dapat mempengaruhi

selera makan. Graha (2008) mengatakan bahwa variasi makan, makan

bersama keluarga dan Irianto (2007) mengatakan bahwa mengonsumsi

jajanan dapat mempengaruhi selera makan. Yu, et al (1997) mengatakan

bahwa konsumsi suplemen penambah selera makan juga salah satu faktornya.

Adapun penjelasan dari beberapa faktor tersebut sebagai berikut;

1. Faktor Metabolik: Hormon

Hormon berasal dari bahasa Yunani: “horman” yang

menggerakkan atau pembawa pesan kimiawi antar sel atau antar

kelompok sel. Hormon adalah zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar

endokrin yang mempunyai efek tertentu pada aktifitas organ-organ lain

dalam tubuh. Pengaturan selera makan dipengaruhi aktivitas berbagai

hormon.

Hipotalamus adalah bagian dari otak yang berperan penting dalam

pengaturan perilaku makan dan selera makan. Kerusakan daerah

ventrolateral hipotalamus akan mengakibatkan selera makan yang


(39)

(40)

Adapun sinyal yang berperan dalam pengaturan selera makan adalah

sebagai berikut ini;

a. Kadar Leptin

Friendman (1994) seorang professor di Universitas New York

menemukan bahwa hormon leptin yang disintesis oleh sel-sel lipid

merupakan penghantar signal pada otak untuk kontrol makan. Pada

bagian medial hipotalamus, leptin mengaktifkan sel saraf anorectic

yang akan melepaskan neuropeptide menekan selera makan. Pada

saat yang sama, leptin akan menghambat kelompok sel saraf lainya

yang sensitif terhadap leptin yaitu orexigenic yang akan melepaskan

neuropeptidekemudian mengatur selera makan (Sari, 2007).

Reseptor leptin dijumpai dalam jumlah yang banyak di

hipotalamus ventromedial yang merupakan pusat kenyang.

Keberadaan leptin menyebabkan penekanan keinginan untuk makan

melalui jalur inhibisi terhadap Neuropeptida Y (NPY) dan stimulasi

terhadap proopiomelanocortin (POMC) dan Cocaine-and

amphetamine-regulated transcript (CART) di nucleus arkuatus

hipotalamus (Meiutia, 2005).

Adapun mekanisme umpan balik antara leptin dan NPY,

menurunkan simpanan lemak akan menyebabkan penurunan kadar


(41)

(42)

ekspresi mRNA untuk NPY dan AgRP. Dalam kerjanya, ghrelin

mengimbangi pengaruh leptin terhadap Neuropeptida Y (NPY)/

Agouti related peptide (AgRP). Kemudian Date (2002)

memperlihatkan bahwa untuk menyampaikan sinyal ke otak, ghrelin

memerlukan peran dari saraf eferen n. vagus yang berasal dari

lambung (Meuitia, 2005).

c. SekresiKolesistokinin(CCK)

Bear dkk (2001) mengungkapkan bahwa kolesistokinin(CCK)

merupakan salah satu hormon gastrointestinal yang disekresikan dari

mukosa duodenum pada saat pencernaan makanan, terutama karena

adanya lemak. Kolesistokinin sebagai sinyal kenyang disampaikan

ke nucleus traktus solitaries melalui saraf eferen n.vagus.

perangsangan oleh CCK terhadap n.vagus menyebabkan peningkatan

discharge n.vagus, yang kemudian ditrasduksikan sebagai sinyal

kenyang di nukleus traktus solitarius (NTS). CCK juga diketahui

menyebabkan meningkatnya pelepasan serotonin (5-HT) di

hipotalamus yang memiliki efek menginhibisi asupan makan

(Meuitia, 2005).

Nucleus arkuatus hipotalamus menerima sinyal leptin dan

insulin yang mempengaruhi neuro NPY/AgRP dan neuron

POMC/CART. a-MSH dari POMC mengaktifkan reseptor MC4R di


(43)

(44)

indikator perifer untuk status energi dan berikatan dengan reseptor

pada nuleus arkuata di hipotalamus (Schwartz, 2006).

Teori glukostatik yang dijelaskan oleh Bear dkk (2001)

menyatakan bahwa rasa kenyang timbul oleh peningkatan

penggunaan glukosa yang terjadi selama makan. Pada saat lebih

banyak glukosa yang tersedia ketika zat tersebut sedang diserap dari

saluran pencernaan, maka timbul rasa kenyang. Sebalinya, setelah

penyerapan makan selesai, terjadi penurunan penggunaan glukosa

oleh sel yang membangkitkan rasa lapar. Kemudian kadar insulin

menyebabkan inhibisi terhadap neuron Neuropeptida Y (NPY)/

Agouti related peptide (AgRP) dan menstimulasi neuron

proopiomelanocortin (POMC). Kemudian adanya insulin akan

menyebabkan penyimpanan glukosa dan menurunkan kadar glukosa

darah. Penurunan kadar glukosa darah menyebabkan aktivasi neuron

Neuropeptida Y (NPY) di nucleus arkuatus dan menyebabkan

keinginan untuk makan (Meutia, 2005).

e. SekresiNeuropeptidaY(NPY)

Nuropeptida Y adalah peptide yang mengandung 36 asam

amino, dan kaya akan residu tirosin. Termasuk keluarga polipeptida

pankreas, yang homolog dengan pancreatic polypeptide (PP) dan

peptide YY. Neuropeptida Y berperan dalam pengaturan perilaku


(45)

mekanisme pengaturan jangka panjang yang melibatkan hormon

leptin. Dan pengaturan jangka pendek melibatkan hormon insulin.

Neuropeptida (NPY) menyebabkan peningkatan selera makan

dengan cara mengaktifkan neuron melanin-concentrating hormone

(MCH) dan orexin yang berada dipusat makan (area hipotalamus

lateral). Akson dari melanin-concentrating hormone (MCH) dan

orexin berproyeksi ke korteks mempengaruhi motivasi dan perilaku

yaitu peningkatan selera makan (Meutia, 2005).

f. Hormon Pertumbuhan/Human Growth Hormone(HGH)

Hormon pertumbuhan atau Human Growth Hormone (HGH)

adalah hormon protein yang terdiri dari 191 Asam amino yang

disintesa oleh sel-sel biasa disebut somatotrof di dalam anterior,

yaitu kelenjar pituitary. HGH terus dikeluarkan oleh kelenjar

pituitary sejak kecil sampai seterusnya dan sepanjang hidup

memerlukan untuk pertumbuhan tubuh khususnya ketika masih

anak-anak, membantu dalam pertumbuhan tulang sampai usia 25

tahun, memelihara kesehatan serta jaringan dan organ vital tubuh

(jantung, hati, pankreas, limpa dan ginjal), mengaktifkan fungsi

detoksifikasi(pembuangan racun dalam tubuh) dan lain sebagainya.

Fungsi hormon pertumbuhan yang paling jelas adalah terhadap

pertumbuhan. Kekurangan hormon ini menyebabkan kekerdilan


(46)

gigantisme pada anak dan akromegali pada orang dewasa. Beberapa

hormon lain juga dalam berperan dalam proses pertumbuhan dan

perkembangan normal yaitu hormon tiroid, insulin, androgen, dan

estrogen. Sedangkan mekanisme kerja hormon pertumbuhan yang

dihasilkan oleh kelenjarpituitarydengan mengalir melalui pembuluh

darah menuju ke organ hati. Di dalam hati, HGH dirubah menjadi

IGF 1 (insulinlike Growth Factor1). Melalui peredaran darah pula

IGF 1 dialirkan keseluruh organ-organ. IGF 1 inilah yang

bertanggung jawab untuk memelihara seluruh organ-organ di dalam

tubuh manusia.

Sekresi hormon pertumbuhan secara fisiologis diatur oleh

hipotalamus. Hipotalamus menghasilkan faktor pengelepas hormon

pertumbuhan yang disebut Growth Hormon Releasing Factor

(GHRF) yang merangsang sekresi hormon pertumbuhan. Selain itu

dalam hipotalamus juga dijumpai somatostatin Growth Hormon

Releasing Inhibitory Hormone(GH-RIH) yang menghambat sekresi.

Demikian hipotalamus memegang peran dua fungsi dalam

pengaturan hormon ini. Pada waktu istirahat sebelum makan pagi

kadar hormon pertumbuhan 1-2 ng/mL, sedangkan pada keadaan

puasa sampai 60 jam, meningkat perlahan mencapai 8 ng/mL. Kadar

ini selalu meningkat setelah seseorang tertidur lelap. Pada orang

dewasa kadar hormon pertumbuhan meningkat terutama pada waktu


(47)

kondisi puasa akan merangsang pembentukan HGH untuk

meningkatkan pemecahan cadangan lemak (proses ini disebut

lipolisis). Lipolisis akan menghasilkan asam lemak bebas dan

gliserol, yang kemudian akan dimetabolisme untuk menghasilkan

energi.

Sebagian besar energi yang disimpan dalam tubuh terdiri atas

lemak dan jumlahnya dapat bervariasi pada berbagai individu.

Hipotalamus merasakan adanya proses penyimpanan energi melalui

kerja leptin (hormon peptide yang dilepaskan dari sel-sel lemak

(adiposit). Bila jumlah jaringan lemak meningkat, adiposit akan

melepaskan leptin lebih banyak lagi ke dalam darah yang kemudian

bersirkulasi ke otak dan menempati reseptor leptin di hipotalamus

(nucleus arkuatadanparaventrikuler), sedangkan ghrelin dilepaskan

terutama oleh sel oksintik lambung dan usus. Kadar dalam darah

meningkat selama puasa, sesaat sebelum makan dan menurun drastis

setelah makan, yang mengisyaratkan hormon ini berperan untuk

merangsang perilaku makan (Guyton dan Hall, 2007). Hal ini sejalan

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartman, et al (2013)

menegaskan bahwa adanya peningkatan hormon pertumbuhan


(48)

g. Hormon Estrogen dan Progesteron

Hormon estrogen dihasilkan oleh ovarium, estrogen berguna

untuk pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita

yaitu; pembentukan payudara, bentuk tubuh, rambut kemaluan dan

berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan

endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan

vagina sehingga sesuai untuk penetrasi sperma. Sedangkan hormon

progesteron mempertahankan ketebalan endometrium sehingga dapat

menerima implantasi zygot.

Kedua hormon tersebut dimiliki oleh wanita, hormon estrogen

dalam kadar tinggi terdapat dalam darah perempuan, dan dapat

membantu penguraian timbunan lemak. Selain itu, estrogen juga

meningkatkan metabolisme, menjagamooddan juga mendongkrak

libido. Kadar estrogen akan menurun ketika perempuan mulai

mendekati masa menopause (Judarwanto, 2014).

Anak perempuan cenderung mengalami kenaikan berat badan

setelah masa pubertas, hal tersebut terjadi akibat hormon seks.

Selama pubertas tingkat hormon estrogen dan progesteron

berfluktuasi secara ekstensif. Melalui mekanisme sentral, serta efek

perifer pada jaringan adiposa, hormon seks (progesterone dan

estrogen) juga memainkan peran penting dalam mengatur selera

makan dan metabolisme energi dengan memproduksi kolesistokinin


(49)

ghrilin. Kemudian hormon progesteron merangsang pusat

pengendali selera makan di hipotalamus dan menekan hormon leptin

sehingga menimbulkan selera makan (Lindén, 2011).

h. Hormon Testosteron

Testosteron merupakan senyawa maskulinisasi yang dihasilkan

oleh testis. Fungsi testosteron antara lain adalah mengatur

perkembangan ciri seks sekunder pria seperti; pertumbuhan kumis,

tumbuh rambut didaerah vital dan terjadi perubahan suara,

mengontrol proses spermatogenesis pada pembelahan meiosis dan

proses spermiogenesis, merangsang kelenjar prostat untuk

mensekresi asam sitrat, merangsang vesika seminalis untuk

mensekresi cairan vesika seminalis, meningkatkan rangsangan seks

pria. Hormon testoteron merupakan salah satu hormone yang dapat

mempengaruhi selera makan (Jurdawanto, 2014).

Fungsinya adalah menjaga kekuatan otot dengan meningkatkan

metabolisme dalam membakar lemak. Menurut Luukkaa et al

(1998) bahwa hormon testoteron mempengaruhi dua hormon selera

makan yaitu hormon gherlin dan leptin. Kerja hormon leptin

sebanding dengan lemak tubuh, ketika berat badan berlebih atau

obesitas maka hormon leptin tinggi dan menyebabkan selera makan


(50)

lemak tubuh, ketika hormon testoteron tinggi maka kadar ghrelin

juga tinggi sehingga meningkatkan selera makan (Myer, 2009).

2. Faktor Farmakologik: Obat-Obatan

Obat atau medikasi adalah zat yang digunakan dalam terapi

penyembuhan, menurunkan gejala atau mencegah penyakit (Perry dan

Potter, 2005). Selera makan juga dapat berkurang karena efek dari

obat-obatan medis yang sedang dikonsumsi seseorang. Efek samping obat

atau pengaruh obat secara langsung, dapat mempengaruhi selera makan.

Obat-obatan penekan selera makan dapat menyebabkan terjadinya

penurunan berat badan yang tidak diinginkan dan tidak seimbang

nutrisinya (Mahan, 2002).

Megesrol, glukokortikoid, dan siproheptadin adalah obat-obat yang

dapat meningkatkan selera makan anak. Sedangkan amfetamin memiliki

efek sebaliknya (Sudjatmoko, 2011).Kegemukan dan obesitas menjadi

masalah yang dapat mengganggu kesehatan karena menyebabkan

beberapa penyakit yang akan tejadi. Selain itu, seseorang akan merasa

terganggu karena keadaan tubuhnya yang tidak ideal. Dengan demikian

ada beberapa orang mengkonsumsi obat-obat anti obesitas untuk

menurunkan berat badan. Adapun yang tergolong obat anti obesitas

diantaranya adalah; Amphetamine, fenfluramin, deksfenfluramin,

sibutramin, rimonabant, hoodia, hidroksisitrat, efedrin, kafein, tiroksin dan dietilpropion. Obat-obat tersebut memiliki mekanisme yang


(51)

berbeda-beda dalam menekan selera makan, menghambat penyerapan lemak dan

meningkatkan pengeluaran energi dengan bertindak pada pusat kenyang

di hipotalamus untuk menekan selera makan. Kemudian memiliki efek

metabolik yang melibatkan metabolisme lemak dan karbohidrat yang

berakibat menurunkan berat badan (Guyton dan Hall, 2007).

Obat amfetamin mempengaruhi pusat makan di hipotalamus

lateral. Selain itu, obat ini bekerja menghambat absorbsi lemak melalui

penghambatan enzim lipase pankreas, sehingga meningkatkan ekskresi

lemak lewat feses. Kemudian obat dietilpropion bekerja dengan

merangsang pelepasan nerepinefrin dari saraf prasinaptik sehingga terjadi

peningkatan kosentrasi neurotransmitter andrergik yang mengaktifkan

hipotalamus. Pengaktifan hipotalamus mengakibatkan penurunan selera

makan dan asupan makanan (Guyton dan Hall, 2007).

Dietilpropion merangsang pelepasan norepinefrin dan dopamin

dari situs penyimpanan diterminal saraf dipusat makan hipotalamus

lateral, sehingga menghasilkan efek penurunan selera makan.

Diethilpropion bekerja dipusat berpikir yang bertindak terutama melalui

jalurkatekolamindi otak (Khairuddinet al, 2012).

Dietilpropion HCl yang merupakan derivat amfetamin yang

menstimulasi neuron untuk melepaskan sejumlah kelompok partikel

neurotransmiter yang tinggi, dikenal sebagai katekolamin (termasuk

dopaminedan norefenefrin), kadar yang tinggi dari katekolaminini akan


(52)

bisa secara tidak langsung memberikan pengaruh pada kadar leptin di

otak. Secara teori, dietilpropion HCl bisa meningkatkan kadar leptin

yang memberikan sinyal kenyang, serta meningkatkan kadar

katekolamin yang ikut bertanggung jawab untuk menghentikan aksi

neurotransmiter lain yaitu NPY yang memiliki efek untuk memulai

makan, mengurangi pengeluaran energi, dan meningkatan penimbunan

lemak (Khairuddinet al, 2012).

3. Variasi Makan di Rumah

Variasi makanan adalah susunan golongan bahan makanan yang

terdapat dalam satu hidangan yang berbeda pada tiap kali penyajian

(Graha, 2008). Kemudian Moehyi (2007) mendefinisikan variasi makan

yaitu variasi dalam menggunakan bahan makanan, resep makanan, dan

variasi makanan dalam suatu hidangan. Variasi makan akan merangsang

selera makan, sehingga makanan yang disajikan akan dapat dihabiskan.

Satu jenis makanan yang dihidangkan berkali-kali dalam waktu yang

singkat akan membosankan. Dalam Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) menggambarkan 4 prinsip Gizi Seimbang diantaranya adalah:

Membiasakan makan-makanan yang beranekaragam atau bervariasi,

kebersihan, aktivitas fisik, dan memantau berat badan ideal.

Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) terdiri atas beberapa potongan

tumpeng; satu potongan besar, dua potongan sedang, dua potongan kecil,


(53)

(54)

jumlah sayur yang harus dikonsumsi setiap hari sedikit lebih besar (3-5

porsi) dari pada buah (2-3 porsi). Selanjutnya, dilapisan ketiga dari

bawah ada golongan protein, seperti daging, telur, ikan, susu dan produk

susu (yogurt, mentega, keju, dan lain-lain) dipotongan kanan, sedangkan

dipotongan kiri ada kacang-kacangan serta hasil olahan seperti tahu,

tempe, dan oncom. Terakhir dan menempati puncak Tumpeng Gizi

Seimbang (TGS) makanan dalam potongan yang sangat kecil adalah

minyak, gula, dan garam, yang dianjurkan dikonsumsi seperlunya. Pada

bagian bawah tumpeng terdapat prinsip gizi seimbang lain, yaitu pola

hidup aktif dengan berolahraga, menjaga kebersihan dan pantau berat

badan.

Membiasakan makan-makanan yang bervariasi adalah prinsip

pertama dari gizi seimbang yang universal. Artinya, setiap manusia

membutuhkan makanan yang beranekaragam atau bervariasi, karena

tidak ada satu makanan yang mengandung seluruh zat gizi yang

dibutuhkan oleh tubuh, kecuali Asi Susu Ibu (ASI). Semaking bervariasi

makanan yang dihidangkan maka semakin mudah terpenuhi kebutuhan

akan berbagai zat gizi (Kurniasihet al, 2010).

Variasi makanan dalam hidangan sehari-hari untuk dikonsumsi,

yang idealnya adalah jika setiap kali makan hidangan tersebut terdiri dari

4 kelompok makanan yaitu makanan pokok, lauk-pauk, sayur dan buah

(Depkes, 2003). Kemudian, menurut Moehyi (2007) susunan menu


(55)

a. Hidangan makanan pokok yang umumnya di Indonesia terdiri dari

nasi, roti, dan jagung. Disebut makanan pokok karena dari makanan

inilah tubuh memperoleh sebagian zat gizi yang diperlukan tubuh.

b. Hidangan lauk pauk, yaitu masakan yang terbuat dari bahan makanan

hewani atau nabati atau gabungan keduanya. Bahan makanan hewani

yang digunakan dapat berupa daging sapi, ayam, ikan atau berbagai

jenis hasil laut lainnya. Lauk pauk biasanya berupa lauk pauk yang

berasal dari kacang-kacangan atau hasil olahannya seperti tempe dan

tahu. Bahan-bahan makanan itu dimasak dengan cara, seperti masakan

berkuah, masakan tanpa kuah, dibakar, dipanggang, digoreng atau

jenis makanan lainnya.

c. Hidangan berupa sayur-mayur. Biasanya hidangan ini berupa masakan

yang berkuah karena berfungsi sebagai pembasah nasi agar mudah

ditelan. Hidangan sayur-mayur dapat lebih dari satu macam masakan

yang biasanya terdiri dari gabungan masakan berkuah dan tidak

berkuah.

d. Hidangan yang terdiri dari buahan, baik dalam bentuk

buah-buahan segar atau buah-buah-buahan yang diolah seperti setup atau sari

buah.

Untuk meningkatkan selera dan semangat makan pada anak-anak,

sebaiknya juga setiap hari di rumah terdapat variasi makananan yang

dihidangkan, agar anak tidak bosan dalam mengkonsumsi makanan


(56)

tua di rumah, maka akan menggugah selera makan anak. Hal ini sejalan

dengan penelitian Wansink, bahwa hasil dari penelitiannya menunjukkan

anak lebih memiliki variasi makan, warna dan pilihan bentuknya

(Judarwanto, 2010).

Hasil penelitian yang dilakukan di Sekolah Dasar Inpres Laikang

Sudiang Makassar bahwa variasi makan anak mempunyai pengaruh yang

bermakna dengan selera makan anak umur 11-12 tahun (Handayani,

2014). Kemudian menurut Kumalasari (2012) penyajian jenis makanan

yang salah dapat mempengaruhi selera makan anak, bisa terjadi

kebosanan karena makanan yang monoton dari bahan makanan atau cara

mengelola bahan makanan. Dengan mengkonsumsi makan yang

bervariasi diharapkan anak akan mendapatkan asupan zat gizi yang

cukup dan sesuai dengan kebutuhannya.

4. Frekuensi Mengomsumsi Jajanan

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) jajanan berarti

kudapan atau pangan yang disajikan. Menurut Food and Agriculture

Organization (FAO) makanan jajanan adalah makanan dan minuman

yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan, dan di

tempat-tempat ramai umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi

tampa adanya persiapan atau pengolahan lebih lanjut (Hidayati, 2006).


(57)

perbuatan mengenai sering tidaknya mengonsumsi makanan jajanan yang

dihitung per minggu (Yuliastuti, 2011).

a. Jenis Jajanan

Beberapa teori menggolongkan makanan jajan sebagai berikut;

Widia Karya Nasional dan Gizi menggolongkan jenis makanan

jajann menjadi tiga jenis yaitu;1) Makanan jajanan yang berbentuk

pangan seperti; kue kecil-kecil, pisang goreng, cilok, bakwan, dan

lain-lainya. 2) Makanan jajanan yang diporsikan (menu utama)

seperti; pecel, mie, bakso, mie ayam, nasi goreng, soto dan

sebagainya. 3) Makanan jajanan yang berbentuk minuman seperti; es

krim, es campur, jus buah, cendol dan sebagainya (Nuraini, 2006).

Sedangkan Winarno (2006) mengelompokkan makanan jajanan

menjadi 4 jenis, yaitu; 1) Makanan berat (meals) misalnya; bakso,

bakmi, bubur ayam, lontong, pecel, dan sejenisnya. 2) Cemilan

(snacks) misalnya; kacang asin, kacang atom, kerupuk, biscuit,

wafer, dan sejenisnya. 3) Makanan semi basah (intermediate

moisture food) misalnya; pisang goreng, bakwan, lemper, lontong, dan sejenisnya. 4) Minuman (drink) misalnya; cendol dan es sirup

(Nuraini, 2006).

b. Kelebihan dan Kekurangan Makanan Jajanan

Kelebihan makanan jajanan yaitu;1) Memenuhi kebutuhan


(58)

berbagai jenis makanan jajanan dari beberapa daerah akan

memberikan pengetahuan tentang keanekaragaman makanan setiap

daerah berbeda-beda. 3) Meningkatkan perasaan gengsi anak pada

teman-temanya di sekolah. Sedangkan kekurangan dari makanan

jajanan adalah bahaya bagi kesehatan. Makanan jajanan masih

berisiko terhadap kesehatan karena penanganannya sering tidak

higienis, yang memungkinkan makanan jajanan terkontaminasi oleh

mikroba beracun maupun penggunaan Bahan Tambahan Pangan

(BTP) yang tidak diizinkan. Berdasarkan penelitian Badan Pengawas

Obat dan Makanan (B-POM) (Sumarlin, 2010).

Menurut Irianto, DP (2007) terlalu sering dan menjadikan

mengonsumsi makanan jajanan menjadi kebiasaan akan berakibat

negatif, antara lain adalah;

1) Selera makan menurun

2) Makanan yang tidak higienis akan menimbulkan berbagai

penyakit

3) Salah satu penyebab terjadinya obesitas pada anak

4) Kurang gizi sebab kandungan gizi pada jariangan belum tentu

terjamin

5) Pemborosan

6) Menyebabkan gangguan pada kesehatan

Pada dasarnya anak belum bisa memilih makanan jajanan yang


(59)

tertarik pada kemasannya. Berdasarkan hasil uji Badan POM

terhadap berbagai makanan jajanan anak di sekolah dasar

menunjukkan hasil yang mengkhawatirkan, sebanyak 344 jenis

makanan jajan (39,95%) tidak memenuhi syarat keamanan pangan.

Kemudian es sirup atau es buah (48,19%) dan minuman ringan

(62,50%) mengandung bahan berbahaya dan tercemar bakteri

pathogen. Saus dan sambal (61,54%) dan kerupuk (56,25%) juga

tidak memenuhi syarat. Sedangkan yang mengandung pewarna yang

dilarang seperti; rhodamin B, methanol yellowdanamaranthsebesar

10,45% (Nuraini, 2006).

Pada bulan November tahun 2005 Badan Pengawasan Obat dan

Makanan (B-POM) menguji jajanan pada 195 sekolah dasar di 18

provinsi salah satunya adalah Jakarta. Hasil sampel yang diuji

ditemukan pada es sirup, es cendol, minuman ringan, kue, makanan

gorengan, kerupuk dan saos mengandung zat yang berbahaya yaitu

rhodamin B(Habibi, dkk. 2012). Sementara tahun 2007 Badan POM

beserta 26 Balai POM seluruh propinsi melakukan survey lagi. Hasil

yang diperoleh bahwa dari 2000 makanan yang disurvey di

lingkungan sekolah 45% mengandung formalin, boraks dan pewarna

testil pada jenis makanan jeli, sirup, kerupuk dan makanan ringan

(Sumarlin, 2010).

Selain jajanan berbahaya karena mengandung beberapa zat


(60)

makan karena perut anak selalu kenyang dengan cemilan jajanan.

Anak akan menjadi sulit makan-makanan yang sehat yang

disediakan di rumah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan pada anak Sekolah Dasar Inpres Laikang Sudiang

Makassar bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan

makan jajan dengan selera makan anak pada usia 11-12 tahun.

Anak-anak lebih memilih makan jajan yang siap saji serta disajikan dan

dijual oleh pedagang-pedagang di pinggir jalan, dengan alasan

karena tertarik dengan rasa, warna, dan bentuk serta kemasan

bungkusanya yang unik dan harga yang dapat dijangkau oleh anak

usia sekolah (Handayani, 2014).

Hasil penelitian Lestari (2011) dalam Handayani, (2014)

menyatakan bahwa kebiasaan jajan yang dilakukan pada anak

ternyata mempengaruhi selera makan anak, karena anak lebih

memilih-milih makanan yang disukainya, untuk itu tidak sedikit

anak yang sering jajan memiliki selera makan yang rendah.

5. Makan Bersama Keluarga

Keluarga adalah kumpulan beberapa orang karena terikat oleh satu

turunan, tingkah laku, mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan

yang hakiki, esensial dan berkehendak bersama-sama memperteguh

gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya. Dari


(61)

kelompok sosial terkecil yang terdiri dari beberapa orang yang

mempunyai ikatan darah, perkawinan, dan adopsi secara bersama-sama

memperteguh gabungan untuk memuliakan anggota-anggotanya

(Khomsan, 2010).

Makan bersama keluarga memang diketahui dapat membangun pola

makan yang baik. Namun, tradisi makan bersama anggota keluarga saat

ini sudah semakin jarang dilakukan karena berbagai alasan, salah satunya

karena terbatasnya waktu berkumpul. Padahal, banyak hal positif yang

bisa didapat dengan meluangkan waktu makan bersama keluarga.

Suasana dalam keluarga yang menyenangkan berpengaruh pada pola

kebiasaan makan anak. Hal ini dapat meningkatkan selera makan dan

membuat anak menyukai makanan yang disajikan di rumah (Khomsan,

2010).

Makan bersama keluarga berhubungan dengan asupan makanan yang

bergizi dan sehat bagi keluarga. Pada penelitian Gillman menemukan

bahwa makan malam bersama keluarga membuat banyak mengonsumsi

buah dan sayur, sedikit makanan yang berminyak dan soda, sedikit

makan yang berlemak, rendah gula, dan banyak serat. Penelitian

Neumark-Sztainer (2004) juga menemukan hubungan positif antara

frekuensi makan keluarga dengan asupan buah, sayuran, makanan tinggi

kalsium, dan hubungan negatif dengan konsumsi soft drink. Pada era

kemajuan seperti saat ini, orang tua memang telah menjadi orang yang


(62)

makan bersama dalam suatu keluarga akhirnya jarang dilakukan karena

tidak ada waktu luang untuk berkumpul, apalagi makan bersama dalam

satu meja makan (Khomsan, 2010).

Menurut Graha (2008) peran keluarga sangat penting bagi anak

sekolah, bahkan pada pemilihan bahan makanan. Makan bersama

keluarga dengan suasana yang akrab akan meningkatkan selera makan

yang akhirnya anak-anak akan menyenangi makanan yang disajikan di

rumah, makanan sehat, bergizi, bermanfaat bagi pertumbuhannya dan

bebas dari kandungan makanan yang berbahaya. Pada dasarnya

anak-anak mempunyai rasa bosan yang sangat cepat. Hal ini juga dapat terjadi

pada selera makan. Apabila rasa bosan ini telah muncul, maka orang tua

harus lebih pintar dalam mencari cara menjaga selera makan pada anak

agar anak-anak tetap tumbuh dengan baik dan asupan gizi yang terpenuhi

(Judarwanto, 2010).

6. Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan

Menurut Mason (1994) suplemen merupakan suatu produk yang

berisi zat gizi dan lainnya yang diyakini konsumen bahwa produk

tersebut mempunyai efek yang menguntungkan bagi kesehatan mereka.

Firna (2009) mengungkapkan bahwa suplemen makanan adalah makanan

yang mengandung zat-zat gizi dan non gizi, bisa dalam bentuk kapsul,


(63)

kekurangan zat gizi yang dibutuhkan untuk menjaga agar vitalitas tubuh

tetap prima.

Sedangkan, suplemen penambah selera makan adalah suplernen

yang berfungsi untuk meningkatkan metabolisme, menekan atau

menghambat asam lambung dan merangsang sekresi makanan sehingga

meningkatkan selera makan. Pada umumnya suplemen penambah selera

makan memilki kandungan utama diantaranya adalah zink dan curcumin

(Handayani, 2002).

Zink umumnya ada di dalam otak, dimana mengikat protein. Zink

membantu mengaktivasi area otak yang menerima dan memproses

informasi yang berasal dari reseptor bau dan perasa, hal ini penting untuk

menstimulasi selera makan. Selain karena aktivasi area otak dari reseptor

bau dan perasa, kadar zink dalam plasma juga diketahui mempengaruhi

selera makan dan sensasi rasa makanan. Hal ini dibuktikan dengan

penelitian Xuan, N.X. et al (1996) di Vietnam yang menyatakan bahwa

efek pemberian suplementasi zink kemungkinan meningkatkan selera

makan pada anak. Kemudian diperkuat oleh hasil penelitian Pintautami

(2011) bahwa dengan memberikan sumplemen zink selama 14 hari dapat

meningkat selera makan pada anak sekolah dasar.

Curcumin adalah salah satu bahan aktif yang terkandung dari

tanaman temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) dan temu ireng

(Curcuma aerogenoceae Roxb). Ada beberapa penelitian yang


(64)

temulawak dan temu ireng terdapat minyak atsiri yang diduga

meningkatkan selera makan (Awalin,1996). Minyak atsiri memiliki sifat

koleretik yang mempercepat sekresi empedu sehingga mempercepat

pengosongan lambung serta pencernaan dan absorpsi lemak di usus yang

kemudian akan mensekresi berbagai hormon yang meregulasi

peningkatan selera makan (Ozaki dan Liang, 1988).

Rimpang dengan rasanya yang pahit, tajam, dan sifatnya dingin ini

berkhasiat sebagai penambah selera makan, karena banyak mengandung

curcumin yang bekerja dengan cara merangsang enzimatis menyebabkan

relaksasi usus pada saluran pencernaan serta absorbsi bahan makanan

dengan cara meningkatkan kerja lambung sehingga perut terasa kosong

dan selanjutnya akan mengirim sinyal ke otak dan pada akhirnya akan

menimbulkan keinginan untuk makan atau selera makan. Kemudian zat

pahit (carpaine atau alkaloida pahit) yang dapat merangsang lambung

anak agar berfungsi dengan baik sehingga akan timbul selera makannya

(Handayani, 2002).

Hal ini dibuktikan dengan penelitian Ni’amah (2010) yang

melakukan ekperimen ekstrak temu ireng(Curcuma Aerogenoceae.Roxb)

sedangkan penelitian Awalin (1996) menggunakan temu lawak

(Curcuma xanthorrhiza Roxb) yang keduanya menggunakan tikus putis

sebagai hewan uji. Hasil penelitianya adalah adanya peningkatan selera

makan dan bertambahnya berat badan pada tikus setelah diberi ekstrak


(65)

Pada dasarnya suplemen tidak dianjurkan untuk anak-anak dalam

masa pertumbuhan. Karena mereka cukup memperoleh zat-zat gizi

melalui makanan sehari-hari. Bila harus mengkonsumsi suplemen, maka

dosis harus diperhatikan. Hal ini yang sering diabaikan oleh orang tua

semata-mata karena ingin meningkatkan selera makan anak. Padahal

suplemen berguna untuk melengkapi kekurangan zat gizi untuk menjaga

vitalitas bagi anak, yang dianjurkan bagi anak untuk menghindari risiko

gangguan pertumbuhan, anak dalam kondisi sakit atau sedang dalam

masa pemulihan. Ketika anak sedang sakit maka anak cenderung tidak

selera makan yang mengakibatkan asupan gizinya berkurang sedangkan

tubuhnya memerlukan lebih banyak zat gizi dari biasanya. Selain itu,

anak yang baru sembuh dari sakit juga perlu diberi suplemen. Namun

bila kondisi kesehatan anak semakin membaik, pemberian suplemen

sebaiknya dikurangi dan dihentikan (Ali, 2008).

Pada kenyataan, banyak orang tua (terutarna ibu) sering mengalami

kesulitan dalam memberi makan pada anak-anak sesuai dengan

seleranya. Hal ini membuat para ibu gelisah, apalagi biasanya anak yang

tidak selera makan terlihat lemah dan kurus. Hal ini mendorong para ibu

untuk memberikan suplemen penambah selera makan kepada anak tampa

berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter atau ahli gizi dan petugas

kesehatan (Firna, 2009).

Hasil penelitian Leiliana (2008) mengungkapkan bahwa sebanyak


(66)

menambah selera makan anaknya dan penelitian Firna (2009) yang

dilakukan di Sekolah Dasar Islam Al Azhar 17 Bintaro sebanyak 70,4%

ibu memberikan suplemen kepada anaknya dan 32,6% dengan alasan

untuk menambah selera makan.

Yu, et al(1997) hasil penelitianya menunjukkan hasil bahwa selera

makan yang buruk mempunyai hubungan yang bermakna dengan

konsumsi suplemen. Dan penelitian di Sekolah Dasar Negeri Tileng I

yang terletak di Kecamatan Girisubo Kabupaten Gunung Kidul bahwa

anak yang diberi suplementasi zink selama 14 hari meningkat selera


(67)

C. Kerangka Teori

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, faktor-faktor

yang mempengaruhi selera makan di rumah diantaranya adalah; Sherwood

(2001) mengatakan faktor metabolik (hormon) dan Sudjatmoko (2011)

mengatakan faktor farmakologik (obat-obatan). Graha (2008) mengatakan

variasi makan, dan makan bersama keluarga. Irianto (2007) mengatakan

frekuensi mengonsumsi jajanan dan Yu, et al (1997) mengatakan bahwa

konsumsi suplemen penambah selera makan. Sehingga penggabungan

teori tersebut dibuat kerangka teori sebagai berikut:

Bagan 2.2 Kerangka Teori

Sumber; AdaptasiSherwood (2001), Sudjatmoko (2011), Graha (2008),Irianto (2007),dan Yu, et al (1997) Faktor Metabolik:

Hormon

Frekuensi Mengonsumsi Jajanan

Makan Bersama Keluarga Variasi Makan

Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan

Selera Makan Faktor Farmakologik:


(1)

B. Hasil Uji Bivariat

1. Mengkonsumsi Jajanan dengan Selera Makan

frekuensi membeli jajanan dalam seminggu * Selera makan responden di rumah. Crosstabulation

Selera makan responden di rumah.

Total Selera makan rendah Selera makan tinggi

frekuensi membeli jajanan dalam seminggu

Sering (jika> 5x/minggu)

Count 29 28 57

% within frekuensi membeli jajanan dalam

seminggu 50.9% 49.1% 100.0%

Jarang (jika< 5x/minggu)

Count 18 27 45

% within frekuensi membeli jajanan dalam

seminggu 40.0% 60.0% 100.0%

Total Count 47 55 102

% within frekuensi membeli jajanan dalam


(2)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1.197a

1 .274

Continuity Correctionb .800 1 .371

Likelihood Ratio 1.202 1 .273

Fisher's Exact Test .320 .186

Linear-by-Linear Association 1.186 1 .276

N of Valid Casesb 102

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.74. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for frekuensi membeli jajanan dalam seminggu (Sering (jika>

5x/minggu) / Jarang (jika< 5x/minggu)) 1.554 .705 3.426

For cohort Selera makan responden di rumah. = Selera makan rendah 1.272 .820 1.974

For cohort Selera makan responden di rumah. = Selera makan tinggi .819 .574 1.169


(3)

2. Makan Bersama Keluarga dengan Selera Makan

Makan bersama keluarga * Selera makan responden di rumah. Crosstabulation

Selera makan responden di rumah.

Total Selera makan rendah Selera makan tinggi

Makan bersama keluarga

Tidak rutin (<14x makan bersama dalam

seminggu)

Count 37 31 68

% within Makan bersama keluarga 54.4% 45.6% 100.0%

Rutin (>14x makan bersama dalam seminggu)

Count 10 24 34

% within Makan bersama keluarga 29.4% 70.6% 100.0%

Total Count 47 55 102

% within Makan bersama keluarga 46.1% 53.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 5.702a

1 .017

Continuity Correctionb 4.740 1 .029

Likelihood Ratio 5.842 1 .016

Fisher's Exact Test .021 .014

Linear-by-Linear Association 5.646 1 .017

N of Valid Casesb 102

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.67. b. Computed only for a 2x2 table


(4)

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Makan bersama keluarga (Tidak rutin (<14x makan bersama

dalam seminggu) / Rutin (>14x makan bersama dalam seminggu)) 2.865 1.190 6.896

For cohort Selera makan responden di rumah. = Selera makan rendah 1.850 1.052 3.253

For cohort Selera makan responden di rumah. = Selera makan tinggi .646 .460 .906

N of Valid Cases 102

3. Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan dengan Selera Makan

Konsumsi suplemen penambah selera makan * Selera makan responden di rumah. Crosstabulation

Selera makan responden di rumah.

Total Selera makan rendah Selera makan tinggi

Konsumsi suplemen penambah selera makan

Ya (jika dalam 1 minggu terakhir mengkonsumsi suplemen)

Count 24 15 39

% within Konsumsi suplemen

penambah selera makan 61.5% 38.5% 100.0%

Tidak (dalam 1 minggu terakhir tidak mengkonsumsi suplemen)

Count 23 40 63

% within Konsumsi suplemen

penambah selera makan 36.5% 63.5% 100.0%

Total Count 47 55 102

% within Konsumsi suplemen


(5)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 6.074a

1 .014

Continuity Correctionb 5.108 1 .024

Likelihood Ratio 6.112 1 .013

Fisher's Exact Test .016 .012

Linear-by-Linear Association 6.015 1 .014

N of Valid Casesb 102

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.97. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Konsumsi suplemen penambah selera makan (Ya (jika dalam 1 minggu terakhir mengkonsumsi suplemen) / Tidak (dalam 1 minggu terakhir tidak mengkonsumsi suplemen))

2.783 1.220 6.344

For cohort Selera makan responden di rumah. = Selera makan rendah 1.686 1.119 2.538

For cohort Selera makan responden di rumah. = Selera makan tinggi .606 .391 .940


(6)