PERGESERAN MAKNA TERHADAP NILAI BUDAYA BATAK PADA SASTRA LISAN AEK SIPANGOLU DI DESA SIMANGULAMPE (KAJIAN SEMIOTIK).

(1)

PERGESERAN MAKNA TERHADAP NILAI BUDAYA BATAK PADA

SASTRA LISAN AEK SIPANGOLU DI DESA SIMANGULAMPE

(KAJIAN SEMIOTIK)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Oleh

SUDIATI LUMBAN GAOL

NIM 2123210019

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i ABSTRAK

Sudiati Lumban Gaol, NIM 2123210019, Pergeseran Makna Terhadap Nilai Budaya Batak Toba Pada Sastra Lisan Aek Sipangolu Di Desa Simangulampe (Kajian Semiotik), Skripsi, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Program Studi Sastra Indonesia/S-1, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan.

Sastra lisan adalah Kesusasteraan yang mencakup ekspresi kesusasteraan warga. Suatu kebudayaan yang disebarkan dan diturunkan secara lisan (dari mulut ke mulut). Oleh karena penyebarannya dari mulut ke mulut, sastra lisan tersebut akan mudah memudar. Untuk itu solusi yang ditawarkan untuk mempertahankan sastra lisan adalah dengan mempublikasikannya melalui penelitian dan dokumentasi, dengan demikian sastra lisan akan selalu hidup.

Cerita lisan Aek Sipangolu merupakan salah satu bentuk sastra lisan milik masyarakat Batak Toba, tepatnya di Desa Simangulampe Kecamatan Bakti Raja, Kabupaten Humbang Hasundutan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pergeseran nilai-nilai budaya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, mengutamakan makna dan konteks, sehingga menuntut peran peneliti yang tinggi. Narasumber dalam penelitian ini ada enam orang, yaitu dua ahli budaya di Desa Simangulampe sekaligus ketrurunan asli Si Singamangaraja, dan empat orang merupakan masyarakat dari desa Simangulampe.

Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah, Cerita lisan Aek Sipangolu mengandung kelima nilai-nilai budaya Non-material Batak Toba. Adapun lima budaya Non-material tersebut adalah nilai Kekerabatan, Nilai Religi, nilai hagabeon, nilai hasangapon, dan nilai hamoraon.Terdapat 17 peristiwa tutur dalam cerita lisan Aek Sipangolu. Namun dari kelima nilai budaya tersebut tidak semua yang mengalami pergeseran. Nilai hasangapon tidak mengalami pergeseran, nilai kekerabatan, hagabeon dan hamoraon sebagian mengalami pergeseran, sedangkan nilai Religi mengalami pergeseran. Sastra lisan Aek Sipangolu yang masih dikeramatkan masyarakat Simangulampe, hingga saat ini dipercaya mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Hal itulah sebabnya masih banyak yang datang mandi ataupun marsuap ke tempat ini.


(7)

ii

KATA PENGANTAR

Puji Tuhan dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya, Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Pergeseran Makna Terhadap Nilai Budaya Batak Pada Sastra Lisan Aek Sipangolu Di Desa Simangulampe (Kajian Semiotik)” Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan Skripsi ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, dan kerjasama dari berbagai pihak, kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom M.Pd., Rektor Universitas Negeri Medan 2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

3. Drs. Syamsul Arif, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

4. S. Fahmy Dalimunthe. S.Sos., M.I.Kom., Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

5. Dr. Wisman Hadi, M. Hum., Ketua Program Studi Sastra Indonesia. 6. Hendra K. Pulungan, S. Sos.M.I.Kom., Dosen Pembimbing Skripsi. 7. Drs. Syahnan Daulay, M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik. 8. Prof. Dr. Rosmawaty, M. Pd., Dosen Pengarah.

9. Dr. Abdurrahman A, M.Hum., Dosen Pengarah.

10. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia

11. Teristimewa kepada Ayahanda tercinta Kuradin Leonardus Lumban Gaol dan Ibunda tercinta Flora Banjar Nahor, yang tidak pernah lelah membawa


(8)

iii

penulis didalam doa dan kasih sayangnya, sehingga penulis tersemangati selama menyelesaikan studi S1.

13. Kakak penulis Herti Yanti Lumban Gaol, Uli Lina Lumban Gaol, dan kepada abangku Parulian Lumban Gaol, Aprino Lumban Gaol, dan juga kepada adik tersayang Hotni Mariana Lumban Gaol, trimakasih untuk doa dan dukungannya selama ini.

14. Teman terdekat di hati H. Martinus Simamora yang selalu menyemangati, trimakasih buat inspirasi dan dukungannya selama penyusunan Skripsi.

15. Teman seperjuangan Nondik 2012 Putri Nadia, Tiara Andianika, Natalia Nikasia, Tiur, Himen Trigen, Ruliansyah, dan yang belum penulis sebutkan satu persatu. Beserta teman-teman kos 182 yang selalu menghibur penulis, teristimewa kepada adik kos Bagus Johari Siregar dan Cindi Togatorop.

16. Amang Camat Kec. Bakti Raja, Kab. Humbang Hasundutan, amangboru Op. Angel Manik, trimakasih atas bantuan dan keramahannya selama penelitian penulis, juga Jokoprianto teman seperjuangan selama dilokasi penelitian.

Biarlah kiranya Tuhan Yang Maha Esa yang membalas kebaikan berupa berkat kemudahan. Semoga Skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Medan, Juli 2016 Penulis,

Sudiati Lumban Gaol NIM 2123210019


(9)

iv DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN PERTANYAAN PENELITIAN ... 7

A. Kerangka Teoretis... 7

1. Pergeseran ... 7

2. Nilai Budaya Batak Toba ... 8

3. Sastra Lisan... 16

4. Sejarah Batak Toba ... 18

5. Turi-turian Bagian Prosa Batak Toba ... 19

6. Jenis-jenis Turi-turian (Cerita Rakyat) ... 20

7. Cerita Rakyat Batak Toba “Aek Sipangolu” ... 23

8. Semiotik ... 27

9. Kondisi Kunjungan Desa Merdeka ... 32

a. Gambaran Umum Desa Simangulampe, Kec. Baktiraja, Kab. Humbang Hasundutan ... 35

b. Keadaan Penduduk ... 36

B. Pertanyaan Penelitian ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

A. Metodologi Penelitian ... 38

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 38

C. Sumber Data ... 39

D. Kriteria Responden ... 40

E. Instrumen Penelitian ... 40


(10)

v

G. Teknik Analisi Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Hasil Penelitian ... 46

B. Pembahasan ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43 Tabel 3.1 Lima Nilai Budaya Batak Toba yang Terdapat dalam Cerita Aek

Sipangolu ... 46 Tabel 3.2 Pergeseran Makna Terhadap Nilai nilai Budaya Cerita Aek


(12)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Identifikasi Pergeseran Nilai Budaya Batak Pada Sastra Lisan Aek

Sipangolu ... 81

Lampiran 2 Naskah Cerita Lisan Aek Sipangolu Dalam Bahasa Batak ... 93

Lampiran 3 Naskah Cerita Lisan Aek Sipangolu Dalam Bahasa

Indonesia ... 101

Lampiran 4 Biodata Narasumber ... 110


(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Raja Sisingamangaraja XII yang seperti kita ketahui merupakan salah satu Pahlawan dari Tapanuli yang berjasa besar semasa Penjajahan di Indonesia terutama dalam pertarungan rakyat sumatera utara dalam melawan Belanda dan tentu memiliki berbagai peninggalan yang belum diinventarisasikan. Salah satu peninggalan-Nya adalah keberadaan Aek Sipangolu (air kehidupan). Oleh karena peneliti merupakan penduduk asli dari Tapanuli yang ingin mencoba mengkaji salah satu turi-turian milik daerah sendiri dan ingin mencoba mendokumentasikannya, sehingga dapat diinventarisasikan. Kendati demikian aek sipangolu dapat dikenal oleh masyarakat luas di Indonesia, terkhusus masyarakat lokal serta dapat diketahui keberadaannya.

Turi-turian Aek Sipangolu mengandung banyak nilai-nilai budaya Batak Toba. Nilai-nilai budaya tersebut dapat dianalisis secara semiotik, Dalam cerita tersebut menggunakan beberapa simbol untuk menandakan sesuatu yang bernilai budaya. Bahkan acara-acara ritual oleh masyarakat yang terdapat dalam cerita sesudah keberadaan Aek Sipangolu tentu menggunakan simbol-simbol petunjuk yang bermakna terhadap nilai budaya. Jadi, hubungan antara suatu bentuk dan makna tidak bersifat pribadi, tetapi sosial yang artinya “disepakati oleh kehidupan sosial”. Setelah perkembangan zaman jika dibandingkan cerita air ini terhadap keberadaannya yang


(14)

2

sekarang, nilai-nilai budaya dalam cerita lisan tersebut pun telah mengalami pergeseran semiotik.

Kebenarannya Aek Sipangolu atau air kehidupan mampu menyembukan berbagai penyakit setelah datang marsuap (mandi) ke tempat ini. Bukan hanya Masyarakat disekitar aek sipangolu saja, tapi juga dari berbagai desa tertentu bahkan masyarakat dari perantauan yang mengidap penyakit yang tak kunjung sembuh juga datang mandi kesana. Oleh karena itu peneliti semakin tertarik meneliti kelapangan langsung untuk mengetahui kebenaran dari cerita tersebut, lewat memahami berbagai persepsi masyarakat dari berbagai sudut pandang. Biasanya mereka yang membutuhkan penyembuhan melakukan acara Ritual tertentu serta berdoa kepada Opung Mulajadi Nabolon (Tuhan Yang Maha Kuasa) untuk meminta penyembuhan. Pada proses Ritual biasanya dipandu oleh opung juru kunci Aek Sipangolu. Namun keyakinan akan mual ini tentu saja memiliki perbedaan persepsi bagi semua kalangan bawah, menengah, juga kalangan atas yang berdomisili disekitar aek sipangolu.

Kajian tentang sastra lisan dan foklor seperti Legenda Aek Sipangolu sendiri dapat menggunakan teori analisis Semiotik. Secara umum, ilmu semiotik diartikan ilmu yang mempelajari antara tanda dan petanda. Semiotik dalam kebudayaan merupakan ilmu yang mengkaji tanda dalam kehidupan manusia. Artinya, semua yang hadir dalam kehidupan kita dilihat sebagai tanda, yakni sesuatu yang harus kita beri makna.

Setiap suku memiliki cerita rakyat yang menarik dan khas. Sastra lisan Aek Sipangolu merupakan salah satu tempat yang konon ada ketika Pusaka


(15)

3

Sisingamangaraja XII menancap di atas tanah hingga mengeluarkan air. Air tersebut lalu mengalir membentuk satu muara yang selanjutnya dikenal dengan “Aek Sipangolu”. Air tersebut diminum dan diberikan Beliau kepada Gajah yang ditungganginya yang sedang kehausan. Masyarakat Bakara mengakui adanya roh Beliau yang turut mengabulkan Doa dari setiap orang yang melakukan ritual di tempat tersebut. Karena itu cerita rakyat ini menarik untuk dibahas lebih lanjut dengan pendekatan Semiotik, karena beragamnya penilaian masyarakat terhadap nilai-nilai budaya pada cerita itu sendiri. Tentu dari sekian jumlah penduduk di kecamatan tersebut ada yang meyakini adanya penyembuhan dari aek tersebut. Namun selain meyakini tentu ada juga yang belum meyakini atau pun tidak meyakininya sama sekali.

Dari sejumlah nilai-nilai budaya Batak Toba yang terkandung dalam cerita lisan aek sipangolu banyak yang telah mengalami pergeseran makna. Simbol-simbol yang dipakai didalamnya dapat dijadikan sebagai penanda yang bermakna. Namun makna dalam penanda tersebut dapat berubah fungsi ataupun mengalami pergeseran makna atau petanda. Misalnya seperti kata Raja yang begitu banyak dipakai sebagai penanda dalam suatu rujukan diantara peristiwa tuturan dalam tiap naskah cerita.

Menurut Suwardi Endraswara (dalam Enjelina Sinaga 2012:1) sastra lisan adalah karya yang penebarannya disampaikan dari mulut ke mulut secara turun temurun. Oleh karena penyebarannya dari mulut ke mulut, banyak karya sastra yang memudar karena tidak dapat dipertahankan. Selain keterbatasan memori manusia dalam mengingat, perkembangan teknologi yang semakin canggih di era globalisasi


(16)

4

dewasa ini ikut menggeser sastra lisan yang pernah ada, termasuk sastra lisan masyarakat Batak Toba yang memiliki nilai budaya tinggi, yang seharusnya dapat dijaga kelestariannya.

Cerita lisan Aek Sipangolu (air kehidupan) merupakan salah satu bentuk sastra lisan milik masyarakat Batak Toba, yang dapat ditemui di Desa Simangulampe Bakara, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan. Air yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit ini merupakan salah satu air pusaka peninggalan Kerajaan Raja Sisingamangaraja XII.

Dilatarbelakangi oleh penjabaran sebelumnya, akhirnya peneliti membuat judul “Pergeseran makna terhadap nilai-nilai budaya batak pada Sastra Lisan Aek Sipangolu di Desa Simangulampe (Kajian Semiotik)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana nilai budaya Batak Toba yang terdapat dalam sastra lisan Aek Sipangolu?

2. Bagaimana pergeseran makna terhadap nilai-nilai budaya Batak dalam sastra lisan Aek Sipangolu?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, agar kajian penelitian ini lebih terfokus dan mendalam, maka perlu ada pembatasan masalah. Karena itu, penelitian ini


(17)

5

difokuskan pada analisis Semiotik terhadap nilai-nilai budaya yang terkandung pada sastra lisan Aek Sipangolu di Desa Simangulampe Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah nilai-nilai budaya yang terdapat dalam sastra lisan Aek Sipangolu? 2. Apakah terjadi pergeseran makna terhadap nilai-nilai budaya yang

terkandung dalam sastra lisan Aek Sipangolu?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui nilai-nilai budaya Batak Toba pada sastra lisan Aek Sipangolu.

2. Untuk mengetahui bagaimana semiotik yang terdapat pada nilai-nilai budaya dalam sastra lisan Aek Sipangolu.

3. Untuk mengetahui bagaimana pergeseran makna pada nilai-nilai budaya Aek Sipangolu.


(18)

6

F. Manfaat Penelitian Manfaat Teoretis

Dengan tercapainya tujuan dari penelitian ini, hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi kelanjutan penulisan-penulisan karya ilmiah dalam sastra yang membahas mengenai cerita rakyat.

1. Memberi masukan untuk memperkaya ilmu kesusastraan khususnya dalam Sastra Lisan.

2. Memberi masukan untuk memperkaya kajian tentang ilmu Sastra khususnya Kajian Semiotik.

3. Sebagai bahan pengembangan dan pendalaman untuk memperkenalkan Sastra Lisan aek sipangolu.

Manfaat Praktis

Dengan tercapainya tujuan dari penelitian ini, hasil dari penelitian ini sangat bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan sastra dari masyarakat dan dalam bidang penelitian sastra lisan.

1. Memberi masukan positif bagi masyarakat agar tidak terjadi kesalahan penafsiran yang berakibat kesalahfahaman terhadap keberadaan aek sipangolu.

2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang cerita rakyat yang jarang dibahas khususnya pada suku Batak Toba.


(19)

77 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Cerita lisan Aek Sipangolu mengandung kelima nilai-nilai budaya Non-material Batak Toba. Adapun lima nilai budaya Non-Non-material tersebut adalah nilai Kekerabatan, Nilai Religi, nilai Hagabeon, nilai Hasangapon, dan nilai Hamoraon. Kelima nilai budaya Batak Toba tersebut terdapat tujuh belas peristiwa tutur dalam cerita lisan Aek Sipangolu. Namun dari kelima nilai budaya tersebut tidak semua yang mengalami pergeseran makna. Nilai Hagabeon tidak mengalami pergeseran makna. Nilai kekerabatan, hamoraon dan hasangapon sebagian mengalami pergeseran, sedangkan nilai Religi telah mengalami pergeseran makna.

2. Cerita lisan Aek Sipangolu masih sangat relevan terhadap masyarakat desa Simangulampe. Mereka masih mempercayai kekuatan Aek Sipangolu, nilai-nilai budaya yang terdapat dalam cerita Aek Sipangolu tidak terlepas dengan pola budaya yang dianut oleh masyarakat Simangulampe, itulah sebabnya hingga sekarang Aek Sipangolu dikeramatkan oleh masyarakat Simangulampe.


(20)

78

B.Saran

1. Perlu kiranya ada campur tangan pemerintah dalam melestarikan dan mensosialisasikan peninggalan-peninggalan bersejarah yang terpendam milik masyarakat setempat.

2. Penelitian tentang kajian budaya, khususnya dalam cerita lisan masih belum banyak dilakukan. Untuk itu harapan peneliti agar kiranya ada penelitian-penelitian lainnya dalam penelitian kebahasaan, khususnya di bidang cerita lisan (Folklor).

3. Disarankan kembali bagi peneliti berikutnya agar lebih meneliti cerita lisan penuh (penyebarannya masih dari mulut ke mulut).


(21)

79

DAFTAR PUSTAKA

Barthes, Roland. 1972. Membedah Mitos-Mitos Budaya Massa. Jakarta: Jalasutra Danandjaja, James. 1984. Folklore Indonesian: Ilmu gosip, Dongeng, dan

lain-lain. Jakarta: Grafiti Pers

Emzir & Rohman, Saifur. 2015. Teori dan Pengajaran Sastra. Jakarta: Rajawali Pers

Endraswara, Suwardi. 2012. Filsafat Sastra: Hakikat, Metodologi dan Teori. Yogyakarta: Layar

Fiske, John. Cultural and Communication Studies Sebuah Pengantar Paling Komprehensif. Bandung : Jalasutra

Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Kontjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. M. A. K. Halliday-Ruqaiya Hasan. 1992. Bahasa, Konteks, dan Teks:

Aspek-aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. FPBS IKIP Yokyakarta: Gadjah Mada University Press

Maharkesti, R. A. 1996. Kajian Nilai-Nilai Budaya Bersih Kali Di Gunung Bang. Yokyakarta: Laporan Penelitian Jarahnitra

Panjaitan, Listra. 2014. Nilai-nilai Budaya Batak Toba Pada Sastra Lisan Martua Limang. Skripsi Tidak Diterbitkan. Fakultas Sastra Universitas Negeri Medan.

Purba, Antilan.2001. Pengantar Ilmu Sastra. Medan : Usu Press

Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Antropologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Belajar Situmeang, Doangsa P.L (2003) Sistem Kekerabatan Masyarakat Batak Toba,

Jakarta: Djambatan.

Situmeang, Derisma Elvina. 2011. Nilai-Nilai Budaya Pada Legenda Batu Kursi Di Samosir. Skripsi Tidak Diterbitkan. Fakultas Sastra Universitas Negeri Medan.

Sudjiman, Panuti. Aart Van Zoest (Terjemahan).1996. Serba-Serbi Semiotika. Jakarta: GRAMEDIA Pustaka Utama


(22)

80

Arlynda, Prisma Mahardini, dkk. 2013. Legenda Dam Bagong Desa Ngantru Trenggalek Jawa Timur: Telaah Kajian Folklor. Universitas Negeri Malang. Vol. 1, No. 2

Harisah, Afifah & Masiming, Zulfitria. 2008. Persepsi Manusia Terhadap Tanda, Simbol, dan Spasial. Jurnal SMARTek, Vol.6, No.1

Sartini Ni Wayan. 2010. “Tinjauan Teoretik Tentang Semiotik”. Dalam Jurnal Satra UniversitasAirlangga.

Sinta, D.S. 2012. Kedudukan Legenda Mbah Semendhi Bagi Masyarakat Kecamatan Winongan Kabupaten Pasuruan. Malang: Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Vol. 1, No. 2

Wulandari, Fiki Trisnawati. 2011. Pergeseran Semiotik Makna: Nilai Budaya Bekakak Gamping. Yokyakarta: Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Sosial dan Budaya.

Widyagani, Faris Aditya. 2012. Analisis Pergeseran Makna SemiotikTerjemahan Komik Bleach. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi SastraInggris UI.

Zainuddin, dkk. 2013. Analisis Ideologi Dalam Teks Upacara Melengkan Budaya Etnik Gayo Dalam Perspektif Semiotika Sosial. Medan: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

http://haposanbakara.blogspot.co.id/2013/03/26/aek sipangolu-air kehidupan.html Desember 2015/20:23:44


(1)

5

difokuskan pada analisis Semiotik terhadap nilai-nilai budaya yang terkandung pada sastra lisan Aek Sipangolu di Desa Simangulampe Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah nilai-nilai budaya yang terdapat dalam sastra lisan Aek Sipangolu? 2. Apakah terjadi pergeseran makna terhadap nilai-nilai budaya yang

terkandung dalam sastra lisan Aek Sipangolu?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui nilai-nilai budaya Batak Toba pada sastra lisan Aek Sipangolu.

2. Untuk mengetahui bagaimana semiotik yang terdapat pada nilai-nilai budaya dalam sastra lisan Aek Sipangolu.

3. Untuk mengetahui bagaimana pergeseran makna pada nilai-nilai budaya Aek Sipangolu.


(2)

6

F. Manfaat Penelitian Manfaat Teoretis

Dengan tercapainya tujuan dari penelitian ini, hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi kelanjutan penulisan-penulisan karya ilmiah dalam sastra yang membahas mengenai cerita rakyat.

1. Memberi masukan untuk memperkaya ilmu kesusastraan khususnya dalam Sastra Lisan.

2. Memberi masukan untuk memperkaya kajian tentang ilmu Sastra khususnya Kajian Semiotik.

3. Sebagai bahan pengembangan dan pendalaman untuk memperkenalkan Sastra Lisan aek sipangolu.

Manfaat Praktis

Dengan tercapainya tujuan dari penelitian ini, hasil dari penelitian ini sangat bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan sastra dari masyarakat dan dalam bidang penelitian sastra lisan.

1. Memberi masukan positif bagi masyarakat agar tidak terjadi kesalahan penafsiran yang berakibat kesalahfahaman terhadap keberadaan aek sipangolu.

2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang cerita rakyat yang jarang dibahas khususnya pada suku Batak Toba.


(3)

77 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Cerita lisan Aek Sipangolu mengandung kelima nilai-nilai budaya Non-material Batak Toba. Adapun lima nilai budaya Non-Non-material tersebut adalah nilai Kekerabatan, Nilai Religi, nilai Hagabeon, nilai Hasangapon, dan nilai Hamoraon. Kelima nilai budaya Batak Toba tersebut terdapat tujuh belas peristiwa tutur dalam cerita lisan Aek Sipangolu. Namun dari kelima nilai budaya tersebut tidak semua yang mengalami pergeseran makna. Nilai Hagabeon tidak mengalami pergeseran makna. Nilai kekerabatan, hamoraon dan hasangapon sebagian mengalami pergeseran, sedangkan nilai Religi telah mengalami pergeseran makna.

2. Cerita lisan Aek Sipangolu masih sangat relevan terhadap masyarakat desa Simangulampe. Mereka masih mempercayai kekuatan Aek Sipangolu, nilai-nilai budaya yang terdapat dalam cerita Aek Sipangolu tidak terlepas dengan pola budaya yang dianut oleh masyarakat Simangulampe, itulah sebabnya hingga sekarang Aek Sipangolu dikeramatkan oleh masyarakat Simangulampe.


(4)

78

B.Saran

1. Perlu kiranya ada campur tangan pemerintah dalam melestarikan dan mensosialisasikan peninggalan-peninggalan bersejarah yang terpendam milik masyarakat setempat.

2. Penelitian tentang kajian budaya, khususnya dalam cerita lisan masih belum banyak dilakukan. Untuk itu harapan peneliti agar kiranya ada penelitian-penelitian lainnya dalam penelitian kebahasaan, khususnya di bidang cerita lisan (Folklor).

3. Disarankan kembali bagi peneliti berikutnya agar lebih meneliti cerita lisan penuh (penyebarannya masih dari mulut ke mulut).


(5)

79

DAFTAR PUSTAKA

Barthes, Roland. 1972. Membedah Mitos-Mitos Budaya Massa. Jakarta: Jalasutra Danandjaja, James. 1984. Folklore Indonesian: Ilmu gosip, Dongeng, dan

lain-lain. Jakarta: Grafiti Pers

Emzir & Rohman, Saifur. 2015. Teori dan Pengajaran Sastra. Jakarta: Rajawali Pers

Endraswara, Suwardi. 2012. Filsafat Sastra: Hakikat, Metodologi dan Teori. Yogyakarta: Layar

Fiske, John. Cultural and Communication Studies Sebuah Pengantar Paling Komprehensif. Bandung : Jalasutra

Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Kontjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. M. A. K. Halliday-Ruqaiya Hasan. 1992. Bahasa, Konteks, dan Teks:

Aspek-aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. FPBS IKIP Yokyakarta: Gadjah Mada University Press

Maharkesti, R. A. 1996. Kajian Nilai-Nilai Budaya Bersih Kali Di Gunung Bang. Yokyakarta: Laporan Penelitian Jarahnitra

Panjaitan, Listra. 2014. Nilai-nilai Budaya Batak Toba Pada Sastra Lisan Martua Limang. Skripsi Tidak Diterbitkan. Fakultas Sastra Universitas Negeri Medan.

Purba, Antilan.2001. Pengantar Ilmu Sastra. Medan : Usu Press

Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Antropologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Belajar Situmeang, Doangsa P.L (2003) Sistem Kekerabatan Masyarakat Batak Toba,

Jakarta: Djambatan.

Situmeang, Derisma Elvina. 2011. Nilai-Nilai Budaya Pada Legenda Batu Kursi Di Samosir. Skripsi Tidak Diterbitkan. Fakultas Sastra Universitas Negeri Medan.

Sudjiman, Panuti. Aart Van Zoest (Terjemahan).1996. Serba-Serbi Semiotika. Jakarta: GRAMEDIA Pustaka Utama


(6)

80

Arlynda, Prisma Mahardini, dkk. 2013. Legenda Dam Bagong Desa Ngantru Trenggalek Jawa Timur: Telaah Kajian Folklor. Universitas Negeri Malang. Vol. 1, No. 2

Harisah, Afifah & Masiming, Zulfitria. 2008. Persepsi Manusia Terhadap Tanda, Simbol, dan Spasial. Jurnal SMARTek, Vol.6, No.1

Sartini Ni Wayan. 2010. “Tinjauan Teoretik Tentang Semiotik”. Dalam Jurnal Satra UniversitasAirlangga.

Sinta, D.S. 2012. Kedudukan Legenda Mbah Semendhi Bagi Masyarakat Kecamatan Winongan Kabupaten Pasuruan. Malang: Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Vol. 1, No. 2

Wulandari, Fiki Trisnawati. 2011. Pergeseran Semiotik Makna: Nilai Budaya Bekakak Gamping. Yokyakarta: Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Sosial dan Budaya.

Widyagani, Faris Aditya. 2012. Analisis Pergeseran Makna SemiotikTerjemahan Komik Bleach. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi SastraInggris UI.

Zainuddin, dkk. 2013. Analisis Ideologi Dalam Teks Upacara Melengkan Budaya Etnik Gayo Dalam Perspektif Semiotika Sosial. Medan: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

http://haposanbakara.blogspot.co.id/2013/03/26/aek sipangolu-air kehidupan.html Desember 2015/20:23:44