65534 subnet dengan masing-masing subnet memiliki jumlah host maksimum sebanyak 2
8
- 2 254.
4.2.2.2. Menggunakan variable length subneting
Suatu jaringan menggunakan kelas C, dengan IP address 165.214.32.0. Jaringan tersebut ingin membagi jaringannya menjadi 5 subnet dengan rincian :
• Subnet 1 : 50 host • Subnet 2 : 50 host
• Subnet 3 : 50 host • Subnet 4 : 30 host
• Subnet 5 : 30 host Hal ini tidak bisa dicapai dengan menggunakan static subneting. Untuk contoh ini, apabila
menggunakan subneting 255.255.255.192 maka hanya akan terdapat 4 subnet dengan masing-masing subnet memiliki 64 host, yang dibutuhkan 5 subnet. Apabila menggunakan
subnet 255.255.255.224, memang bisa memiliki sampe 8 subnet tetapi tiap subnetnya hanya memiliki jumlah host maksimal 32 host, padahal yang diinginkan ada beberapa subnet
dengan 50 host. Solusinya adalah dengan membagi subnet menjadi 4 subnet dengan menggunakan
subnetmask 255.255.255.192 dan subnet yang terakhir dibagi lagi dengan menggunakan subnetmask 255.255.255.224. Sehingga akan didapatkan 5 subnet, dengan subnet pertama
sampe ketiga bisa mendapatkan maksimal 64 host dan subnet ke empat dan kelima memiliki 32 host.
4.3. IP Routing
Fungsi utama dari sebuah IP adalah IP routing. Fungsi ini memberikan mekanisme pada router untuk menyambungkan beberapa jaringan fisik yang berbeda. Sebuah perangkat dapat
difungsikan sebagai host maupun router. Ada 2 tipe IP routing yaitu : direct dan indirect.
4.3.1.
Tipe Routing 4.3.1.1.
Direct Routing
Apabila host kita dengan tujuan berada dalam 1 jaringan. Maka data kita bila dikirimkan ketujuan akan langsung dikirimkan dengan mengenkapsulasi IP datagram pada layer phisical.
Hal ini disebut dengan Direct Routing.
4.3.1.2. Indirect Routing
Apabila kita ingin mengirimkan suatu data ketujuan lain, dimana tujuan tersebut berada di jaringan yang berbeda dengan kita. Maka untuk itu dibutuhkan 1 IP address lagi yang
digunakan sebagai IP gateway. Alamat pada gateway pertama hop pertama disebut indirect route dalam algoritma IP routing. Alamat dari gateway pertama yang hanya diperlukan oleh
pengirim untuk mengirimkan data ke tujuan yang berada di jaringan yang berbeda. Pada
Gambar 4.2
akan diperlihatkan perbedaan direct dan indirect routing.
Gambar 4.2 Direct dan Indirect Route – Host C memiliki direct route terhadap Host B dan D, dan memiliki indirect route terhadap host A melalui gateway B
4.3.2.
Table Routing
Menentukan arah dari berbagai direct route dapat dilihat dari list akan interface. Sedangkan untuk list jaringan dan gatewaynya dapat dikonfigurasi kemudian. List tersebut digunakan
untuk fasilitas IP routing. Informasi tersebut disimpan dalam suatu tabel yang disebut tabel arah Routing Table.
Tipe informasi yang ada pada table routing antara lain :
1. Direct route yang didapat dari interface yang terpasang 2. Indirect route yang dapat dicapai melalui sebuah atau beberapa gateway
3. Default route, yang merupakan arah akhir apabila tidak bisa terhubung melalui direct maupun indirect route.
Gambar 4.3 Skenario Table Routing
Gambar 4.3
menyajikan contoh suatu jaringan. Table Routing dari host D akan berisikan : Destination Router
Interface 129.7.0.0 E
Lan0 128.15.0.0 D
Lan0 128.10.0.0 B
Lan0
Default B Lan0
127.0.0.1 Loopback Lo
Host D terhubung pada jaringan 128.15.0.0 maka digunakan direct route untuk jaringan ini. Untuk menghubungi jaringan 129.7.0.0 dan 128.10.0.0, diperlukan indirect route melalui E
dan B. Sedangkan table routing untuk host F, berisikan :
Destination Router
Interface 129.7.0.0 F
Wan0 Default E
Wan0 127.0.0.1 Loopback
Lo Karena jaringan selain 129.7.0.0 harus dicapai melalui E, maka host F hanya menggunakan
default route melalui E.
4.3.3.
Algoritma IP routing
Algoritma routing digambarkan pada
Gambar 4.4
.
Gambar 4.4 Algoritma Routing
4.4. Metode Pengiriman – Unicast, Broadcast, Multicast dan Anycast