Lingkungan Tumbuh Kantong Semar

2.5.1 Arang Sekam Arang sekam memiliki rongga yang banyak sehingga drainase dan aerasinya baik serta akar mudah bergerak di antara media. Arang sekam bersifat higroskopis sehingga perlu dijenuhkan dahulu sebelum digunakan Binawati, 2012. Hidayah 2012 menyatakan bahwa penambahan arang sekam memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap peningkatan perkembangan akar tanaman yang efeknya positif terhadap persentase hidup suatu tanaman. Arang sekam juga berfungsi sebagai pengikat hara ketika kelebihan hara yang dapat digunakan tanaman ketika kekurangan hara. Hara dilepas secara perlahan sesuai kebutuhan tanaman atau slow release. Komposisi kimiawi dari arang sekam sendiri terdiri dari SiO 2 dengan kadar 72,28 dan C sebanyak 31. Sementara kandungan lainnya terdiri dari Fe 2 O 3 , K 2 O, MgO, CaO, MnO, dan Cu dengan jumlah yang kecil Bakri, 2008. Wuryaningsih 1996 juga menyatakan bahwa arang sekam memiliki sirkulasi udara yang tinggi, berwarna kehitaman sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan efektif. 2.5.2 Cocopeat Penambahan 10 – 15 cocopeat dalam campuran media tumbuh dapat meningkatkan kualitas hidup tanaman. Hal ini disebabkan oleh kemampuan cocopeat dalam mengikat air mencapai 70 dan memiliki porositas tinggi Galuku 2002 dalam Sukarwanto 2005 . Menurut Gunawan 2009, cocopeat mengandung unsur kalsium, magnesium, kalium, nitrogen, dan fosfor. Kandungan di dalamnya membantu pertumbuhan akar, daun, kandungan klorofil, dan mempengaruhi level hormon anggrek. 2.5.3 Kompos Kompos adalah bahan-bahan organik sampah organik yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme bakteri pembusuk yang bekerja di dalamnya. Mikroba-mikroba di dalam kompos akan menguraikan bahan organik menjadi CO 2 , uap air, dan panas Subali et al. 2010. Menurut Setyorini et al. 2006, kompos merupakan sumber hara makro dan mikromineral secara lengkap meskipun dalam jumlah yang relatif kecil N, P, K, Ca, Mg, Zn, Cu, B, Zn, Mo, dan Si. Pemberian kompos dapat memperbaiki struktur tanah yang padat menjadi gembur sehingga mempermudah pengolahan tanah. Struktur tanah yang baik ini membuat difusi O 2 atau aerasi akan lebih banyak sehingga proses fisiologis di akar akan lancar. 2.5.4 Sphagnum moss Sphagnum diberitakan mengandung zat antikuman sehingga dapat mencegah pertumbuhan mikroba dan jamur. Sebagai media tanaman, Sphagnum dapat mencegah pembusukan oleh jamur dan bakteri. Sphagnum juga mengandung mineral-mineral penting untuk pertumbuhan tanaman. Kandungan unsur-unsur penting dalam Sphagnum meliputi N 0,86; P 0,13; K 0,80; Ca 0,30; Mg 0,26; dan Mn 0,17. Kandungan air yang tinggi dan dipegang kuat serta kandungan zat antikuman dan mineral-mineral menjamin Sphagnum bagus sebagai media tanaman Hendrata, 2011. 2.5.5 Tanah Rawa Lahan rawa merupakan lahan basah, atau “wetland”, yang menurut definisi RaMSAr Convention mencakup wilayah “marsh”, “fen”, lahan gambut peatland, atau air, baik terbentuk secara alami atau buatan, dengan air yang tidak bergerak static atau mengalir, baik air tawar, payau, maupun air asin, termasuk juga wilayah laut yang kedalaman airnya, pada keadaan surut terendah tidak melebihi 6 meter Wibowo dan Suyatno, 1997. Dalam Taksonomi Tanah, kondisi jenuh air atau tergenang pada tanah rawa yang merupakan salah satu karakterisitk penciri utama, diberi istilah kondisi “aquik” aquic condition, yakni mengalami penjenuhan air atau saturasi, dan proses reduksi secara terus-menerus atau periodik Subagyo et al., 2006. Ekosistem lahan rawa bersifat marjinal dan rapuh fragile yang rentan terhadap perubahan baik oleh karena alam kekeringan, kebakaran, kebanjiran maupun karena kesalahan pengelolaan reklamasi, pembukaan, dan budidaya intensif. Jenis tanah di kawasan rawa tergolong tanah bermasalah yang mempunyai beragam kendala. Misalnya, tanah gambut mempunyai sifat kering tak balik reversible drying, mudah ambles subsidence, dan kahat hara nutrients defisiency. Tanah gambut mudah berubah menjadi bersifat hidrofob apabila mengalami kekeringan. Gambut yang menjadi hidrofob tidak dapat lagi mengikat air dan hara secara optimal seperti kemampuan semula. Selain itu, khusus tanah suffidik dan tanah sulfat masam mudah berubah apabila teroksidasi. Lapisan tanah pirit yang teroksidasi mudah berubah menjadi sangat masam pH 2-3 dan meningkatnya kelarutan Fe 2+ dan AI 3+ Noor dan Achmadi, 2005.

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung pada bulan Desember 2013 sampai Maret 2014.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah planlet N. ampullaria dan N. mirabilis berumur 1 tahun yang berasal dari perbanyakan tanaman secara kultur jaringan di Pusat Konservasi Tumbuhan PKT Kebun Raya Bogor yang kemudian diperbanyak di laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gambar 3, fungisida 2gl Mankozeb 80, ZPT golongan auksin IBA 1000 ppm untuk memacu pertumbuhan akar, arang sekam, cocopeat, kompos, Sphagnum moss, tanah rawa, dan 1 set bahan kimia untuk uji kandungan NPK media. Gambar 3. Planlet kantong semar yang siap untuk diaklimatisasi. Media arang sekam dan cocopeat didapat dari penjual media tanam di Gunung Terang, Bandar Lampung, sedangkan Sphagnum moss diperoleh dari penjual media tanam di Bogor, Jawa Barat dalam bentuk jaringan Sphagnum moss kering. Kompos diperoleh dari mahasiswa Ilmu Tanah, Univeritas Lampung yang melakukan dekomposisi daun-daun kering di sekitar Fakultas Pertanian Universitas Lampung dengan merek dagang Seruning Serasah daun kering dengan ukuran partikel media hampir mendekati tanah. Tanah rawa yang digunakan berasal dari lahan rawa di samping lapangan sepak bola Universitas Lampung. Media aklimatisasi dapat dilihat pada Gambar 4. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah ember, pinset, penggaris, pH meter, termometer ruang, gunting, hand sprayer, gelas ukur, cawan petri, timbangan, pot plastik 12 cm, plastik klip berukuran 30 x 40, paranet 70, marker, oven, benang, 1 set alat uji analisis NPK media, dan logbook penelitian. Gambar 4. Media aklimatisasi yang siap digunakan. Keterangan: A= media arang sekam + cocopeat, B= media cocopeat, C= media kompos, D= media Sphagnum moss, E= media tanah rawa, F= media Arang sekam + kompos.

3.3 Metode Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok RAK dengan 12 kombinasi perlakuan yang merupakan kombinasi dari dua faktor utama. Faktor pertama adalah spesies planlet kantong semar yakni Nepenthes ampullaria dan Nepenthes mirabilis. Faktor kedua adalah media aklimatisasi yakni kombinasi arang sekam + cocopeat 1:1, cocopeat, kompos, Sphagnum moss, tanah rawa, serta kombinasi arang sekam + kompos 1:1. Setiap perlakuan diulang 3 kali dan setiap ulangan terdiri dari tiga planlet sehingga terdapat 108 satuan percobaan Tabel 1. A B C D E F Tabel 1. Kombinasi perlakuan spesies planlet Nepenthes dan media aklimatisasi. Kombinasi Perlakuan Spesies Planlet Nepenthes Media Aklimatisasi A1 Arang sekam + cocopeat 1:1 A2 Cocopeat A3 Kompos A4 Sphagnum moss A5 Tanah rawa A6 N.ampullaria Arang sekam + kompos 1:1 B1 Arang sekam + cocopeat 1:1 B2 Cocopeat B3 Kompos B4 Sphagnum moss B5 Tanah rawa B6 N. mirabilis Arang sekam + kompos 1:1 Rancangan Acak Kelompok digunakan karena bahan tanam yang digunakan tidak seragam sehingga dianggap perlu untuk melakukan pengelompokan. Pengelompokan dilakukan berdasarkan jumlah akar. Jumlah akar diamati secara kuantitatif dan kemudian dibagi menjadi 3 kelompok yakni kelompok I 15, II 5-15 , dan III 5 Gambar 26. Homogenitas ragam diuji dengan Uji Bartlet, dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey. Perbedaan nilai tengah perlakuan diuji dengan Uji Beda Nyata Terkecil BNT pada taraf 5.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Penyusunan Tata Letak Percobaan Untuk masing-masing ulangan disusun tata letak percobaan sesuai dengan jumlah perlakuan yaitu 12 perlakuan. Setiap perlakuan terdiri dari 3 sampel Gambar 5. Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 B6 B1 A3 A4 A5 B5 B3 B4 A6 A1 A2 B2 Gambar 5. Denah tata letak percobaan pada aklimatisasi planlet kantong semar. 3.4.2 Persiapan Media Sebelum melakukan penanaman planlet kantong semar, terlebih dahulu mempersiapkan media aklimatisasi yang akan digunakan yaitu kombinasi arang sekam + cocopeat 1:1, cocopeat, kompos, Sphagnum moss, tanah rawa, serta B2 A2 B5 A6 A5 B1 B6 B4 A1 B3 A3 A4 S1 S2 S3 U B S T A3 A1 B4 A2 B1 A5 B3 B2 B5 A6 B6 A3 Keterangan: S1 : Sampel 1 S2 : Sampel 2 S3 : Sampel 3