Respon Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L.) Yang Ditanam Pada Beberapa Tingkat Kerapatan Populasi Jagung (Zea mays L.)

(1)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glicyne max L. Merrill) YANG DITANAM PADA BEBERAPA TINGKAT

KERAPATAN POPULASI JAGUNG (Zea mays L.)

SKRIPSI

OLEH:

C KENEDI HARAHAP 050307018

BDP-PEMULIAAN TANAMAN

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glicyne max L. Merrill) YANG DITANAM PADA BEBERAPA TINGKAT

KERAPATAN POPULASI JAGUNG (Zea mays L.)

SKRIPSI

OLEH:

C KENEDI HARAHAP 050307018

BDP-PEMULIAAN TANAMAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Departemen Budidaya Pertanian Program Studi Pemuliaan Tanaman

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh: Dosen Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. E. Harso Kardhinata, M.Sc) (Ir. Eva Sartini Bayu, MP)

NIP : 12 149 452 NIP : 130 802 482

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

ABSTRAK

C KENEDI HARAHAP: Respon Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L.) Yang Ditanam Pada Beberapa Tingkat Kerapatan Populasi Jagung (Zea mays L.), dibimbing oleh EMMY HARSO KARDHINATA dan EVA SARTINI BAYU

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kedelai yang ditanam pada beberapa tingkat kerapatan populasi jagung. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl.) pada Februari – Mei 2011. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan metode Rancangan Petak Terpisah (RPT) dengan plot utama dan sub anak plot yaitu: 12 tanaman/subplot dengan jarak tanam 50x40cm, 9 tanaman/subplot dengan jarak tanam 100x40cm, 6 tanaman/subplot dengan jarak tanam 20x40cm dan varietas (Sibayak, Rajabasa dan Anjasmoro), perlakuan diulang tiga kali. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan 5%.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman 2 mst – 7 mst, bobot 100 biji, produksi biji pertanaman dan produksi per plot. Perlakuan tingkat kerapatan populasi jagung berpengaruh nyata pada parameter 2 mst-7 mst, jumlah klorofil, bobot 100 biji, produksi pertanaman dan produksi per plot..Interaksi antara varietas dan perlakuan tingkat kerapatan populasi jagung berpengaruh nyata terhadap produksi biji pertanaman.


(4)

ABSTRACT

C KENEDI HARAHAP Growth Response and Production of Some Varieties Soybean (Glycine max L.) All Grown At Some Level Density of Population Corn (Zea mays L.), supervised EMMY HARSO KARDHINATA and EVA SARTINI BAYU.

This study aims to determine the growth and production of several

varieties of soybean grown at several levels of population density of corn. To that end a study has been conducted in field trials at Agriculture

Faculty USU (± 25 m asl.) in February-May 2011. This study uses randomized block design with split plot design method with the main plot and sub plots are : 12 plants / sub plot with a spacing of 50x40cm, 9 plants / sub plot with a spacing of 100x40cm, 6 plants / sub plot with a spacing of 20x40cm and varieties (Sibayak, Rajabasa and Anjasmoro), the treatment was repeated thrice. The data obtained were analyzed using

analysis of variance followed by Duncan's Multiple Range Test 5%.

The results of data analysis showed that significantly different varieties of plant height parameter 2 MST - 7 MST, weight of 100 seeds, planting and production of seed production per plot. The treatment rate of corn population density significant effect on the parameter 2 MST - 7 MST, the amount of chlorophyll, the weight of 100 seeds, crop production and production per plot. The interaction between varieties and maize population density treatment levels significantly influenced the production of planting seed.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sianggunan pada Tanggal 30 Desember 1985 dari Bapak Sapii Harahap dan Ibu Sorta R. Siregar. Penulis merupakan anak ke empat dari lima bersaudara.

Tahun 2005 penulis lulus dari SMU Swasta Nurul Ilmi Padangsidimpuan dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB. Penulis memilih Program Studi Pemuliaan Tanaman Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian.

Pada tahun 2009 penulis melaksanakan Praktek Lapangan Kerja (PKL) di Kebun Tanjung Garbus PTPN II Lubuk Pakam.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari penelitian ini adalah “Repons Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L. Merrill) yang Ditanam pada Beberapa Tingkat Kerapatan Populasi Jagung (Zea mays L.)” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Bapak Alm. Prof. Dr. Ir. T. Hanafiah Oelim, DAA dan Ir. E. Harso Kardhinata, MSc) serta Ibu Ir. Eva Sartini Bayu, MP selaku ketua dan

anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian serta dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini di masa yang akan datang.

Medan, Juli 2011


(7)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRACK ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 4

Syarat Tumbuh Iklim ... 6

Tanah ... 7

Varietas ... 8

Jarak Tanam ... 9

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 12

Bahan dan Alat ... 12

Metode Penelitian ... 12

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan lahan ... 15

Persiapan Media Tanam ... 15

Penanaman ... 15


(8)

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman ... 16

Penyulaman ... 16

Penyiangan ... 16

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 17

Panen ... 17

Pengamatan Parameter A. Tanaman Jagung Tinggi Tanaman (cm) ... 17

Jumlah Daun (helai) ... 18

Umur Berbunga Jantan (hari) ... 18

Umur Berbunga Betina (hari ... 18

Umur Panen (hari) ... 18

Jumlah Biji per Tongkol (hari) ... 19

Produksi Biji per Plot (gram) ... 19

B. Tanaman Kedelai Tinggi Tanaman (cm) ... 19

Jumlah Klorofil Daun (unit/6mm3) ... 20

Jumlah Cabang Produktif (cabang) ... 20

Bobot Kering 100 Biji (gram) ... 20

Produksi Biji per Tanaman (gram)... 20

Produksi Biji per Plot (gram) ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil... 21

Pembahasan ... 34

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 39

Saran ... 39 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

1. Rataan Perbedaan Tinggi Tanaman Jagung (cm) dari Tingkat

Kerapatan dan Varietas ... 22 2. Rataan Perbedaan Jumlah Daun Tanaman Jagung (helai) dari Tingkat

Kerapatan dan Varietas ... 23

3. Rataan Kelengkungan Daun Tanaman Jagung (cm) dari Tingkat Kerapatan dan Varietas ... 23

4. Rataan Umur Berbunga Jantan Tanaman Jagung (cm) dari Tingkat Kerapatan dan Varietas ... 24 5. Rataan Umur Berbunga Betina Tanaman Jagung (hari) dari Tingkat

Kerapatan dan Varietas ... 24 6. Rataan Umur Panen Tanaman Jagung (cm) dari Tingkat Kerapatan

dan Varietas ... 25

7. Rataan Jumlah Biji per Tongkol Tanaman Jagung (helai) dari Tingkat Kerapatan dan Varietas ... 25

8. Rataan Berat Biji per Tongkol Tanaman Jagung (cm) dari Tingkat Kerapatan dan Varietas ... 26 9. Rataan Panjang Tongkol Tanaman Jagung (hari) dari Tingkat

Kerapatan dan Varietas ... 26 10.Rataan Produksi per Plot Tanaman Jagung (cm) dari Tingkat

Kerapatan dan Varietas ... 27 11.Rataan Perbedaan Tinggi Tanaman Kedelai (cm) dari Tingkat Kerapatan

dan Varietas ... 28 12.Rataan perbedaan Jumlah Cabang Tanaman Kedelai (cabang) dari Tingkat

Kerapatan dan Varietas ... 29

13.Rataan Jumlah Klorofil Tanaman Kedelai dari Tingkat Kerapatan dan Varietas ... 30


(10)

14.Rataan Bobot Kering 100 Biji Tanaman Kedelai (gr) dari Tingkat

Kerapatan dan Varietas ... 30

15.Rataan Produksi Biji per Tanaman Kedelai (gr) dari Tingkat Kerapatan dan Varietas ... 31

16.Rataan Produksi Biji per Plot Tanaman Kedelai (biji) dari Tingkat


(11)

DAFTAR GAMBAR

1. Rataan Produksi Biji per Tanaman Kedelai (gram) dari Tingkat


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Bagan Percobaan ... 42

2. Jadwal Kegiatan Percobaan ... 43

3. Deskripsi Kedelai Varietas Raja Basa... 44

4. Deskripsi Kedelai Varietas Sibayak ... 45

5. Deskripsi Kedelai Varietas Anjosmoro ... 46

6. Data Pengamatan Tinggi Tanaman jagung 2 MST ... 47

7. Sidik Ragam Tinggi Tanaman jagung 2 MST ... 47

8. Data Pengamatan Tinggi Tanaman jagung 3 MST ... 48

9. Sidik Ragam Tinggi Tanaman jagung 3 MST ... 48

10. Data Pengamatan Tinggi Tanaman jagung 4 MST ... 49

11. Sidik Ragam Tinggi Tanaman jagung 4 MST ... 49

12. Data Pengamatan Tinggi Tanaman jagung 5 MST ... 50

13. Sidik Ragam Tinggi Tanaman jagung 5 MST ... 50

14. Data Pengamatan Tinggi Tanaman jagung 6 MST ... 51

15. Sidik Ragam Tinggi Tanaman jagung 6 MST ... 51

16. Data Pengamatan Tinggi Tanaman jagung 7 MST ... 52

17. Sidik Ragam Tinggi Tanaman jagung 7 MST ... 52

18. Data Pengamatan Jumlah Daun jagung 2 MST ... 53

19. Sidik Ragam Jumlah Daun Jagung 2 MST ... 53

20. Data Pengamatan Jumlah Daun jagung 3 MST ... 54


(13)

22. Data Pengamatan Jumlah Daun jagung 4 MST ... 55

23. Sidik Ragam Jumlah Daun Jagung 4 MST ... 55

24. Data Pengamatan Jumlah Daun jagung 5 MST ... 56

25. Sidik Ragam Jumlah Daun Jagung 5 MST ... 56

26. Data Pengamatan Jumlah Daun jagung 6 MST ... 57

27. Sidik Ragam Jumlah Daun Jagung 6 MST ... 57

28. Data Pengamatan Jumlah Daun jagung 7 MST ... 58

29. Sidik Ragam Jumlah Daun Jagung 7 MST ... 58

30. Data Pengamatan Kelengkungan Daun Jagung ... 59

31. Sidik Ragam Kelengkungan Daun Jagung ... 59

32. Data Pengamatan Umur Berbunga Jantan Jagung ... 60

33. Sidik Ragam Umur Berbunga Jantan Jagung ... 60

34. Data Pengamatan Umur Berbunga Betina Jagung ... 61

35. Sidik Ragam Umur Berbunga Betina Jagung ... 61

36. Data Pengamatan Umur Panen Jagung ... 62

37. Sidik Ragam Umur Panen Jagung ... 62

38. Data Pengamatan Jumlah Biji Per Tongkol Jagung ... 63

39. Sidik Ragam Jumlah Biji Per Tongkol Jagung ... 63

40. Data Pengamatan Berat Biji Per Tongkol Jagung ... 64

41. Sidik Ragam Berat Biji Per Tongkol Jagung ... 64

42. Data Pengamatan Panjang Tongkol Jagung ... 65

43. Sidik Ragam Panjang Tongkol Jagung ... 65


(14)

45. Sidik Ragam Produksi Biji Per Plot Jagung ... 66

46. Data Pengamatan Jumlah Cabang Produktif Kedelai 2 MST ... 67

47. Sidik Ragam Jumlah Cabang Produktif Kedelai 2 MST ... 67

48. Data Pengamatan Jumlah Cabang Produktif Kedelai 3 MST ... 68

49. Sidik Ragam Jumlah Cabang Produktif Kedelai 3 MST ... 68

50. Data Pengamatan Jumlah Cabang Produktif Kedelai 4 MST ... 69

51. Sidik Ragam Jumlah Cabang Produktif Kedelai 4 MST ... 69

52. Data Pengamatan Jumlah Cabang Produktif Kedelai 5 MST ... 70

53. Sidik Ragam Jumlah Cabang Produktif Kedelai 5 MST ... 70

54. Data Pengamatan Jumlah Cabang Produktif Kedelai 6 MST ... 71

55. Sidik Ragam Jumlah Cabang Produktif Kedelai 6 MST ... 71

56. Data Pengamatan Jumlah Cabang Produktif Kedelai 7 MST ... 72

57. Sidik Ragam Jumlah Cabang Produktif Kedelai 7 MST ... 72

58. Data Pengamatan Jumlah Cabang Produktif Kedelai 2 MST ... 73

59. Sidik Ragam Jumlah Cabang Produktif Kedelai 2 MST ... 73

60. Data Pengamatan Jumlah Cabang Produktif kedelai 3 MST ... 74

61. Sidik Ragam Jumlah Cabang Produktif Kedelai 3 MST ... 74

62. Data Pengamatan Jumlah Cabang Produktif Kedelai 4 MST ... 75

63. Sidik Ragam Jumlah Cabang Produktif Kedelai 4 MST ... 75

64. Data Pengamatan Jumlah Cabang Produktif kedelai 5 MST ... 76

65. Sidik Ragam Jumlah Cabang Produktif Kedelai 5 MST... 76

66. Data Pengamatan Jumlah Cabang Produktif Kedelai 6 MST ... 77


(15)

68. Data Pengamatan Jumlah Cabang Produktif Kedelai 7 MST ... 78

69. Sidik Ragam Jumlah Cabang Produktif Kedelai 7 MST ... 78

70. Data Pengamatan Jumlah Klorofil Daun Kedelai ... 79

71. Sidik Ragam Jumlah Klorofil Daun Tanaman Kedelai... 79

72. Data Pengamatan Berat Kering 100 Biji Kedelai ... 80

73. Sidik Ragam Berat Kering 100 Biji Kedelai ... 80

74. Data Pengamatan Produksi Biji Tanaman Kedelai ... 81

75. Sidik Ragam Produksi Biji Tanaman Kedelai ... 81

76. Data Pengamatan Produksi Biji Per Plot Tanaman Kedelai ... 82

77. Sidik Ragam Produksi Biji Per Plot Tanaman Kedelai ... 82

78. Gambar Biji Jagung dari Setiap Kerapan ... 83

79. Gambar Biji Kedelai dari Setiap Perlakuan ... 83


(16)

ABSTRAK

C KENEDI HARAHAP: Respon Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L.) Yang Ditanam Pada Beberapa Tingkat Kerapatan Populasi Jagung (Zea mays L.), dibimbing oleh EMMY HARSO KARDHINATA dan EVA SARTINI BAYU

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kedelai yang ditanam pada beberapa tingkat kerapatan populasi jagung. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl.) pada Februari – Mei 2011. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan metode Rancangan Petak Terpisah (RPT) dengan plot utama dan sub anak plot yaitu: 12 tanaman/subplot dengan jarak tanam 50x40cm, 9 tanaman/subplot dengan jarak tanam 100x40cm, 6 tanaman/subplot dengan jarak tanam 20x40cm dan varietas (Sibayak, Rajabasa dan Anjasmoro), perlakuan diulang tiga kali. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan 5%.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman 2 mst – 7 mst, bobot 100 biji, produksi biji pertanaman dan produksi per plot. Perlakuan tingkat kerapatan populasi jagung berpengaruh nyata pada parameter 2 mst-7 mst, jumlah klorofil, bobot 100 biji, produksi pertanaman dan produksi per plot..Interaksi antara varietas dan perlakuan tingkat kerapatan populasi jagung berpengaruh nyata terhadap produksi biji pertanaman.


(17)

ABSTRACT

C KENEDI HARAHAP Growth Response and Production of Some Varieties Soybean (Glycine max L.) All Grown At Some Level Density of Population Corn (Zea mays L.), supervised EMMY HARSO KARDHINATA and EVA SARTINI BAYU.

This study aims to determine the growth and production of several

varieties of soybean grown at several levels of population density of corn. To that end a study has been conducted in field trials at Agriculture

Faculty USU (± 25 m asl.) in February-May 2011. This study uses randomized block design with split plot design method with the main plot and sub plots are : 12 plants / sub plot with a spacing of 50x40cm, 9 plants / sub plot with a spacing of 100x40cm, 6 plants / sub plot with a spacing of 20x40cm and varieties (Sibayak, Rajabasa and Anjasmoro), the treatment was repeated thrice. The data obtained were analyzed using

analysis of variance followed by Duncan's Multiple Range Test 5%.

The results of data analysis showed that significantly different varieties of plant height parameter 2 MST - 7 MST, weight of 100 seeds, planting and production of seed production per plot. The treatment rate of corn population density significant effect on the parameter 2 MST - 7 MST, the amount of chlorophyll, the weight of 100 seeds, crop production and production per plot. The interaction between varieties and maize population density treatment levels significantly influenced the production of planting seed.


(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak biji yang dapat dimakan dan tidak diragukan lagi merupakan legume pangan terpenting di dunia. Amerika Serikat, Brazil, dan Cina adalah negara produsen terbesar. Walaupun terutama ditanam untuk menghasilkan biji kering, penggunaan biji muda secara luas, khususnya di Asia Timur, menyebabkan kedelai merupakan salah satu sayuran yang terpenting (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Di Indonesia kedelai mulai dilaporkan pada zaman Rumphius (abad ke-17). Pada waktu itu kedelai dibudidayakan sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau. Sampai saat ini di Indonesia kedelai banyak ditanam di dataran rendah yang tidak banyak mengandung air, misalnya di pesisir utara Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Gorontalo (Sulawesi Utara), Sulawesi Tenggara dan Lampung serta Sumatera Selatan dan Bali (Andrianto dan Indarto, 2004).

Perkembangan produksi kedelai tahun 1992 merupakan puncak produksi kedelai mencapai 1,86 juta ton. Tapi sejak 1993 terus menurun. Pada 2003 tinggal 671.600 ton disebabkan gairah petani menanam kedelai turun dipicu masuknya kedelai impor dengan harga murah. Saat itu bea masuk impor kedelai nol persen. Produksi kedelai pada 2004 hingga 2006 sempat meningkat. Namun pergerakannya sangat lambat, pada 2004 hanya 723.483 ton, 808.353 ton (2005) dan 746.611 ton (2006). Bahkan pada 2007 kembali turun menjadi sekitar 608.000 ton (BPS, 2008).


(19)

Produksi kedelai untuk daerah Sumatera Utara tahun 2010 sebesar 10.261 ton atau mengalami penurunan 3.945 ton atau sekitar 27.77 % dibandingkan tahun 2009. Penurunan ini disebabkan penurunan luas panen sebesar 3.097 atau 27 %

(BPS Sumut, 2010).

Kedelai merupakan tanaman yang kaya akan protein dan minyak, sekitar 20% minyak dan 30 % protein terkandung pada bijinya. Di Indonesia kedelai merupakan bahan makanan terpenting yang dapat diolah menjadi bahan makanan bergizi. Sampai sekarang walaupun peningkatan hasil telah diperoleh sedemikian besar, impor kedelai masih terpaksa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri (Kartasapoetra, 1988).

Walaupun memiliki nilai ekonomis yang tinggi, namun hasil jagung rata - rataan nasional masih sangat rendah dibandingkan dengan potensi hasil jagung baik kultivar bersari bebas maupun hibrida (Febriani et al., 2008). Pada Tahun 2005, Indonesia mengimpor jagung 1,80 juta ton dan pada Tahun 2010 diperkirakan mencapai 2,20 juta ton kalau produksi nasional tidak dipacu (Deptan, 2007).

Pengaturan jarak tanam pada suatu areal tanah pertanian merupakan salah satu cara yang berpengaruh terhadap hasil yang akan dicapai. Makin rapat jarak tanam menyebabkan lebih banyak tanaman yang tidak berbuah. Harjadi (2002) mengatakan bahwa jarak tanam juga mempengaruhi persaingan antar tanaman dalam mendapatkan air dan unsur hara, sehingga akan mempengaruhi hasil.

Melihat masalah di atas dan lahan untuk pertanian yang semakin berkurang akibat pembangunan dimana-mana maka, diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan produksi kedelai Nasional dan Sumatera Utara khususnya walaupun


(20)

dengan keterbatasan lahan yang ada, yaitu dengan penerapan teknologi budidaya yang memanfaatkan sumber daya sekitar. Selain melalui pengembangan sumberdaya genetik (varietas), penerapan berbagai inovasi teknologi pemupukan, pengelolaan hara dan tanah dapat mendukung upaya peningkatan produktivitas kedelai nasional. Salah satunya adalah menggunakan teknologi penanaman beberapa varietas kedelai pada beberapa tingkat kerapatan populasi jagung.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui petumbuhan dan produksi beberapa varietas kedelai yang ditanam pada beberapa tingkat kerapatan populasi jagung.

Hipotesis penelitian

Ada pengaruh beberapa tingkat kerapatan tanaman jagung terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kedelai.

Kegunanan Penelitian

Penelitian ini berguna sebagai bahan penyusun skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Siahaan dan Sitompul (1978), Klasifikasi dari tanaman kedelai adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Subdivisio Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Polypetales

Famili : Leguminosea (Papilionaceae) Genus : Glycine

Spesies : Glycine max (L.) Merill

Akar tanaman kedelai terdiri atas akar tunggang, akar lateral dan akar serabut. Pada tanah yang gembur akar ini dapat menembus tanah sampai kedalaman ± 15 cm. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri Rhizobium pengikat N dari udara. Bintil akar ini biasanya akan terbentuk 15 – 20 hari setelah tanam (Rukmana dan Yuniarsih, 1996).

Batang kedelai berasal dari poros janin. Bagian terpenting dari proses janin ialah hipokotil dan bakal akar, yang merupakan sebagai dari poros hipokotil akar. Bagian batang kecambah di atas kotiledon disebut epikotil. Semasa pertumbuhan vegetatif, titik tumbuh dari epikotil membentuk primordial daun dan kuncup ketiak, Plumula muncul ke permukaan tanah bersama dengan kotiledon, letaknya di antara


(22)

kedua kotiledon, jaringan batang dan daun terbentuk dari pertumbuhan dan perkembangan plumula. Kuncup-kuncup ketiak tumbuh membentuk cabang ordo pertama dari batang utama. Jumlah buku dan ruas yang membentuk batang utama tergantung dari reaksi genetipa terhadap panjangnya hari dan dari tipe tumbuh, yaitu diterminat dan interminat. Panjang batang hanya sekitar 15 cm. Apabila kultivar tipe interminat yang sesuai untuk daerah hari pendek ditanam di daerah berhari panjang maka tanaman cenderung merambat dan batang dapat mencapai panjang beberapa meter (Hidajat, 1985 dalam Somaatmadja,dkk, 1985).

Daun kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri dari tiga helai anak daun dan umumnya berwarna hijau muda dan hijau kekuning-kuningan. Bentuk daun ada yang oval, juga ada yang segi tiga. Warna dan bentuk daun kedelai ini bergantung varietasnya masing-masing (AAK, 1989).

Bunga kedelai akan muncul bila tanaman telah berumur 30-50 hari, tergantung dari varietas dan iklim, semakin pendek penyinaran dan semakin tinggi suhu udara, maka bunga akan semakin cepat muncul. Bunga kedelai termasuk bunga sempurna karena memiliki perhiasan dan alat kelamin yang lengkap. Bunga kedelai berbentuk kupu-kupu, berwarna ungu atau putih dan muncul diketiak daun. Bunga ini umumnya menyerbuk sendiri, karena penyerbukan terjadi sebelum bunga mekar.

Setelah penyerbukan terjadi bunga akan berkembang menjadi buah (Rukmana dan Yuniarsih, 1996).

Buah kedelai disebut “polong”, yang tersusun dalm rangkaian buah. Tiap polong berisi antara 1-4 biji. Jumlah polong per tanaman tergantung pada varietas kedelai, kesuburan tanah dan jarak tanam yang digunakan. Kedelai yang ditanam


(23)

pada daerah subur umumnya menghasilkan 100 sampai 200 polong per pohon (Rukmana dan Yuniarsih, 1996).

Biji kedelai umunya berbentuk bulat atau bulat pipih sampai bulat lonjong. warna kulit biji kedelai bervariasi antara lain kuning, hijau, cokelat dan hitam. Ukuran biji berkisar antara 6-30 gram/100 biji. Di Indonesia ukuran biji kedelai diklasifikasikan dalam 3 kelas yaitu biji kecil (6-10 gram/100 biji), sedang (11-12 gram/100 biji) dan besar (13 atau lebih/100 biji) (Rukmana dan Yuniarsih, 1996).

Syarat Tumbuh Tanaman

Iklim

Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok bagi tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung. Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan. Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21-340C, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23-270C. Pada proses perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 300C (Prihatman, 2000).


(24)

Tanah

Tanaman ini pada umumnya dapat beradaptasi terhadap berbagai jenis tanah dan menyukai tanah yang bertekstur ringan hingga sedang, dan berdrainase baik. Tanaman ini peka terhadap kondisi salin (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Pada dasarnya kedelai menghendaki kondisi tanah yang tidak terlalu basah, tetapi air tetap tersedia. Jagung merupakan tanaman indikator yang baik bagi kedelai. Tanah yang baik ditanami jagung, baik pula ditanami kedelai. Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan menyebabkan busuknya akar. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik. Tanah-tanah yang cocok yaitu: alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Pada Tanah- tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah-tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah cukup (Prihatman, 2000).

Toleransi pH yang baik sebagai syarat tumbuh yaitu antara 5,8 – 7 , namun pada tanah dengan pH 4,5 kedelai masih dapat tumbuh baik. Dengan menambah

kapur 2–4 ton per ha, pada umumnya hasil panen dapat ditingkatkan (Rukmana dan Yuniarsih, 2002).


(25)

Varietas

Varietas unggul sangat menentukan tingkat produktivitas tanaman dan merupakan komponen teknologi yang relatif mudah diadopsi petani jika benihnya tersedia. Berdasarkan kesesuaian lahan, Badan Litbang Pertanian telah melepas lima varietas unggul kedelai adaptif lahan kering masam yaitu: Tanggamus, Nanti, Sibayak, Seulawah, dan Ratai. (http://www.puslittan-bogor.net).

Peningkatan produksi tanaman kedelai perlu terus diupayakan, salah satunya melalui program pemuliaan tanaman. Tujuan pemuliaan tanaman di Indonesia diutamakan pada : 1) meningkatkan potensi hasil secara genetik, 2) memperpendek umur tanaman, 3) memperbaiki ketahanan tanaman terhadap penyakit penting, seperti karat daun, bakteri busuk daun, virus dan nematoda, 4) memperbaiki ketahanan terhadap hama penting, seperti lalat kacang dan hama pengisap polong, 5) memperbaiki toleransi tanaman terhadap cekaman lingkungan fisik, seperti pH rendah, kekeringan, naungan dan 6) memperbaiki mutu biji terutama warna, ukuran dan mutu simpan. ( http://images.soemarno.multiply.com).

Keragaman penampilan tanaman akibat susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan berasal dari jenis tanaman yang sama. Namun perlu diingat bahwa susunan genetik yang berbeda tidak selalu seluruhnya diekspresikan, atau hanya diekspresikan sebagian yang mungkin mengakibatkan hanya sedikit perubahan penampilan tanaman. Oleh karena itu suatu pertanyaan dapat timbul tentang besarnya sumbangan faktor genetis terhadap total keragaman penampilan tanaman. Apabila tanaman yang mempunyai susunan genetik


(26)

yang berbeda di tanam pada kondisi lingkungan yang sama, maka keragaman tanaman yang muncul dapat di hubungkan dengan perbedaan susunan genetis dengan

catatan bahwa faktor lain yang dapat berpengaruh konstan (Sitompul dan Guritno, 1995). Setiap gen itu memiliki pekerjaan sendiri-sendiri untuk

menumbuhkan dan mengatur berbagai jenis karakter dalam tubuh tanaman atau tumbuhan (Yatim, 1991).

Jarak Tanam

Tanam rapat yang menyebabkan jumlah tanaman per petak meningkat akan menurunkan berat per tanaman, meningkatkan berat tanaman segar per petak serta hasil biji per petak. Hal tersebut memberikan indikasi bahwa jarak tanam rapat yang dicobakan belum melampaui populasi optimumnya. Penentuan jarak tanaman tergantung pada daya tumbuh benih, keuburan tanah, musim dan varietas yang ditanam. Benih yang daya tumbuhnya agak rendah perlu ditanam dengan jarak tanam yang lebih rapat. Pada tanah yang subur, jarak tanam yang agak renggang lebih menguntungkan. Varietas yang banyak bercabang seperti Wilis, jarak tanam yang lebih renggang akan menyebabkan hasil lebih baik. Pada tanah yang tandus atau varietas yang batangnya tidak bercabang, lebih sesuai digunakan dengan jarak tanam yang agak rapat. Pertanaman pada musim kemarau yang diperkirakan akan kekurangan air, perlu ditanam pada jarak tanam yang lebih rapat. Keuntungan menggunakan jarak tanam rapat antara lain : (a) sebagai benih yang tidak tumbuh atau tanaman muda yang mati dapat terkompensasi, sehingga tanaman tidak terlalu jarang, (b) permukaan tanah dapat segera tertutup sehingga pertumbuhan gulma dapat


(27)

ditekan, dan (c) jumlah tanaman yang tinggi diharapkan dapat memberikan hasil yang tinggi pula. Sebaliknya jarak tanam yang terlalu rapat mempunyai beberapa kerugian yakni : (a) polong per tanaman menjadi sangat berkurang, sehingga hasil per hektarnya menjadi rendah, (b) ruas batang tumbuh lebih panjang sehingga tanaman mudah roboh, (c) benih yang dibutuhkan lebih banyak dan (d) penyiangan sukar dilakukan (pertanian.uns.ac.id/~agronomi/agrosains/peng_ureatable).

Jarak tanam hendaknya teratur, agar tanaman memperoleh ruang tumbuh yang seragam dan mudah disiangi. Jarak tanam kedelai tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan sifat tanaman yang bersangkutan. Pada tanah yang subur, jarak tanam lebih renggang, dan sebaliknya pada tanah tandus jarak tanam dapat dirapatkan. Jika areal luas dan pengolahan tanah dilakukan dengan pembajakan, Penanaman benih dilakukan menurut alur bajak sedalam kira-kira 5 cm. Sedangkan jarak jarak antara alur yang satu dengan yang lain dapat dibuat 50-60 cm, dan untuk alur ganda jarak tanam dibuat 20 cm. Sistem penanaman yang biasa dilakukan adalah: Sistem tanaman tunggal Dalam sistem ini, seluruh lahan ditanami kedelai dengan tujuan memperoleh produksi kedelai baik mutu maupun jumlahnya. Kedelai yang ditanam dengan sistem ini, membutuhkan lahan kering namun cukup mengandung air, seperti tanah sawah bekas ditanami padi rendeng dan tanah tegalan pada permulaan musim penghujan. Kelebihan lainnya ialah memudahkan pemberantasan hama dan penyakit. Kelemahan sistem ini adalah: penyebaran hama dan penyakit kedelai relatif cepat, sehingga penanaman kedelai dengan sistem ini memerlukan perhatian khusus. Jarak


(28)

tanam kedelai sebagai tanaman tunggal adalah: 20 x 20 cm; 20 x 35 cm atau 20 x 40 cm. (http://www.agromaret.com/artikel/781/teknik_penanaman_kedelai) Jarak tanam pada penanaman dengan membuat tugalan berkisar antara 20 - 40 cm. Jarak tanam yang biasa dipakai adalah 30 x 20 cm, 25 x 25 cm, atau 20 x 20 cm. Jarak tanam hendaknya teratur, agar tanaman memperoleh ruang tumbuh yang seragam dan mudah disiangi. Jarak tanam kedelai tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan sifat tanaman yang bersangkutan. Pada tanah yang subur, jarak tanam lebih renggang, dan sebaliknya pada tanah tandus jarak tanam dapat dirapatkan. Jarak tanam hendaknya teratur, agar tanaman memperoleh ruang tumbuh yang seragam dan mudah disiangi. Jarak tanam kedelai tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan sifat tanaman yang bersangkutan. Pada tanah yang subur, jarak tanam lebih renggang, dan sebaliknya pada tanah tandus jarak tanam dapat dirapatkan. Jarak tanam berpengaruh terhadap jumlah populasi. Jika ditanam rapat maka populasi akan tinggi dan hasil produksi akan lebih besar. Jarak tanam yang sempit biasanya dilakukan pada tanah yang subur. Untuk tanah yang kurang subur jarak tanam harus diperlebar untuk mengurangi kompetisi hara oleh tanaman. Jarak tanam yang biasa dipakai (dalam cm) adalah 25 × 25, 50 × 12,5, 20 × 20, 40×10, 30 × 15 dengan mengisi lubang tugal dengan 2 biji benih kedelai.


(29)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dengan ketinggian tempat sekitar 25 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai Mei 2011.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung varietas Jaya dan benih kacang kedelai varietas Sibayak, Sinabung dan Anjosmoro sebagai objek pengamatan, pupuk urea, TSP, KCl sebagai pupuk dasar bagi tanaman, insektisida untuk mengendalikan hama, fungisida untuk mengendalikan jamur.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk membersihkan lahan dari gulma dan sampah, gembor untuk menyiram tanaman, meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, timbangan analitik untuk mengukur bobot biji hasil produksi, handsprayer sebagai alat aplikasi insektisida dan fungisida.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktorial dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan metode Rancangan Petak Terpisah (RPT) dengan plot utama dan sub anak plot sebagai berikut:


(30)

Ukuran plot utama (2x3) meter

Perlakuan pada main plot adalah kerapatan tanaman jagung (J) dengan 3 perlakuan yaitu:

J1 = 12 tanaman/ sub plot, dengan jarak tanam (50x40) cm

J2 = 9 tanaman/ sub plot, dengan jarak tanam (100x40) cm

J3 = 6 tanaman/ sub plot, dengan jarak tanam (200x40) cm

Perlakuan pada sub plot adalah varietas kedelai yang ditanam dengan jarak tanam (40x20) cm, terdiri dari 3 perlakuan yaitu:

V1 = Varietas Sibayak

V2 = Varietas Raja Basa

V3 = Varietas Anjasmoro

Dari perlakuan-perlakuan di atas diperoleh kombinasi sebagai berikut :

J1 V1 J2 V1 J3 V1

J1 V2 J2 V2 J3 V2

J1 V3 J2 V3 J3 V3

Data hasil penelitian dianalisis sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut :

γ

ijk

= µ +

ρ

i

+

α

j

+

δ

ij

+

β

k

+ (

α

β

)

jk

+

ε

ijk


(31)

γ

ijk

: Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan perlakuan kerapatan pada

taraf jdan varietas ke-k

µ

: Nilai tengah

ρ

i

: Efek blok ke-i

α

j

: Efek dari kerapatan ke-j

δ

ij

: Galat pengaruh blok ke-i pada perlakuan kerapatan ke-j

β

k

: Efek varietas ke-k

(

αβ

)

jk

: Perlakuan kerapatan pada taraf j dan varietas ke-k

ε

ijk

: Efek galat pada blok-i dengan pelakuan kerapatan pada

taraf j dan varietas ke-k

Terhadap sidik ragam yang nyata dan sangat nyata, maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.


(32)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan lahan

Sebelum lahan diolah, terlebih dahulu lahan dibersihkan dari gulma, sisa-sisa tanaman, dan bahan-bahan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Kemudian tanah diolah dengan menggunakan cangkul. Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah dan memberikan kondisi menguntungkan bagi pertumbuhan akar. Melalui pengolahan tanah drainase dan aerase yang kurang baik akan diperbaiki.

Pembuatan media tanam

Setelah tanah diolah dibuat plot – plot penelitian dengan ukuran 2 m x 3 m dengan jarak antar ulangan 75 cm dan jarak antar plot dalam satu ulangan 75 cm. setelah itu dibuat saluran drainase yang mengelilingi areal penelitian. Lebar saluran 25 cm dengan kedalaman 15 cm.

Penanaman

Penanaman benih jagung dan kedelai dilakukan pada saat bersamaan. Benih yang akan ditanam terlebih dahulu diseleksi. Kemudian direndam dengan air selama 10 menit. Lubang tanam dibuat dengan cara menugal dengan kedalaman 2 cm sebanyak 2 benih/lubang tanam dengan jarak tanam untuk tanaman kedelai 40 x 20 cm dan jarak tanaman untuk jagung 50 x 40 cm, 100 x 40 cm, 200 x 40 cm.


(33)

Penjarangan

Penjarangan tanaman dilakukan pada saat tanaman berumur 7 HST. Penjarangan dilakukan dengan menyisakan 1 tanaman yang pertumbuhannya baik.

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Apabila kondisi tanah di lapangan kering penyiraman dilakukan sore dan pagi hari. Apabila kondisi tanah di lapangan masih lembab, penyiraman tidak dilakukan.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati dengan tanaman cadangan yang pertumbuhannya baik. Penyulaman dilakukan sampai minggu kedua setelah tanam.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan pemberian pupuk Urea 4,89 g dan TSP 7,04 g per tanaman dan KCl 4,32 g per tanaman. Seluruh jenis pupuk diberikan

pada waktu bersamaan yaitu 7 hari setelah benih ditanam.

Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang ada di lahan penelitian dan di sekitar lahan penelitian. Untuk menghindari persaingan dalam mendapatkan unsur hara dari dalam tanah.


(34)

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida dengan dosis 2 ml/liter air, sedangkan pengendalian penyakit dilakukan penyemprotan fungisida dengan dosis 2 g/l air. Penyemprotan dilakukan sesuai dengan kondisi serangan hama dan penyakit pada tanaman.

Panen

Panen dilakukan sekali dengan cara memotong 5 cm diatas pangkal batang utama dengan menggunakan sabit. Adapun kriteria panennya adalah ditandai sebagian besar daun sudah menguning tetapi bukan karena serangan hama penyakit, lalu gugur, buah berubah warna daun hijau sampai kuning kecoklatan, batang berwarna kuning agak kecoklatan. Kemudian polong dijemur dibawah sinar matahari selama 4 hari dan biji diambil dari polongnya.

Parameter Pengamatan

A. Tanaman Jagung

Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari leher akar sampai dengan titik tumbuh tertinggi tanaman dengan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap minggu sejak tanaman berumur 2 MST hingga muncul bunga jantan.


(35)

Jumlah Daun (Helai)

Jumlah daun dihitung dengan menghitung seluruh daun yang telah membuka sempurna. Pengukuran jumlah daun dilakukan setiap minggu sejak tanaman berumur 2 MST hingga muncul bunga jantan.

Kelengkungan Daun (cm)

Kelengkungan daun merupakan nisbah antara panjang daun dengan jarak antara ujung daun hingga pangkal daun dalam keadaan melengkung yang dinyatakan dengan: a/b

Dimana a : Panjang daun

b : jarak ujung daun dengan batang utama pada posisi melengkung

Umur Berbunga Jantan (hari)

Umur berbunga jantan dihitung pada saat bunga jantan setiap tanaman pertama kali muncul.

Umur Berbunga Betina (hari)

Umur berbunga betina dihitung pada saat bunga betina setiap tanaman pertama kali muncul.

Umur panen (hari)

Umur panen dihitung pada saat dilakukannya pemanenan pada setiap tanaman.


(36)

Jumlah Biji per Tongkol (Biji)

Jumlah biji per tongkol dihitung pada semua tanaman sampel.

Berat Biji per Tongkol (gram)

Berat biji per tongkol diambil dengan menimbang tanaman sampel setelah biji di pipil dan di keringkan.

Panjang Tongkol (cm)

Panjang tongkol diukur pada semua tanaman sampel.

Produksi Biji per Plot (gram)

Produksi per plot diambil dengan menimbang hasil panen setiap perlakuan setelah kadar air biji ± 14 %.

B. Tanaman Kedelai

Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal sampai titik tumbuh

dengan menggunakan meteran, dilakukan mulai 2 MST dan diulangi setiap 1 minggu sekali dan berakhir sampai masuk masa generatif yang ditandai dengan

keluarnya bunga.

Jumlah Cabang Produktif (cabang)

Jumlah cabang pada batang dihitung pada batang yang produktif. Cabang produktif yang dihitung adalah cabang yang berasal dari batang utama pada setiap tanaman.


(37)

Jumlah Klorofil daun (unit/6 mm3)

Perhitungan jumlah klorofil yaitu dengan menggunakan klorofil meter. Perhitungan dilakukan dengan cara mengukur jumlah klorofil pada tiga titik yaitu pada pangkal daun, tengah daun dan ujung daun kemudian dirata-ratakan.

Bobot Kering 100 biji (g)

Penimbangan dilakukan dengan menimbang 100 biji kedelai yang telah dijemur dibawah sinar matahari selama 2 hari dari masing-masing perlakuan. Untuk memperoleh 100 biji kedelai dilakukan pengambilan biji secara acak.

Produksi Biji per Tanaman (g)

Produksi biji per tanaman dihitung dengan menimbang produksi biji seluruh sampel tanaman kemudian dirata-ratakan. Biji yang ditimbang adalah biji yang telah dijemur dibawah sinar matahari selama 2 hari.

Produksi Biji per Plot (g)

Produksi biji per plot dihitung dengan menimbang produksi seluruh tanaman dari masing-masing plot. Biji yang ditimbang adalah biji yang telah dijemur dibawah sinar matahari selama 2 hari.


(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari analisis sidik ragam diketahui bahwa faktor kerapatan tidak menunjukan pengaruh yang nyata pada 2 MST sampai 7 MST dan interaksi antara varietas dan kerapatan juga tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung, jumlah daun, kelengkungan daun, umur berbunga jantan, umur berbunga betina, umur panen, jumlah biji per tongkol, berat biji per tongkol, panjang tongkol, dan produksi biji per plot tanaman jagung.

Dari analisis sidik ragam juga diketahui bahwa perlakuan Varietas berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman kedelai 2 mst sampai 7 mst, bobot kering per 100 biji (g), produksi biji per tanaman (g), produksi biji per plot (g), dan tidak berpengaruh nyata pada parameter jumlah cabang produktif dan jumlah klorofil tanaman kedelai.

Perlakuan tingkat kerapatan populasi jagung berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman kedelai 2–7 MST, jumlah klorofil, bobot kering per 100 biji, produksi biji per tanaman, dan produksi biji per plot tanaman kedelai dan tidak berpengaruh nyata pada parameter jumlah cabang produktif. Interaksi varietas dan tingkat kerapatan populasi jagung berpengaruh nyata pada parameter produksi biji per tanaman kedelai dan tidak berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 2–7 (cm), jumlah cabang produktif, jumlah klorofil, bobot kering per 100 biji dan produksi biji per plot tanaman kedelai.


(39)

Jagung

Tinggi Tanaman (cm)

Berdasarkan data statistik pada (Lampiran 4) analisis keragaman tinggi tanaman pada tanaman jagung memperlihatkan bahwa faktor kerapatan tidak menunjukan pengaruh yang nyata sejak 2 MST sampai 7 MST dan interaksi antara varietas dan kerapatan juga tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung. Perbedaan tinggi tanaman jagung dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Perbedaan Tinggi Tanaman Jagung (cm) dari Tingkat Kerapatan dan Varietas

Perlakuan Minggu Setelah Tanam

2 3 4 5 6 7

J1 38.09 71.65 96.20 126.32 149.33 222.17

J2 41.67 80.75 103.15 140.19 166.95 225.57

J3 33.83 65.30 90.86 124.12 152.15 219.53

V1 38.87 76.82 100.13 134.49 157.75 224.84

V2 35.85 67.25 91.55 126.19 153.02 221.00

V3 38.87 73.63 98.53 129.94 157.66 221.42

Jumlah Daun (helai)

Berdasarkan data statistik pada (Lampiran 5) menunjukkan bahwa analisis perbedaan jumlah daun tanaman jagung (helai) dari tingkat kerapatan dan varietas memperlihatkan bahwa faktor kerapatan tidak menunjukan pengaruh yang nyata sejak 2 MST sampai 7 MST dan interaksi antara tingkat kerapatan dan varietas juga tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman jagung (helai). Perbedaan jumlah daun tanaman jagung (helai) dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.


(40)

Tabel 2. Rataan Perbedaan Jumlah Daun Tanaman Jagung (helai) dari Tingkat Kerapatan dan Varietas

Perlakuan Minggu Setelah Tanam

2 3 4 5 6 7

J1 6.00 7.67 9.33 10.67 12.56 14.56

J2 5.89 7.78 9.78 11.22 13.00 14.89

J3 4.89 7.33 9.11 10.44 12.00 14.11

V1 5.11 8.00 9.56 11.00 13.00 14.89

V2 5.89 7.33 9.44 10.89 12.33 14.44

V3 5.78 7.44 9.22 10.44 12.22 14.22

Kelengkungan Daun (cm)

Berdasarkan data statistik pada (Lampiran 6) analisis keragaman ukuran kelengkungan daun (cm) pada tanaman jagung memperlihatkan bahwa faktor kerapatan tidak menunjukan pengaruh yang nyata dan interaksi antara varietas dan kerapatan juga tidak berpengaruh nyata terhadap ukuran kelengkungan daun (cm) tanaman jagung. Perbedaan keragaman ukuran kelengkungan daun (cm) tanaman jagung dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Rataan Kelengkungan Daun Tanaman Jagung (cm) dari Tingkat Kerapatan dan Varietas

Perlakuan V1 V2 V3 Rataan

J1 0.54 0.56 0.54 0.54

J2 0.55 0.56 0.57 0.56

J3 0.57 0.57 0.56 0.56


(41)

Umur Berbunga Jantan (hari)

Berdasarkan data statistik pada (Lampiran 7) analisis keragaman umur berbunga jantan (hari) pada tanaman jagung memperlihatkan bahwa faktor kerapatan tidak menunjukan pengaruh yang nyata dan interaksi antara varietas dan kerapatan juga tidak berpengaruh nyata terhadap umur berbunga jantan (hari) tanaman jagung. Rataan umur berbunga jantan (hari) dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Rataan Umur Berbunga Jantan Tanaman Jagung (hari) dari Tingkat Kerapatan dan Varietas

Perlakuan V1 V2 V3 Rataan

J1 56.50 56.67 56.67 56.61

J2 56.83 57.33 56.67 56.94

J3 56.33 56.67 56.67 56.56

Rataan 56.56 56.89 56.67

Umur Berbunga Betina (hari)

Berdasarkan data statistik pada (Lampiran 8) analisis keragaman umur berbunga betina (hari) pada tanaman jagung memperlihatkan bahwa faktor kerapatan tidak menunjukan pengaruh yang nyata dan interaksi antara varietas dan kerapatan juga tidak berpengaruh nyata terhadap umur berbunga betina (hari) tanaman jagung. Rataan umur berbunga betina (hari) dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Rataan Umur Berbunga Betina Tanaman Jagung (hari) dari Tingkat Kerapatan dan Varietas

Perlakuan V1 V2 V3 Rataan

J1 60.17 60.17 60.00 60.11

J2 60.17 60.50 60.67 60.44

J3 60.50 60.50 60.17 60.39


(42)

Umur Panen (hari)

Berdasarkan data statistik pada (Lampiran 9) analisis keragaman umur panen (hari) pada tanaman jagung memperlihatkan bahwa faktor kerapatan tidak menunjukan pengaruh yang nyata dan interaksi antara varietas dan kerapatan juga tidak berpengaruh nyata terhadap umur panen (hari) tanaman jagung. Rataan umur panen (hari) dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6. Rataan Umur Panen Tanaman Jagung (hari) dari Tingkat Kerapatan dan Varietas

Perlakuan V1 V2 V3 Rataan

J1 96.83 97.17 97.17 97.06

J2 97.83 97.83 98.17 97.94

J3 98.17 97.33 96.67 97.39

Rataan 97.61 97.44 97.33

Jumlah Biji Per Tongkol (biji)

Berdasarkan data statistik pada (Lampiran 10) analisis keragaman jumlah biji per tongkol (biji) pada tanaman jagung memperlihatkan bahwa faktor kerapatan tidak menunjukan pengaruh yang nyata dan interaksi antara varietas dan kerapatan juga tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah biji per tongkol (biji) tanaman jagung. Rataan jumlah biji per tongkol (biji) dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini.

Tabel 7. Rataan Jumlah Biji per Tongkol Tanaman Jagung dari Tingkat Kerapatan dan Varietas

Perlakuan V1 V2 V3 Rataan

J1 288.79 284.99 289.36 287.71

J2 299.53 288.66 285.38 291.19

J3 292.38 296.63 257.69 282.23


(43)

Berat Biji Per Tongkol (gr)

Berdasarkan data statistik pada (Lampiran 11) analisis keragaman berat biji per tongkol (g) pada tanaman jagung memperlihatkan bahwa faktor kerapatan tidak menunjukan pengaruh yang nyata dan interaksi antara varietas dan kerapatan juga tidak berpengaruh nyata terhadap berat biji per tongkol (g) tanaman jagung. Rataan berat biji per tongkol (gr) dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini.

Tabel 8. Rataan Berat Biji per Tongkol Tanaman Jagung (g) dari Tingkat Kerapatan dan Varietas

Perlakuan V1 V2 V3 Rataan

J1 84.01 82.00 86.71 84.24

J2 88.25 85.78 86.21 86.75

J3 88.14 86.87 87.18 87.40

Rataan 86.80 84.88 86.70

Panjang Tongkol (cm)

Berdasarkan data statistik pada (Lampiran 12) analisis keragaman panjang tongkol (cm) pada tanaman jagung memperlihatkan bahwa faktor kerapatan tidak menunjukan pengaruh yang nyata dan interaksi antara varietas dan kerapatan juga tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tongkol (cm) tanaman jagung. Rataan panjang tongkol (cm) dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini.

Tabel 9. Rataan Panjang Tongkol Tanaman Jagung (cm) dari Tingkat Kerapatan dan Varietas

Perlakuan V1 V2 V3 Rataan

J1 35.18 38.23 40.93 38.11

J2 33.08 36.38 39.93 36.47

J3 35.35 37.40 35.75 36.17


(44)

Produksi Per Plot (g)

Berdasarkan data statistik pada (Lampiran 13) analisis keragaman produksi per plot (g) pada tanaman jagung memperlihatkan bahwa faktor kerapatan tidak menunjukan pengaruh yang nyata dan interaksi antara varietas dan kerapatan juga tidak berpengaruh nyata terhadap produksi per plot (g) tanaman jagung. Rataan produksi per plot (g) dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini.

Tabel 10. Rataan Produksi per Plot Tanaman Jagung (g) dari Tingkat Kerapatan dan Varietas

Perlakuan V1 V2 V3 Rataan

J1 2725.84 2885.53 2832.14 2814.50

J2 2718.21 2766.29 2712.46 2732.32

J3 2832.33 2789.71 2830.05 2817.36


(45)

Kedelai Tinggi Tanaman (cm)

Dari analisis sidik ragam (lampiran 46-57) dapat diketahui bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada 2 MST sampai 7 MST, tingkat kerapatan berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 2 MST hingga 7 MST namun interaksi antara varietas dan kerapatan belum berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman kedelai. Rataan tinggi tanamanl (cm) 2 MST hingga 7 MST dari varietas dan tingkat kerapatan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rataan Perbedaan Tinggi Tanaman Kedelai (cm) dari Tingkat Kerapatan dan Varietas

Perlakuan Minggu Setelah Tanam

2 3 4 5 6 7

J1 8.14 c 12.87 c 18.89 c 24.88 c 44.18 b 54.10 b J2 8.60 b 13.94 b 20.36 b 27.43 b 45.33 a 55.92 ab J3 9.11 a 14.50 a 21.82 a 30.74 a 46.16 a 57.04 a V1 10.51 a 15.54 a 22.81 a 31.75 a 50.16 a 59.55 a V2 7.40 c 12.28 c 18.40 c 23.66 c 41.54 c 52.36 c V3 7.94 b 13.48 b 19.86 b 27.63 b 43.96 b 55.15 b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5 %

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa varietas menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman mulai dari 2 MST sampai 7 MST. Rataan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada varietas Sibayak (59,55 cm) dan terendah pada varietas Raja Basa (52,36 cm).


(46)

Faktor tingkat kerapatan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 2 mst sampai 7 mst dengan rataan tinggi tanaman tertinggi pada Jarak tanam J3 yaitu (57,04 cm) dan terendah pada J1 (54,10 cm ).

Jumlah cabang produktif (cabang)

Dari analisis sidik ragam (lampiran 58 - 69) dapat diketahui bahwa varietas dan tingkat kerapatan tidak berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 2 MST hingga 7 MST dan interaksi antara varietas dan kerapatan belum berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman kedelai. Rataan jumlah cabang produktif dari 2 MST hingga 7 MST dari varietas dan tingkat kerapatan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Rataan Perbedaan Jumlah Cabang Tanaman Kedelai dari Tingkat

Kerapatan dan Varietas

Perlakuan Minggu Setelah Tanam

2 3 4 5 6 7

J1 0.33 3.00 3.83 4.72 6.00 6.83

J2 0.33 3.11 3.89 4.89 5.72 6.67

J3 0.17 3.00 3.94 4.89 5.94 6.83

V1 0.33 2.94 3.78 4.89 5.83 6.78

V2 0.44 3.00 3.94 4.78 5.94 6.72

V3 0.06 3.17 3.94 4.83 5.89 6.83

Jumlah Klorofil

Dari analisis sidik ragam (lampiran 70 – 71) dapat diketahui bahwa varietas tidak berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah klorofil tanaman kedelai namun tingkat kerapatan berpengaruh nyata pada parameter jumlah klorofil tanaman kedelai dan interaksi antara varietas dan kerapatan belum berpengaruh nyata terhadap


(47)

parameter jumlah klorofil tanaman kedelai. Rataan jumlah klorofil tanaman kedelai dari varietas dan tingkat kerapatan dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Rataan Jumlah Klorofil Tanaman Kedelai dari Tingkat Kerapatan dan Varietas

Perlakuan V1 V2 V3 Rata-rata

J1 241.42 235.60 236.08 237.70 c

J2 265.88 269.05 270.62 268.52 b

J3 312.48 304.32 315.13 310.64 a

Rata-rata 273.26 269.66 273.94

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5 %

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa faktor tingkat kerapatan berpengaruh nyata terhadap jumlah klorofil tanaman kedelai dengan rataan tinggi tanaman tertinggi pada jumlah klorofil tanaman kedelai J3 yaitu (310,64) dan terendah pada J1 (237,70).

Bobot Kering per 100 Biji

Dari analisis sidik ragam (lampiran 72 – 73) dapat diketahui bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering per 100 biji tanaman kedelai (g) dan tingkat kerapatan juga berpengaruh nyata pada parameter bobot kering per 100 biji tanaman kedelai (g) namun interaksi antara varietas dan tingkat kerapatan belum berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering per 100 biji tanaman kedelai (g). Rataan bobot kering per 100 biji tanaman kedelai (g) dari varietas dan tingkat kerapatan dapat dilihat pada Tabel 14.


(48)

Tabel 14. Rataan Bobot Kering 100 Biji Tanaman Kedelai (g) dari Tingkat Kerapatan dan Varietas

Perlakuan V1 V2 V3 Rata-rata

J1 15.27 15.40 14.63 15.10 a

J2 14.93 15.50 14.63 15.02 ab

J3 11.13 11.27 11.40 11.27 b

Rata-rata 13.78 ab 14.06 a 13.56 b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5 %

Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa varietas menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap bobot kering per 100 biji tanaman kedelai (g). Rataan bobot kering per 100 biji tanaman kedelai (g) tertinggi terdapat pada varietas Rajabasa (14,06 g) dan terendah pada varietas Anjasmoro (13,56 g)

Faktor tingkat kerapatan berpengaruh nyata bobot kering per 100 biji tanaman kedelai (g) dengan rataan bobot kering per 100 biji tanaman kedelai (g) tertinggi pada Jarak tanam J1yaitu (15,10 g) dan terendah pada J3 (11,27 g)

Produksi Biji Per Tanaman

Dari analisis sidik ragam (lampiran 73 – 74) dapat diketahui bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap parameter produksi biji per tanaman kedelai (g) dan tingkat kerapatan juga berpengaruh nyata pada parameter produksi biji per tanaman (g) serta interaksi antara varietas dan tingkat kerapatan juga berpengaruh nyata terhadap parameter produksi biji per tanaman (g). Rataan produksi biji per tanaman (g) dari varietas dan tingkat kerapatan dapat dilihat pada Tabel 15.


(49)

Tabel 15. Rataan Produksi Biji per Tanaman Kedelai (g) dari Tingkat Kerapatan dan Varietas

Perlakuan V1 V2 V3 Rata-rata

J1 15.28 d 19.91 cd 37.78 b 24.33 b

J2 25.08 c 33.23 b 73.60 a 43.97 a

J3 30.37 bc 41.80 b 70.93 a 47.70 a

Rata-rata 23.58 c 31.65 b 60.77 a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5 %

Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa varietas menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap parameter produksi biji per tanaman kedelai (g). Rataan parameter produksi biji per tanaman kedelai (g) tertinggi terdapat pada varietas Anjasmoro (60,77 g) dan terendah pada varietas Sibayak (23,58 g)

Faktor tingkat kerapatan berpengaruh nyata pada produksi biji per tanaman kedelai (g), dengan rataan produksi biji per tanaman kedelai tertinggi terdapat pada jarak tanam J3 yaitu (47,70 g) dan terendah pada J1 (24,33 g ).

Untuk parameter produksi biji pertanaman kedelai (gr), varietas yang paling responsif terhadap perlakuan tingkat kerapatan J1 adalah varietas Anjasmoro (37,78 gr), varietas yang paling responsif terhadap perlakuan tingkat kerapatan J2 adalah Varietas Anjasmoro (73,60 g), dan varietas yang paling responsif terhadap perlakuan tingkat kerapatan J3 adalah juga varietas Anjasmoro (70,93 g).


(50)

)

Gambar 1. Rataan Produksi Biji per Tanaman Kedelai (g)

Produksi Biji per Plot

Dari analisis sidik ragam (lampiran 74 – 75) dapat diketahui bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap parameter produksi biji per plot (g) dan tingkat kerapatan juga berpengaruh nyata pada parameter produksi biji per plot (g) namun interaksi antara varietas dan tingkat kerapatan belum berpengaruh nyata terhadap parameter produksi biji per plot (g). Rataan produksi biji per plot (g) dari varietas dan tingkat kerapatan dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Rataan Produksi Biji per Plot Tanaman Kedelai (biji) dari Tingkat Kerapatan dan Varietas

Perlakuan V1 V2 V3 Rata-rata

J1 285.10 598.20 844.74 576.01 c

J2 358.38 748.47 1197.60 768.15 b

J3 547.80 828.60 1404.00 926.80 a

Rata-rata 397.09 c 725.09 b 1148.78 a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5 %


(51)

Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa perlakuan varietas menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap parameter produksi biji per plot (g). Rataan parameter produksi biji per plot (g) tertinggi terdapat pada varietas Anjasmoro (1148,78 g) dan terendah pada varietas Sibayak (397,09 g)

Faktor tingkat kerapatan berpengaruh nyata pada produksi biji per plot (g), dengan rataan produksi biji per plot tertinggi terdapat pada jarak tanam J3 yaitu (926,80 g) dan terendah pada J1 (576,01 g ).

Pembahasan

Pengaruh varietas terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai

Perlakuan varietas menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman 2 mst sampai 7 mst, bobot kering per 100 biji, produksi biji per tanaman, dan produksi biji per plot. Hal ini diduga karena adanya perbedaan genetik dari ketiga varietas yang digunakan. Dengan demikian penampilan karakter setiap varietas sangat ditentukan oleh faktor genetik dari varietas tersebut. Dalam hal ini faktor genetik menyebabkan perbedaan yang beragam seperti penampilan fenotip tanaman dengan menampilkan ciri dan sifat khusus yang berbeda antara satu sama lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sitompul dan Guritno (1995) yang menyatakan keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu mungkin terjadi, sekalipun bahan tanaman yang di gunakan berasal dari jenis tanaman yang sama.

Ketiga varietas kedelai menunjukan perbedaan yang nyata pada bobot kering per 100 biji dimana varietas Rajabasa mempunyai berat tertinggi dan varietas Anjasmoro mempunyai bobot kering terendah, sedangkan pada produksi biji per


(52)

tanaman varietas Anjasmoro mempunyai produksi tertinggi dan varietas Sibayak mempunyai produksi yang terendah, dan pada produksi biji per plot varietas Anjasmoro mempunyai produksi tertinggi dan varietas Sibayak mempunyai produksi terendah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan gen yang mengatur karakter-karakter tersebut. Gen-gen yang beragam diantara masing-masing varietas diekspresikan dalam karakter-karakter yang beragam pula. Hal ini sesuai dengan pernyatan Yatim (1991) yang menyatakan bahwa setiap gen itu memiliki pekerjaan sendiri-sendiri untuk menumbuhkan dan mengatur berbagai jenis karakter dalam tubuh.

Pada parameter jumlah cabang 2 MST sampai 7 MST perlakuan varietas tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata. Menurut Hartmann,dkk (2001) bahwa faktor genetik tanaman dan adaptasi terhadap lingkungan tidak sama sehingga menghasilkan pertumbuhan yang berbeda. Setiap terjadinya perubahan kondisi lingkungan disekitar tanaman akan menyebabkan reaksi atau respon genetik yang berbeda untuk setiap varietas tanaman. Akan tetapi keadaan ini tergantung pada derajat perubahan fisik lingkungan, terutama pada periode-periode pertumbuhan kritis tanaman. Dalam hal ini diduga bahwa setiap varietas memiliki respons yang sama terhadap kondisi lingkungan sehingga tidak menunjukkan perbedaan.

Varietas Sibayak memiliki tinggi tanaman tertinggi dan tinggi tanaman terendah pada varietas Rajabasa, Varietas Anjasmoro memiliki jumlah cabang produktif, jumlah klorofil, produksi biji per tanaman dan produksi biji per plot tertinggi, sedangkan varietas Rajabasa memiliki bobot kering per 100 biji tertinggi sedangkan Varietas Anjasmoro memiliki bobot kering per 100 biji terendah.


(53)

Pengaruh Tingkat Kerapatan Populasi Jagung Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kedelai

Dari hasil analisis secara statistik diperoleh bahwa perlakuan tingkat kerapatan populasi jagung berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai. Perlakuan tingkat kerapatan populasi tanaman jagung terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 2 mst sampai 7 mst, jumlah klorofil tanaman, bobot kering per 100 biji, produksi biji per tanaman dan produksi biji per plot. Untuk tinggi tanaman 7 mst diperoleh tanaman tertinggi pada perlakuan J3 dengan tinggi (57,04 cm) sedang terendah pada perlakuan J1 (54,10 cm), untuk jumlah klorofil tanaman diperoleh jumlah klorofil terbanyak pada perlakuan J3 (310, 64) sedang terendah pada perlakuan J1 (237,70), untuk produksi biji per tanaman diperoleh berat tertinggi terdapat pada perlakuan J3 (47,70 g) sedang terendah terdapat pada perlakuan J1 (24,33 g), untuk parameter produksi biji per plot tertinggi terdapat pada perlakuan J3 (926,80 g) sedang terendah terdapat pada perlakuan J1 (576,01 g). Jarak tanam jagung yang rapat akan meningkatkan daya saing tanaman kedelai satu sama lain, karena tajuk atau daun tanaman jagung menghambat pancaran cahaya ke permukaan lahan sehingga pertumbuhan tanaman kedelai menjadi terhambat, disamping itu juga laju evaporasi tanaman kedelai ditekan dengan keadaan tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harjadi (2002) yang mengatakan bahwa jarak tanam juga mempengaruhi persaingan antar tanaman dalam mendapatkan air dan unsur hara, sehingga akan mempengaruhi hasil.


(54)

Pengaruh interaksi varietas dan tingkat kerapatan populasi jagung pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai

Dari hasil analisis statistik diperoleh bahwa interaksi perlakuan varietas dan perlakuan tingkat kerapatan populasi jagung belum berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah klorofil, jumlah cabang produktif, bobot kering per 100 biji, produksi biji per plot dimana menurut Hartmann, dkk (2001) bahwa suatu sifat karakter individu adalah merupakan kerjasama antara faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik tanaman dan adaptasi terhadap lingkungan tidak sama sehingga menghasilkan pertumbuhan yang berbeda. Setiap terjadinya perubahan kondisi lingkungan di sekitar tanaman akan menyebabkan reaksi atau respon genetik yang berbeda untuk setiap varietas tanaman. Akan tetapi keadaan ini tergantung pada derajat perubahan fisik lingkungan, terutama pada periode-periode pertumbuhan kritis tanaman.

Dari hasil analisis statistik juga diperoleh bahwa interaksi perlakuan varietas dan perlakuan tingkat kerapatan populasi jagung berpengaruh nyata terhadap parameter produksi biji per tanaman, hal ini dikarenakan jarak tanam rapat yang menyebabkan jumlah tanaman per petak meningkat akan menurunkan berat per tanaman hal ini sesuai dengan literatur (pertanian.uns.ac.id/~agronomi/agrosains/peng_ureatable) yang menuliskan bahwa tanam rapat yang menyebabkan jumlah tanaman per petak meningkat akan menurunkan berat per tanaman, meningkatkan berat tanaman segar per petak serta hasil biji per petak. Hal tersebut memberikan indikasi bahwa jarak tanam rapat yang


(55)

dicobakan belum melampaui populasi optimumnya. Penentuan jarak tanaman tergantung pada daya tumbuh benih, kesuburan tanah, musim dan varietas yang ditanam. Benih yang daya tumbuhnya agak rendah perlu ditanam dengan jarak tanam yang lebih rapat. Pada tanah yang subur, jarak tanam yang agak renggang lebih menguntungkan.


(56)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan varietas berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 2 mst sampai 7 mst, bobot kering per 100 biji, produksi biji per tanaman dan produksi biji per plot.

2. Perlakuan tingkat kerapatan populasi jagung memberikan pengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 2 MST sampai 7 MST, jumlah klorofil, bobot kering per 100 biji, produksi biji per tanaman dan produksi biji per plot.

3. Interaksi varietas dan perlakuan tingkat kerapatan populasi jagung berpengaruh nyata pada parameter produksi biji per tanaman.

Saran

Perlu dilakukan pengujian dalam berbagi tingkat kerapatan populasi jagung untuk memperoleh jarak optimum dalam lingkungan serta musim tanam bervariasi.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

AAK., 1989. Kedelai. Kanisius, Yogyakarta.

Andrianto, T. T., dan Indarto, N., 2004. Budidaya Dan Analisis Usaha Tani Kedelai. Penerbit Absolut, Yogyakarta.

Bangun, M.K., 1991. Perancangan Percobaan. Fakultas Pertanian USU, Medan

Departemen Pertanian, 2007. Budi Daya Tanaman Palawija Pendukung Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) Jagung, Kedelai, Kacang Tanah, Sorgum, Ubi Kayu, Sagu, Talas. Departemen Pertanian, Derektoral Jendral Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Harjadi, S. S. M. M., 2002. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hidajat. O. O., 1977. The inheritance and association of seedsize, fruiting period and

bacterial pustule in soybean (Glycine max. (L)

Merrill).Tesis.Miss.State.Unpublished dalam Somaatmadja, 1985. Morfologi Tanaman Kedelai. Balai Penbelitian Tanaman Pangan Sukamandi.

Sumatera Utara No. 16/02/12Th. XI, Statistika Tanaman Padi dan Palawija Sumatera Utara Tahun 2007 dan Ramalan Kondisi Thun 2008. Diakses tanggal 29 September 2008.

http tanggal 3 November 2008.

Prihatman, 2000. Kedelai (Glycine max L.). Dikutip dari Diakses pada tanggal 3 November 2008.

Kartasapoetra, A.G., 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah Tropik. Bina Aksara, Jakarta.


(58)

Rubatzky, V. E., Dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 2. ITB-Press. Bandung; Hal: 262.

Rukmana, R. dan Yuyun Yuniarsih., 1996. Kedelai Budidaya dan Pascapanen. Kanisius, Yogyakarta.

Siahaan, R.Y dan Hn. B. Sitompul., 1978 Secuit Daftar Familia dan Spesies dari Kingdom Plantae (Khusus Spermatophyta). Jurusan Biologi Fakultas Keguruan Ilmu Eksakta IKIP, Medan.

Sitompul, S.M da. Guritno, 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM-Press, Yogyakarta

Subandi. 2007. Tenologi Produksi dan Strategi Pengembangan Kedelai Pada Lahan

Kering Msam.

Suwardi, dkk., 2009. Implikasi Keragaman Genetik, Korelasi Penotipik dan Genotipik untuk Perbaikan Hasil Sejumlah Galur Kedelai (Glycine max (L.) Merrill).


(59)

Bagan Plot Penelitian

A. Jarak Tanam Jagung 200 cm x 40 cm

O X O X O

X X X X

X X

X X

X X

X X

X X X X

O X O X O 100 cm

200 cm 10 cm

200cm m cm

40 cm

20cm 40 cm


(60)

B. Jarak Tanam Jagung 100 cm x 40 cm

O X O X O

X X X X

X X

X X

O O

X X

X X

X X X X

O X O X O 100 cm

200 cm

10 cm 40 cm


(61)

C. Jarak Tanam Jagung 50 cm x 40 cm

BAGAN PERCOBAAN

O X O X O

X X X X

O O O

X X

X X X X

X X

O O O

X X X X

O X O X O 100 cm

200 cm 10 cm

50cm m cm


(62)

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

Keterangan :

a = Jarak antar plot = 75 cm b = Jarak antar ulangan = 75 cm

J2 V1 a b U S J3 V2 J1 V3 V1 V2 V1 V3 V2 V3 J2 V3 V2 J2 V3 V1 V1 V2 J1 V2 V3 V1 J3 V1 J3 V3

V1 V3

V1 V2

J1

V2

V2


(63)

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman

Rajabasa

Tanggal dilepas : 17 Maret 2004

SK Mentan : 171/Kpts/LB.240/3/2004

No. Galur : GH-7/ BATAN

Asal : Galur Mutan No. 214 x 23-D yang berasal dari Guntur dosis 150 Gy

Hasil rata-rata : 2,05 t/ha pipilan kering

Daya hasil : 3,09 t/ha pipilan kering

Warna hipokotil : Ungu

Warna epikotil : Ungu

Warna daun : Hijau

Warna bulu : Cokelat

Warna bunga : Ungu

Warna kulit biji : Kuning mengkilap

Warna polong masak : Cokelat tua

Warna hilum : Cokelat

Bentuk biji : Bulat lonjong

Bentuk daun : Lenceolate

Tipe tumbuh : Determinit

Umur berbunga : 35 hari

Umur matang : 82 – 85 hari

Tinggi tanaman : 54 cm

Bobot 100 biji : 15 gram

Kandungan protein : 39,62 %

Kandungan lemak : 19.93 %

Ketahanan terhadap penyakit : Tahan karat daun (Phakospora pachyrizi Syd) Ketahanan terhadap cekaman : Agak toleran terhadap cekaman masam

Ketahan rebah : Tahan

Wilayah adaptasi : Lahan kering masam dan pasang surut

Pemulia : Masrizal, H. Is Mulyana, Siswoyo, K. Dewi,


(64)

Lampiran 2. Deskripsi Tanaman

Sibayak

Tanggal dilepas : 22 Oktober 2001

SK Mentan : 535/Kpts/TP.240/10/2001

No. Galur : D.3577-27

Asal : Silang tunggal: Dempo x No. 3577

Hasil rata-rata : 1,41 t/ha pipilan kering

Warna hipokotil : Ungu

Warna epikotil : Hijau

Warna kotiledon : Kuning

Warna bulu : Cokelat

Warna bunga : Ungu

Warna kulit biji : Kuning

Warna polong masak : Cokelat

Warna hilum : Cokelat tua

Bentuk biji : Oval

Bentuk daun : Lanceolate

Tipe tumbuh : Determinit

Umur berbunga : 38 hari

Umur matang : 89 hari

Tinggi tanaman : 74 cm

Percabangan : 3 – 4 cabang

Bobot 100 biji : 12,5 gram

Kandungan protein : 44,6 %

Kandungan lemak : 13 %

Kandungan air : 5,7 %

Ketahanan terhadap penyakit : Moderat karat daun

Sifat-sifat lain : Polong tidak mudah pecah

Wilayah adaptasi : Lahan kering masam

Pemulia : Darman MA, M. Muchlish Adie, Heru Kuswantoro, dan Purwantoro.


(65)

Lampiran 3. Deskripsi Tanaman

Anjasmoro

Tanggal dilepas : 22 Oktober 2001

SK Mentan : 537/Kpts/TP.240/10/2001

Nama Galur : MANSURIA 395-49-4

Asal : Seleksi massa dari galur murni Mansuria

Hasil rata-rata : 2,25 t/ha pipilan kering

Warna hipokotil : Ungu

Warna epikotil : Ungu

Warna kotiledon : Kuning

Warna bulu : Putih

Warna bunga : Ungu

Warna kulit biji : Kuning

Warna polong masak : Cokelat muda

Warna hilum : Kuning kecoklatan

Bentuk biji : Oval

Tipe tumbuh : Determinate

Umur berbunga : 35 hari

Umur matang : 82 hari

Tinggi tanaman : 66 cm

Bobot 100 biji : 14,8 gram

Ukuran biji : Sedang

Kandungan protein : 41,78 %

Kandungan lemak : 17.12 %

Kandungan air : 6,1 %

Ketahanan terhadap penyakit : Moderat karat daun

Sifat-sifat lain : Polong tidak mudah pecah

Ketahan rebah : Tahan

Wilayah adaptasi : Lahan kering masam

Pemulia :Takashi Sanbuichi, Nagaaki Sekiya, Jamaluddin M, Susanto, Darman M.Arsyad, Muchlish Adie


(66)

Lampiran Tanaman Jagung

Lampiran 4. Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 2 MST

Perlakuan BLOK

TOTAL RATAAN Jarak Tanam Varietas

I II III

Jagung Kedelai

J1 V1 36.53 45.68 32.12 114.33 38.11

V2 30.45 33.96 41.25 105.66 35.22

V3 43.72 40.54 38.53 122.79 40.93

J2 V1 45.91 38.51 45.06 129.48 43.16

V2 43.25 37.83 36.89 117.97 39.32

V3 48.35 41.68 37.59 127.62 42.54

J3 V1 33.38 35.13 37.54 106.05 35.35

V2 32.42 32.15 34.42 98.99 33.00

V3 31.95 36.38 31.06 99.39 33.13

TOTAL 345.96 341.86 334.46 1022.28

RATAAN 38.44 37.98 37.16 37.86

Lampiran 5. Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) 2 MST

SUMBER

KERAGAMAN db JK KT F.hit F.05

BLOK 2 7.55 3.77

JARAK TANAM 2 277.90 138.95 5.82 tn 6.94

ERROR (A) 4 95.57 23.89

VARIETAS 2 54.84 27.42 1.56 tn 3.89

INTERAKSI (AXB) 4 30.00 7.50 0.43 tn 3.26

ERROR (B) 12 210.36 17.53

TOTAL 26 676.23

Ket : KK(A = 13% KK(B)

: 11 %

* = Nyata tn = Tidak Nyata FK = 38705.79


(67)

Lampiran 6. Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 3 MST

Perlakuan BLOK

TOTAL RATAAN Jarak Tanam Varietas

I II III

Jagung Kedelai

J1 V1 75.65 72.43 69.98 218.06 72.69

V2 61.95 60.93 71.10 193.98 64.66

V3 70.86 94.00 67.93 232.79 77.60

J2 V1 83.94 88.52 89.42 261.88 87.29

V2 85.91 73.45 70.16 229.52 76.51

V3 97.46 89.68 48.21 235.35 78.45

J3 V1 59.92 76.95 74.56 211.43 70.48

V2 54.56 61.23 65.96 181.75 60.58

V3 53.51 70.00 71.05 194.56 64.85

TOTAL 643.76 687.19 628.37 1959.32

RATAAN 71.53 76.35 69.82 72.57

Lampiran 7. Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) 3 MST

SUMBER KERAGAMAN db JK KT F.hit F.05

BLOK 2 206.77 103.39

JARAK TANAM 2 1084.96 542.48 2.42 tn 6.94

ERROR (A) 4 896.76 224.19

VARIETAS 2 427.38 213.69 1.87 tn 3.89

INTERAKSI (AXB) 4 174.58 43.65 0.38 tn 3.26

ERROR (B) 12 1369.73 114.14

TOTAL 26 4160.17

Ket : KK(A) = 21% KK(B) = 15 %

* = Nyata

tn = Tidak Nyata


(68)

Lampiran 8. Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 3 MST

Perlakuan BLOK

TOTAL RATAAN Jarak Tanam Varietas

I II III

Jagung Kedelai

J1 V1 75,65 72,43 69,98 218,06 72,69

V2 61,95 60,93 71,10 193,98 64,66

V3 70,86 94,00 67,93 232,79 77,60

J2 V1 83,94 88,52 89,42 261,88 87,29

V2 85,91 73,45 70,16 229,52 76,51

V3 97,46 89,68 48,21 235,35 78,45

J3 V1 59,92 76,95 74,56 211,43 70,48

V2 54,56 61,23 65,96 181,75 60,58

V3 53,51 70,00 71,05 194,56 64,85

TOTAL 643,76 687,19 628,37 1959,32

RATAAN 71,53 76,35 69,82 72,57

Lampiran 9. Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) 3 MST

SUMBER KERAGAMAN Db JK KT F.hit F.05

BLOK 2 206,77 103,39

JARAK TANAM 2 1084,96 542,48 2,42 tn 6,94

ERROR (A) 4 896,76 224,19

VARIETAS 2 427,38 213,69 1,87 tn 3,89

INTERAKSI (AXB) 4 174,58 43,65 0,38 tn 3,26

ERROR (B) 12 1369,73 114,14

TOTAL 26 4160,17

Ket : KK(A) = 21% KK(B)= 15%

* = Nyata

tn = Tidak Nyata


(69)

Lampiran 10. Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 4 MST

Perlakuan BLOK

TOTAL RATAAN Jarak Tanam Varietas

I II III

Jagung Kedelai

J1 V1 103,24 110,90 84,36 298,50 99,50

V2 79,69 94,10 96,96 270,75 90,25

V3 108,60 97,65 90,32 296,57 98,86

J2 V1 100,12 102,35 107,35 309,82 103,27

V2 107,50 100,12 89,54 297,16 99,05

V3 117,35 110,86 93,16 321,37 107,12

J3 V1 81,62 106,86 104,35 292,83 97,61

V2 78,96 97,93 79,18 256,07 85,36

V3 86,54 89,10 93,21 268,85 89,62

TOTAL 863,62 909,87 838,43 2611,92

RATAAN 95,96 101,10 93,16 96,74

Lampiran 11. Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) 4 MST

SUMBER KERAGAMAN Db JK KT F.hit F.05

BLOK 2 291,75 145,88

JARAK TANAM 2 683,45 341,72 2,99 tn 6,94

ERROR (A) 4 456,76 114,19

VARIETAS 2 374,32 187,16 2,01 tn 3,89

INTERAKSI (AXB) 4 115,68 28,92 0,31 tn 3,26

ERROR (B) 12 1115,67 92,97

TOTAL 26 3037,63

Ket : KK(A) = 11% KK(B)= 10%

* = Nyata

tn = Tidak Nyata


(1)

Lampiran 66. Tabel Pengamatan Cabang Produktif (Cabang) 6 MST

Perlakuan BLOK

TOTAL RATAAN Jarak Tanam Varietas

I II III

Jagung Kedelai

J1 V1 6,00 6,00 6,00 18,00 6,00

V2 6,00 6,00 6,00 18,00 6,00

V3 6,00 6,00 6,00 18,00 6,00

J2 V1 6,00 5,00 6,00 17,00 5,67

V2 6,00 5,50 6,00 17,50 5,83

V3 5,00 6,00 6,00 17,00 5,67

J3 V1 6,00 5,50 6,00 17,50 5,83

V2 6,00 6,00 6,00 18,00 6,00

V3 6,00 6,00 6,00 18,00 6,00

TOTAL 53,00 52,00 54,00 159,00

RATAAN 5,89 5,78 6,00 5,89

Lampiran 67. Tabel Sidik Ragam Cabang Produktif (Cabang) 6 MST

SUMBER KERAGAMAN db JK KT F.hit F.05

BLOK 2 0,22 0,11

JARAK TANAM 2 0,39 0,19 3,50 tn 6,94

ERROR (A) 4 0,22 0,06

VARIETAS 2 0,06 0,03 0,27 tn 3,89

INTERAKSI (AXB) 4 0,06 0,01 0,14 tn 3,26

ERROR (B) 12 1,22 0,10

TOTAL 26 2,17

Ket : KK(A) = 4% KK(B) = 5%

* = Nyata tn = Tidak Nyata FK = 936,33


(2)

Lampiran 68. Tabel Pengamatan Cabang Produktif (Cabang) 7 MST

Perlakuan BLOK

TOTAL RATAAN Jarak Tanam Varietas

I II III

Jagung Kedelai

J1 V1 7,00 7,00 7,00 21,00 7,00

V2 7,00 7,00 7,00 21,00 7,00

V3 6,50 6,00 7,00 19,50 6,50

J2 V1 6,00 7,00 6,00 19,00 6,33

V2 7,00 6,00 7,00 20,00 6,67

V3 7,00 7,00 7,00 21,00 7,00

J3 V1 7,00 7,00 7,00 21,00 7,00

V2 6,00 7,00 6,50 19,50 6,50

V3 7,00 7,00 7,00 21,00 7,00

TOTAL 60,50 61,00 61,50 183,00

RATAAN 6,72 6,78 6,83 6,78

Lampiran 69. Tabel Sidik Ragam Cabang Produktif (Cabang) 7 MST

SUMBER KERAGAMAN db JK KT F.hit F.05

BLOK 2 0,06 0,03

JARAK TANAM 2 0,17 0,08 1,20 tn 6,94

ERROR (A) 4 0,28 0,07

VARIETAS 2 0,06 0,03 0,17 tn 3,89

INTERAKSI (AXB) 4 1,61 0,40 2,42 tn 3,26

ERROR (B) 12 2,00 0,17

TOTAL 26 4,17

Ket : KK(A) = 4% KK(B) = 6%

* = Nyata tn = Tidak Nyata FK = 1240,33


(3)

Lampiran 70. Tabel Pengamatan Jumlah Klorofil (unit/6 mm3)

Perlakuan BLOK

TOTAL RATAAN Jarak Tanam Varietas

I II III

Jagung Kedelai

J1 V1 253,91 246,81 223,53 724,25 241,42

V2 218,11 257,14 231,56 706,81 235,60 V3 246,56 236,13 225,54 708,23 236,08

J2 V1 266,09 276,22 255,34 797,65 265,88

V2 274,13 256,41 276,61 807,15 269,05 V3 277,43 267,45 266,97 811,85 270,62

J3 V1 316,77 316,52 304,15 937,44 312,48

V2 315,64 299,17 298,15 912,96 304,32 V3 333,33 305,64 306,43 945,40 315,13 TOTAL 2501,97 2461,49 2388,28 7351,74

RATAAN 278,00 273,50 265,36 272,29

Lampiran 71. Tabel Sidik Ragam Jumlah Klorofil (unit/6 mm3) SUMBER

KERAGAMAN Db JK KT F.hit F.05

BLOK 2 737,92 368,96

JARAK TANAM 2 24136,62 12068,31

89,8

1 * 6,94

ERROR (A) 4 537,50 134,38

VARIETAS 2 95,39 47,70 0,37 tn 3,89

INTERAKSI (AXB) 4 192,58 48,15 0,37 tn 3,26

ERROR (B) 12 1561,17 130,10

TOTAL 26 27261,18

Ket : KK(A) = 4% KK(B)= 4%

* = Nyata

tn = Tidak Nyata FK = 2001780,78


(4)

Lampiran 72. Tabel Pengamatan Berat Kering 100 Biji (gram)

Perlakuan BLOK

TOTAL RATAAN Jarak Tanam Varietas

I II III

Jagung Kedelai

J1 V1 15,50 15,20 15,10 45,80 15,27

V2 15,70 14,80 15,70 46,20 15,40

V3 14,30 14,10 15,50 43,90 14,63

J2 V1 15,60 14,30 14,90 44,80 14,93

V2 15,50 15,30 15,70 46,50 15,50

V3 14,80 14,20 14,90 43,90 14,63

J3 V1 11,40 10,80 11,20 33,40 11,13

V2 11,80 11,20 10,80 33,80 11,27

V3 11,70 10,90 11,60 34,20 11,40

TOTAL 126,30 120,80 125,40 372,50

RATAAN 14,03 13,42 13,93 13,80

Lampiran 73. Tabel Sidik Ragam Berat Kering 100 Biji (gram)

SUMBER KERAGAMAN db JK KT F.hit F.05

BLOK 2 1,93 0,97

JARAK TANAM 2 86,41 43,21 423,44 * 6,94

ERROR (A) 4 0,41 0,10

VARIETAS 2 1,13 0,56 3,95 * 3,89

INTERAKSI (AXB) 4 1,15 0,29 2,00 tn 3,26

ERROR (B) 12 1,72 0,14

TOTAL 26 92,75

Ket : KK(A) = 2% KK(B) = 3%

* = Nyata tn = Tidak Nyata FK = 5139,12


(5)

Lampiran 74. Tabel Pengamatan Produksi Biji Per Tanaman ( Gram)

Perlakuan BLOK

TOTAL RATAAN Jarak Tanam Varietas

I II III

Jagung Kedelai

J1 V1 17,25 14,50 14,10 45,85 15,28

V2 19,63 20,30 19,80 59,73 19,91

V3 46,50 35,55 31,30 113,35 37,78

J2 V1 29,25 26,20 19,80 75,25 25,08

V2 35,90 31,70 32,10 99,70 33,23

V3 92,50 60,60 67,70 220,80 73,60

J3 V1 28,30 32,30 30,50 91,10 30,37

V2 47,20 32,60 45,60 125,40 41,80

V3 77,30 73,80 61,70 212,80 70,93

TOTAL 393,83 327,55 322,60 1043,98

RATAAN 43,76 36,39 35,84 38,67

Lampiran 75. Tabel Sidik Ragam Produksi Biji Per Tanaman ( Gram)

SUMBER KERAGAMAN Db JK KT F.hit F.05

BLOK 2 351,53 175,76

JARAK TANAM 2 2838,76 1419,38 66,41 * 6,94

ERROR (A) 4 85,49 21,37

VARIETAS 2 6890,35 3445,18 71,20 * 3,89

INTERAKSI (AXB) 4 631,64 157,91 3,26 * 3,26

ERROR (B) 12 580,67 48,39

TOTAL 26 11378,44

Ket : KK(A) = 12% KK(B)= 18%

* = Nyata

tn = Tidak Nyata FK = 40366,45


(6)

Lampiran 44. Tabel Pengamatan Produksi Biji Per Plot (gram)

Perlakuan BLOK

TOTAL RATAAN Jarak Tanam Varietas

I II III

Jagung Kedelai

J1 V1 310,50 261,00 283,80 855,30 285,10

V2 646,20 570,60 577,80 1794,60 598,20 V3 837,00 815,63 881,60 2534,23 844,74

J2 V1 353,34 365,40 356,40 1075,14 358,38

V2 837,00 639,90 768,50 2245,40 748,47 V3 1391,40 1090,80 1110,60 3592,80 1197,60

J3 V1 513,00 581,40 549,00 1643,40 547,80

V2 849,60 815,40 820,80 2485,80 828,60 V3 1665,00 1328,40 1218,60 4212,00 1404,00 TOTAL 7403,04 6468,53 6567,10 20438,67

RATAAN 822,56 718,73 729,68 756,99

Lampiran 45. Tabel Sidik Ragam Produksi Biji Per Plot (gram) SUMBER

KERAGAMAN db JK KT F.hit F.05

BLOK 2 58585,95 29292,98

JARAK TANAM 2 555408,98 277704,49 54,29* 6,94 ERROR (A) 4 20461,97 5115,49

VARIETAS 2 2556392,10 1278196,05 132,46* 3,89 INTERAKSI (AXB) 4 116814,60 29203,65 3,03tn 3,26 ERROR (B) 12 115793,15 9649,43

TOTAL 26 3423456,74

Ket : KK(A) = 9%

* = Nyata tn = Tidak Nyata FK = 15471823,38