2
Kategori keempat membutuhkan perubahan akuntansi, walaupun hal ini tidak diklasifikasikan sebagai perubahan akuntansi.
4. Kesalahan-kesalahan Dalam Laporan Keuangan Kesalahan   yang   terjadi   sebagai   akibat   dari   kesalahan   matematis,   kesalahan
penerapan prinsip akuntansi, atau kelalaian atau penyalahgunaan fakta yang ada pada   saat   laporan   keuangan   disusun.   Contohnya   adalah   penerapa   metode
persediaan eceran yang tidak tepat dalam menentukan nilai persediaan akhir.
Perubahan-perubahan itu diklasifikasikan oleh FASB dalam empat kategori ini karena   karakteristik   individual   dari   setiap   kategori   membutuhkan   metode   yang
berbeda   untuk   mengakui   perubahan   ini   dalam   laporan   keuangan.   Masing-masing kategori tersebut akan dibahas untuk menentukan bagaimana masing-masing kategori
harus dilaporkan dalam akun serta bagaimana informasi harus diungkapkan dalam laporan komparatif.
1.2. Tujuan
Tujuan dari pembahasan Perubahan Akuntansi dan Analisis Kesalahan antara lain   adalah:   mengidentifikasikan   jenis-jenis   perubahan   akuntansi,   menguraikan
akuntansi   untuk   perubahan   prinsip-prinsip   akuntansi,   memahami   bagaimana memperhitungkan   perubahan   akuntansi   retrospektif,   memahami   bagaimana
memperhitungkan perubahan tidak praktis, menguraikan akuntansi untuk perubahan estimasi,   mengidentifikasikan   perubahan   dalam   entitas   pelaporan,   meguraikan
akuntansi untuk koreksi kesalahan, mengidentifikasikan motif-motif ekonomi untuk mengubah metode akuntansi, dan menganalisis pengaruh kesalahan.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan  uraian  dari  latar  belakang  di  atas,  maka  rumusan  masalahnya adalah  apakah  perubahan  yang  terjadi  dapat  menyediakan  laporan  keuangan  yang
lebih rinci dan tepat. Perubahan prinsip taksiran dan perubahan dalam kesatuan usaha
Perubahan Akuntansi dan Analisis Kesalahan
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1.  Perubahan Akuntansi
Salah satu tujuan penyusunan laporan keuangan adalah memberikan informasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan yang akan digunakan untuk membuat perban-
dingan,   meramalkan   dan   menilai   kemampuan   suatu   perusahaan.   Untuk   dapat memenuhi   tujuan   di   atas,   laporan-laporan   keuangan   harus  dapat   diperbandingkan.
Perbandingan-perbandingan ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu horizontal dan vertikal.   Perbandingan   horizontal   adalah   perbandingan   laporan   keuangan   suatu
perusahaan   dengan   perusahaan   lain   untuk   periode   yang   sama.   Sedangkan perbandingan vertikal adalah perbandingan laporan keuangan dari suatu perusahaan
dengan laporan yang sama untuk periode-periode sebelumnya. Perbandingan antar perusahaan   harus   memenuhi   prinsip   comparability,   sedangkan   perbandingan   antar
periode harus memenuhi prinsip konsistensi.
Untuk menjaga agar prinsip comparability dan konsistensi ini dapat terlaksana, perubahan-perubahan yang terjadi dipisahkan menjadi dua, yaitu perubahan metode-
metode akuntansi dan perubahan-perubahan yang terjadi karena koreksi kesalahan- kesalahan   dalam   periode-periode   yang   lalu.   Perubahan   dalam   metode   akuntansi
dipisahkan menjadi tiga: 1. Perubahan dalam prinsip akuntansi.
2. Perubahan dalam taksiran-taksiran akuntansi. 3. Perubahan dalam kesatuan usaha.
Koreksi   kesalahan   tahun-tahun   lalu   dapat   terjadi   karena   berbagai   macam sebab,   seperti   kesalahan-kesalahan   perhitungan,   kesalahan-kesalahan   penggunaan
rekening, kesalahan-kesalahan dalam penerapan prinsip akuntansi dan Iain-lain.Tidak ada pedoman khusus untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan ini, karena koreksinya
sangat tergantung pada jenis kesalahannya.
Perubahan Akuntansi dan Analisis Kesalahan
2
I. Perubahan Dalam Prinsip Akuntansi
Perubahan   prinsip   akuntansi   adalah   penggunaan   suatu   prinsip akuntansi yang lazim yang berbeda dengan prinsip akuntansi yang lazim yang
digunakan   dalam   periode   sebelumnya.Istilah   prinsip   akuntansi   di   sini mencakup   juga   metode-metode   yang   digunakan.Perubahan   dalam   prinsip
akuntansi ini dapat terjadi karena perusahaan mempunyai beberapa alternatif metode untuk penerapan suatu prinsip.
Istilah perubahan dalam prinsip akuntansi ini tidak termasuk: a. Pemakaian pertama suatu prinsip akuntansi untuk mencatat transaksi yang
baru pertama kali terjadi dalam perusahaan. b. Penggunaan atau perubahan suatu prinsip akuntansi yang perlu dilakukan
karena adanya perubahan sifat transaksi. c. Perubahan dari prinsip akumulasi yang tidak lazim ke prinsip yang lazim.
Beberapa contoh dari perubahan prinsip akuntansi adalah sebagai berikut : a. Perubahan   dalam   metode   pembebanan   harga   pokok  persediaan,   seperti
dari LIFO ke FIFO atau ke rata-rata tertimbang. b. Perubahan   dalam   metode   depresiasi   aktiva   tetap,   seperti   dari   double
declining balance method ke straight line method. c. Perubahan dalam metode akuntansi untuk kontrak jangka panjang, seperti
dari metode kontrak selesai ke metode persentase penyelesaian. d. Perubahan dalam perhitungan biaya produksi, seperti dari full costing ke
direct costing.
Perubahan prinsip akuntansi yang mempunyai akibat kumulatif.Akibat kumulatif dari perubahan prinsip akuntansi diperlakukan sebagai berikut:
a. Jumlah akibat kumulatif dari perubahan prinsip dilaporkan dalam laporan laba rugi di antara elemen-elemen luar biasa dan laba bersih. Pelaporan-
nya dengan jumlah sesudah dikurangi pajak penghasilan. b. Laporan keuangan periode-periode sebelumnya tidak perlu dikoreksi.
c. Laba   sebelum   elemen   luar   biasa   dan   laba   bersih   periode-periode sebelumnya ditunjukkan dalam laporan laba rugi tahun sekarang di bagian
bawah halaman pertama dengan jumlah yang sudah dikoreksi.
Perubahan Akuntansi dan Analisis Kesalahan
2
Perubahan prinsip akuntansi yang mempunyai akibat retroaktif, dimana laporan   keuangan   periode-periode   sebelumnya   yang   dilaporkan   disusun
kembali   sesuai   dengan   prinsip   yang   baru.Kalau   masih   terdapat   sisa   akibat kumulatif   sesudah   laporan   keuangan   periode-periode   sebelumnya   yang
dilaporkan, direvisi maka sisa tersebut dikoreksikan ke saldo awal rekening laba   tidak   dibagi   dari   periode   terawal   yang   dikoreksi.  Perubahan   prinsip
akuntansi yang memerlukan retroaktif adjustment adalah: a. Perubahan   metode   penentuan   harga   pokok   persediaan   dari   LIFO   ke
metode yang lain. b. Perubahan dalam metode akuntansi untuk kontrak jangka panjang, dan
c. Perubahan dari atau ke full cost method yang digunakan dalam industri extractive.
II. Perubahan Taksiran-Taksiran Akuntansi
Banyak   alokasi   atau   pembebanan   biaya   didasarkan   pada   taksiran- taksiran  di mana  taksiran  ini  dibuat  dengan  suatu  kebijaksanaan,  misalnya
pembebanan kerugian piutang, taksiran umur dalam perhitungan depresiasi, taksiran jumlah garansi yang akan dibayar dan Iain-lain. Pada periode-periode
berikutnya   mungkin   dapat   diketahui   bahwa   taksiran-taksiran   yang   sudah dibuat adalah tidak benar sehingga perlu direvisi. Dalam hal taksiran sudah
dibuat   dengan   sebaik-baiknya   tetapi   ternyata   tidak   tepat,   maka   perubahan- perubahan   yang   dibuat   sebaiknya   dibebankan   pada   periode   berjalan   dan
periode-periode yang akan datang. Periode-periode yang lalu sudah tidak perlu diubah karena perubahan taksiran ini baru diketahui pada periode berjalan.
Seperti pada contoh mesin harga perolehannya Rpl.000.000,- umurnya ditaksir 8 tahun. Sesudah dipakai selama 5 tahun diketahui bahwa seharusnya mesin
tadi umurnya 10 tahun. Depresiasi yang sudah dibebankan selama 5 tahun berjumlah 5 x Rpl25.000,- = Rp625.000,-. Nilai buku mesin pada awal tahun
keenam sebesar Rp375.000,-. Karena taksiran umurnya berubah menjadi 10 tahun maka nilai buku sebesar Rp375.000,- akan dibebankan dalam waktu
lima   tahun,   yaitu   tahun   keenam   sampai   dengan   tahun   kesepuluh.   Beban depresiasi   tiap   tahun   selama   sisa   umur   mesin   sebesar   Rp375.000,-   :   5   =
Rp75.000,-.
Perubahan Akuntansi dan Analisis Kesalahan
2
Perubahan   dalam   taksiran   akuntansi   yang   timbul   sebagian   atau seluruhnya   dari   perubahan   prinsip   akuntansi   harus   dilaporkan   sebagai
perubahan taksiran akuntansi.Dalam perubahan metode depresiasi, akibatnya dapat   dipisahkan   dari   perubahan   taksir-an-taksiran   akuntansi   seperti   umur,
residu   dan   Iain-lain.Oleh   karena   itu   perubahan   metode   depresiasi   harus diperlakukan   sebagai   perubahan   prinsip   akuntansi   dan   perubahan   taksiran
umur,   nilai   residu   dan   Iain-lain   diperlakukan   sebagai   perubahan   taksiran akuntansi.
Laporan   keuangan   bisa   berubah   karena   adanya   perubahan   kesatuan usaha.Perubahan   kesatuan   usaha   ini   terjadi   dalam   hal   disusunnya   laporan
keuangan   konsolidasi   sebagai   ganti   laporan   keuangan   masing-masing perusahaan,   perubahan-perubahan   dalam   anak   perusahaan   yang   laporan-
laporannya   dikonsolidasikan,   atau   terjadinya   penggabungan-penggabungan baru.Apabila terjadi perubahan kesatuan usaha maka laporan keuangan tahun
berjalan   harus   menjelaskan   sifat-sifat   dan   sebab-sebab   perubahan   itu.Di samping   itu   akibat-akibat   perubahan   terhadap   laba   rugi   juga   harus
dicantumkan   dalam   laporan   laba   rugi   sebelum   elemen-elemen   luar   biasa, begitu   pula   laba   bersih   dan   jumlah   pendapatan   per   lembar   saham.Laporan
keuangan tahun berikutnya tidak perlu lagi mencantumkan penjelasan seperti laporan   tahun   berjalan.Agar   laporan   keuangan   tahun   berjalan   dapat
dibandingkan   dengan   tahun-tahun   sebelumnya,   laporan   keuangan   tahun sebelumnya   harus   disusun   dengan   anggapan   jika   seandainya   sudah   terjadi
perubahan kesatuan usaha.
III. Perubahan Dalam Kesatuan Usaha
Yang   dimaksud   dengan   konsep   kesatuan   usaha   ialah   bahwa  sebuah perusahaan yang harus dipandang sebagai suatu kesatuan usaha yang terpisah
dari pemiliknya dan juga dari perusahaan-perusahaan lainnya.
Perubahan Akuntansi dan Analisis Kesalahan
2
Konsep kesatuan usaha menyatakan bahwa setiap kesatuan usaha harus membuat   akuntansi   perusahaan   yang   terpisah.   Hanya   aktiva,   hutang,   dan
ekuitas pemilik yang secara khusus berhubungan dengan suatu usaha tertentu yang   harus   dilaporkan   dalam   laporan   keuangan   perusahaan   tersebut.
Walaupun demikian, haruslah dicatat bahwa dalam beberapa keadaan investor atau  pemilik  perusahaan  secara  hukum  bertanggungjawab  atas  hutang  atau
kerugian.  Kewajiban ini tergantung dari bentuk hukum perusahaannya.  Pada saat ketika seorang individu mempunyai lebih dari satu jenis bisnis yang tidak
berhubungan, setiap bisnis harus diperlakukan sebagai suatu kesatuan yang terpisah.
Konsep   kesatuan   usaha   telah   menetapkan   harus   dipandang   terpisah dari   perusahaan-perusahaan   lain.   Seseorang   yang   memiliki   dua   buah
perusahaan   misalnya   sebuah   apotik   dan   sebuah   bengkel   mobil   hendaknya mengadakan catatan-catatan akuntansi tersendiri untuk Perusahaan itu.
2.2.  Perubahan Kebijakan Akuntansi