Mekanisme Pengajuan Permohonan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan
LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI TENTANG
MEKANISME PENGAJUAN PERMOHONAN PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK HIBURAN PADA DINAS
PENDAPATAN KOTA MEDAN Diajukan
O L E H
NAMA : LIADORA WARDHANI NIM : 062600058
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menamatkan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN PKLM INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN
OLEH :
Nama : Liadora Wardhani
Nim : 062600058
Program Studi : Diploma III Administrasi Perpajakan
Judul : Mekanisme Pengajuan Permohonan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan pada Dinas Pendapatan Kota Medan
Ketua PRODIP III Dosen Pembimbing Supervisor Lapangan Administrasi Perpajakan
Drs.M.Husni Thamrin Nst,Msi Indra Efendi R,S.Sos Drs.Nawawi
NIP. 131 930 631 NIP.400033310
Diketahui Dekan FISIP USU
Prof.DR.M.Arif Nasution,MA NIP. 131 575 010
(3)
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat, hidayah dan karunia-Nya bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Tugas akhir berjudul “ Mekanisme Pengajuan Permohonan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan”, in ditulis dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Penulisan tugas akhir ini adalah realisasi dari keinginan penulis untuk dapat lebih memahami masalah yang berkaitan dengan Mekanisme Pengajuan Permohonan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan pada Dinas Pendapatan Kota Medan.
Penulisan tugas akhir ini terlaksana sepenuhnya berkat dukungan dari berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. DR.M. Arif Nasution, MA,Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Humaizi, MA,Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan
(4)
3. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution,Msi,Ketua Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra.Elita Dewi, Sekretaris Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Indra Efendi R,S.Sos,Dosen Pembimbing,yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran-saran sehingga tugas akhir ini dapat selesai dengan baik.
6. Bapak Drs. Mukti Sitompul, Msi, Dosen Wali penulis dan seluruh staf
pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
7. Bapak Eddy,Kepala Sub Bagian Umum Dinas Pendapatan Kota Medan
yang telah banyak membantu penulis untuk dapat mengadakan riset di Dinas Pendapatan Kota Medan.
8. Bapak Nawawi,Kepala Seksi pada Sub Dinas Penagihan pada Dinas
Pendapatan Kota Medan yang telah bersedia meluangkan waktunya dan membantu penulis mengumpulkan data yang berhubungan dengan Permohonan Pengajuan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan pada Dinas Pendapatan Kota Medan.
9. Teman-teman penulis :
Audri,Desi,Dita,Fika,Shendy,Siska,Vina,Vivi,kakElsa,Irma,Puput,Mila ,Naya.dan semua teman stambuk 06 terutama anak B yang telah
(5)
Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Chandra Utama Hasibuan dan Ibu Elida Nasution selaku orang tua penulis dan adik-adik penulis(Cindy,Roland dan Sheila) yang telah memberikan dukungan moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan untuk semua orang yang ikut membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Akhir kata penulis penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi maupun penulisannya karna keterbatasan pengetahuan penulis dan keterbatasan waktu dan penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan tugas akhir ini di masa yang akan datang.
Medan, 5 Juni 2009
Penulis
Liadora Wardhani
(6)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1 B. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri 4 C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri 6 D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri 7
E. Metode Pengumpulan Data 8
F. Sistematika Penulisan Laporan PKLM 9 BAB II GAMBARAN LOKASI PKLM
A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan 11 B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan 13
C. Tugas Pokok dan Fungsi 15
D. Gambaran Jumlah Pegawai DIPENDA Kota Medan 25 BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PKLM
A. Ketentuan Pajak Hiburan 29
B. Objek dan Subjek Pajak Hiburan 34 C. Tata Cara Penghitungan Pajak Hiburan 35 D. Target dan Realisasi Pajak Hiburan Kota Medan Tahun
Anggaran 2006-2008 39
E. Jumlah Wajib Pajak Hiburan Kota Medan Tahun Anggaran
2005-Mei 2009 42
F. Mekanisme Pengajuan Permohonan Penundaan Pajak
(7)
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA
A. Mekanisme Pengajuan Permohonan Penundaan Pembayaran
Pajak Hiburan 46
B. Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian Surat
Pemberitahuan Pajak Daerah 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 57
B. Saran 59
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(8)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )
Sesuai dengan peraturan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, maka Pemerintah Daerah diberikan kewenangan untuk mengatur rumah tangga daerahnya sendiri dengan berusaha meningkatkan Pendapatan Asli Daerahnya (PAD) yang salah satu sumbernya adalah Pajak Daerah. Pajak Daerah itu sendiri merupakan pajak yang ditetapkan atau dipungut di wilayah daerah dan bagi hasil pajak dengan pemerintah pusat, serta merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan Otonomi Daerah.
Hal ini menunjukkan bahwa pajak merupakan pembayaran wajib yang dikenakan kepada wajib pajak berdasarkan undang-undang yang harus dilaksanakan dan wajib pajak yang tidak mau membayar pajak dapat dilakukan pemaksaan. Dengan demikian, pengenaan pajak berdasarkan undang-undang akan menjamin adanya keadilan dan kepastian hukum bagi pembayar pajak sehinnga pemerintah tidak dapat sewenang-wenang dalam menetapkan besarnya pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak. Sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
(9)
daerah. Masing-masing jenis pajak dan retribusi daerah memiliki objek, subjek, tarif, dan keuntungan pengenaan tersendiri,yang mungkin berbeda dengan jenis pajak atau retribusi daerah lainnya.
Disisi lain, semangat otonomi daerah yang diberlakukan di Indonesia memungkinkan setiap daerah provinsi atau kabupaten/kota mengatur daerahnya sendiri, termasuk dalam bidang pajak dan retribusi daerah. Dalam mewujudkan Otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab maka pembiayaan pemerintah dan pembangunan daerah yang berasal dari pendapatan daerah. Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah adalah pajak daerah.Dalam Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah terdiri dari:
- Pajak Provinsi yang terdiri dari:
1. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Di Atas Air
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Di Atas Air
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
4. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
- Pajak Kabupaten/Kota yang terdiri dari: 1. Pajak Hiburan
2. Pajak Hotel 3. Pajak Restoran 4. Pajak Reklame 5. Pajak Parkir
(10)
6. Pajak Penerangan Jalan
7. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
Salah satu sumber pendapatan daerah yang berperan penting bagi anggaran dan belanja daerah adalah Pajak Hiburan, karena pajak hiburan diharapkan dapat memberikan pendapatan yang besar bagi kelangsungan pembangunan daerah. Namun sepertinya pemerintah mengalami kesulitan-kesulitan dalam meningkatkan penerimaan dari Pajak Hiburan, salah satunya adalah kurangnya kesadaran atau kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajibannya membayar pajak hiburan tepat pada waktu yang telah ditentukan karena itulah pemerintah memberikan keringanan kepada wajib pajak untuk mengajukan surat permohonan penundaan pajak hiburan yang menimbulkan kesadaran yang lebih baik, sehingga penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat berjalan dengan baik.
Keterlambatan wajib pajak memenuhi kewajibannya membayar pajak hiburan dapat menjadi penghambat pembangunan daerah maka melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri penulis ingin mengetahui secara detail mekanisme yang dilakukan wajib pajak dalam membuat surat permohonan penundaan pembayaran pajak hiburan serta perpanjangan jangka waktu penyampaian surat pemberitahuan Pajak Daerah kepada Dinas Pendapatan Kota Medan.
(11)
Dari penjelasan tersebut penulis tertarik untuk lebih memahami dan mendalaminya dengan melakukan praktek kerja lapangan mandiri yang berjudul
“MEKANISME PENGAJUAN PERMOHONAN PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK HIBURAN PADA DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN “
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Dengan diadakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pada Kantor Dinas Pendapatan kota Medan,penulis berharap ada manfaat yang diperoleh,baik itu untuk Dinas Pendapatan Kota Medan,bagi Universitas dan untuk penulis sendiri dan tujuan pelaksaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang sudah ditetapkan sebelumnya oleh penulis dapat tercapai.
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )
Adapun tujuan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) ini adalah :
a. Untuk mengetahui mekanisme secara detail mekanisme pengajuan permohonan penundaan pembayaran Pajak Hiburan.
b. Untuk mengetahui hal-hal yang menjadi tolok ukur Dinas Pendapatan Kota Medan dalam menerima/menolak suatu permohonan penundaan pembayaran Pajak Hiburan.
c. Untuk mengetahui jangka waktu yang diberikan Dinas Pendapatan Kota Medan jika mengabulkan permohonan penundaan pembayaran Pajak Hiburan
(12)
d. Memperkenalkan secara langsung kepada mahasiswa mengenai situasi dunia kerja yang sebenarnya sehingga dapat berguna di masa yang akan datang
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) a. Bagi Mahasiswa
1.) Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman belajar pada suatu instansi pemerintah dalam hal ini Dinas Pendapatan Kota Medan.
2.) Mengaplikasikan disiplin ilmu yang diperoleh di bidang Perpajakan Daerah.
3.) Memahami dan mengetahui dasar pengenaan pajak hiburan,tarif penghitungan untuk penetapan pajak terutang,serta mekanisme pengajuan penundaan pembayaran Pajak Hiburan.
b. Bagi Dinas Pendapatan Kota Medan
1.) Mendapat masukan dan saran dari perguruan tinggi khususnya dalam bidang Perpajakan Daerah.
2.) Meningkatkan hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara khususnya dengan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
3.) Mempromosikan image yang baik tentang Dinas Pendapatan Kota Medan kepada Sivitas Akademika FISIP USU.
(13)
c. Bagi Universitas Sumatera utara (USU)
1.) Meningkatkan hubungan kerjasama dengan instansi – instansi pemerintah dalam hal ini Dinas Pendapatan Kota Medan.
2.) Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mempraktikkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan.
3.) Promosi sumber daya Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
4.) Mendapatkan masukan untuk perbaikan dan evaluasi kurikulum khususnya kurikulum Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.
C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )
Untuk meningkatkan sumber penerimaan daerah yang salah satu sumbernya adalah Pajak Daerah yang dalam hal ini adalah Pajak Hiburan melalui Dinas Pendapatan Kota Medan sekaligus diharapkan menjadi sumber pendanaan daerah yang berasal dari sektor pajak daerah.
Melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) ini dilakukan pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan penulis hanya membahas tentang mekanisme pengajuan permohonan penundaan pembayaran Pajak Hiburan dan perpanjangan waktu penyampaian surat pemberitahuan pajak daerah yang diberikan oleh Dinas Pendapatan Kota Medan dalam hal mengabulkan permohonan penundaan pembayaran Pajak Hiburan.
(14)
D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi sesuai metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan termasuk penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ), mencari dan mengumpulkan bahan untuk pembuatan proposal dan melakukan konsultasi dengan fihak dosen yang bersangkutan.
2. Studi Literatur
Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber – sumber pustaka seperti undang – undang, buku – buku, majalah maupun literatur lain yang berhubungan dengan Pajak Hiburan.
3. Observasi Lapangan
Pada bagian ini penulis melakukan observasi lapangan di kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.
4. Pengumpulan Data
Penulis melakukan pengumpulan data mekanisme pendataan, pemungutan dan penetapan Pajak Hiburan melalui :
a. Data Primer, bersumber dari data kantor Dinas Pendapatan Kota Medan
b. Data Sekunder, bersumber dari buku – buku ilmiah, undang – undang yang berhubungan dengan Pajak Hiburan.
(15)
5. Analisa dan Evaluasi
Setelah data yang diperlukan terkumpul secara lengkap maka penulis melakukan analisa dan evaluasi terhadap data atau keterangan mengenai Mekanisme Pengajuan Permohonan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan yang diperoleh di Dinas Pendapatan Kota Medan.
E. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun cara pengumpulan sumber – sumber data adalah sebagai berikut: 1. Daftar Pertanyaan ( Interview Guide )
Yaitu dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang ditujukan kepada pegawai yang bertugas menangani tentang Mekanisme Pengajuan Permohonan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan di Dinas Pendapatan Kota Medan.
2. Daftar Observasi ( Observation Guide )
Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang akan dilakukan dalam pencatatan terhadap fenomena yang menjadi objek penelitian.
3. Daftar Dokumentasi ( Optional Guide)
Yaitu dengan mengumpulkan dokumen – dokumen yang berhubungan dengan Mekanisme Pengajuan Permohonan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan
(16)
F. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )
Adapun yang menjadi sistematika dalam penulisan akhir ini adalah : BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai:
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri(PKLM) B. Tujuan dan Mamfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri(PKLM) C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri(PKLM) D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri(PKLM)
E. Pengumpulan Data
F. Sistematika Penulisan Laporan
BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN
A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan
C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan D. Gambaran tentang kebiasaan pegawai Dinas Pendapatan Kota
Medan
BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PKLM A. Ketentuan Pajak Hiburan
B. Objek dan Subjek Pajak Hiburan C. Tata cara Penghitungan Pajak Hiburan
(17)
D. Target dan Realiasi Pajak Hiburan Kota Medan Tahun Anggaran 2006-2008.
E. Jumlah Wajib Pajak Hiburan Kota Medan Tahun Anggaran 2005-Mei 2009
F. Mekanisme Pengajuan Permohonan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang ada dengan data yang diperoleh di lapangan, yaitu mengenai Mekanisme Pengajuan Permohonan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan penutup dari bab – bab sebelumnya yang berisi kesimpulan dan saran untuk perubahan kearah yang lebih baik di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(18)
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan
Pada mulanya Dinas Pendapatan Kota Medan adalah suatu Sub Bagian pada Bagian Keuangan yang mengelola Bidang Penerimaan dan Pendapatan Daerah. Pada Sub ini tidak terdapat lagi sub seksi, karena pada saat ini Wajib Pajak/Wajib Retribusi yang berdomisili di daerah kota Medan belum terlalu banyak.
Mempertimbangkan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk di Kota Medan melalui Peraturan Daerah Sub Bagian tersebut diubah menjadi Bagian IX/Pendapatan. Pada Bagian IX/Pendapatan ini dibentuklah beberapa seksi yang mengelola penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang merupakan kewajiban bagi Wajib Pajak/Wajib Retribusi Daerah Kota Medan.
Sehubungan dengan instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor KUPD/7/12/41-10 Tentang Penyeragaman Struktur Organisasi Dinas Daerah di Seluruh Indonesia, maka Pemerintah Daerah Kota Medan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 1987, menyesuaikan atau membentuk struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah yang baru ini dibentuklah seksi-seksi Administrasi Dinas Pendapatan Daerah.
Bagian Tata Usaha ini terdiri 4 Kepala Sub Bagian. Peningkatan penerimaan pendapatan daerah melalui sub sektor Perpajakan Daerah, Retribusi
(19)
Daerah, Pendapatan Daerah lainnya serta peningkatan pemungutan Pajak Hiburan yang merupakan kontribusi yang cukup penting bagi Pemerintah Daerah.
Penigkatan Pendapatan Daerah hendaknya tidak harus ditempuh dengan cara menaikkan tarif saja, tetapi yang lebih penting dengan memperbaiki atau menyempurnakan administrasi, sistem dan prosedur serta organisasi dari Dinas Pendapatan Daerah yang ada sekarang. Namun kondisi saat ini dirasakan tuntutan untuk perlunya meninjau kembali dan penyempurnaan Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA) dimaksud seiring dengan tuntutan gerak pembangunan yang sedang berjalan terutama dari pola pendekatan yang selama ini dilakukan secara fungsional dan disesuaikan dengan kebijaksanaan pemerintah yang paling akhir di bidang perpajakan, maka penyempurnaan telah dilaksanaan secara sungguh-sungguh sehingga berhasil disusun Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA).
Adapun penyempurnaan dimaksud dituangkan di dalam:
1. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988 tanggal 26 Mei 1988, Tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya serta pemungutan Pajak Hiburan di Seluruh Indonesia
2. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 10 tanggal 26 Mei 1988, Tentang Pelaksanaan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988
3. Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1988, Tentang Pelaksanaan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Kota Medan
(20)
Penyempurnaan sistem dan prosedur perpajakan dan Organisasi Pendapatan Daerah Kota Medan atau Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA) yang dilaksanakan bertahap dan penyempurnaan ini didasarkan pada Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 061/1867/POUD, tanggal 2 Mei 1988, Instruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 188.342.20/1991, tanggal 11 Maret 1991, yang terakhir diubah dengan Surat Keputusan Walikota Medan Nomor 188.342/790/SK/1991, Tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 1991 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Kota Medan.
B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan
Berdasarkan Keputusan Walikota Medan Nomor 25 Tahun 2002 Pasal 5, Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan terdiri dari :
1. Kepala Dinas
2. Bagian Tata Usaha terdiri dari : a) Sub Bagian Keuangan b) Sub Bagian Kepegawaian c) Sub Bagian Perlengkapan d) Sub Bagian Umum
3. Sub Dinas Program terdiri dari : a) Seksi Penyusunan Program
b) Seksi Pemantauan dan Pengendalian c) Seksi Pengembangan dan Pendapatan d) Seksi Evaluasi dan Pelaporan
(21)
4. Sub Dinas Pendataan dan Penetapan terdiri dari : a) Seksi Pendataan dan Pendaftaran
b) Seksi Pengolahan Data dan Informasi c) Seksi Penetapan
d) Seksi Pemeriksaan
5. Sub Dinas Penagihan terdiri dari : a) Seksi Pembukuan dan Verifikasi b) Seksi Penagihan dan Perhitungan c) Seksi Restitusi dan Pemindah Bukuan d) Seksi Pertimbangan dan Keberatan
6. Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-Lain terdiri dari :
a) Seksi Penatausahaan Penerimaan Retribusi dan Pendapatan Lain-Lain
b) Seksi Penerimaan Lain-Lain
c) Seksi Penerimaan BUMD dan Pendapatan Lain-Lain d) Seksi Legalisasi Surat-Surat Berharga
7. Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan terdiri dari :
a) Seksi Penatausahaan Bagi Hasil Pendapatan Pajak dan Non Pajak
b) Seksi Bagi Hasil Pajak
c) Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak
d) Seksi Peraturan dan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan.
(22)
8. Kelompok Jabatan Fungsional
9. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan
1. Kepala Dinas
Kepala dinas dalam melaksanakan tugasnya harus menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronasi, baik dalam lingkungan Dinas Pendapatan Kota Medan maupun antar unit organnisasi lain di luar Dinas Pendapatan Kota Medan selain bidang tugasnya.
2. Bagian Tata Usaha
Bagian Tata Usaha seorang Kepala Bagian Tata Usaha yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah serta bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Adapun tugas dan fungsi bagian Tata Usaha adalah :
- Menyusun rencana kegiatan kerja
- Melaksanakan urusan surat menyurat
- Mengelola administrasi kepegawaian
(23)
a. Sub Bagian Keuangan
Mempunyai tugas mengelola keuangan dan perbendaharaan serta menyusun laporan keuangan.
b. Sub Bagian Kepegawaian
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengelolaan kegiatan Administrasi di bidang kepegawaian misalnya urusan pensiun, kenaikan pangkat, gaji berkala, pengurusan cuti, pendataan jumlah PNS, pembinaan PNS, pembuatan DUK,DP-3.
c. Sub Bagian Perlengkapan
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang perlengkapan, kerumahtanggan dan pengadaan barang dan membuat daftar pembagian barang-barang untuk setiap seksi.
d. Sub Bagian Umum
Mempunyai tugas untuk mengelola tata usaha dan surat menyurat serta urusan umum lainnya.
3. Sub Dinas Program
Subdinas ini dipimpin oleh seorang Kepala Sub Dinas yang mempunyai tugas dan fungsi :
(24)
- Mengumpulkan bahan untuk penyusunan laporan kegiatan dan perencanaan Pendapatan Daerah
- Menyusun kebijaksanaan teknik program kerja jangka pendek, menengah dan panjang
- Menyusun penerimaan pendapatan daerah
- Menyajikan data statistik target dan realisasi pendapatan daerah serta mengidentifikasi permasalahan pendapatan daerah
- Mempersiapkan rencana Peraturan Daerah, Keputusan Kepala Daerah tentang Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya.
a. Seksi Penyusunan program
Mempunyai tugas merencanakan penerimaan Pendapatan Daerah, menyusun kebijakan teknis program kerja pendek, menengah dan panjang.
b. Seksi Pemantauan dan Pengendalian
Mempunyai tugas melaksanakan pembinaan teknis di bidang pendapatan terhadap semua unit yang melaksanakan pungutan pendapatan daerah dan melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian terhadap tugas yang dilaksanakan di bidang pendapatan serta melaksanakan penyuluhan di bidang pendapatan daerah.
(25)
c. Seksi Pengembangan Pendapatan
Mempunyai tugas menyusun rencana untuk pengembangan potensi Pendapatan Daerah dan mempersiapkan rancangan Peraturan Daerah, Keputusan Kepala Daerah tentang Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya.
d. Seksi Evaluasi dan Pelaporan
Mempunyai tugas mengevaluasi dan memonitor pelaksanaan teknis operasional pengelolaan Pendapatan Daerah,menyajikan data statistik target dan realisasi Pendapatan Daerah,mengidentifikasikan permasalahan Pendapatan Daerah dan menyusun Laporan Realisasi Pendapatan Daerah.
4. Sub Dinas Pendataan dan Penetapan
Dalam melaksanakan tugasnya, sub dinas ini berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Adapun tugas dan fungsinya adalah :
- Menyusun rencana kegiatan kerja
- Melaksanakan pendaftaran dan pendataan Wajib Pajak/ Wajib Pajak Retribusi dan Pendapatan Daerah Lainnya.
- Melaksanakan pengelolaan data dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, Surat Pemberian Retribusi Daerah, hasil pemeriksaan dan informasi dari instansi terkait.
(26)
a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran
Mempunyai tugas melaksanakan pendataan objek Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah Lainnya melalui Surat Pemberitahuan Pajak Daerah dan Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah,melaksanakan pendaftaran Wajib Pajak Daerah/Wajib Retribusi Daerah melalui formulir pendaftaran,menyimpan dan mendistribusikan, memberikan NPWPD/Wajib Pajak Retribusi Daerah serta menyimpan surat perpajakan daerah lainnya yang berkaitan dengan pendaftaran dan pendataan.
b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Mempunyai tugas mengumpulkan dan mengolah data objek Pajak Daerah/Retribusi Daerah dan menuangkan hasil pengolahan dan informasi data ke dalam Kartu Data serta mengirimkan Kartu Data kepada seksi Penetapan dan demikian sebaliknya.
c. Seksi Penetapan
Mempunyai tugas melaksanakan perhitungan penetapan Pokok Pajak Daerah, Pokok Retribusi Daerah, berdasarkan Kartu Data, termasuk perhitungan denda dan sanksi lainnya,serta menerbitkan dan mendistribusikan dan menyimpan arsip Surat Perpajakan Daerah yang berkaitan dengan penetapan,melaksanakan perhitungan jumlah angsuran pembayaran/penyetoran atas permohonan Wajib Pajak.
(27)
d. Seksi Pemeriksaan
Mempunyai tugas menyusun rencana pemeriksaan dan melaksanakan pemeriksaan Objek Pajak, Retribusi serta menata usahakan hasil pemeriksaan lapangan atas objek dan subjek pajak/retribusi daerah serta mengirimkan laporan hasil pemeriksaan kepada seksi Pengolahan Data dan Informasi.
5. Sub Dinas Penagihan
Sub dinas penagihan dalam melaksanakan tugasnya mempunyai fungsi :
- Menyusun rencana kerja
- Melaksanakan pembentukan dan verifikasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Penetapan Daerah lainnya
- Melaksanakan penagihan atas tunggakan pajak, Retribusi Daerah dan Penetapan Daerah lainnya
- Melaksanakan perhitungan restitusi dan pemindahbukuan atas Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Penetapan Daerah lainnya
a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi
Mempunyai tugas melaksanakan pembukuan dan verifikasi tentang penetapan dan penerimaan Pajak Daerah dan Pendapatan Daerah Lainnya,melaksanakan pembukuan dan verifikasi penerimaan dan pengeluaran benda berharga serta pendataan uang dari hasil pungutan benda berharga ke dalam Kartu Persediaan Benda Berharga,menyiapkan laporan tentang realisasi
(28)
penerimaan dan tunggakan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah Lainnya serta menyiapkan laporan tentang realisasi penerimaan, pengeluaran dan sisa persediaan benda berharga secara berkala.
b. Seksi Penagihan dan Perhitungan
Mempunyai tugas melaksanakan penagihan atas tunggakan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah Lainnya, menerbitkan dan mendistribusikan serta menyimpan arsip Surat Perpajakan Daera/Retribusi Daerah yang berkaitan dengan penagihan.
c. Seksi Restitusi dan Pemindah Bukuan
Mempunyai tugas menerima permohonan restitusi dan pemindahbukuan dari Wajib Pajak, meneliti kelebihan pembayaran pajak, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah Lainnya yang dapat diberikan restitusi dan atau pemindah bukuan serta mempersiapkan Surat Keputusan Kepala Dinas tentang pemberian restitusi dan atau pemindah bukuan.
d. Seksi Pertimbangan dan Keberatan
Mempunyai tugas menerima Surat Keberatan dari Wajib Pajak/Retribusi dan meneliti keberatan Wajib Pajak/Wajib Retribusi dan mempersiapkan Surat Keputusan Kepala Dinas tentang persetujuan atau penolakan tersebut.
6. Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-Lain
(29)
- Melaksanakan penatausahaan penerimaan Retribusi dan Pendapatan Daerah lainnya
- Melaksanakan penatausahaan penerimaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan Pendapatan Lainnya
- Melaksanakan legalisasi dan pembukuan surat-surat berharga
a. Seksi Penatausahaan Penerimaan Retribusi dan Pendapatan Lainnya
Mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan penerimaan Retribusi dan Pendapatan Lainnya
b. Seksi Penerimaan Lain-Lain
Mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan penerimaan lain-lain dan merencanakan dan mengupayakan penerimaan lain-lain, baik dari pemerintah, wakil pemerintah di daerah maupun dari lembaga-lembaga keuangan dan atau badan-badan lain termasuk pinjaman daerah dan dana darurat.
c. Seksi Penerimaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan Pendapatan Lainnya
Mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan penerimaan BUMD dan melaksanakan penata usahaan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.
(30)
d. Seksi Legalisasi dan Pembukuan Surat-Surat Berharga
Mempunyai tugas melaksanakan legalisasi surat-surat berharga dan melaksanakan pembukuan surat-surat berharga
7. Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan
Untuk melaksanakan tugas, sub bagian ini mempunyai fungsi :
- Melaksanakan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak
- Melaksanakan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan bukan pajak
- Melaksanakan perhitungan penerimaan dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK)
- Melaksanakan pengkajian hasil Pendapatan Daerah di bidang bagi hasil pendapatan
a. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil Pendapatan Pajak dan Non Pajak
Mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan surat-surat ketetapan Pajak Hiburan dan menatausahakan pendapatan bagi hasil pajak dan non pajak.
b. Seksi Bagi Hasil Pajak
Mempunyai tugas menerima dan mendistribusikan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dan Daftar Himpunan Pokok Pajak (PHHP) atau Daftar
(31)
Himpunan Ketetapan Pajak (PHKP) Pajak Hiburan,Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),melaksanakan perhitungan Pajak Pusat atau Pajak Provinsi,melaksanakan perhitungan penerimaan bagi hasil pajak lainnya serta membantu menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) PBB kepada Wajib Pajak,menerima kembali SPOP dan mengirimkannya kepada KPPBB.
c. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak
Mempunyai tugas melaksanakan perhitungan pemeriksaan dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan melaksanakan perhitungan dari Dana Alokasi Umum.
d. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan
Mempunyai tugas untuk mengkaji tentang pelaksanaan Peraturan Perundang-Undangan dan melaksanakan koordinasi dengan unit terkait tentang pelaksanaan Peraturan Perundang-Undangan serta melaksanakan pengkajian atas penerimaan Pendapatan Daerah secara periodik.
e. Kelompok Jabatan Fungsi
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Pendapatan Kota Medan sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.
(32)
Gambaran Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan
Komposisi pegawai/karyawan di Dinas Pendapatan Kota Medan adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Komposisi Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun 2009
NO Bagian/Sub Dinas Jumlah
1 Kepala Dinas 1 Orang
2 Bagian Tata Usaha 22 Orang
3 Sub Dinas Program 11 Orang
4 Sub Dinas Pendataan dan Penetapan 53 Orang
5 Sub Dinas Penagihan 29 Orang
6 Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain 21Orang
7 Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan 66 Orang
8 Bagian Pemegang Kas 22 Orang
9 Bagian Pemegang Barang Berharga 6 Orang
10 Bagian Pemegang Barang 5 Orang
(33)
KETERANGAN :
Pegawai Negeri Sipil : 236 Orang
Pegawai Swakelola : 80 Orang
TNI yang dikaryakan : 1 Orang
Jumlah Pegawai DIPENDA Kota Medan : 317 Orang
Keterangan :
- Golongan II/a : 1 Orang
- Golongan II/b : 3 Orang
- Golongan II/c : 17 Orang
- Golongan II/d : 27 Orang
- Golongan III/a : 39 Orang
- Golongan III/b : 78 Orang
- Golongan III/c : 25 Orang
(34)
- Golongan IV/a : 5 Orang
- Golongan IV/b : 4 Orang
- Golongan IV/c : 1 Orang
(35)
BAB III
GAMBARAN DATA PAJAK HIBURAN
A. Ketentuan Pajak Hiburan
Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23A yang berbunyi “Pajak dan Pungutan Lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang” sehingga yang berefek pada penetapan pembayaran pajak sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan, ditegaskan bahwa penempatan Wajib Pajak harus ditetapkan dengan Undang-undang maka ketentuan tentang Pajak Hiburan digunakan penulis untuk menggambarkan Pajak Hiburan adalah sebagai berikut:
1. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Pajak Hiburan adalah salah satu dari Pajak Daerah yang dikelola oleh kabupaten/kota. Menurut undang-undang ini, pengertian Pajak Daerah adalah iuran wajib yang diberikan oleh wajib pajak orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa mendapat imbalan langsung dari Pemerintah Daerah yang dapat dipaksakan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah. Berdasarkan Undang-undang ini tarif Pajak Hiburan paling tinggi sebesar 35% (Tiga Puluh Lima Persen), untuk pengaturannya ditetapkan dalam Peraturan Daerah yang dibuat oleh Pemerintah Daerah dan DPRD.
(36)
2. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang objek, subjek dan dasar pengenaan Pajak Hiburan. Walaupun ditetapkan batasan tarif pajak yang paling tinggi, terdapat pengaturan yang berbeda tentang penetapan tarif pajak oleh Pemerintah Daerah antara Pajak Provinsi dengan Pajak Kabupaten/Kota. Saat ini penetapan tarif Pajak Provinsi diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah, yang menetapkan tarif pajak tertentu yang berlaku sama untuk semua provinsi. Sementara itu, Pajak Kabupaten/Kota Peraturan Pemerintah Nomor 65 menetapkan tarif pajak paling tinggi, yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Tarif Pajak Provinsi ditetapkan seragam di seluruh Indonesia dan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Penetapan tarif yang seragam untuk jenis-jenis pajak netral terhadap wajib pajak sehingga dapat dihindarkan praktik pemanfaatan tarif pajak yang lebih rendah pada daerah tertentu. Penerapan tarif pajak paling tinggi tersebut bertujuan memberikan perlindungan kepada masyarakat dari penetapan tarif yang terlalu membebani sedangkan tarif paling rendah tidak ditetapkan untuk memberikan peluang kepada Pemerintah Daerah untuk mengatur sendiri besarnya tarif pajak yang sesuai dengan kondisi masyarakat di daerahnya, termasuk membebaskan pajak bagi masyarakat yang tidak mampu. Disamping itu, dalam penetapan tarif juga dapat diadakan klasifikasi atau penggolongan tarif berdasarkan jenis objek pajak.
(37)
3. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Daerah Kota Medan
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.
Hiburan adalah semua jenis pertunjukan, permainan, ketangkasan, dan atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk fasilitas untuk berolahraga. Penyelenggaraan hiburan ini adalah objek pajak yang menjadi tanggungan bagi penyelenggara yang terdiri dari orang pribadi atau badan hukum yang bertindak atas nama sendiri atau atas nama pihak lain.
Penonton atau pengunjung adalah setiap orang yang menghadiri suatu hiburan untuk melihat dan menikmati atau menggunakan fasilitas yang disediakan oleh penyelenggara hiburan.
Tanda Masuk adalah sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menonton, menggunakan atau menikmati hiburan.
Harga Tanda masuk (HTM) adalah harga atau nilai nominal yang digunakan untuk menikmati/menggunakan fasilitas hiburan.
Masa Pajak Hiburan adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan satu bulan takwim. Pajak hiburan dalam masa pajak terjadi atau timbul pada saat kegiatan penyelenggaraan hiburan dilakukan.
(38)
Sebagaimana telah disebut diatas, tarif pajak hiburan ditetapkan maksimal 35% (Tiga Puluh Lima Persen) akan tetapi dalam praktiknya di kota Medan tarif Pajak Hiburan ini ditetapkan maksimal 30% (Tiga Puluh Persen). Hal ini dapat dilihat pada Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2002 adalah sebagai berikut :
a. Pertunjukan kesenian, antara lain adalah kesenian tradisional, pertunjukan sirkus,pameran seni,dengan ketentuan lain :
1. Diruangan memakai AC dipungut pajak dengan tarif 15% dari HTM
2. Diruangan tidak memakai AC dipungut pajak dengan tarif 10% dari HTM
b. Untuk pameran busana, kontes kecantikan, pertunjukan/pagelaran musik dan tari :
1. Diruangan memakai AC dipungut pajak dengan tarif 25% dari HTM
2. Diruangan tidak memakai AC dipungut pajak dengan tarif 20% dari HTM
c. Untuk diskotik, bar, karaoke, klab malam dan sejenisnya ditetapkan tarif sebesar 30% dari HTM diluar harga makanan dan minuman yang telah dikenakan Pajak Hotel atau Pajak Restoran.
d. Untuk diskotik, disko, bar, klub malam yang tidak menggunakan tanda masuk atau tidak membayar untuk menonton atau menikmati hiburan dipungut pajak
(39)
sebesar Rp. 2000,00 untuk setiap pengunjung di luar harga makanan dan minuman yang telah dikenakan Pajak Hotel atau Restoran.
e. Permainan bilyard :
1. Diruangan memakai AC dipungut pajak 20% dari HTM atau harga koin per meja sekali permainan
2. Diruangan tidak memakai AC dipungut pajak 15% dari HTM atau harga koin per meja sekali permainan
f. Permainan ketangkasan, taman hiburan keluarga, permainan anak-anak atau video games, playstation, mini train, kuda pusing, speed boat, bom-bom car dan sejenisnya dipungut pajak 20% dari pembayaran
g. Usaha panti pijat, mandi uap, dan sejenisnya dipungut pajak 20% dari HTM per jam, salon kecantikan 20% dari pembayaran
h. pertunjukan pertandinagan olahraga antar klub dalam negeri dipungut pajak 15% dari HTM, sedangkan pertandingan olahraga dengan dukungan antar bangsa di pungut pajak 20% dari HTM
i. Taman rekreasi, kolam renang, kolam pancing, dan sejenisnya dipungut pajak 10% dari HTM
j. Hiburan yang tidak menggunakan tanda masuk dipungut pajak 20% dari jumlah pembayaran
(40)
B. Objek dan Subjek Pajak Hiburan
1. a. Objek Pajak Hiburan
Yang menjadi objek Pajak Hiburan adalah segala bentuk penyelenggaraan hiburan yang dipungut bayaran. Yang menjadi objek pajak hiburan antara lain : tontonan film, kesenian,pagelaran musik dan tari, diskotik, karaoke, klab malam, permainan billiar, permainan ketangkasan, panti pijat, mandi uap, dan pertandingan olahraga.
b. Bukan Objek Pajak Hiburan
Pada Pajak Hiburan, tidak semua penyelenggaraan hiburan dikenakan pajak. Ada beberapa pengecualian yang tidak termasuk objek pajak, yaitu penyelenggaraan hiburan yang tidak dipungut bayaran, seperti hiburan yang diselenggarakan dalam rangka pernikahan, upacara adat dan keagamaan.
2. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Hiburan
Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menonton dan atau menikmati hiburan.
Wajib Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan.
Dari penjelasan diatas jelas sekali perbedaan antara Subjek Pajak Hiburan dengan Wajib Pajak Hiburan, dapat kita simpulkan bahwa dalam kenyataannya
(41)
yang menikmati hiburan yang menjadi subjek pajak dan penyelenggara hiburanlah yang menjadi wajib pajak dengan memungutnya dari konsumen.
C. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Penghitungan Pajak Hiburan
a. Dasar Pengenaan Pajak Hiburan
Dasar Pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah pembayaran atau jumlah yang seharusnya dibayar untuk menonton atau menikmati hiburan sebagaimana ditetapkan dalam Harga Tiket Masuk (HTM).
b. Tarif Pajak Hiburan
Tarif pajak hiburan yang telah ditetapkan oleh peraturan daerah dikenakan paling tinggi sebesarb 35% (tiga puluh lina persen). Tarif pajak hiburan di tiap kabupaten/kota tentu berbeda-beda, hal ini harus disesuaikan dengan keadaan daerahnya, asalkan tidak melebihi tarif pajak yang telah ditetapkan yaitu 35%
Tarif pajak dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu : a. Tarif tunggal, terdiri dari :
1. Tarif pajak tetap adalah jumlah atau angkanya tetap tidak bergantung besarnya dasar pengenaan pajak.
2. Tarif proporsional adalah tarif tarif pajak yang besar persentasenya tetap dan tidak bergantung pada besarnya dasar pengenaan pajak.
(42)
b. Tarif tidak Tunggal, terdiri dari :
1. Tarif proporsional adalah tarif pajak yang persentasenya meningkat sesuai besarnya atau meningkatnya dasar pengenaan pajak.
2. Tarif degresif adalah tarif pajak yang persentasenya menurun sesuai dengan dasar pengenaan pajak.
Tarif yang diterapkan untuk setiap jenis Pajak Hiburan adalah sebagai berikut :
1. Pertunjukan Film di Bioskop
Berikut ini tabel Klasemen Bioskop dan Besar Pajaknya
Klasemen Bioskop Besar Pajak
AII UTAMA 30% Dari HTM
AII 28% Dari HTM
AI 26% Dari HTM
BII 24% Dari HTM
BI 20% Dari HTM
C 17% Dari HTM
D 13% Dari HTM
(43)
2. Ketentuan Klasemen dan besarnya Harga Tanda Masuk untuk masing-masing bioskop di Kota Medan akan ditetapkan lebih lanjut dengan Surat Keputusan Kepala Daerah.
3. Tata cara pengadaan/perforasi tanda masuk/karcis tontonan dan pembayaran dimuka (PDM) Pajak Hiburan tetap dan Insidentil akan ditetapkan lebih lanjut dengan Surat Keputusan Kepala Daerah.
4. Pertunjukan kesenian, antara lain adalah kesenian tradisional, pertunjukan sirkus,pameran seni,dengan ketentuan lain :
a. Diruangan memakai AC dipungut pajak dengan tarif 15% dari HTM
b. Diruangan tidak memakai AC dipungut pajak dengan tarif 10% dari HTM
5. Untuk pameran busana, kontes kecantikan, pertunjukan/pagelaran musik dan tari :
a. Diruangan memakai AC dipungut pajak dengan tarif 25% dari HTM
b. Diruangan tidak memakai AC dipungut pajak dengan tarif 20% dari HTM
6. Untuk diskotik, bar, karaoke, klab malam dan sejenisnya ditetapkan tarif sebesar 30% dari HTM diluar harga makanan dan minuman yang telah dikenakan Pajak Hotel atau Pajak Restoran.
7. Untuk diskotik, disko, bar, klub malam yang tidak menggunakan tanda masuk atau tidak membayar untuk menonton atau menikmati hiburan dipungut pajak
(44)
sebesar Rp. 2000,00 untuk setiap pengunjung di luar harga makanan dan minuman yang telah dikenakan Pajak Hotel atau Restoran.
8. Permainan billyard :
1. Diruangan memakai AC dipungut pajak 20% dari HTM atau harga koin per meja sekali permainan
2. Diruangan tidak memakai AC dipungut pajak 15% dari HTM atau harga koin per meja sekali permainan
9. Permainan ketangkasan, taman hiburan keluarga, permainan anak-anak atau video games, playstation, mini train, kuda pusing, speed boat, bom-bom car dan sejenisnya dipungut pajak 20% dari pembayaran
10. Usaha panti pijat, mandi uap, dan sejenisnya dipungut pajak 20% dari HTm perjam, salon kecantikan 20% dari pembayaran
11. Pertunjukan pertandinagan olahraga antar klub dalam negeri dipungut pajak 15% dari HTM, sedangkan pertandingan olahraga dengan dukungan antar bangsa di pungut pajak 20% dari HTM
12. Taman rekreasi, kolam renang, kolam pancing, dan sejenisnya dipungut pajak 10% dari HTM
13. Hiburan yang tidak menggunakan tanda masuk dipungut pajak 20% dari jumlah pembayaran
(45)
c. Perhitungan Pajak Hiburan
Besarnya pokok Pajak Hiburan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan Tarif Pajak dengan Dasar Pengenaan Pajak.Secara umum penghitungan Pajak Hiburan menggunakan Rumus sebagai berikut :
Pajak Terutang : Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
: Tarif Pajak x Jumlah Pembayaran Untuk Menonton/Menikmati Hiburan
D. Target dan Realisasi Pajak Hiburan Kota Medan
Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan Kota Medan Tahun Anggaran 2006
No Uraian Target/Thn Realisasi %
1 Bioskop 2.431.200.000 2.440.140.000 100,37
2 k 441.100.000 292.060.892 66.21
3 ijat 877.252.000 649.852.173,60 74,06
4 game 2.694.600.000 116.082.126 115,64
5 d 197.998.440 190.930.490 96,43
6 renang 300.000.000 221.143.970 73,71
7 514.560.000 468.641.484 91,08
8 til 410.717.960 597.629.515 141,13
9 rnet 108.003.600 40.215.600 37,24
7.957.705.000 7.998.696.250,6 100,29
(46)
Dari tabel dapat kita ketahui bahwa Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan terus meningkat. Hal ini dapat dilihat dalam target realisasi penerimaan pajak hiburan dari setiap sektor yang telah dicapai pada tahun anggaran 2005-2006 mengalami peningkatan.
Target dan Realisasi Pajak Hiburan Kota Medan Tahun Anggaran 2007
No Uraian Target/Thn Realisasi %
1 Bioskop 2.460.300.000 2.496.613.600,00 101,08 2 Salon 561.732.000 584.976.800,00 104,14 3 Panti Pijat 627.000.000 896.828.541,00 143,03 4 Mandi uap 279.315.000 3.580.398,00 1,28 5 Video game 2.868.300.000 3.176.498.756,36 110,76 6 Karaoke 379.500.000 316.687.737,00 83,45 7 Diskotik 71.500.000 52.363.000,00 73,23 8 Billyard 263.832.000 267.432.213,08 97,57 9 K. Renang 300.000.000 282.969.200,00 94,32 10 W. Internet 110.100.000 81.405.400,00 73,94 11 P. Kesenian 373.321.000 243.626.400,00 65,26
12 Sirkus 42.000.000 - 0,00
13 Pert.olah raga 18.000.000 - 0,00
8.354.000.000 8.382.957.036,24 100,35
(47)
Pada tahun 2007 terjadi peningkatan dengan APBD/tahunnya sebesar Rp8.354.000.000,00 dan APBD/bulannya sebesar Rp706.447.083,33.pada tahun ini jumlah realisasinya melebihi target yaitu Rp 8.382.957.036,24 dengan persentase 100,35%.
Target Dan Realisasi Pajak Hiburan Kota Medan Tahun Anggaran 2008
No Pajak Hiburan Target/Tahun Realisasi %
1 Bioskop 2.530.000.000,00 3.152.850.000,00 124,62 2 Salon 609.732.000,00 655.260.000,00 107,47 3 Panti Pijat 821.000.000,00 612.731.868,60 74,63 4 Mandi Uap 129.015.000,00 3.016.218.700,00 262,10 5 P. Ketangkasan 3.150.000.000,00 295.124.000,00 95,75 6 Karaoke 407.500.000,00 374.258.150,30 91,84 7 Diskotik 71.500.000,00 97.905.999,00 136,93 8 Billyard 323.823.000,00 295.124.000,00 91,13 9 Kolam Renang 311.988.000,00 345.570.000,00 110,76 10 Warung Internet 134.100.000,00 110.820.000,00 82,64 11 Pagelaran 379.033.000,00 254.575.350,00 67,16 12 Sirkus 42.000.000,00 73.500.000,00 175,00 13 Pertandingan 12.000.000,00 10.573.500,00 87,81
Jumlah 8.921.700.000,00 9.337.502.454,10 104,66 Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan
(48)
Pada tahun 2008 terjadi peningkatan APBD tahunannya sebesar Rp 8.921.700.000,00 pada tahun ini jumlah realisasinya kurang memenuhi target
yaitu Rp 9.337.502.454,10dengan persentase 104,66%.
E. Jumlah Wajib Pajak Hiburan Kota Medan Tahun Anggaran 2005- Mei 2009
Tahun Jumlah Wajib Pajak
2005 347 Wajib Pajak
2006 325 Wajib Pajak
2007 378 Wajib Pajak
2008 394 Wajib Pajak
Mei 2009 399 Wajib Pajak Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah wajib pajak hiburan pada tahun 2005 sebanyak 347 wajb pajak,tahun 2006 325 wajib pajak,tahun 2007 378 wajib pajak,pada tahu 2008 394 wajib pajak dan pada tahun 2009 sampai dengan Mei sebanyak 399 wajib pajak.
Dari tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa jumlah wajib pajak hiburan menigkat dari tahun ke tahun.
F. Mekanisme Pengajuan Permohonan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan
Dalam melakukan permohonan penundaan pembayaran Pajak Hiburan Wajib pajak menjalani prosedur sebagai berikut :
(49)
1. Wajib Pajak yang akan melakukan penundaan pembayaran Pajak Hiburan terlebih dahulu menuliskan surat yang menyatakan ketidaksanggupan membayar pajak terutangnya pada waktu yang di tentukan oleh Dinas Pendapatan Kota Medan dengan mencantumkan alasan-alasan yang mendukung permohonannya dan juga melampirkan bukti-bukti yang mendukung misalnya laporan keuangan dan menyerahkan ke Dinas Pendapatan Kota Medan.
2. Setelah mmenyerahkan Surat Permohonan Penundaan tersebut Wajib Pajak akan menerima Tanda Terima.
3. Permohonan tersebut akan dicatat dalam Permohonan untuk menunda pembayaran Pajak Hiburan.
4. Kepala seksi Penagihan setelah meneliti alasan-alasan permohonan penundaan yang dicantumkan akan menandatanganinya maka surat tersebut akan diberikan kepada Kepala Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan dan menandatanganinya.
5. Dinas Pendapatann atas nama Kepala Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan Mengirimkan Surat yang menyatakan Permohonan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan diterima kepada Wajib Pajak.
6. Lama waktu yang diperlukan oleh Dinas Pendapatan Kota Medan melalui Sub Dinas Penagihan dam memproses Surat Permohonan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan 3 hari sampai 1 minggu.
(50)
7. Wajib Pajak harus membayar Pajak Terutangnya paling lama sesuai waktu yang diberikan oleh Dinas Pendapatan.
(51)
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
Dengan adanya sistem pembayaran pajak self assessment, maka Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, melaporkan, dan menyetor jumlah pajak yang terhutang, sehingga dalam pelaksanaannya sering terjadi kesalahan yang dilakukan oleh Wajib Pajak, baik yan dilakukan dengan sengaja maupun yang tidak disengaja. Hal ini menyebabkan Kepala Daerah menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar
2. Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan Pajak Daerah terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis atau salah hitung yang dilakukan oleh Wajib Pajak.
3. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga atau denda
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak Daerah ditambah sanksi administrasi berupa bunga 2% (dua persen) setiap bulan paling lama lima bulan sejak saat terutangnya pajak setelah itu Kepala Daerah menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak terutang paling lama 30 (tiga uluh) hari setelah saat terutangnya pajak. Namun apabila Wajib Pajak merasa tidak sanggup membayar dengan jumlah pajak yang belum atau kurang bayar pada waktu yang ditetapkan maka Wajib Pajak dapat
(52)
mengajukan permohonan pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak kepada daerah yang sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan dengan persyaratan telah mendapat persetujuan dari Kepala Daerah.
Sebelum memberikan persetujuan, Kepala Daerah mengadakan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang mengajukan permohonan penundaan pembayaran Pajak Daerah. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh petugas dari Pemerintah Daerah maka Kepala Daerah memberikan surat perihal penyampaian temuan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Wajak yang diperiksa dengan memberikan bukti-bukti berupa file, dokumen, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan hal yang mendukung permohonan penundaan pembayaran pajak selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak diterima surat dari Kepala Daerah tersebut.
Apabila dalam waktu yang telah diberikan tersebut tidak ada tanggapan dari Wajib Pajak maka Pemerintah Daerah menganggap hasil temuan tersebut telah disetujui oleh Wajib Pajak dan selanjutnya akan menyetorkan jumlah pajak sebesar yang tercantum dalam surat tersebut.
A. Mekanisme Pengajuan Permohonan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan
1. Penundaan Pembayaran
Selain memberikan persetujuan mengangsur pembayaran pajak Kepala Daerah atas permohonan wajib pajak atau penanggung pajak dengan terlebih
(53)
memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak atau Penanggung Pajak untuk menunda pembayaran pajak dalam kurun waktu tertentu. Penundaan pembayaran pajak dapat dipertimbangkan berdasarkan kesulitan likuidasi yang dialami oleh Wajib Pajak. Pemberian persetujuan untuk menunda pembayaran pajak diberikan atas permohonan Wajib Pajak dengan dikenakan bunga sebesar 2% sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar. Persyaratan untuk dapat mengangsur atau menunda pembayaran pajak serta tata cara penundaan pembayaran pajak tertentu ditetapkan dengan keputusan Kepala Daerah dengan demikian Kepala Daerah harus selektif dalam menyetujui/menolak permohonan penundaan pembayaran pajak tersebut.
a. Kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari :
1. Dinas Pendapatan Kota Medan melalui unit kerja penetapan menerima surat permohonan penundaan pembayaran pajak dari wajib pajak.
2. Mengadakan penelitian untuk dijadikan bahan dalam pemberian persetujuan penundaan pembayaran oleh Kepala Dinas Pendapatan Kota Medan.
3. Membuat Surat Persetujuan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan yang ditanda tangani oleh Kepala Dinas Pendapatan Kota Medan dan apabila permohonan tersebut disetujui maka dibuatkan daftar persetujuan penundaan.
(54)
4. Menyerahkan Surat Persetujuan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan kepada Wajib Pajak dan daftar persetujuan penundaan kepada unit-unit lain yang terkait.
b. Formulir dan Buku atau daftar yang dipergunakan adalah :
1. Formulir terdiri dari :
a. Surat Permohonan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan
b. Surat Persetujuan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan
c. Surat Pemberitahuan Penolakan Penundaan Pembayaran
1. Buku daftar register permohonan penundaan pembayaran
2. Daftar persetujuan penundaan pembayaran
2. Pembayaran Pajak Hiburan
Pajak hiburan terhutang dilunasi dalam jangka waktu yang ditentukan dalam Peraturan Daerah (PERDA) misalnya selambat-lambatnya pada tanggal 15 bulan berikutnya dari masa pajak terutang setelah berakhirnya masa pajak. Penentuan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak hiburan ditetapkan oleh bupati atau walikota apabila wajib pajak mendapat(Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB),Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT),Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD), Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan banding yang
(55)
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, Pajak Hiburan tersebut harus dilunasi paling lambat satu bulan sejak diterbitkan surat –surat tersebut.
Pembayaran Pajak Hiburan yang terutang dilakukan ke kas daerah, bank, atau tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati atau Walikota sesuai dengan waktu yang ditentukan dalam SKPD, SKPDKB, SKPDBT dan STPD. Apabila pembayaran pajak dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak harus disetor ke kas daerah paling lambat satu kali 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Bupati atau Walikota dan apabila tanggal jatuh tempo pembayaran dilakukan pada hari libur, pembayaran dilakukan pada hari kerja berikutnya.
Pembayaran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD). Pembayaran pajak harus sekaligus lunas kepada Wajib Pajak yang melakukan pambayaran pajak diberikan tanda bukti pembayaran pajak dan dicatat dalam buku penerimaan. Hal ini harus dilakukan oleh petugas tempat pembayaran pajak untuk tertib administrasi dan pengawasan penerimaan pajak. Dengan demikian, pembayaran pajak akan lebih mudah diawasi oleh petugas Dinas Pendapatan Kota Medan. Disamping itu, bentuk, isi, ukuran buku penerimaan dan tanda bukti pembayaran pajak ditetapkan dengan keputusan Bupati atau Walikota.
Dalam keadaan tertentu Bupati atau Walikota atau Pejabat yang ditunjuk dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur/menunda pembayaran Pajak Hiburan terutang dalam kurun waktu tertentu setelah
(56)
memenuhi persyaratan yang ditentukan. Pemberian persetujuan untuk mengangsur/menunda pembayaran Pajak Hiburan diberikan atas permohonan Wajib Pajak oleh karena itu angsuran pembayaran pajak yang terutang harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2% perbulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar. Selain memberikan persetujuan mengangsur pembayaran pajak, Bupati atau Walikota atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan persetujuan untuk penundaan wajib pajak terutang dalam kurun waktu tertentu setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Bupati atau Walikota karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat:
1. Membetulkan SKPD,SKPDKB, SKPDKBT, atau STPD yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan kekeliruan dalam penerapan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan Daerah .
2. Mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak yang tidak benar.
3. Mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi yang berupa bunga, denda, dan kenaikan pajak terutang jika sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan dan bukan karena kesalahan yang disengaja.
Ketentuan ini dimaksud untuk menjaga kepentingan Wajib Pajak dalam hal penetapan pajak oleh Kepala Daerah akibat adanya kesalahan yang dilaksanakan oleh Wajib Pajak maupun oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang
(57)
B. Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Daerah
Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) merupakan surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak, dan atau harta kewajiban menurut Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan Daerah. SPTPD harus didisi dengan jelas, benar, lengkap dan ditandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya. Setelah itu SPTPD disampaikan kepada daerah melalui Dinas Pendapatan Kota Medan dalam jangka waktu 20 (dua puluh) hari setelah berakhir masa pajak. Apabila batas waktu penyampaian SPTPD tersebut jatuh pada hari libur, batas waktu penyampaiannya jatuh pada hari kerja berikutnya.
Penyampaian SPTPD harus dilampiri dengan keterangan atau dokumen yang ditetapkan oleh Kepala Daerah SPTPD dianggap tidak disampaikan jika tidak ditandatangani oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dan tidak melampirkan keterangan atau dokumen yang diperlukan. Wajib Pajak atau Penanggung Pajak harus mengambil sendiri SPTPD di kantor Dinas PendapatanKota Medan atau tempat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah. Kepala Daerah dapat menetapkan jenis pajak tertentu yang tidak diwajibkan menyampaikan SPTPD.
Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk atas permohonan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak untuk dapat menunda pembayaran pajak terutangnya dengan alasan yang sah dan dapat diterima dapat melakukan perpanjangan jangka
(58)
waktu pembayaran misalnya paling lama 2 bulan atau sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah. Perpanjangan jangka waktu penyampaian SPTPD dilakukan ketika Wajib Pajak ternyata tidak dapat menyampaikan SPTPD sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan karena benar-benar menagalami kesulitan, misalnya karena masalah-masalah teknis yang berkaitan dengan persyaratan jangka waktu perpanjangan penyampaian SPTPD dihitung sejak jangka waktu penyampaian SPTPD terakhir.
Alasan-alasan Wajib Pajak yang sah dan dapat diterima untuk pengajukan perpanjangan jangka waktu memasukkan SPTPD adalah sebagai berikut:
1. Wajib Pajak berada di luar negeri dan dapat dibuktikan kebenarannya.
2. Wajib Pajak tersebut meninggal dunia setelah dilakukan pengalihan sebagai penanggung atas pajak yang terutang.
3. Ada sengketa dengan pihak lain yang belum mendapat keputusan pengadilan.
4. Segala kejadian yang menimpa Wajib Pajak yang berada di luar kekuasaannya.
Permohonan penundaan penyampaian SPTPD harus`diajukan oleh Wajib Pajak secara tertulis kepada Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk selambat-lambatnya sebelum berakhirnya batas waktu penyampaian SPTPD. Permohonan penundaan diajukan dengan melampirkan pernyataan tertulis mengenai besarnya
(59)
pajak terutang yang harus dibayar disertai surat pernyataan mengenai perhitungan sementara sejak terutangnya pajak dalam satu masa pajak dan bukti pelunasan pajak terutang berdasarkan perhitungan yang ada dalam SPTPD. Keterangan dokumen yang harus dilampirkan serta tata cara penyampaian SPTPD ditetapkan oleh Kepala Daerah.
B. Tabel Kegiatan Wajib Pajak Hiburan Di Dinas Pendapatan Kota Medan
Jenis
Pajak Hiburan Membayar Menunda Tidak Jelas
Panti Pijat/Spa/Mandi Uap 3 1 2
Video Game 1 0 10
Karaoke 1 1 3
Billyard 13 0 2
Salon 39 0 0
Warung Internet 8 0 3
Sumber : DIPENDA Kota Medan
2006
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa wajib pajak yang membayar untuk Pijat/Spa/Mandi Uap sebanyak Tiga wajib pajak,yang menunda pembayaran Satu wajib pajak dan yang tidak mempunyai alasan yang jelas sebanyak Dua wajib pajak.Untuk jenis Pajak Hiburan Video Game Wajib Pajak yang melakukan pembayaran sebanyak Satu wajib pajak,yang menunda Pembayaran tidak ada,sedangkan yang tidak jelas alasannya sebanyak Sepuluh wajib pajak.Untuk Pajak Hiburan Karaoke Wajib Pajak yang melakukan pembayaran Satu wajib Pajak,yang menunda pembayaran Satu wajib pajak dan yang tidak mempunyai alasan yang jelas sebanyak Tiga wajib pajak.Untuk Pajak
(60)
Hiburan Billyard jumlah wajib pajak yang melakukan pembayaran 13 wajib pajak yang menunda pembayaran tidak ada sedangkan yang tidak jelas alasannya sebanyak Dua wajib pajak.Untuk Pajak Hiburan Salon semua Wajib Pajak Membayar Pajak Terutangnya.Untuk Pajak Hiburan Internet Wajib Pajak yang melakukan pembayaran sebanyak Delapan wajib pajak sedangkan yang menunda pembayaran tidak ada dan jumlah Wajib Pajak yang tidak mempunyai alasan yang jelas sebanyak Tiga wajib pajak.
Membayar Menunda Tidak Jelas
Panti Pijat/Spa/Mandi Uap 2 2 2
Video Game 0 0 11
Karaoke 2 0 3
Billyard 22 0 8
Salon 76 0 13
Warung Internet 11 0 11
Sumber Data : DIPENDA Kota Medan
2007 Jenis Pajak Hiburan
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Wajib Pajak yang membayar untuk Pajak Hiburan jenis Panti Pijat/Spa/Mandi Uap sebanyak Dua wajib pajak yang melakukan penundaan pembayaran Dua wajib pajak dan yang tidak mempunyai alasan yang jelas sebanyak Dua wajib pajak. Untuk Pajak Hiburan jenis Video Game jumlah Wajib Pajak yang melakukan pembayaran dan yang menunda tidak ada sedangkan untuk yang tidak jelas alasannya sebanyak 11 wajib pajak.Untuk jenis Pajak Hiburan Karaoke Wajib Pajak yang melakukan pembayaran Dua wajib pajak yang menunda pembayaran tidak ada dan untuk yang tidak jelas alasannya
(61)
terdapat Tiga orang wajib pajak.Untuk Pajak Hiburan jenis Billyard Wajib Pajak yang melakukan pembayaran 22 wajib pajak untuk yang menunda pembayaran tidak ada sedangkan yang tidak mempunyai alasan yang jelas sebanyak Delapan wajib pajak.Untuk Pajak Hiburan jenis Salon Wajib Pajak yang membayar sebanyak 76 wajib pajak dan untuk yang menunda pembayaran tidak ada sedangkan untuk Wajib Pajak yang tidak jelas alasannya 13 wajib pajak.Untuk jenis Pajak Hiburan Internet yang Wajib Pajak yang melakukan pembayaran 11 wajib pajak yang tidak jelas alasannya 11 wajib pajak sedangkan untuk yang menunda pembayaran tidak ada.
2008 Jenis Pajak Hiburan
Membayar Menunda Tidak Jelas
Panti Pijat/Spa/Mandi Uap 13 - 3
Video Game 10 - 2
Karaoke 3 - 3
Billyard 47 - 11
Salon 105 - 15
Warung Internet 19 - 11
Sumber Data : DIPENDA Kota Medan
Dari tabel diatas terlihat jumlah Wajib Pajak yang melakukan pembayaran untuk jenis Pajak Hiburan Panti Pijat/Spa/Mandi Uap 13 wajib pajak yang melakukan penundaan tidak ada sedangkan yang tidak jelas alasannya Tiga wajib pajak.Untuk Pajak Hiburan jenis Video Game yang melakukan pembayaran
(62)
10 wajib pajak dan tidak ada yang melakukan penundaan sedang yang tidak jelas alasannya sebanyak Dua wajib pajak.Untuk jenis Pajak Hiburan Karaoke yang membayar Tiga wajib pajak yang tidak jelas alasanya Tiga wajib pajak sedangkan yang melakukan penundaan pembayaran tidak ada.Untuk Pajak Hiburan jenis Billyard yang membayar 47 wajib pajak yang menunda pembayaran tidak ada sedangkan yang tidak mempunyai alasan yang jelas 11 wajib pajak.Untuk Pajak Hiburan Salon wajib pajak yang membayar 105 wajib pajak dan tidak ada yang melakukan penundaan sedangkan yang tidak mempunyai alasan yang jelas sebanyak 15 wajib pajak.Untuk Pajak Hiburan Internet Wajib Pajak yang melakukan pembayaran 19 wajib pajak yang menunda pembayaran tidak ada sedangkan yang tidak mempunyai alasan yang jelas 11 Wajib Pajak.
Dari Ketiga Tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa Wajib Pajak yang melakukan penundaan pembayaran pajak hiburan beekurang dari tahun ketahun dan itu membuktikan tingkat kesadaran masyarakat untuk membayar pajak hiburan mulai tinggi.
(63)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian permasalahan yang dikemukakan penulis dari hasil Praktik Kerja lapangan Mandiri di Dinas Pendapatan Kota Medan dan dari studi pustaka yang dilakukan penulis, penulis menyimpulkan :
1. Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh Orang Pribadi atau badan tanpa mendapatkan imbalan langsung dan dapat dipaksakan yang dilaksanakan berdasarkan Undang-undang yang berlaku dan digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.
2. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan atau pungutan daerah atas penyelenggaraan hiburan.
3. Tarif pajak hiburan ditetapkan oleh Pemerintahan Daerah berdasarkan kondisi daerahnya sehingga tarif untuk setiap daerah tidak selalu sama.
4. Wajib Pajak yang melakukan penundaan pembayaran pajak hiburan tidak begitu banyak.
(64)
5. Wajib Pajak yang ingin mengajukan permohonan penundaan pembayaran Pajak Hiburan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh Kepala Daerah.
6. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan untuk menanggulangi jumlah Wajib Pajak yang mengajukan permohonan penundaan pembayaran Pajak Hiburan melalui Dinas Pendapatan Kota Medan adalah dengan melakukan pemeriksaan secara efektif terhadap usaha yang dijalankan Wajib Pajak.
7. Sebelum menolak/menerima permohonan penundaan pembayaran Pajak Hiburan petugas dari Dinas Pendapatan Kota Medan terlebih dahulu melakukan tinjauan ke lapangan.
(65)
B.SARAN
1. Instansi Pajak dalam hal ini Dinas Pendapatan Kota Medan harus dapat menciptakan iklim perpajakan yang baik terhadap lingkungan sendiri maupun untuk masyarakat agar wajib pajak tahu mereka membayar pajak berarti mereka turut serta membiayai pembangunan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat.
2. Dinas Pendapatan Kota Medan harus mengelola Pajak Daerah sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku dengan baik dan benar serta selalu menjaga sifat yang jujur, sopan, dan tegas dalam melakukan pelayanan kepada Wajib Pajak.
3. Dinas Pendapatan Kota Medan perlu mensosialisasikan Peraturan Perpajakan pemerintah Kota Medan agar lebih bisa dipahami dan dilaksanakan oleh Wajib Pajak.
(66)
DAFTAR PUSTAKA
Markus, Muda, 2005, Perpajakan Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Prakosa, Kesit Bambang, 2003, Pajak dan Retribusi Daerah, UII Press, Yogyakarta
Siahaan, P, Marihot, 2004, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
UNDANG-UNDANG
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
PERATURAN PEMERINTAH
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001, Tentang Pajak Daerah
PERATURAN DAERAH
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2003, Tentang Pajak Daerah Kota Medan
(1)
terdapat Tiga orang wajib pajak.Untuk Pajak Hiburan jenis Billyard Wajib Pajak yang melakukan pembayaran 22 wajib pajak untuk yang menunda pembayaran tidak ada sedangkan yang tidak mempunyai alasan yang jelas sebanyak Delapan wajib pajak.Untuk Pajak Hiburan jenis Salon Wajib Pajak yang membayar sebanyak 76 wajib pajak dan untuk yang menunda pembayaran tidak ada sedangkan untuk Wajib Pajak yang tidak jelas alasannya 13 wajib pajak.Untuk jenis Pajak Hiburan Internet yang Wajib Pajak yang melakukan pembayaran 11 wajib pajak yang tidak jelas alasannya 11 wajib pajak sedangkan untuk yang menunda pembayaran tidak ada.
2008 Jenis Pajak Hiburan
Membayar Menunda Tidak Jelas
Panti Pijat/Spa/Mandi Uap 13 - 3
Video Game 10 - 2
Karaoke 3 - 3
Billyard 47 - 11
Salon 105 - 15
Warung Internet 19 - 11
Sumber Data : DIPENDA Kota Medan
(2)
10 wajib pajak dan tidak ada yang melakukan penundaan sedang yang tidak jelas alasannya sebanyak Dua wajib pajak.Untuk jenis Pajak Hiburan Karaoke yang membayar Tiga wajib pajak yang tidak jelas alasanya Tiga wajib pajak sedangkan yang melakukan penundaan pembayaran tidak ada.Untuk Pajak Hiburan jenis Billyard yang membayar 47 wajib pajak yang menunda pembayaran tidak ada sedangkan yang tidak mempunyai alasan yang jelas 11 wajib pajak.Untuk Pajak Hiburan Salon wajib pajak yang membayar 105 wajib pajak dan tidak ada yang melakukan penundaan sedangkan yang tidak mempunyai alasan yang jelas sebanyak 15 wajib pajak.Untuk Pajak Hiburan Internet Wajib Pajak yang melakukan pembayaran 19 wajib pajak yang menunda pembayaran tidak ada sedangkan yang tidak mempunyai alasan yang jelas 11 Wajib Pajak.
Dari Ketiga Tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa Wajib Pajak yang melakukan penundaan pembayaran pajak hiburan beekurang dari tahun ketahun dan itu membuktikan tingkat kesadaran masyarakat untuk membayar pajak hiburan mulai tinggi.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian permasalahan yang dikemukakan penulis dari hasil Praktik Kerja lapangan Mandiri di Dinas Pendapatan Kota Medan dan dari studi pustaka yang dilakukan penulis, penulis menyimpulkan :
1. Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh Orang Pribadi atau badan tanpa mendapatkan imbalan langsung dan dapat dipaksakan yang dilaksanakan berdasarkan Undang-undang yang berlaku dan digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.
2. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan atau pungutan daerah atas penyelenggaraan hiburan.
3. Tarif pajak hiburan ditetapkan oleh Pemerintahan Daerah berdasarkan kondisi daerahnya sehingga tarif untuk setiap daerah tidak selalu sama.
(4)
5. Wajib Pajak yang ingin mengajukan permohonan penundaan pembayaran Pajak Hiburan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh Kepala Daerah.
6. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan untuk menanggulangi jumlah Wajib Pajak yang mengajukan permohonan penundaan pembayaran Pajak Hiburan melalui Dinas Pendapatan Kota Medan adalah dengan melakukan pemeriksaan secara efektif terhadap usaha yang dijalankan Wajib Pajak.
7. Sebelum menolak/menerima permohonan penundaan pembayaran Pajak Hiburan petugas dari Dinas Pendapatan Kota Medan terlebih dahulu melakukan tinjauan ke lapangan.
(5)
B.SARAN
1. Instansi Pajak dalam hal ini Dinas Pendapatan Kota Medan harus dapat menciptakan iklim perpajakan yang baik terhadap lingkungan sendiri maupun untuk masyarakat agar wajib pajak tahu mereka membayar pajak berarti mereka turut serta membiayai pembangunan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat.
2. Dinas Pendapatan Kota Medan harus mengelola Pajak Daerah sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku dengan baik dan benar serta selalu menjaga sifat yang jujur, sopan, dan tegas dalam melakukan pelayanan kepada Wajib Pajak.
3. Dinas Pendapatan Kota Medan perlu mensosialisasikan Peraturan Perpajakan pemerintah Kota Medan agar lebih bisa dipahami dan dilaksanakan oleh Wajib Pajak.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Markus, Muda, 2005, Perpajakan Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Prakosa, Kesit Bambang, 2003, Pajak dan Retribusi Daerah, UII Press, Yogyakarta
Siahaan, P, Marihot, 2004, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
UNDANG-UNDANG
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
PERATURAN PEMERINTAH
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001, Tentang Pajak Daerah
PERATURAN DAERAH
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2003, Tentang Pajak Daerah Kota Medan