BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan obat tradisional merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang kita dari generasi yang satu ke generasi berikutnya. Herba sambiloto
Andrographis paniculata
Nees, Acanthaceae merupakan salah satu bahan obat tradisional yang paling banyak dipakai di Indonesia dan telah terkenal sejak abad 18.
Sambiloto Andrographis paniculata Burm.f. ex Nees banyak dijumpai hampir di seluruh kepulauan nusantara. Secara taksonomi sambiloto diklasifikasikan sebagai
berikut : Divisi
: Spermathophyta, Subdivisi
: Angiospermae, Kelas
: Dycotyledonae, Subkelas
: Gamopetalae, Ordo
: Personales,
Famili : Acanthaceae,
Subfamili : Acanthoidae dan
Genus : Andrographis.
Aminah Dalimunthe : Interaksi Sambiloto Andrographis Paniculata, 2009
Sambiloto dikenal dengan beberapa nama daerah dan negara, seperti : ki oray atau ki peurat Jawa Barat, bidara, takilo, sambiloto Jawa Tengah dan Jawa Timur, atau
pepaitan atau ampadu Sumatera.
Quasabhuva Arab The Creat Inggris
Naine-havandi Persia Kariyatu Gujarat
Kirayat India Nilavembu Tamil
Nelaberu Canada
Sambiloto merupakan tanaman asli India dan Cina. Herba, daun, akar dan bunganya banyak digunakan dalam sistem pengobatan. Dalam buku resmi tanaman
obat Indonesia, herba sambiloto digunakan sebagai diuretika dan antipiretika, sedangkan pustaka obat tradisional lainnya menyebutkan bahwa herba sambiloto yang
digunakan bersama-sama dengan kumis kucing Orthosiphon stamineus digunakan sebagai obat kencing manis. Penggunaan tradisional ini didasarkan atas kenyataan
bahwa seduhan sambiloto mempunyai rasa yang pahit, sehingga diharapkan dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit kencing manis diabetes mellitus. Efek
analgetik, antipiretik dan antiulserogenik dari isolat andrografolida, suatu diterpenoid yang diperoleh dari herba sambiloto telah dilaporkan. Ekstrak etanol dan
andrografolida dari herba sambiloto juga menunjukkan aktivitas terhadap hepatitis yang disebabkan oleh Plasmodium berghei.
Selain itu Ekstrak Sambiloto andrographis paniculata terbukti mampu meningkatkan pertahanan tubuh terhadap infeksi staphylococcus aureus. Itu
ditandai dengan meningkatnya neotrofil, limfosit, dan perbaikan jaringan paru- paru, hati, dan ginjal pada mencit tikus kecil yang menjadi percobaan. Ekstrak
sambiloto juga menunjukkan aktivitas sebagai anti tiroid, anti jamur, antihepatotoxik, antibiotik, antimalaria, antithrombogenik, antiinflamasi,
antisnakevenom, antipiretik dan immunostimulant
Sambiloto tergolong tanaman terna perdu yang tumbuh diberbagai habitat, seperti pinggiran sawah, kebun, atau hutan. Sambiloto memiliki batang berkayu
Aminah Dalimunthe : Interaksi Sambiloto Andrographis Paniculata, 2009
berbentuk bulat dan segi empat serta memiliki banyak cabang monopodial. Daun tunggal saling berhadapan, berbentuk pedang lanset dengan tepi rata integer dan
permukaannya halus, berwarna hijau. Bunganya berwarna putih keunguan, bunga berbentuk jorong bulan panjang dengan pangkal dan ujung lancip. Di India bunga
dan buah bisa dijumpai pada bulan Oktober atau antara Maret sampai Juli. Di Australia bunga dan buah antara bulan Nopember sampai Juni, sedang di Indonesia
bunga dan buah dan ditemukan sepanjang tahun.
Adapun kandungan utama dari sambiloto adalah diterpenoid lactones andrograpolide, paniculides, farnesols and flavonoids. Dari berbagai penelitian,
kandungan yang dipercaya dapat melawan penyakit adalah andrograpolide. Disamping itu, daun sambiloto mengandung saponin, falvonoid, alkaloid dan
tanin. Kandungan kimia lain yang terdapat pada daun dan batang adalah laktone, panikulin,
kalmegin dan hablur kuning yang memiliki rasa pahit Pada daun, kadar senyawa andrograpolide adalah sebesar 2,5-4,8 dari
berat keringnya. Senyawa kimia lain dari daun yang juga pahit yaitu diterpenoid viz. deoxyandrographolide-19B-D-glucoside dan neoandrographolide. Dari akar,
dapat diisolasi sejumlah senyawa seperti polimetoksiflavon, androrafin,panikulin, mono-0-metilwithin dan apigenin-7,4- dimetileter.
Beberapa orang mengalami gangguan pencernaan saat mengkonsumsi sambiloto. Jika hal ini terjadi, sebaiknya dosis pemakaian harus dikurangi atau
mengkonsumsinya bersama-sama dengan makanan. Sakit kepala, keadaan fatik, ataupun perasaan pahit serta terjadinya peningkatan enzim hati sering dialami
pasien-pasien yang menderita HIV saat diberi andrograpole hasil isolasi dengan dosis tinggi. Namun demikian, dari berbagai penelitian yang dilakukan, secara
umum sambiloto tidak menimbulkan efek samping yang serius sehingga aman dikonsumsi dan efektif. Dan sampai saat ini jarang ditemui efek samping yang
tidak diinginkan saat sambiloto ini digunakan bersama-sama dengan tumbuhan atau obat lain.
Uji toksistas pada hewan coba menunjukkan bahwa andrograpolide dan senyawa lain yang terdapat pada sambiloto memiliki toksisitas yng rendah.
Aminah Dalimunthe : Interaksi Sambiloto Andrographis Paniculata, 2009
BAB III PEMBAHASAN