Analisis Usahatani Jeruk dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Petani Di Desa Perjuangan, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi

(1)

Analisis Usahatani Jeruk dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Penerimaan Petani Di Kabupaten Dairi

(Studi Kasus: Desa Perjuangan Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi)

SKRIPSI

IDIANTHO C NAINGGOLAN 090304066

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

Analisis Usahatani Jeruk dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Penerimaan Petani Di Kabupaten Dairi

(Studi Kasus: Desa Perjuangan Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi)

SKRIPSI

OLEH:

IDIANTHO C NAINGGOLAN 090304066

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh, Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS.

NIP. 19460802197301 1 001 NIP. 19570217198603 2 001

Dr. Ir. Salmiah, MS.

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

ABSTRAK

IDIANTHO C NAINGGOLAN (090304066), dengan judul skripsi Analisis Usahatani Jeruk dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Petani Di Desa Perjuangan, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara.

Peneliti dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS dan kepada Ibu Dr. Ir.Salmiah, M.S.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui besar R/C per Ha dan per Petani usahatani jeruk di daerah penelitian, untuk menganalisis hubungan R/C per Ha dan per Petani dengan luas tanam jeruk di daerah penelitian, untuk menganalisis pengaruh antara karasteristik pengalaman bertani, jumlah tanggungan, dan modal terhadap penerimaan dari usahatani jeruk di daerah penelitian, untuk menganalisi pengaruh luas tanaman jeruk terhadap penerimaan per Petani.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, simple random sampling. Metode analisis yang digunakan adalah analisis data deskriptif, analisi BEP dan B/C, fungsi korelasi sederhana, regresi linear berganda, dan regresi linear sederhana.

Hasil penelitian menyimpulkan di daerah penelitian menunjukkan bahwa rata-rata R/C ratio per petani adalah 3.66 hal ini disebabkan karena penerimaan tinggi dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan kecil. BEP volume produksi jeruk selama setahun tanaman menghasilkan per petani adalah sebesar 3.597 kg sedangkan produksi jeruk di daerah penelitian selama setahun tanaman menghasilkan per petani telah melalui titik impas yaitu 13.173 kg. BEP harga produksi jeruk selama setahun tanaman menghasilkan per petani adalah sebesar Rp 1.615 sedangkan harga jeruk di daerah penelitian selama setahun tanaman menghasilkan per petani telah melalui titik impas yaitu Rp 6.207. Ada hubungan yang nyata antar R/C per Petani dengan luas tanaman petani di daerah penelitian. Begitu juga dengan R/C per Hektar, ada hubungan yang nyata antar R/C per Hektar dengan Luas Tanaman petani di daerah penelitian. Ada pengaruh nyata antara luas lahan terhadap penerimaan usahatani jeruk di daerah penelitian.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Sumbul Pegagan, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara pada tangal 5 Januari 1991. Merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari Bapak P.Nainggolan dan Ibu N.LumbanGaol.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: 1. Tahun 2002 lulus dari Sekolah Dasar Negeri 030331 Sumbul Pegagan.

2. Tahun 2005 lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sumbul Pegagan. 3. Tahun 2008 lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan Methodist-8 Medan. 4. Tahun 2009 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara melalui jalur reguler Ujian Masuk Bersam (UMB).

Pada bulan Juli-Agustus 2013, penulis melaksanakan Prakter Kerja Lapangan (PKL) di Desa Bandar Negeri, Kecamatan Bintang Bayu, Kabupaten Serdang Bedagai. Dan pada tahun yang sama di bulan April penulis melaksanakan penelitian skripsi di Desa Perjuangan, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisai kemahasiswaan, Organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP).


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Analisis Usahatani Jeruk dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Petani Di Kabupaten Dairi. (Studi Kasus: Desa Perjuangan Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi)’’.

Skripsi ini diajukan untuk Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dan merupakan suatu karya ilmiah yang disusun sebagai syarat untuk melengkapi kewajiban penulis sebagai mahasiswa di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS selaku ketua komisi pembimbing dan kepada Ibu Dr. Ir.Salmiah, M.S selaku anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis dalam menyelesaiakn skripsi ini.

2. Ibu Dr. Ir.Salmiah, M.S selaku ketua Program Studi Agribisnis FP USU.

3. Bapak Dr.Ir.Satia Negara Lubis, M.Ec selaku sekretaris Program Studi Agribisnis FP USU.

4. Seluruh dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dan membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan, dan

5. Seluruh pegawai Program Studi Agribisnis Fakulatas Pertanian Universitas Sumatera Utara khususnya Kak Lisbet, Kak Runi dan Kak Yani yang membantu penulis dalam administrasi kampus.


(6)

6. Sekretaris Desa Perjuangan Bapak Nainggolan dan warga Desa Perjuangan yang telah banyak membantu dalam penelitian penulis.

Penulis juga menyampaikan terimakasih secara khusus kepada Ayahanda P.Nainggolan dan Ibunda N.LumbanGaol atas motivasi, kasih sayang, dan dukungan baik materi, doa serta kesabarannya dalam mendidik penulis selama ini. Juga ucapan terimakasih kepasa Kakanda Ira Nova Nainggolan, SE, Abangnda Irwan Kalam Nainggolan, ST dan Adinda Ivani Juni Nainggolan yang juga memberikan dukungan, motivasi, dan doa kepada penulis.

Penulis juga berterima kasih kepada semua teman-teman stambuk 2009 Agribisnis, yang menjadi inspirai selama penulis menjalani perkuliahan, secara khusus kepada sahabat-sahabat saya Alexander Silalahi, Fritz Mesakh Tarigan, AR Wibowo, Adi PJ Sembiring, dan Safrizal Barus untuk setiap saran, motivasi dan doa yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang membaca skripsi ini demi tercapainya karya terbaru ke depannya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, September 2013


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 7

2.2 Landasan Teori ... 9

2.3 Kerangka Pemikiran ... 12

2.4 Hipotesis Penelitian ... 15

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 16

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 18

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 18

3.4 Metode Analisis Data ... 19

3.5 Uji Asumsi Klasik ... 22

3.6 Defenisi dan Batasan Operasional ... 24

3.6.1 Defenisi ... 24

3.6.2 Batasan Operasional ... 26

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Deskripsi Desa Perjuangan ... 27

4.1.1 Luas Daerah dan Letak Geografis ... 27

4.1.2 Kondisi Biofisik Lahan ... 28

4.1.3 Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya ... 28


(8)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Jumlah R/C (Revenue Per Cost) Per Ha dan

Per Petani Usahatani Jeruk ... 34 5.2 Analisis Usahatani Jeruk ... 37 5.3 Hubungan R/C Per Petani dan R/C per Hektar

Dengan Luas Tanaman Jeruk Di Daerah Penelitian ... 40 5.4 Pengaruh Antara Pengalaman Bertani, Jumlah Tanggungan,

Dan Modal Terhadap Penerimaan Dari Usahatani

Jeruk Di Daerah Penelitian ... 45 5.4.1 Uji Kesesuaian ... 47 5.4.2 Uji Asumsi Klasik ... 49 5.5 Pengaruh Luas Tanaman Jeruk Terhadap

Penerimaan Dari Usahatani Jeruk Di Daerah Penelitian ... 51 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 53 6.2 Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Tabel Hal

3.1 Luas Panen, produksi dan Produktivitas Jeruk di Kabupaten Dairi 2011.

16

3.2 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jeruk di Kecamatan Sumbul 2012

17

4.1 Distribusi Jenis Penggunaan Lahan Desa Perjuangan Tahun 2012 28 4.2 Distribusi Jumlah Penduduk Desa Perjuangan Tahun 2012 29 4.3 Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Perjuangan

Tahun 2012

30

4.4 Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Perjuangan Tahun 2012

30

4.5 Sarana dan Prasarana di Desa Perjuangan Tahun 2012 31 4.6 Karasteristik Petani Sampel di Desa Perjuangan Tahun 2012 32 5.1 Besar Revenue Per Cost Per Ha dan Per Petani Usahatani Jeruk 35 5.2 Analisis Usahatani Jeruk Per Petani Dan Per Hektar Didaerah

Penelitian Selama Setahun.

37

5.3 Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Sminov 41 5.4 Hasil pengujian signifikansi R/C per Petani dengan Luas Lahan 42 5.5 Hasil pengujian signifikansi R/C per Hektar dengan Luas Lahan 44 5.6 Hasil Penduga Model Fungsi Penerimaan Petani Jeruk Di Desa

Perjuangan.

46

5.7 Hasil Penduga Model Fungsi Penerimaan Petani Jeruk Di Desa Perjuangan


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Gambar Hal

2.1 Skema Kerangka Pemikiran 14


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Lampiran

1 Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Jeruk Per Kabupaten/ Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011.

2 Luas tanam Jeruk (Ha) dan Produksi Jeruk (Ton) di Kabupaten Dairi (2009-2011)

3 Karasteristik Petani Jeruk Di Desa Perjuangan Tahun 2012

4 Biaya Sarana Produksi Usahatani Jeruk Di Desa Perjuangan Per Petani 5 Biaya Sarana Produksi Usahatani Jeruk Di Desa Perjuangan Per Hektar 6 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Jeruk di Desa Perjuangan per Petani 7 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Jeruk di Desa Perjuangan per Hektar 8 Biaya Penyusutan Setiap peralatan

9 Curahan Tenaga Kerja Usahatani Jeruk di Desa Perjuangan 10 Penerimaan Usahatani Jeruk Per petani

11 Penerimaan Usahatani Jeruk Per Ha 12 Pendapatan Usahatani Jeruk Per Petani 13 Pendapatan Usahatani Jeruk Per Hektar 14 R/C Per Petani

15 R/C Per Hektar

16 Hasil Olahan Data Menggunakan SPSS

17 Hasil Output Nilai r2 Pengalaman Bertani, Jumlah Tanggungan Dan Modal

18 Hasil Output Uji Normalitas Fungsi Penerimaan Usahatani Jeruk 19 Hasil Olahan Data Menggunakan SPSS


(12)

ABSTRAK

IDIANTHO C NAINGGOLAN (090304066), dengan judul skripsi Analisis Usahatani Jeruk dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Petani Di Desa Perjuangan, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara.

Peneliti dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS dan kepada Ibu Dr. Ir.Salmiah, M.S.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui besar R/C per Ha dan per Petani usahatani jeruk di daerah penelitian, untuk menganalisis hubungan R/C per Ha dan per Petani dengan luas tanam jeruk di daerah penelitian, untuk menganalisis pengaruh antara karasteristik pengalaman bertani, jumlah tanggungan, dan modal terhadap penerimaan dari usahatani jeruk di daerah penelitian, untuk menganalisi pengaruh luas tanaman jeruk terhadap penerimaan per Petani.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, simple random sampling. Metode analisis yang digunakan adalah analisis data deskriptif, analisi BEP dan B/C, fungsi korelasi sederhana, regresi linear berganda, dan regresi linear sederhana.

Hasil penelitian menyimpulkan di daerah penelitian menunjukkan bahwa rata-rata R/C ratio per petani adalah 3.66 hal ini disebabkan karena penerimaan tinggi dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan kecil. BEP volume produksi jeruk selama setahun tanaman menghasilkan per petani adalah sebesar 3.597 kg sedangkan produksi jeruk di daerah penelitian selama setahun tanaman menghasilkan per petani telah melalui titik impas yaitu 13.173 kg. BEP harga produksi jeruk selama setahun tanaman menghasilkan per petani adalah sebesar Rp 1.615 sedangkan harga jeruk di daerah penelitian selama setahun tanaman menghasilkan per petani telah melalui titik impas yaitu Rp 6.207. Ada hubungan yang nyata antar R/C per Petani dengan luas tanaman petani di daerah penelitian. Begitu juga dengan R/C per Hektar, ada hubungan yang nyata antar R/C per Hektar dengan Luas Tanaman petani di daerah penelitian. Ada pengaruh nyata antara luas lahan terhadap penerimaan usahatani jeruk di daerah penelitian.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Hal ini ditunjukkan dari

banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang bekerja pada sektor pertanian (Mubyarto, 1994).

Berdasarkan bidang usaha, sektor pertanian dibagi atas sub sektor tanaman pangan/ palawija, hortikultura, perkebunan, peternakan, jasa pertanian, perikanan, kehutanan. Dilihat dari jumlah tenaga kerja yang terlibat, sektor pertanian paling dominan dalam menciptakan kesempatan kerja (Reinjntjes, 2003).

Untuk tanaman hortikultura, Indonesia memiliki 323 komoditas hortikultura, yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, biofarmaka dan tanaman hias. Dan dalam hal ini sudah sejak tahun 2000 Departemen Pertanian menetapkan 10 komoditas hortikultura utama, yaitu pisang, jeruk, mangga, manggis dan durian untuk buah-buahannya; kentang, cabe, dan bawang merah untuk sayuran; anggrek untuk tanaman hias dan rimpang untuk biofarmaka (Rahardi, 1993).

Tanaman jeruk merupakan salah satu komoditas hortikultura yang sudah lama dibudidayakan di Indonesia dan di negara-negara tropis Asia lainnya. Tanaman jeruk memang berasal dari negara-negara tropis Asia, termasuk di wilayah Indonesia. Jeruk yang ada di kawasan Indonesia dan juga di kawasan Asia lainnya sangat diminati oleh orang-orang dari Negara Eropa (AAK, 1994).


(14)

Jeruk tumbuh dan berkembang di beberapa daerah dan masing-masing mempunyai spesifikasi sendiri. Perbedaan iklim dan faktor lingkungan lainnya menjadikan komoditas ini berkembang menurut kondisi tempat tumbuhnya. Dengan demikian, jenis jeruk yang berkembang terdiri dari beberapa macam dan menyebar menjadi terkenal sebagai buahan spesifik daerah. Contoh di Indonesia dikenal jeruk siem madu yang disebut jeruk Medan yang banyak di tanami di Kabupaten Karo dan Kabupaten Dairi, jeruk siem Pontianak, jeruk keprok Malang, jeruk keprok maga dan jeruk kacang. Masing-masing jenis spesial ini mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri sehingga sulit dibandingkan mana yang lebih unggul (Joesoer, 1993).

Upaya peningkatan produksi dan produktivitas jeruk ditempuh, antara lain dengan perluasan areal, perbaikan teknologi budidaya dan pasca panen, serta pengembangan biaya produksi jeruk secara terpadu yang berpola agribisnis (Rukmana, 1997).

Jeruk merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mendapat prioritas untuk dikembangkan, karena usahatani jeruk memberikan keuntungan yang tinggi, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan petani. Di samping itu, jeruk merupakan buah-buahan yang digemari masyarakat baik sebagai buah segar maupun olahan dan dapat dikonsumsi oleh masyarakat berpendapatan rendah hingga yang berpendapatan tinggi. Sebagai komoditas yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, sudah selayaknya pengembangan usahatani jeruk ini mendapat perhatian yang besar, karena kontribusinya yang besar pada perekonomian nasional (Bambang, 1996).


(15)

Perkembangan usahatani jeruk di Sumatera Utara mengalami penyebaran ke daerah-daerah yang layak ditanami jeruk manis. Pada lampiran 1 perkembangan luas area tanaman jeruk di Kabupaten Dairi pada tahun 2009, 2010, dan 2011 masing-masing 721.08 Ha, 848.33 Ha, dan 1,131.11 Ha. Dengan produksi 12,979.5 ton, 15,270 ton, dan 20,360 ton. Hal ini menggambarkan ada respon yang baik dimana tiap tahunnya mengalami peningkatan luas lahan dan produksi juga tentunya. Di Kabupaten Dairi, perluasan penanaman tanaman Jeruk manis terus ditingkatkan. Salah satu kecamatan yang mengalami peningkatan luas lahan produksi Jeruk adalah Kecamatan Sumbul.

Pada hakekatnya dalam menjalankan usahatani sama dengan menjalankan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pertanian. Dilihat dari tujuannya yang bersifat ekonomis artinya petani memproduksi hasil-hasil pertanian baik untuk dijual maupun untuk konsumsi sendiri. Usahatani sebagai organisasi alam, kerja, dan modal yang ditunjukkan pada produksi di lapangan pertanian. Organisasi ketatalaksanaanya berdiri sendiri atau sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial yang terikat genologis, teritorial sebagai pengelolaanya (Hernanto, 1993).

Petani yang rasional akan memilih cabang usaha yang pendapatannya tinggi, sehingga dengan adanya perhitungan pendapatan suatu usahatani akan membantu petani untuk menentukan cabang usaha mana yang lebih menjanjikan pendapatan tinggi. Demikian juga halnya dengan petani yang akan memilih bentuk output

yang mana menjanjikan keuntungan yang lebih baik (Soekartawi, 2002).

Pada umumnya petani jeruk tidak mempunyai catatan untuk usaha taninya. Oleh karena berapa jumlah modal, jumlah biaya, jumlah produksi dan jumlah


(16)

penerimaan dari tanaman jeruk itu tidaklah diketahui mereka secara lengkap. Hal ini perlu ditanyai agar mereka mengingat-ingatnya kembali sehingga dapat dilakukan analisis usahatani tanaman jeruk. Bagaimana mengetahui besar R/C (revenue per cost) per Ha/thn/thn dan per Petani/thn/thn usahatani jeruk.

(Suratiyah, 2008).

Luas tanaman jeruk yang sudah menghasilkan di daerah penelitian berbeda-beda dimana luas tanaman jeruk antara 0,5 ha sampai dengan 2 ha dan ada yang sudah tergolong tua dan ada yang masih muda. Bagaimana hubungan R/C per Ha/thn dan per Petani/thn dengan luas tanaman jeruk yang diketahui nantinya dalam analisis usahatani jeruk. Bagaimana pengaruh luas tanaman jeruk terhadap penerimaan per Petani/thn dalam usahatani jeruk. Dan menganalisis pengaruh antar karasteristik pengalaman bertani, jumlah tanggungan, dan modal terhadap penerimaan dari usahatani jeruk didaerah penelitain.

Sehubungan dengan penjelasan diatas, maka perlu dilakukan suatu penelitian tentang analisis usahatani jeruk dan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan petani di Kabupaten Dairi.


(17)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Berapa besar R/C (revenue per cost) per Ha/thn dan per Petani/thn usahatani jeruk di daerah penelitian?

2. Bagaimana hubungan R/C per Ha/thn dan per Petani/thn dengan luas tanaman jeruk di daerah penelitian?

3. Bagaimana pengaruh antara karakteristik pengalaman bertani, jumlah tanggungan, dan modal terhadap penerimaan dari usahatani jeruk di daerah penelitian?

4. Bagaimana pengaruh luas tanaman jeruk terhadap penerimaan per Petani/thn?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui besar R/C per Ha/thn dan per Petani/thn usahatani jeruk di

daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis hubungan R/C per Ha/thn dan per Petani/thn dengan luas tanam jeruk di daerah penelitian .

3. Untuk menganalisis pengaruh antara karasteristik pengalaman bertani, jumlah tanggungan, dan modal terhadap penerimaan dari usahatani jeruk di daerah penelitian.

4. Untuk menganalisi pengaruh luas tanaman jeruk terhadap penerimaan per Petani/thn?


(18)

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yan telah diuraikan tersebut, maka kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan informasi bagi petani untuk mengetahui tingkat penggunaan biaya dan produktivitas (produksi per Ha/thn) pada usahatani jeruk mereka. 2. Sebagai bahan informasi bagi Pemerintah atau Pemerintah Daerah setempat

untuk melakukan pengembangan pemasaran pada daerah penelitian.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak lain yang membutuhkan khususnya kalangan akademis yang akan mengadakan penelitian selanjutnya.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Usahatani merupakan kemampuan dari petani dalam mengorganisasikan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi yang dikuasainya dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian petani yang kurang mampu memanfaatkan benih, pupuk, luas lahan, tenaga kerja dan pestisida akan memiliki tingkat pendapatan yang relatif lebih rendah (Soekartawi, 2002).

Untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan dengan penanaman beberapa komoditi diperlukan perencanaan usaha tani. Di mana perencanaan usaha tani yang dimaksud adalah pengaturan kembali sumber daya usaha tani melalui penetapan tujuan-tujuan, penyusunan rencana dan program-program dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Bagi seorang petani, perencanaan usaha tani adalah bagaimana seharusnya mengalokasikan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu tetapi juga harus dapat meramalkan bagaimana mengalokasikan sumber daya dengan faktor-faktor tertentu seperti harga, permintaan, teknologi dan sebagainya.

Pada umumnya usaha tani petani yang ada di Indonesia adalah berlahan sempit, modal relatif kecil, tingkat pengetahuan yang rendah dan kurang dinamis sehingga mengakibatkan tingkat pendapatan usaha tani yang rendah. Usahatani jeruk di indonesia ada yang diusahakan secara tradisional yang ditanam pada lahan pekarangan rumah, pada areal yang belum khusus untuk ditanam jeruk. Tetapi usahatani jeruk di Kabupaten Dairi sudah diusahakan agak modern/ intensif, jeruk


(20)

ditanam pada areal/ lahan yang khusus dan sudah bersifat komersial (Soelarso, 1996).

Tanaman jeruk baik dikembangkan di dataran tinggi antara 700-1.000 m dpl yang relatif kerimg iklimnya, serta tempatnya terbuka. Curah hujan yang dikehendaki 1.500-2.000 mm per tahun dengan musim kering 3-6 bulan. Jenis tanah yang cocok adalah andosol atau yang banyak mengandung bahan organik dengan pH 5,5-6,5. Di daerah yang banyak hujan, apalagi kering berkabut, tanaman banyak menghadapi serangan penyakit daun. Apabila jeruk manis ditanam di dataran rendah maka kulitnya menjadi tebal dan rasanya agak asam. Meskipun demikian, ada pula varietas yang dapat ditanam di dataran rendah, seperti VLO, shomouti, jeruk manis Madura, dan lainnya (Hendro, 2000).

Petani yang rasional akan memilih cabang usaha yang pendapatannya tinggi, sehingga dengan adanya perhitungan pendapatan suatu usahatani akan membantu petani untuk menentukan cabang usaha mana yang lebih menjanjikan pendapatan tinggi. Demikian juga halnya dengan petani yang akan memilih bentuk output

yang mana menjanjikan keuntungan yang lebih baik (Daniel, 2002).

Total pendapatan petani dapat bersumber dari pendapatan petani dari usahataninya dan pendapatan petani dari luar usahataninya. Oleh karena itu, pendapatan petani dari usahataninya juga dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya alat luar (Daniel, 2002).

Pendapatan kotor merupakan seluruh pendapatan yang diperoleh dari semua cabang dan sumber di dalam usahatani sekali musim panen, yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan, pertukaran atau penaksiran kembali.


(21)

Pendapatan kotor ini sering disebut sebagai penerimaan usahatani yang merupakan hasil perkalian dari seluruh faktor produksi yang dihasilkan dengan harga produk (Daniel, 2002).

Suatu usahatani dapat dikatakan berhasil apabila situasi pendapatannya memenuhi syarat:

1) Cukup untuk membayar semua pembelian sarana produksi termasuk biaya angkutan dan administrasi yang mungkin melekat pada pembelian tersebut. 2) Cukup untuk membayar bunga modal yang ditanamkan termasuk pembayaran

sewa tanah dan pembayaran dana depresiasi modal.

3) Cukup untuk membayar upah tenaga kerja yang dibayar atau bentuk-bentuk upah lainnya untuk tenaga kerja yang tidak diupah.

2.2 Landasan Teori

Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh, tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan diatas tanah dan sebagainya (Mubyarto, 1997).

Pada hakekatnya dalam menjalankan usahatani sama dengan menjalankan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pertanian. Dilihat dari tujuannya yang bersifat ekonomis artinya petani memproduksi hasil-hasil pertanian baik untuk dijual maupun untuk konsumsi sendiri. Usahatani sebagai organisasi alam, kerja, dan modal yang ditunjukkan pada produksi di lapangan pertanian. Organisasi ketatalaksanaanya berdiri sendiri atau sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial yang terikat genologis, teritorial sebagai pengelolaanya (Prawirokusomo, 1990).


(22)

Dalam usahatani seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif apabila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki atau yang dikuasai sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber daya menghasilkan keluaran atau output yang melebihi masukan atau input (Tohir, 1991).

Usahatani yang produktif berarti bahwa usahatani tersebut mempunyai produktivitas yang tinggi. Pengertian produktivitas ini sebenarnya merupakan penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha (fisik) dan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi (output) yang dapat diperoleh dari satu kesatuan input.

Dalam kaitannya dengan efisiensi usahatani ada beberapa cara pengukuran tingkat efisiensi yaitu:

1) Efisiensi teknis, berkenaan dengan jumlah hasil fisik yang dihasilkan . 2) Efisiensi alokatif (harga), berkenaan dengan harga dan nilai marginal.

3) Efisiensi ekonomi, merupakan gabungan antara efisiensi teknis dan efisiensi harga.

Tenaga kerja merupakan unsur yang paling banyak digunakan dalam usahatani. Tenaga kerja mempunyai hubungan dengan penerimaan, unsur tenaga kerja merupakan penggerak semua kegiatan dalam usaha. Efisiensi tenga kerja secara umum diartikan sebagai hasil pekerja produktif yang dapat diselesaikan persatuan waktu, tenaga kerja pria. Semakin tinggi efisiensi penggunaan tenaga kerja, semakin tinggi pula pendapatan yang diterima dari usahatani yang bersangkutan.


(23)

Bahwasannya efisiensi tenaga kerja itu berpengaruh pada pendapatan, berlaku disemua daerah dan semua keadaan ekonomi. Efisiensi penggunaan tenaga kerja yang dicapai suatu usahatani dapat dipakai suatu ukuran keberhasilan dari usahatani itu. Kemungkinan menekan biaya ini akan berarti meningkatkan pendapatan (Soeriatmaja, 1983).

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut (Rahim, 2008)

TR = Y x Py Dimana:

TR = Total Revenew (penerimaan total) Y = Hasil Produksi

Py = Harga Y

Dalam suatu analisis usahatani sering Return Cost Ratio (R/C) yaitu perbandingan antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya. R/C tidak mempunyai satuan, nilai R/C dapat dibagi menjadi 3 kategori (secara teoritis) yakni :

1. nilai R/C = 1 disebut usahatani dalam posisi break even point. 2. nilai R/C > 1 disebut usahatani dalam posisi menguntungkan. 3. nilai R/C < 1 disebut usahatani dalam posisi merugikan

Biaya usahatani dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Biaya tetap (Fixed cost); dan biaya tidak tetap (Variabel Cost). Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap


(24)

ini tidak tergantung pada bear-kecilnya produksi yang diperoleh. Contohnya pajak, biaya untuk pajak tetap dibayar walaupun hasil usahatani itu besar atau gagal sekalipun. Disisi lain biaya tida tetap atau biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya untuk sarana produksi. Kalau ingin produksi yang tinggi, maka tenaga kerja perlu ditambah, pupuk juga perlu ditambah dan sebagainya, sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang diinginkan (Soekartawi, 1995).

2.3 Kerangka Pemikiran

Dalam menjalankan usahataninya petani jeruk berusaha agar produksi dari usahataninya tinggi. Untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi sesuai yang diharapkan oleh petani diperlukan faklor-faktor produksi. Faktor produksi adalah input produksi seperti, bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, dan alat-alat yang akan menjadi komponen biaya produksi dalam pengelolaan usahatani jeruk. Besarnya masing-masing komponen biaya tersebut dipengaruhi oleh jumlah input yang digunakan pada masing-masing input dengan akhirnya secara bersama-sama akan mempengaruhi besarnya total biaya produksi.


(25)

Dalam perencanaan produksi usahatani, persoalan biaya menempati kedudukan yang sangat penting, karena pengambilan keputusan mengenai hal ini perlu menggunakan pertimbangan yang luas, seperti pertimbangan-pertimbangan yang sangat diperlukan agar biaya produksi dapat dipenuhi sehingga usahatani jeruk dapat dijalankan lancar dan berhasil. Karasteristik petani juga mempengaruhi dalam usahatani jeruk ini seperti pengalaman bertani, jumlah tanggungan dan modal.

Dalam usahatani kesatuan input ini, petani akan berupaya untuk mencapai produktivitas yang tinggi. Kemajuan suatu usahatani tersebut diukur dengan tingkat produktivitasnya. Produktivitas suatu usahatani dapat diketahui dari banyaknya hasil produksi yang diperoleh petani dari satu kesatuan input dan dapat dipengaruhi oleh besarnya luas tanam jeruk petani.

Petani akan memperoleh penerimaan usahatani dari hasil penjualan produksi Jeruk. Penerimaan usahatani merupakan hasil perkalian antara produksi usahatani dengan harga jual pada saat itu yang dinilai dengan rupiah setelah memperoleh penerimaan, untuk mengetahui pendapatan bersih maka perlu diketahui biaya produksi. Pendapatan bersih diperoleh setelah mengurangkan penerimaan dengan biaya produksi.

Harga jual dapat mempengaruhi jumlah penerimaan yaug diperoleh pemilik usahatani. Hasil produksi dikalikan dengan harga jual disebut total penerimaan. Besar kecilnya penerimaan dalam usahatani diperoleh petani dari hasil penjualannya.

Dalam pelaksanaan usahatani dibutuhkan biaya untuk memperoleh produksi yang maksimal. Semua pengeluaran yang digunakan dalam usahatani dimasukkan ke


(26)

dalam biaya produksi. Adapun biaya produksi ini meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi disebut pendapatan bersih. Besarnya R/C ditentukan oleh jumlah reveneue dan jumlah

cost. Reveneue dikurangi total cost memberikan pendapatan bersih (net income). Secara sistematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:

: Menyatakan Hubungan : Menyatakan Pengaruh

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran 2.4 Hipotesi Penelitian

Adapun hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: Petani Jeruk

Usaha Tani Jeruk

Produksi

Penerimaan Input:

- Bibit - Pupuk - Obat-obatan - Tenaga Kerja - Alat-alat

Biaya Produksi

Harga Jual

Besar R/C

Karasteristik Petani: - Pengalaman Bertani - Jumlah tanggungan - Modal


(27)

1. Makin luas tanaman jeruk maka makin besar R/C per Ha/thn di daerah penelitian.

2. Karasteristik pengalaman bertani, jumlah tanggungan, dan modal berpengaruh nyata terhadap penerimaan dari usahatani jeruk di daerah penelitian.


(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) yaitu di Desa Perjuangan, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi. Alasan pemilihan Kabupaten Dairi sebagai daerah penelitian adalah karena luas lahan tanaman jeruk semakin meningkat pada tahun 2011 luas panen tanaman jeruk sebanyak 1.018 Ha dan Kabupaten Dairi yang mempunyai luas panen terluas ketiga setelah Kabupaten Karo dan Kabupaten Mandailing Natal. Dengan produksi sebanyak 20.360 ton dan produktivitas 20 kw/ha. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Luas Panen, produksi dan Produktivitas Jeruk di Kabupaten Dairi 2011.

No Kecamatan

Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kw/Ha)

1 Sidikalang 66.67 1,200 17.99

2 Parbuluan 388.89 7,000 17.99

3 Sumbul 400 8,000 20.00

4 Silima Pungga - - -

5 Siempat Nempu - - -

6 Siempat Nempu Hulu 22.22 400 18.00

7 Siempat Nempu Hilir - - -

8 Tigalingga - - -

9 Pegagan Hilir 111.11 2,000 18.00

10 Tanah Pinem - - -

11 Lae Parira - - -

12 Berampu 11.11 200 18.00

13 Gunung Sitember - - -

14 Silahisabungan - - -

15 Sitinjo 86.67 1,560 17.99

Jumlah 1.018 20.360 20

Sumber: Data tanam, panen dan produksi tanaman pangan dan hortikultura Kabupaten Dairi tahun 2007 s/d 2011, Dinas Pertanian Kabupaten Dairi.


(29)

daerah penelitian karena daerah tersebut menunjukan peningkatan luas lahan pertanamam dan produksi jeruk yang tiap tahunnya meningkat.

Desa Perjuangan menjadi lokasi penelitian yang berada di daerah Kecamatan Sumbul. Dengan pertimbangan bahwa desa ini memiliki luas panen jeruk tertinggi diantara desa-desa yang berada di Kecamatan Sumbul. Luas panen dan produksi jeruk perdesa di Kecamatan Sumbul, dapat disajikan pada tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jeruk di Kecamatan Sumbul 2012.

No Desa Luas

Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Kw/Ha)

1 Pegagan Julu I 22,5 449 19,956

2 Pegagan Julu II 20,5 408 19,902

3 Pegagan Julu III 17,3 347 20,058

4 Pegagan Julu IV 26,25 520 19,81

5 Pegagan Julu V 21,2 426 20,094

6 Pegagan Julu VI 28,6 570 19,93

7 Pegagan Julu VII 30,8 615 19,968

8 Pegagan Julu VIII 20,5 408 19,902

9 Pegagan Julu IX 1,25 25 20

10 Pegagan Julu X 9,25 185 20

11 Tanjung Beringin 21,3 425 19,953

12 Tanjung Beringin I 15,4 309 20,065

13 Dolok Tolong 30,3 605 19,967

14 Barisan Nauli 19 381 20,053

15 Perjuangan 34,75 696 20,029

16 Pargambiran 30,45 610 20,033

17 Sileu-leu Parsaoran 27,35 545 19,927

18 Pangguruan 10,3 205 19,903

19 Huta Gugung 13 255 19,615

Jumlah 400 7984 19,96


(30)

3.2 Metode Penentuan Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap dapat menggambarkan populasi. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah petani yang memiliki usahatani jeruk di daerah penelitian. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah simpel random sampling, dimana penarikan besar sampel dengan cara undian.

Adapun jumlah populasi petani jeruk di Desa Perjuangan adalah sebanyak 103 KK, dimana jumlah petani untuk tanaman yang sudah menghasilkan sebanyak 40 KK dan petani untuk tanaman yang belum menghasilkan sebanyak 63 KK. Yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah petani dengan tanaman menghasilkan.

Petani tanaman menghasilkan yang memiliki luas lahan lebih kecil atau sama dengan 0,5 ha sebanayak 20 KK. Sedangkan petani yang memiliki luas lahan sebesar 0,51 ha sampai 1 ha sebanyak 13 KK, dan yang memiliki luas lahan lebih besar dari 1 ha sebanyak 7 KK. Dari 40 KK jumlah populasi petani jeruk yang menghasilkan tersebut diambil lah 30 KK sampel petani seccara undian. Maka besar sampel penelitian yang akan diambil adalah sebanyak 30 KK.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Adapun data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan langsung dari objeknya. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari data hasil wawancara langsung antara peneliti dan responden dengan menggunakan daftar kuisoner yang dibuat terlebih dahulu. Data


(31)

sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk jadi dan telah diolah oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi (Supranto, 2000).

Data sekunder dalam penelitian ini merupakan jenis data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi atau telah ada yang diperoleh peneliti dari dinas terkait seperti Badan Pusat Statistik provinsi Sumatera Utara, Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Dairi, Badan Penyuluh Pertanian Kecamatan Sumbul, dan dari jurnal, literatur, serta internet yang sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk masalah 1, yaitu mula-mula data yang sudah diperoleh ditabulasi menurut spesifikasinya masing-masing. Kemudian dilakukan perhitungan-perhitungan sebagai berikut:

1. Biaya produksi (Cost) = jumlah nilai seluruh komponen biaya dihitung selama setahun.

2. Jumlah produksi/output dihitung jumlah produksi selama setahun.

3. Dihitung revenue (penerimaan) yaitu jumlah output dikalikan harga jual, ini juga dihitung selama setahun.

4. Dihitung R/C per Petani/thn dan per Ha/thn.

TC = FC + VC TR = P . Q R/C = TR/TC


(32)

Untuk masalah 2, yaitu dengan uji korelasi sederhana dengan rumus:

Keterangan :

r = koefisien korelasi n = jumlah sampel Xi = nilai R/C sampel ke-i

Yi = luas tanaman per Ha/thn sampel ke-i

Untuk mencari nilai t-hitung adalah, sebagai berikut:

Dengan kriteria uji hipotesa adalah :

Jika t hitung < t tabel atau Sig > 0.05 ; H0 diterima dan H1 ditolak Jika t hitung > t tabel atau Sig < 0.05 ; H0 ditolak dan H1 diterima.

H0: Tidak ada hubungan R/ C dengan Luas tanam jeruk petani di daerah penelitian.


(33)

Untuk masalah 3, yaitu dengan uji regresi linear berganda dengan rumus:

Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3+ ε

Keterangan:

Y = Penerimaan

a = Konstanta

b1, b2, b3 = Koefisien Regresi x1 = Pengalaman bertani x2 = Jumlah Tanggungan

x3 = Modal

ε = Std. Eror

Dengan kriteria uji hipotesa adalah :

Jika t hitung < t tabel atau Sig > 0.05 ; H0 diterima dan H1 ditolak Jika t hitung > t tabel atau Sig < 0.05 ; H0 ditolak dan H1 diterima.

Ho = Tidak ada hubungan yang signifikan antara karasteristik pengalaman bertani, jumlah tanggungan, dan modal terhadap penerimaan dari usahatani jeruk di daerah penelitian.

H1 = Ada hubungan yang signifikan antara karasteristik pengalaman bertani, jumlah tanggungan, dan modal terhadap penerimaan dari usahatani jeruk di daerah penelitian.

Jika F hitung > F tabel atau Sig < 0.05 ; H0 ditolak dan H1 diterima. Jika F hitung < F tabel atau Sig > 0.05 ; H0 diterima dan H1 ditolak.


(34)

Ho = Tidak ada hubungan yang signifikan antara karasteristik pengalaman bertani, jumlah tanggungan, dan modal terhadap penerimaan dari usahatani jeruk di daerah penelitian.

H1 = Ada hubungan yang signifikan antara karasteristik pengalaman bertani, jumlah tanggungan, dan modal terhadap penerimaan dari usahatani jeruk di daerah penelitian.

3.5 Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahuai hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala heterokedastisitas, gejala multikolinearitas, auto hubungan regresi, normalitas, dan linearitas. Jika terdapat hal-hal yang disebutkan sebelumnya maka varian tidak konstan sehingga dapat menyebabkan biasnya standar-eror. Jika terdapat multikolinearitas, maka akan sulit untuk mengisolasi pengaruh-pengaruh individual dari variabel, sehingga tingkat signifikansi koefisien regresi menjadi rendah. Dengan adanya auto

hubungan regresi mengakibatkan penaksiran masih tetap bias dan masih tetap konsisten hanya saja menjadi tidak efisien. Oleh karena itu, uji asumsi klasik perlu dilakukan. Pengujian yang dilakukan sebagai berikut:

1. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah situasi adanya hubungan regresi di antara variabel independen. Model hubungan regresi yang baik seharusnya tidak terjadi hubungan regresi diantara variabel independen. Konsekuensi jika terjadi multikolinearitas adalah: koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir, nikai standar error menjadi besar dan tidak terhingga. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas adalah dengan melihat koefisien hubungan regresi sederhana antar variabel. Jika nilai r tinggi maka variabel berkolerasi dan ada


(35)

masalah multikolinearitas. Suatu model terdapat gejala multikolinearitas, jika hubungan regresi diantara variabel independen lebih besar dari 0,8. Beberapa cara untuk mengatasi multikolinearitas adalah dengan mengeluarkan salah satu variabel, menambah jumlah sampel (Erlina, 2011).

2. Uji Heteroskedastisitas

Dalam praktiknya heteroskedastisitas banyak ditemukan pada data cross-section karena pengamatan dilakukan pada individu-individu yang berbeda-beda pada saat yang sama akan tetapi bukan berarti tidak ada dalam data time series. Untuk mengatasi permasalahan heteroskedastisitas pertama dengan melakukan GLS (General Least Square) yaitu dengan mentransformasikan data dengan satu faktor yang tepat, kemudian menggunakan prosedur OLS terhadap data yang telah ditransformasi tersebut. Kedua, transformasi data dalam bentuk logaritma (Erlina, 2011).

3. Uji Normalitas

Pengujian normalitas adalah pengujian tentang normalan distribusi data. Pengujian uji normalitas karena pada analisis statistik parametrik, asumsi yang harus dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut terdistribusi secara normal. Distribusi normal data dengan bentuk distribusi normal dimana data memusat pada nilai rata-rata dan median. Menguji asumsi normalitas dapat digunakan Uji Kolmogorov-Smirnov (Uji K-S).


(36)

Untuk masalah 4, yaitu dengan uji regresi sederhana, dengan rumus:

Y = a + bx Keterangan:

Y = Penerimaan a = Konstanta

b = Koefisien Regresi x = Luas tanaman

Dengan kriteria uji hipotesa adalah :

Jika t hitung < t tabel atau Sig > 0.05 ; H0 diterima dan H1 ditolak Jika t hitung > t tabel atau Sig < 0.05 ; H0 ditolak dan H1 diterima.

H0 = Tidak ada pengaruh luas tanaman jeruk terhadap pendapatan petani H1 = Ada pengaruh luas tanaman jeruk terhadap pendapatan petani.

3.6 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalah pahaman atas pengertian dan penafsiran penelitian ini maka digunakan defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.6.1 Defenisi

1) Petani Jeruk adalah orang yang mengusahakan usahatani jeruk lebih dari empat tahun dan pendapatannya lebih besar dari 50% berasal dari usahatani jeruk dari pada usaha sampingan lainnya.

2) Usahatani Jeruk adalah suatu usaha yang dilakukan diatas sebidang tanah usahatani dengan menanam tanaman jeruk diatasnya.


(37)

3) Sarana Input adalah komponen utama yang mutlak harus diperlakukan dalam melaksanakan proses produksi pada usahatani tanaman jeruk, contohnya bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, alat-alat, dan lainnya.

4) Karasteristik petani adalah sifat yang dimiliki petani dan mempunyai hungan dengan permintaan meliputi pengalaman bertani dan jumlah tanggungan. 5) Produksi adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan usahatani jeruk.

6) Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan pengusaha untuk usahatani jeruk persatuan produksi yang terdiri dari biaya bibit, biaya bensin, sewatraktor, pupuk, tenaga kerja, biaya peralatan, biaya pengumpulan hasil, transportasi dan lain-lain.

7) Harga Jual adalah harga penjualan petani pada waktu penjualan jeruk berlangsung, dihitung dalam satuan Rp/ Kg.

8) Penerimaan usahatani jeruk adalah hasil kali antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual.

9) Luas Tanaman adalah besarnya atau banyaknya lahan yang digunakan dalam usahatani jeruk.

10) Pendapatan bersih usahatani tanaman jeruk adalah jumlah penerimaan dikurangi biaya produksi usahatani jeruk.

11) R/C atau revenue per cost adalah total dari hasil penerimaan dibagi dengan total biaya dalam waktu satu tahun.


(38)

3.6.2 Batasan Operasional

1) Penelitian dilaksanakan di Desa Perjuangan, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi.

2) Petani sampel adalah petani yang mengusahakan usahatani jeruk dengan luas lahan lebih kecil dari 0,5 ha sampai lebih besar dari 1 ha dan tanaman jeruk sudah menghasilkan di Desa Perjuangan, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi.


(39)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Desa Perjuangan

4.1.1 Luas Daerah dan Letak Geografis

Desa Perjuangan terletak di Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi. Jarak Desa Perjuangan ke ibukota Kecamatan Sumbul 11 Km, jarak dri ibukota kabupaten Dairi 26 Km. Secara administrasi Desa Perjuangan mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Barisan Nauli - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pargambiran

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Silalahi Sabungan - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pegagan Julu IV

Desa perjuangan memiliki luas lahan 900 Ha, dan terdiri dari 5 dusun, dengan perincian sebagai berikut:

1. Dusun I Lae Pinagar 2. Dusun II Lae Rias Sada 3. Dusun III Lae Rias Dua 4. Dusun IV Lae Rias Tolu 5. Dusun V Lae Rias Opat


(40)

4.1.2Kondisi Biofisik Lahan

Desa Perjuangan mempunyai luas lahan 900 Ha. Lahan tersebut terdiri dari pemukiman, lahan pertanian sawah, lahan pertanian non-sawah, hutan, belukar, dll. Gambaran luas wilayah Desa Perjuangan berdasarkan jenis penggunaan lahan dapat dilihat ditabel berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Jenis Penggunaan Lahan Desa Perjuangan Tahun 2012.

No. Jenis Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Pemukiman 35 3.89

2 Lahan pertanian sawah 0 0

3 Lahan pertanian non-sawah 280 31.11

4 Hutan 365 40.56

5 Belukar 140 15.56

6 Dll 80 8.89

Jumlah 900 Ha 100 %

Sumber: Kantor Kepala Desa Perjuangan Tahun, 2012

Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebanyak 900 Ha penggunaan lahan di Desa Perjuangan masih lebih banyak lahan hutan sebesar 365 Ha dengan kata lain petani masih dapat menggarap hutan untuk lahan pertanian dan hanya 280 Ha penggunaan lahan untuk lahan pertanian non-sawah seperti tanaman kopi, holtikultura, dan lain sebagainya.

4.1.3 Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya

Kondisi sosial penduduk Desa Perjuangan sangat kuat, dimana mereka menganggap tetangga atau penduduk setempat seperti keluarga sendiri. Masyarakat masih menggunakan sistem gotongroyong, tali silaturahmi antar masyarakat terjalin dengan erat. Pada umumnya masyarakat berkumpul di warung-warung baik sebelum atau sesudah pergi kelahannya masing-masing. Perekonomian masyarakat sebagian berasal dari pertanian. Kebudayaan yang mendominasi adalah kebudayaan Batak Toba.


(41)

Data dari tahun 2012, tercatat jumlah penduduk Desa Perjuangan sebanyak 2401 jiwa. Yang terdiri dari 1246 jiwa laki-laki dan 1155 jiwa perempuan. Dihitung berdasarkan jumlah kepala keluarga (KK), Desa Perjuangan dihuni oleh 522 Kepala Keluarga. Keadaan jumlah penduduk Desa Perjuangan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.2 Distribusi Jumlah Penduduk Desa Perjuangan Tahun 2012.

No Nama Dusun Laki-laki Perempuan Total

1 Lae Pinagar 256 231 487

2 Lae Rias Sada 195 186 381

3 Lae Rias Dua 323 269 592

4 Lae Rias Tolu 266 243 509

5 Lae Rias Opat 206 226 432

Jumlah 1246 Jiwa 1155 Jiwa 2401 Jiwa

Sumber: Kantor Kepala Desa Perjuangan Tahun, 2012

Pendidikan merupakan hal utama bagi penduduk untuk dapat mengembangkan pengetahuan dan sumber manusia. Dalam proses pendidikan dapat diperoleh terapan dari nilai-nilai moral dan etika serta pengetahuan untuk mencapai tujuan pembangunan. Pendidikan terdiri dari dua jenis yaitu pendidikan formal dan pendidikan non-formal. Pendidikan formal didapat masyarakat dari instansi resmi seperti sekolah maupun universitas yang bersifat resmi sedangkan pendidikan non-formal diperoleh masyarakat dari pengalaman-pengalaman, penyuluhan-penyuluhan, adat istiadat maupun tradisi masyarakat setempat. Pendidikan non formal ini bersifat tidak resmi yang dapat diperoleh dari siapa saja. Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan formal di Desa Perjuangan dapat dilihat pada tabel berikut:


(42)

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Perjuangan Tahun 2012.

No Tingkat Pendidikan

Formal

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Persentasi (%)

1 Taman Kanak-Kanak 50 2.36

2 Sekolah Dasar 1520 71.66

3 SMP/ SLTP 360 16.97

4 SMA/ SLTA 120 5.66

5 Akademi/ D1-D2 47 2.22

6 Sarjana (S1-S3) 24 1.13

Jumlah 2121 100 %

Sumber: Kantor Kepala Desa Perjuangan Tahun, 2012

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pendidikan penduduk secara formal sangat bervariasi. Namun distribusi penduduk paling banyak yaitu penduduk pada tingkat pendidikan SD yaitu dengan jumlah penduduk 1.520 jiwa (71,66%). Sebagian besar penduduk lainnya berada pada tingkat pendidikan SMP/ SLTP maupun SMA/ SLTA. Penduduk yang melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi sedikit jumlahnya. Penduduk yang melanjutkan ke pendidikan akademi (D1-D3) berjumlah 47 jiwa (2,22%) dan sarjan (S1-S3) berjumlah 24 jiwa (1,13%).

Pada umumnya sumber mata pencaharian penduduk di Desa Perjuangan adalah sektor pertanian. Hal ini didukung oleh luas lahan pertanian yang luas. Komposisi penduduk Desa Perjuangan menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel. Tabel 4.4 Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Perjuangan Tahun 2012.

No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persenasi (%)

1 Pegawai Negeri Sipil 63 6.06

2 ABRI 1 0.10

3 Pegawai Swasta 8 0.77

4 Wiraswasta 11 1.06

5 Petani 950 91.35

6 Pertukangan 3 0.29

7 Pensiunan 4 0.38

Jumlah 1040 100 %


(43)

Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa mayoritas mata pencaharian penduduk di Desa Perjuangan adalah petani yaitu 950jiwa (91,35 %). Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian didominasi oleh sektor pertanian.

Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju pembangungan. Sarana dan prasarana di Desa Perjuangan cukup memadai. Kondisi sarana dan prasarana yang cukup memadai didukung dengan kondisi jalan yang sudah diaspal sehingga petani tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh sarana produksi dan penjulan hasil produksi. Sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Perjuangan sudah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan maupun keagamaan. Keadaan sarana dan prasarana dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Sarana dan Prasarana di Desa Perjuangan Tahun 2012.

No Keterangan Jumlah (unit)

1 PAUD/ TK 3

2 Sekolah Dasar 2

3 SMP 1

4 Puskesmas pembantu 1

5 PLN 1

6 Gereja 16

7 Mesjid 0

8 Pasar Desa 1

Jumlah 25

Sumber: Kantor Kepala Desa Perjuangan Tahun, 2012

Dari tabel 4.5 dapat diketahui sarana pendidikan formal yang memadai dimana terdapat PAUD/ TK, SMP. Kebutuhan kesehatan, kebutuhan umat beragama, dan kebutuhan yang lain juga memadai.


(44)

4.2 Karasteristik Petani Sampel

Karasteristik petani sampel di daerah penelitian menjadi gambaran umum petani sampel di Desa Perjuangan. Karasteristik petani sampel meliputi luas lahan, umur, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, dan modal petani. Petani sampel dalam penelitian ini adalah 30 KK petani jeruk di Desa Perjuangan.

Tabel 4.6 Karasteristik Petani Sampel di Desa Perjuangan Tahun 2012.

No Karasteristik Petani Rentang Rataan

1 Luas lahan (0,5 - 2,0) Ha 0,86 Ha

2 Umur (31 – 60) tahun 46,23 tahun

3 Pengalaman Bertani (12 - 42) tahun 23,10 tahun

4 Jumlah Tanggungan (1 – 7) jiwa 3 jiwa

5 Modal Petani Rp (11.500.000 –

192.400.000)

Rp 60.950.500 Sumber: Analisi Data Primer Lampiran 3

Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa luas lahan petani sampel yaitu berkisar antara 0,5 - 2,0 Ha dengan rataan 0,86 Ha. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa luas lahan yang diusahakan oleh petani responden sudah cukup luas.

Umur petani sampel berkisar antara 31 – 60 tahun dengan rataan 46,23 tahun. Dari rataan dapat dilihat bahwa petani sampel masih berada dalam usia produktif yang masih memiliki tenaga kerja potensial untuk mengusahakan usahatani jeruk.

Pengalaman bertani sampel berkisar antara 12 - 42 tahun dengan rataan 23,10 tahun . Dari rataan dapat dilihat bahwa petani sampel sudah berpengalaman dalam hal bertani dan msih produktif yang masih memiliki tenaga kerja potensial untuk mengusahakan usahatani jeruk.

Jumlah tanggungan petani sampel berkisar antara 1 – 7 jiwa dengan rataan 3 jiwa. Dari rataan dapat dilihat bahwa petani sampel menunjukkan jumlah tanggungan yang cukup bervariasi antara 1-7 jiwa.


(45)

Modal petani sampel berkisar antara Rp 11.500.000 – 192.400.000 dengan rataan Rp 60.950.500. Dari rataan dapat dilihat bahwa petani sampel sudah menggunakan modal yang tinggi dala musahataninya. Dimana petani sampel menggunakan modal berkisara natara Rp 11.500.000 sampai kisarran Rp 192.400.000. Yang menunjukkan besarnya modal yang cukup bervariasi untuk mengusahakan usahatani jeruk.


(46)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Jumlah R/C (Revenue Per Cost) Per Ha/Thn dan Per Petani/Thn Usahatani Jeruk.

Usahatani merupakan kemampuan dari petani dalam mengorganisasikan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi yang dikuasainya dengan sebaik-baiknya. Utuk menganalisis nilai R/C Per Ha/Thn dan Per Petani/Thn ditentukan oleh besarnya total penerimaan dan besarnya biaya produksi.

Penggunaan input produksi usahatani jeruk di daerah penelitian adalah bibit, bensin, sewa traktor, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, dan penyusutan peralatan. Biaya pupuk meliputi jenis-jenis pupuk Urea, SP36/ TSP, ZA, KcL, Ponska, RZ, dan pupuk kandang. Biaya obat-obatan meliputi Marsal, Mustafen, Samit, Ditan, Kuracorn, Starkal, Drusban, Verfection, dan Score.

Penghitungan total penerimaan yaitu jumlah output dikalikan harga jual yang juga dihitung selama setahun dimana dalam setahun dalam usahatani jeruk melakukan dua kali panen raya. Biaya produksi didapat dari jumlah nilai seluruh komponen biaya yang dihitung selama setahun. Jumlah produksi/output dihitung dari jumlah produksi selama setahun dengan dua kali panen raya. Untuk menghitung besar

Revenue Per Cost Per Ha/Thn dan Per Petani/Thnusahatani jeruk dengan mencari hasil pembagian penerimaan dengan total biaya.


(47)

Adapun hasil dari penghitungan Revenue Per Cost Per Ha/Thn dan Per Petani/Thn usahatani jeruk manis di daerah penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 5.1 Besar Revenue Per Cost Per Ha/Thn dan Per Petani/Thn Usahatani Jeruk

No Sam

pel

Per Petani/Thn Per Hektar/Thn R/C Per Petani/ Thn R/C Per Hektar/ Thn Penerimaan Total Biaya Penerimaan Total Biaya

1 15.840.000 12.471.000 5.840.000 12.471.000 1.27 1.27 2 15.300.000 11.952.389 15.300.000 11.677.389 1.28 1.31 3 171.000.000 47.718.417 85.500.000 23.910.667 3.59 3.58 4 211.200.000 48.730.250 140.800.000 31.509.667 4.34 4.47 5 8.400.000 8.083.000 16.800.000 14.655.750 1.04 1.15 6 21.780.000 10.385.944 43.560.000 19.712.028 2.10 2.21 7 95.940.000 28.998.886 63.960.000 18.515.922 3.31 3.45 8 59.880.000 21.467.333 59.880.000 20.023.583 2.79 2.99 9 105.600.000 26.419.000 211.200.000 45.732.417 4.00 4.62 10 285.300.000 60.173.883 190.200.000 36.205.967 4.74 5.25 11 8.700.000 8.224.049 17.400.000 15.464.299 1.06 1.13 12 16.740.000 11.464.125 22.320.000 14.398.333 1.46 1.55 13 339.800.000 60.774.389 226.533.333 36.403.447 5.59 6.22 14 24.300.000 13.416.300 24.300.000 12.905.586 1.81 1.88 15 16.800.000 9.212.329 33.600.000 16.778.579 1.83 2.00 16 15.000.000 9.592.643 30.000.000 17.488.768 1.57 1.72 17 12.400.000 7.477.786 24.800.000 13.944.213 1.66 1.78 18 17.400.000 11.560.071 17.400.000 11.300.349 1.51 1.54 19 177.000.000 42.958.417 177.000.000 38.268.943 4.12 4.63 20 22.800.000 11.734.735 45.600.000 21.826.485 1.94 2.09 21 23.400.000 10.432.222 46.800.000 19.222.663 2.24 2.43 22 135.000.000 31.353.833 135.000.000 28.203.833 4.31 4.79 23 58.800.000 16.880.798 117.600.000 29.895.287 3.49 3.93 24 13.800.000 9.402.417 27.600.000 17.341.583 1.47 1.59 25 90.300.000 24.815.726 90.300.000 22.703.726 3.64 3.98 26 25.800.000 15.455.734 25.800.000 14.926.888 1.67 1.73 27 16.200.000 9.173.583 32.400.000 17.137.500 1.77 1.89 28 34.800.000 12.552.532 69.600.000 23.427.425 2.77 2.97 29 81.000.000 21.781.647 162.000.000 38.519.759 3.72 4.21 30 332.600.000 52.065.083 332.600.000 44.621.750 6.39 7.45 Total 2.452.880.000 666.728.522 2.501.693.333 689.193.804 3.68 3.63

Rata-rata 81.762.667 22.224.284 83.389.778 22.973.127 3.68 3.63 Sumber: Analisi data primer, lampiran 10, 11, 14, dan 15.


(48)

Penerimaan usahatani diperoleh dari perkalian jumlah produksi jeruk yang dijual dengan harga jeruk di tingkat petani selama musim panen satu tahun. Dari lampiran 10 dan lampiran 11 dapat dilihat produksi rata-rata jeruk di daerah penelitian sebesar 13.173 kg Per Petani/Thn dan 13.524 kg Per Hektar/Thn dengan harga jual rata-rata adalah Rp 6.121/ kg. Maka penerimaan rata-rata yang diperoleh dengan penjulan jeruk Per Petani/Thn adalah Rp 81.762.667 dan Per Hektar/Thn/Thn adalah Rp 83.389.778

Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani meliputi biaya tetap dan biaya variabel dalam satu tahun. Dari lampiran 3 dapat dilihat biaya produksi jeruk di daerah penelitian terdiri dari biaya bibit, bensin, sewa traktor, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, penyusutan peralatan dengan total sebesar Rp 22.224.284 rata-rata Per Petani/Thn dan Rp 22.973.127 rata-rata Per Hektar/Thn.

Pendapatan bersih usahatani jeruk adalah penerimaan yang diperoleh dari usahatani jeruk dikurangi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk usahatani jeruk. Dari lampiran 12 dan lampiran 13 dapat dilihat keterangannya, maka pendapatan usahatani rata-rata yang diperoleh Per Petani/Thn adalah Rp 59.535.383 dan Per Hektar/Thn adalah sebesar Rp 60.416.651.

Pendapatan keluarga dalam usahatani jeruk adalah pendapatan bersih dijumlahkan dengan biaya tenaga kerja dalam keluarga dapat dilihat dari lampiran 12 dan lampiran 13. Maka pendapatan keluarga usahatani rata-rata diperoleh Per

Petani/Thn adalah Rp 60.993.216 dan Per Hektar/Thn adalah sebesar Rp 62.340.873.


(49)

5.2 Analisis Usahatani Jeruk

Pada tabel dibawah ini diuraikan secara rinci komponen penerimaan dan biaya produksi rata-rata Per Hektar/Thn dan rata-rata Per Petani/Thn yang kemudian dilanjutkan dengan menghitungpendapatan bersih usaha tani, analisis titik impas (BEP) dan kelayakan usahataani (R/C).

Tabel 5.2 Analisis Usahatani Jeruk Per Petani/Thn Dan Per Hektar/Thn Didaerah Penelitian Selama Setahun.

N

o Uraian

Per Petani/Thn Per Hektar/Thn

Fisik Nilai Fisik Nilai

1 Produksi 13.173 kg 13.524 kg

2 Harga 1 kg Rp 6207 1 kg Rp 6207

3 Penerimaan 13.173 kg Rp 81.762.667 13.524 kg Rp 83.389.778

4 Biaya Produksi 4.1 Biaya Lahan - PBB

4.2 Bibit 4.3 Bensin

4.4 Borongan traktor 4.5 Pupuk - Urea - TSP/SP36 - ZA - KcL - Ponska - RZ

- Pupuk kandang 4.6 Obat-obatan - Marsal - Mustafen - Samit - Ditan - Kuracorn - Starkal - Drusban - Verfection - Score

4.7 Tenaga Kerja - Pengolahan tanah - Penanaman - Penyiangan - Pemupukan - Pemangkasan - Pemberantasan hama - Panen

4.8 Penyusutan peralatan Total biaya

0,86 ha 426 btg 51,7 ltr 0,61 ha 693,33 kg 460 kg 1.345 kg 380 kg 90 kg 155 kg 5.645 kg 0,92 kg 0,43 kg 1,4 kg 4,37 kg 4,20 kg 9,73 bks 18,5 ltr 20,2 kg 16 ltr

Rp 15.020 Rp 3.217.283 Rp 232.650 Rp 595.083

Rp 1.317.333 Rp 2.667.200 Rp 1.000.333 Rp 1.976.333 Rp 216.333 Rp 1.091.666 Rp 3.091.000

Rp 45.500 Rp 19.133 Rp 58.133 Rp 358.066 Rp 433.933 Rp 97.333 Rp 682.100 Rp 81.333 Rp 754.800

Rp 663.000 Rp 261.833 Rp 430.333 Rp 418.666 Rp 318.333 Rp 442.666

Rp 971.333 Rp 757.346 Rp 22.209.263

1 ha 494 btg 62,15 ltr 0,6 ha

731,11ha 490,56 kg 1101 kg 43,8 kg 120 kg 197 kg 6.159 kg 1,30 kg 0,63 kg 1,56 kg 5,01 kg 5,19 kg 12,39 bks 19,16 ltr 24,11 kg 14,99 ltr

Rp 17.500 Rp 3.718.122 Rp 279.675 Rp 559.666

Rp 1.389.111 Rp 2.858.555 Rp 994.444 Rp 213.471 Rp 288.666 Rp 1.383.000 Rp 3.356.866

Rp 64.333 Rp 28.000 Rp 65.244 Rp 411.577 Rp 537.366 Rp 123.555 Rp 703.955 Rp 97.511 Rp 699.044

Rp 1.021.388 Rp 341.500 Rp 522. 444 Rp 535.555 Rp 365.111 Rp 554.666

Rp 1.085.444 Rp 757.346 Rp 24.846.210

5 Pendapatan Bersih Rp 59.538.382 Rp 58.526.067

6 BEP Volume Produksi 3.577,74 kg 4002,53 kg

7 BEP Harga Produksi Rp 1.685 Rp 1.837

8 R/C 3,68 3, 63


(50)

Analisis kelayakan usahatani jeruk dilakukan untuk mengetahui apakah usahatani jeruk yang dijalankan oleh petani di daerah penelitian layak atau tidak layak. Untuk mengetahui kelayakannya digunakan kriteria BEP (Break Event Point) dan R/C (Return Of Cost Ratio).

BEP (Break Event Point) adalah titik pulang pokok dimana total revenue sama dengan total cost. Untuk menghitung BEP volume produksi adalah total biaya dibagi dengan harga jual jeruk/kg. Dari tabel 5.2 dapat diketahui untuk perhitungan BEP volume produksi jeruk selama setahun tanaman menghasilkan Per Petani/Thn adalah sebesar 3.577,74 kg sedangkan produksi jeruk di daerah penelitian selama setahun tanaman menghasilkan Per Petani/Thn telah melalui titik impas yaitu 13.173 kg. Dan untuk BEP volume produksi jeruk selama setahun tanaman menghasilalkan Per Hektar/Thn adalah sebesar 4.022,53 kg sedangkan produksi jeruk di daerah penelitian selama setahun tanaman menghasilkan Per Hektar/Thn telah melalui titik impas yaitu sebesar 13.524 kg maka usahatani tersebut sudah menguntungkan.

Untuk menghitung BEP harga produksi adalah total biaya dibagi dengan jumlah produksi jeruk. Dari tabel 5.2 dapat diketahui untuk perhitungan BEP harga produksi jeruk selama setahun tanaman menghasilkan Per Petani/Thn adalah sebesar Rp 1.685 sedangkan harga jeruk di daerah penelitian selama setahun tanaman menghasilkan Per Petani/Thn telah melalui titik impas yaitu Rp 6.207. Dan untuk BEP harga produksi jeruk selama setahun tanaman menghasilalkan Per Hektar/Thn adalah sebesar Rp 1.837 sedangkan harga jeruk di daerah penelitian


(51)

selama setahun tanaman menghasilkan Per Hektar/Thn telah melalui titik impas yaitu sebesar Rp 6.207 maka usahatani tersebut sudah menguntungkan.

R/C (Revenue Per Cost) atau dikenal sebagai perbandingan atau nisbah antara penerimaan dan total biaya. Rata-rata R/C ratio Per Petani/Thn adalah 3.68 artinya setiap biaya Rp 1 yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 3,68 atau dengan kata lain hasil penjualan jeruk mencapai 368 % dari biaya yang dikeluarkan. Hal ini disebabkan karena penerimaan tinggi (harga jual yang tinggi dan jumlah yang dijual lebih banyak) dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan kecil. Berdasarkan kriteria investasi yang menyatakan usaha dapat dikatakan layak untuk diusahakan apabila memiliki R/C > 1, maka usahatani jeruk di daerah penelitian layak untuk diusahakan.

5.3 Hubungan R/C Per Petani/Thn dan R/C Per Hektar/Thn Dengan Luas Tanaman Jeruk Di Daerah Penelitian.

Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui hubungan dua variabel atau lebih. Hasil analisis akan didapat koefisien korelasi yang menunjukkan erat atau tidaknya hubungan, arah hubungan, dan berarti atau tidaknya hubungan. Dan dilakukan uji asumsi normatis. Korelasi dapat didefenisikan sebagai tingkat hubungan antar dua variabel atau lebih. Dua variabel bisa memiliki korelasi positif, korelasi negatif, atau tidak berkolerasi. Hal ini terjadi baik untuk korelasi

linear ataupun non-linear.

Sebelum dilakukan analisis korelasi maka dilakukan uji asumsi normalitas untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Sminov.


(52)

Tabel 5.3 Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Sminov.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Luas Lahan

R/C Per Petani/Thn

R/C Per Hektar/Thn

N 30 30 30

Normal Parametersa Mean .8583 2.7337 2.7513

Std. Deviation .41358 1.43324 1.41280

Most Extreme Differences Absolute .274 .179 .172

Positive .274 .179 .172

Negative -.193 -.117 -.117

Kolmogorov-Smirnov Z 1.498 .981 .940

Asymp. Sig. (2-tailed) .022 .290 .339

a. Test distribution is Normal.

Sumber: Analisi data primer, lampiran 14 dan 15

Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika signifikansi > 0.05 maka data berdistribusi normal, dan jika signifikansi< 0.05, maka data tidak berdistribusi normal. Dari hasil diatas dapat ditarik kesimpulan data pada variabel Luas Lahan memiliki signifikansi 0.022. Karena nilai sigfikansi lebih kecil dari 0.05 jadi data dinyatakan tidak berdistribusi normal. Data pada variabel R/C Per Petani/Thn memiliki nilai signifikansi 0.290, maka data berdistribusi normal karena signifikansi lebih besar dari 0.05. Data pada variabel R/C Per Hektar/Thn memiliki nilai signifikansi 0.339, maka data berdistribusi normal karena signifikansi lebih besar dari 0.05.

Dari analisi korelasi didapat koefisien korelasi yang digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan dan arah hubungan R/C Per Petani/Thn dan R/C Per Hektar/Thn dengan Luas Lahan. Untuk mengetahui keeratan hubungan R/C Per Petani/Thn dan R/C Per Hektar/Thn dengan Luas Lahan maka dapat dilihat pada


(53)

besarnya koefisien korelasi dengan pedoman yaitu jika koefisien semakin mendekati 1 atau -1 maka hubungan erat atau kuat, sedangkan jika koefisien semakin mendekati 0 maka hubungan lemah. Untuk mengetahui arah hubungan R/C Per Petani/Thn dengan Luas Lahan maka dapat dilihat pada tanda nilai koefisiensi yaitu positif atau negatif, jika positif berarti terdapat hubungan yang positif jika negatif berarti terdapat hubungan yang negatif.

Sedangkan untuk mengetahui apakah hubungan R/C Per Petani/Thn dengan Luas Lahan nyata atau tidak nyata maka dilakukan pengujian signifikansi. Hasil pengujian signifikansi R/C Per Petani/Thn dengan Luas Lahan sebagai berikut.

Tabel 5.4 Hasil pengujian signifikansi R/C Per Petani/Thn dengan Luas Lahan.

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Luas Lahan .8583 .41358 30

R/C Per

Petani/Thn 2.7337 1.43324 30

Correlations

Luas Lahan

R/C Per Petani/Thn

Luas Lahan Pearson Correlation 1 .499**

Sig. (2-tailed) .005

N 30 30

R/C Per Petani/Thn

Pearson Correlation .499** 1

Sig. (2-tailed) .005

N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(54)

Pada tabel Descriptive Statistics diperlihatkan deskripsi dari kedua variabel yang dikorelasikan, yakni variabel Y (Luas Lahan) dan X1 (R/C Per Petani/Thn). Dari hasil dapat dilihat nilai rata-rata (mean), standard deviasi dan jumlah sampel (n).

Variabel Luas lahan memiliki rata-rata 0,8583 ha, standart deviasi 0,4135 dan jumlah sampel adalah 30 petani. Demikian juga dengan variabel R/C Per Petani/Thn memiliki rata-rata2,7337 dan standard deviasi 1,4332.

Pada tabel Correlations ditunjukkna hasil koefisien. Dari analisis diatas dapat dilihat bahwa korelasi antar Luas Lahan dan R/C Per Petani/Thn adalah sebesar 0,499, dengan tingkat signifikansi 0,05.

Koefisien korelasi 0,499 berarti korelasi kedua variabel sedang. Koefisien korelasi bertanda positif berarti apabila luas lahan naik maka R/C Per Petani/Thn juga naik, demikian sebaliknya.

Tingkat signifikansi sebesar 0,05. Nilai ini lebih kecil (<) dari 0,05, maka H0 ditolak, H1 diterima. Berarti kesimpulannya adalah, ada hubungan yang nyata antar R/C Per Petani/Thn dengan Luas Tanaman petani di daerah penelitian.

Sedangkan untuk mengetahui apakah hubungan R/C Per Hektar/Thn dengan Luas Lahan nyata atau tidak nyata maka dilakukan pengujian signifikansi. Hasil pengujian signifikansi R/C Per Hektar/Thn dengan Luas Lahan sebagai berikut.


(55)

Tabel 5.5 Hasil pengujian signifikansi R/C Per Hektar/Thn dengan Luas Lahan.

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Luas Lahan .8583 .41358 30

R/C Per

Hektar/Thn 2.7513 1.41280 30

Correlations

Luas Lahan

R/C Per Hektar/Thn

Luas Lahan Pearson Correlation 1 .471**

Sig. (2-tailed) .009

N 30 30

R/C Per Hektar/Thn

Pearson Correlation .471** 1

Sig. (2-tailed) .009

N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber: Analisi data primer, lampiran 14 dan 15

Pada tabel Descriptive Statistics diperlihatkan deskripsi dari kedua variabel yang dikorelasikan, yakni variabel Y (Luas Lahan) dan X1(R/C Per Hektar/Thn). Dari hasil dapat dilihat nilai rata-rata (mean), standard deviasi dan jumlah sampel (n).

Variabel Luas lahan memiliki rata-rata 0,8583 ha, standart deviasi 0,4135 dan jumlah sampel adalah 30 petani. Demikian juga dengan variabel R/C per R/C Per Hektar/Thn memiliki rata-rata2,7513 dan standard deviasi 1,4128.

Pada tabel Correlations ditunjukkna hasil koefisien. Dari analisis diatas dapat dilihat bahwa korelasi antar Luas Lahan dan R/C per R/C Per Hektar/Thn adalah sebesar 0,471, dengan tingkat signifikansi 0,009.


(56)

Koefisien korelasi 0,471 berarti korelasi kedua variabel sedang. Koefisien korelasi bertanda positif berarti apabila luas lahan naik maka R/C per R/C Per Hektar/Thn juga naik, demikian sebaliknya.

Tingkat signifikansi sebesar 0,009. Nilai ini lebih kecil (<) dari 0,05, maka H0 ditolak, H1 diterima. Berarti kesimpulannya adalah, ada hubungan yang nyata antar R/C Per Hektar/Thn dengan Luas Tanaman petani di daerah penelitian.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan makin luas tanaman jeruk maka makin besar jumlah R/C per Petani/Thn dan R/C per Hektar/Thn di daerah penelitian dapat diterima.

5.4 Pengaruh Antara Pengalaman Bertani, Jumlah Tanggungan, Dan Modal Terhadap Penerimaan Dari Usahatani Jeruk Di Daerah Penelitian.

Analisis regresi bertujuan untuk meramalkan suatu nilai variabel dependen dengan adanya perubahan dari variabel independen. Analisis regeresi ini merupakan hubungan antara dua variabel ataau lebih. Analisis regresi yang paling banyak digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi linier. Analisis regresi linier merupakan hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen dengan menggunakan persamaan linear. Jika menggunakan satu variabel independen maka disebut analisis regeresi linear sederhana dan jika menggunakan lebih dari satu variabel independen maka disebut analisis regeresi linear berganda.

Tinggi rendahnya penerimaan petani jeruk di daerah penelitian dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah pengalaman bertani jeruk, jumlah tanggungan petani jeruk, dan besar modal petani jeruk. Hasil


(57)

analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan usahatani jeruk di daerah penelitian dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 5.6 Hasil Penduga Model Fungsi Penerimaan Petani Jeruk Di Desa Perjuangan.

Penduga Koefisien

Regresi thitung Sig. Fhitung Sig. tolerence VIF

Konstanta -8.55 -3.410 1.852

Pengalaman bertani 1.7 2.343 7.981 .978 1.022

Jumlah tanggungan 1.47 .002 .075 .409 2.444

Modal 1.36 .027 .000 .406 2.466

R2 90.2% 79.921 .000

*nyata pada tingkat kepercayaan 0,1 dan 0,05 ** nyata pada tingkat kepercayaan 0,1 dan 0,05

Sumber : Data Hasil Output SPSS (Lampiran 16)

Berdasarkan tabel 5.6 maka fungsi penerimaan petani jeruk sebagai berikut: Ῡ = -8,55 + 1,7 X1 + 1,47 X2 + 1,36 X3

Dari model persamaan regresi di atas, diketahui ada 3 faktor penerimaan yang menentukan tinggi rendahnya penerimaan usahatani jeruk di daerah penelitian. Nilai konstanta -8,55 artinya penerimaan usahatani jeruk sebesar -8,55 jika pengalaman bertani, jumlah tanggungan, dan modal nilainya adalah 0. Dengan kata lain penerimaan tidak dipengaruhi oleh pengalaman bertani (X1), jumlah tanggungan (X2), dan modal (X3).

Apabila variabel bebas pengalaman bertani (X1) mengalami peningkatan 1 tahun, maka akan terjadi peningkatan penerimaan petani jeruk sebesar 1,7 rupiah. Apabila variabel bebas jumlah tanggungan (X2) mengalami peningkatan 1 orang, maka akan terjadi peningkatan penerimaan petani jeruk sebesar 1,47 rupiah. Apabila variabel bebas modal (X3) mengalami peningkatan 1 rupiah, maka akan


(58)

terjadi peningkatan penerimaan petani jeruk sebesar 1,36 rupiah. Dari model tersebut maka dilakukan uji asumsi sebagai berikut:

5.4.1 Uji Kesesuaian

Analisis Koefisien Determinasi (R-Square)

Dari tabel 5.6 nilai R-Square (R2) adalah 0,902 artinya bahwa variabel bebas (pengalaman bertani, jumlah tanggungan, dan modal) mampu menjelaskan variabel terikat (Penerimaan Usahatani Jeruk) sebesar 90,2 % sementara 9,8 % lagi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain tidak dimasukkan dalam model atau tidak dilakukan analisis.

Secara Serempak

Dari Tabel 5.6 nilai F-hitung sebesar 79,92, nilai F-tabel 0,05 (26,3) sebesar 2,975 atau signifikasi 0,00 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas serempak mempengaruhi penerimaan usahatani jeruk di daerah penelitian. Dengan demikian F-hitung > F-tabel, H0 Ditolak, H1 Diterima. Yang artinya ada pengaruh nyata antara pengalaman bertani, jumlah tanggungan, dan modal terhadap penerimaan usahatani jeruk di daerah penelitian.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan karasteristik pengalaman bertani, jumlah tanggungan, dan modal berpengaruh nyata terhadap penerimaan dari usahatani jeruk di daerah penelitian dapat diterima.


(59)

Secara Parsial

Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dapat dilihat secara parsial yaitu dengan melihat nilai signifikansi uji-t dengan tingkat kepercayaan 0,05.

1. Dari Tabel 5.6 variabel pengalaman bertani (X1) nilai signifikansi sebesar 0.075. Dengan demikian signifikansi > 0,05 , H0 Diterima, H1 Ditolak. Yang artinya tidak ada pengaruh nyata antara pengalaman bertani terhadap penerimaan usahatani jeruk di daerah penelitian.

2. Dari Tabel 5.6 variabel jumlah tanggungan (X2) nilai signifikansi sebesar 0.027. Dengan demikian signifikansi < 0,05 , H0 Ditolak, H1 Diterima. Yang artinya ada pengaruh nyata antara jumlah tanggungan terhadap penerimaan usahatani jeruk di daerah penelitian.

3. Dari Tabel 5.6 variabel modal (X3) nilai signifikansi sebesar 0.000. Dengan demikian signifikansi < 0,05 , H0 Ditolak, H1 Diterima. Yang artinya ada pengaruh nyata antara modal terhadap penerimaan usahatani jeruk di daerah penelitian.

Ketiga faktor tersebut ada yang berpengaruh nyata dan ada yang tidak berpengaruh nyata terhadap penerimaan usahatani jeruk. Jumlah tanggungan dan modal berpengaruh nyata terhadap penerimaan usahatani jeruk dimana nilai signifikansi < 0,05 H0 Ditolak, H1 Diterima. Pengalaman bertani berpengaruh tidak nyata terhadap penerimaan usahatani jeruk dimana nilai signifikansi > 0,05 H0 Diterima, H1 Ditolak. Pengalaman bertani berpengaruh nyata terhadap penerimaan usahatani jeruk di daerah penelitian tidak dapat diterima.


(60)

5.4.2 Uji Asumsi Klasik

Model regresi linear berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbised Estimator). Blue dapat dicapai apabila memenuhi asumsi klasik.

1. Uji Multikolinearitas

Multikoleaniritas adalah situasi adanya korelasi diantara variabel bebas atau dua variabel indevenden atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linear yang sempurna atau mendekati sempurna. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah multikolinearitas.

Untuk mendeteksi adanya multikolearinitas yaitu:

- Nilai R2 < r2 (determinasi serempak < determinasi individual). - Korelasi diantara variabel bebas > 0.8

- Nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10

Pada lampiran 12 nilai Determinasi Serempak (R2) > r2 (Determinasi Individual). Yaitu faktor pengalaman bertani r2 sebesar 0,000, jumlah tanggungan r2 sebesar 0,585, dan modal r2 sebesar 0,009. Dimana nilai R2 sebesar 0,902, sehingga tidak terjadi multikolerinietas. Jika terjadi multikolerinietas dilakukan pengurangan variabel bebas/ variabel dependen.

Pada lampiran 11 korelasi diantara variabel bebas < 0,8 dan nilai tolerance > 0,1 nilai VIF < 10, sehingga tidak terjadi multikolinearinitas.


(61)

2. Uji Heterokesdasitas

Uji Heterokesdasitas adalah keadaan dimana terjadinya ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah heterokedastisitas. Heteroskedastisitas dapat dilihat dari gambar grafik

scatterplot persamaan regresi. Model yang baik didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik. Pola tertentu seperti mengumpul ditengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya.

Gambar 5.1 Scatterplot Persamaan Regresi Jeruk

Dari persamaan gambar 5.1 titik-titik menyebar dengan pola yang tidak jelas/ berpola sistematis dengan demikian disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada persamaan regresi.


(1)

5.4.2 Uji Asumsi Klasik

Model regresi linear berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbised Estimator). Blue dapat dicapai apabila memenuhi asumsi klasik.

1. Uji Multikolinearitas

Multikoleaniritas adalah situasi adanya korelasi diantara variabel bebas atau dua variabel indevenden atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linear yang sempurna atau mendekati sempurna. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah multikolinearitas.

Untuk mendeteksi adanya multikolearinitas yaitu:

- Nilai R2 < r2 (determinasi serempak < determinasi individual). - Korelasi diantara variabel bebas > 0.8

- Nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10

Pada lampiran 12 nilai Determinasi Serempak (R2) > r2 (Determinasi Individual). Yaitu faktor pengalaman bertani r2 sebesar 0,000, jumlah tanggungan r2 sebesar 0,585, dan modal r2 sebesar 0,009. Dimana nilai R2 sebesar 0,902, sehingga tidak terjadi multikolerinietas. Jika terjadi multikolerinietas dilakukan pengurangan variabel bebas/ variabel dependen.

Pada lampiran 11 korelasi diantara variabel bebas < 0,8 dan nilai tolerance > 0,1 nilai VIF < 10, sehingga tidak terjadi multikolinearinitas.


(2)

2. Uji Heterokesdasitas

Uji Heterokesdasitas adalah keadaan dimana terjadinya ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah heterokedastisitas. Heteroskedastisitas dapat dilihat dari gambar grafik

scatterplot persamaan regresi. Model yang baik didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik. Pola tertentu seperti mengumpul ditengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya.

Gambar 5.1 Scatterplot Persamaan Regresi Jeruk

Dari persamaan gambar 5.1 titik-titik menyebar dengan pola yang tidak jelas/ berpola sistematis dengan demikian disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada persamaan regresi.


(3)

3. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan yaitu uji Kolmogorof-Smimov (Uji K-S). Pada lampiran 13 diperoleh data terdistribusi normal. Dimana nilai signifikansi pengalaman bertani, jumlah tanggungan, dan modal lebih besar dari 0,05. Maka diperoleh data berdistribusi normal.

5.5 Pengaruh Luas Tanaman Jeruk Terhadap Penerimaan Dari Usahatani Jeruk Di Daerah Penelitian.

Tinggi rendahnya penerimaan petani jeruk di daerah penelitian dapat dipengaruhi oleh luas lahan di daerah penelitian. Hasil analisis yang mempengaruhi penerimaan usahatani jeruk di daerah penelitian dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 5.7 Hasil Penduga Model Fungsi Penerimaan Petani Jeruk Di Desa Perjuangan.

Penduga Koefisien

Regresi thitung Sig. Fhitung Sig.

Konstanta -4.986E7 -1.537 .136

Luas lahan 1.534E8 4.488 .000

R2 41.8% 20.146 .000a

*nyata pada tingkat kepercayaan 0,1 dan 0,05 ** nyata pada tingkat kepercayaan 0,1 dan 0,05

Sumber : Data Hasil Output SPSS (Lampiran 19)

Berdasarkan tabel 5.6 maka fungsi penerimaan petani jeruk sebagai berikut: Ῡ = -4.98 + 1.53 X

Dari model persamaan regresi di atas, diketahui luas lahan menentukan tinggi rendahnya penerimaan usahatani jeruk di daerah penelitian. Nilai konstanta -4.98 artinya penerimaan usahatani jeruk sebesar -4.98 jika luas lahan nilainya adalah


(4)

Apabila variabel bebas luas lahan (X) mengalami peningkatan 1 ha, maka akan terjadi peningkatan penerimaan petani jeruk sebesar 1,53 rupiah.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan luas tanaman jeruk berpengaruh nyata terhadap penerimaan per Petani/Thn usahatani jeruk di daerah penelitian dapat diterima.

Analisis Koefisien Determinasi (R-Square)

Dari tabel 5.7 nilai R-Square (R2) adalah 0,418 artinya bahwa variabel bebas (Luas Lahan) mampu menjelaskan variabel terikat (Penerimaan Usahatani Jeruk) sebesar 41,8 % sementara 58,2 % lagi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain tidak dimasukkan dalam model atau tidak dilakukan analisis.

Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dapat dilihat dari uji-t, yaitu dengan melihat nilai signifikansi uji-t dengan tingkat kepercayaan 0,05. Dari Tabel 5.7 variabel luas lahan (X) nilai signifikansi sebesar 0.000. Dengan demikian signifikansi < 0,05 , H0 Ditolak, H1 Diterima. Yang artinya ada pengaruh nyata


(5)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari analisis yang dilakukan terhadap produksi, penerimaan usahatani jeruk maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Rata-rata R/C ratio Per Petani/Thn adalah 3.66 artinya setiap biaya Rp 1 yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 3,66 atau dengan kata lain hasil penjualan jeruk mencapai 366 % dari biaya yang dikeluarkan. Hal ini disebabkan karena penerimaan tinggi (harga jual yang tinggi dan jumlah yang dijual lebih banyak) dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan kecil. BEP volume produksi jeruk selama setahun tanaman menghasilkan Per Petani/Thn adalah sebesar 3.597 kg sedangkan produksi jeruk di daerah penelitian selama setahun tanaman menghasilkan Per Petani/Thn telah melalui titik impas yaitu 13.173 kg. BEP harga produksi jeruk selama setahun tanaman menghasilkan Per Petani/Thn adalah sebesar Rp 1.615 sedangkan harga jeruk di daerah penelitian selama setahun tanaman menghasilkan Per Petani/Thn telah melalui titik impas yaitu Rp 6.207.

2. Ada hubungan yang nyata antar R/C Per Petani/Thn dengan Luas Tanaman petani di daerah penelitian. Begitu juga dengan R/C Per Hektar/Thn, ada hubungan yang nyata antar R/C Per Hektar/Thn dengan Luas Tanaman petani di daerah penelitian.


(6)

3. Karasteristik pengalaman bertani, jumlah tanggungan, dan modal berpengaruh nyata terhadap penerimaan dari usahatani jeruk di daerah penelitian dapat diterima.

4. Luas tanaman jeruk berpengaruh nyata terhadap penerimaan per Petani/Thn usahatani jeruk di daerah penelitian dapat diterima.

6.2 Saran

1. Kepada petani disarankan meningkatkan produksi dengan melakukan penggunaan input produksi tepat waktu dan tepat guna, pemeliharaan tanaman yang intensif, dan waktu pemanenan yang tepat agar pendapatan petani meningkat.

2. Kepada pemerintah, memberikan penyuluhan-penyuluhan secara intensif dengan jangka waktu yang direncanakan untuk meningkatkan produkstifitas jeruk di daerah penelitian. Dan dibuatnya pelatihan-pelatihan penggunaan alat-alat pertanian secara tepat guna.

3. Kepada peneliti selanjutnya, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis stategi kelayakan usahatani jeruk di daerah penelitian.