Untuk menilai ada atau tidaknya autokorelasi, nilai Durbin-Watson statistik yang didapatkan dari penghitungan pada tabel di atas, yang menunjukkan
nilai sebesar 1,656 diklasifikasikan menurut kriteria pengukuran autokorelasi pada tabel di atas. Dilihat dari tabel tersebut, pengukuran autokorelasi dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam model regresi ini.
2. Analisis Regresi Dari hasil pengujian asumsi klasik disimpulkan bahwa bahwa model regresi
yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang Best Linear Unbiased Estimator BLUE dan layak dilakukan analisis regresi. Untuk
menguji hipotesis, peneliti menggunakan analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS 17, maka diperoleh hasil sebagai
berikut.
a. Persamaan Regresi
Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linear, dilakukan beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen, melalui pengaruh laba akuntansi dan laba tunai terhadap dividen kas. Hasil regresi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Analisis Hasil Regresi
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant -.915
.516 -1.771
.079 Laba Akuntansi
.917 .085
.804 10.788
.000 Laba Tunai
.120 .078
.114 1.533
.128 Dependent Variable: Dividen Kas
Sumber: Data yang diolah penulis, 2010.
Berdasarkan tabel di atas, didapatlah persamaan regresi sebagai beikut: DK = -0,915 + 0,917 LA + 0,120 LT
Keterangan : 1
β1 sebesar 0,917 menunjukkan bahwa setiap kenaikan laba akuntansi sebesar 1 akan diikuti oleh kenaikan dividen kas sebesar 0,917 dengan
asumsi variabel lain tetap, 2
β2 sebesar 0,120 menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 pada laba tunai akan diikuti oleh kenaikan dividen kas sebesar 0,120 dengan asumsi
variabel lain tetap.
b. Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Nilai koefisien korelasi R menunjukkan seberapa besar korelasi atau hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
Koefisien korelasi dikatakan kuat apabila nilai R berada di atas 0.5 dan mendekati 1.
Koefisien determinasi R square menunjukkan seberapa besar variabel independen menjelaskan variabel dependennya. Nilai R square adalah nol sampai
dengan satu. Apabila nilai R square semakin mendekati satu, maka variabel- variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen. Sebaliknya, semakin kecil nilai R square, maka kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen semakin terbatas. Nilai R square memiliki kelemahan yaitu
nilai R square akan meningkat setiap ada penambahan satu variabel independen meskipun variabel independen tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
Tabel 4.5 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Model R
R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate 1
.903
a
.815 .812
.33313 a. Predictors: Constant, Laba Tunai, Laba Akuntansi
b. Dependent Variable: Dividen Kas
Sumber: Data yang diolah penulis, 2010. Pada model summary, nilai koefisien korelasi R sebesar 0,815 yang berarti
bahwa korelasi antara laba akuntansi dan laba tunai terhadap variabel dividen kas kuat karena berada diatas 0,5. Angka adjusted R square atau koefisien
Universitas Sumatera Utara
determinasi adalah 0,812. Hal ini berarti 81,2 variasi atau perubahan dalam dividen kas dapat dijelaskan oleh variasi dari laba akuntansi dan laba tunai,
sedangkan sisanya 18,8 dijelaskan oleh sebab-sebab lain.
c. Pengujian Hipotesis