7
2.1.4 Kandungan kimia daun ketapang
Daun ketapang diketahui mengandung senyawa obat seperti flavonoid, alkaloid, tannin, triterpenoidsteroid, resin, saponin Riskitavani dan Purwani,
2013.
2.1.5 Kegunaaan tumbuhan ketapang
Tanaman ketapang digunakan untuk mengobati radang rongga perut, lepra, kudis, dan penyakit kulit yang lain. Selain itu, berfungsi juga sebagai diuretik dan
dipakai sebagai obat luar pada erupsi kulit Hidayat dan Napitupulu, 2015.
2.2. Pirogalol
Pirogalol mempunyai struktur kimia seperti terlihat pada Gambar 2.2 berikut:
Gambar 2.2 Pirogalol Sweetman, 2009.
Pemerian : Padatan hablur putih atau hablur tidak berwarna dengan berat
molekul 126, 1 Suhu lebur : 133
o
C Ditjen POM, 1995. Pirogalol bersifat sebagai reduktor mudah teroksidasi. Dalam bentuk
larutan akan menjadi warna gelap jika terkena udara. Jika pemakaiannya dicampur dengan zat warna yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, pirogalol berfungsi sebagai
zat pembangkit warna dan dikombinasikan dengan pewarna logam lain. Ini bertujuan untuk mendapatkan keuntungan agar zat warna dapat menempel lebih
kuat lagi pada rambut dibandingkan pada saat sebelum dicampur. Pirogalol
Universitas Sumatera Utara
8 diizinkan digunakan sebagai zat pembangkit warna dengan batas kadar 5 Ditjen
POM, 1985.
2.3 Tembaga II Sulfat
Tembaga II sulfat merupakan senyawa logam yang dapat digunakan sebagai pewarna pada rambut.
Pemerian : Berbentuk serbuk atau granul berwarna biru, transparan dengan
berat molekul 249,68 Ditjen POM, 1995. Kelarutan
: 1 g larut dalam 3 ml air; dalam 0,5 ml air panas; 1 g dalam 500 ml alkohol; 1 g dalam 3 ml gliserol Sweetman, 2009.
Tembaga II sulfat digunakan dalam cat rambut yang memberikan warna coklat dan hitam. Warna tersebut terjadi karena tembaga sulfat berubah menjadi
tembaga oksida Bariqina dan Ideawati, 2001. Tembaga II sulfat termasuk ke dalam zat warna senyawa logam. Daya lekat zat warna senyawa logam umumnya
tidak sekuat zat warna nabati, karena itu jika digunakan langsung harus dilakukan tiap hari hingga terbangkit corak warna yang dikehendaki Ditjen POM, 1985.
2.4 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Hasil ekstraksi
disebut dengan ekstrak, yaitu sediaan kering, cair, atau kental yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudiaan semua atau hampir semua pelarut diuapkan. Simplisia yang digunakan dalam proses pembuatan ekstrak adalah
bahan alam yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan Ditjen POM, 1979.
Universitas Sumatera Utara
9
2.5 Rambut