Pengujian XRD X-Ray Diffraction

terjadiperbesaran bulir grain selama proses sintering pada suhu yang lebih tinggi sehingga ukuran bulir menjadi lebih besar, semakin banyak rongga yang terbentuk dan meningkatkan porositas Tang, Xin., 2005. Suhu sintering berbanding terbalik dengan porositas sampel. Jika semakin tinggi nilai densitas maka semakin rendah nilai porositasnya, begitu pula sebaliknya semakin rendah nilai densitas maka nilai porositas akan semakin tinggi.

4.2 Karakterisasi Mikrostruktur

Karakterisasi mikrostruktur yang diamati dalam penelitian pembuatan magnet Barium Heksaferrit BaO.6Fe 2 O 3 dengan penambahan komposisi Fe 2 O 3 sebagai magnet permanen meliputi pengujian XRD dan pengamatan Mikroskop Optik.

4.2.1 Pengujian XRD X-Ray Diffraction

Untuk dapat mengetahui fasa-fasa yang terbentuk pada sampel yang telah melalui proses sintering, makadilakukan karakterisasi sampel dengan menggunakanperalatan X-ray diffractrometer yang kemudian dianalisasecara kualitatif. Proses analisa tersebut dilakukandengan cara mencocokkan data hasil pengukuran difraksiyang didapat dari sampel dengan data hasil difraksi sinar-X yang terdapat pada database ICDD International Center for Diffraction Data. Hasil analisa XRD diperlihatkan pada gambar 4.4, gambar 4.5, dan gambar 4,6 Gambar 4.4 Grafik Hasil Pengujian XRD BaO.6Fe 2 O 3 Pada Suhu Sintering 1150°C Tanpa Penambahan Komposisi Fe 2 O 3 0 wt Pada Gambar 4.4 memperlihatkan hasil analisa X-Ray DiffractionXRD dari bahan BaFe 12 O 19 tanpa penambahan 0 wt komposisi Fe 2 O 3 pada suhu sintering 1150 °C . Dari gambar pola XRD tersebut memperlihatkan bahwa terdapat 14 peak tertinggi yang menjadi titik acuan untuk mencari fasa yang terbentuk. Hasil Rietveld Refinement fasa menggunakan program Match dan ICDD, Setelah dilakukan rietveld refinementterdapat satu fasa dominan yaitu fasa BaFe 12 O 19 . Hal ini sesuaidengan hasil data standar ICDD No 00-027-1029, BaFe 12 O 19 memiliki parameter kisi a = b = 5.892 Å, c = 23.198 Å, dan volume cell-nya 697.44 ų. maka derajat kristalisasi fasa BaFe 12 O 19 pada suhu 1150 °C tanpa penambahan komposisi Fe 2 O 3 0 wt adalah 100 BaFe 12 O 19 . Gambar 4.5 Grafik Hasil Pengujian XRD BaO.6Fe 2 O 3 Pada Suhu Sintering 1150°Cdengan Penambahan Komposisi Fe 2 O 3

0.25 wt

Pada Gambar 4.5 memperlihatkan hasil analisa X-Ray DiffractionXRD dari bahan BaFe 12 O 19 dengan penambahan 0,25 wt komposisi Fe 2 O 3 pada suhu sintering 1150 °C . Dari gambar pola XRD tersebut memperlihatkan bahwa terdapat 14 peak tertinggi yang menjadi titik acuan untuk mencari fasa yang terbentuk. Hasil Rietveld Rifinement fasa menggunakan program Match dan ICDD, Setelah dilakukan rietveld rifinementterdapat dua fasa yaitu fasa BaFe 12 O 19 dan fasa Fe 2 O 3 . Dimana fasa mayor adalah BaFe 12 O 19 dan yang menjadi fasa minor yaitu Fe 2 O 3. Hal ini sesuaidengan hasil data standar ICDD No00-039-1433 untuk BaFe 12 O 19 dan ICDD No00-001-1053 untuk Fe 2 O 3 , BaFe 12 O 19 memiliki parameter kisi a = b = 5.892 Å, c = 23.215 Å,dan volume cell-nya 697.44 ų, dan Fe 2 O 3 memiliki parameter kisi a = b = 5.028 Å, c = 15.Å, dan volume cell-nya 100.20 ų. maka derajat kristalisasi fasa pada suhu 1150 °C dengan penambahan komposisi Fe 2 O 3 0,25 wt 81 BaFe 12 O 19 dan 19 Fe 2 O 3 . Gambar 4.6 Grafik Hasil Pengujian XRD BaO.6Fe 2 O 3 Pada Suhu Sintering 1150°Cdengan Penambahan Komposisi Fe 2 O 3

0.5 wt

Pada Gambar 4.6 memperlihatkan hasil analisa X-Ray DiffractionXRD dari bahan BaFe 12 O 19 dengan penambahan 0,25 wt komposisi Fe 2 O 3 pada suhu sintering 1150 °C . Dari gambar pola XRD tersebut memperlihatkan bahwa terdapat 20 peak tertinggi yang menjadi titik acuan untuk mencari fasa yang terbentuk. Hasil Rietveld Refinement fasa menggunakan program Match dan ICDD, Setelah dilakukan rietveld refinementterdapat dua fasa yaitu fasa Ba- Fe 12 O 19 dan fasa Fe 2 O 3 . Dimana fasa mayor adalah BaFe 12 O 19 dan yang menjadi fasa minor yaitu Fe 2 O 3 . Hal ini sesuaidengan hasil data standar ICDD No 00-027- 1029, No00-039-1433 untuk Barium Heksaferrite dan ICDD No00-001-1053 untuk Fe 2 O 3 ,BaFe 12 O 19 memiliki parameter kisi a = b = 5.892 Å, c = 23.215 Å,dan volume cell-nya 697.44 ų, dan Fe 2 O 3 memiliki parameter kisi a = b = 5.028 Å, c = 15.Å, dan volume cell-nya 100.20 ų. Maka derajat kristalisasi fasa pada suhu 1150 °C dengan penambahan komposisi Fe 2 O 3 0,25 wt adalah 75 BaFe 12 O 19 dan 25 Fe 2 O 3.

4.2.2 Mikroskop Optik Optical Microscope