Kebijakan Pemerintah TINJAUAN PUSTAKA

12 3. Pengembangan sektor unggulan 4. Sektor yang terkait dengan Masterplan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia MP3EI.

2.2 Kebijakan Pemerintah

Iklim usaha menjadi kunci awal pembangunan daya saing industri nasional. Dalam rangka menciptakan dan menjaga iklim usaha yang kondusif, pemerintah mengeluarkan kebijakan dengan memperhatikan beberapa faktor dominan penentu iklim usaha. Menurut Kementerian Perindustrian faktor-faktor tersebut meliputi: 1. Infrastruktur 2. Kepastian berusaha 3. Pelayanan Birokrasi 4. Kualitas SDM dan Tenaga Kerja 5. Fasilitas Fiskal Dengan mempertimbangkan kondisi aktual atas faktor-faktor tersebut, pemerintah melalui berbagai kementerian dan lembaga telah mengeluarkan peraturan perundang-undangan dalam rangka pembentukan kebijakan pendukung iklim usaha nasional. Peraturan perundang-undangan yang secara langsung dan berdaya saing, dapat dikategorikan ke dalam empat kelompok kebijakan, yaitu: A. Kebijakan Insentif Fiskal 1. Perpajakan 1.1 Pembebasan Pajak Penghasilan Waktu Tertentu Tax Holiday 1.2 Pengurangan Pajak Penghasilan Tax Allowance 1.3 Bea Masuk Penanaman Modal 2. Kepabeanan 2.1 Bea Masuk Ditanggung Pemerintah BMDTP 2.2 Kemudahan Impor Tujuan Ekspor KITE 3. Dukungan Penerapan Teknologi Industri Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 13 3.1 Kredit dan Keringanan Suku Bunga guna Peremajaan Mesin Produksi B. Kebijakan Insentif Non Fiskal 1. Pendaftaraan Izin Investasi secara Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP 2. Kemudahan Izin Keimigrasian bagi Tenaga Kerja Asing 3. Fasilitas Nonfiskal Kepabeanan 3.1 Pelayanan Segera Rush Handling 3.2 Pembongkaran atau Penimbunan di Luar Kawasan Pabean 3.3 Impor Sementara 3.4 Importir Jalur Prioritas dan Importir Mitra Utama MITA 3.5 Pemberitahuan Pendahuluan Prenotificatiori C. Kebijakan Insentif dalam Kawasan Seiring dengan rencana pengembangan iklim investasi, pemerintah juga secara bertahap dan terus menerus menata pengembangan industri dalam kawasan khusus. Penataan dalam kawasan terutama bertujuan untuk membangun sistem koordinasi antar sektor industri yang lebih efisien, meningkatkan daya saing industri dan investasi, serta memperkuat sekaligus melindungi industri pelaku usaha industri didorong untuk melakukan kegiatan industri di dalam kawasan-kawasan khusus. Upaya ini dilakukan pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan insentif dalam kawasan. Sesuai jenis dan peruntukan kawasan, beberapa fasilitas insentif diberikan pemerintah antara lain: 1. Insentif dalam Kawasan Berikat 2. Insentif dalam Kawasan Ekonomi Terpadu Kapet 3. Insentif dalam Kawasan Ekonomi Khusus KEK 4. Kawasan Perdagangan Bebas 5. Kawasan Industri Selain itu, kebijakan pemerintah untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif sebagai upaya untuk mengundang sebanyak mungkin investor dilakukan dua Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 14 strategi dasar yang dilakukan pemerintah untuk mendukung kebijakan tersebut, yakni pertama menjalankan kembali politik upah murah dan kedua menerapkan prinsip- prinsip liberal, fleksibel dan terdesentralisasi dalam urusan ketenagakerjaan Indrasari: 2012. Kebijakan pemerintah juga dapat mempengaruhi investasi, kebijakan pemerintah yang bersifat kondusif akan berdampak positif pada iklim investasi. Kebijakan moneter longgar easy monetery policy yang merupakan kebijakan dari pemerintah akan ditandai dengan tingkat bunga yang rendah dan penyaluran kredit yang tinggi, dan kebijaksanaan fiskal yang kondusif seperti adanya tax holiday. Tingkat pajak keuntungan usaha, bea masuk, pertambahan niliai yang rendah, dan biaya energi listrik dan BBM yang murah, kemudahan perizinan dan birokrasi cenderung berdampak positif bagi kegiatan investasi. Sebaliknya yang terjadi terhadap investasi adalah negatif jika kebijaksanaan pemerintah bersifat ketat baik disektor moneter, fiskal dan sektor lainnya. Keuntungan yang diperoleh perusahaan juga akan mempengaruhi besar kecilnya investasi yang dilakukan. Dengan keuntungan yang besar, potensi untuk melakukan investasi meningkat baik dengan dana sendiri maupun melalui hutang atas perbankan atau penjualan obligasi atau penjualan saham perusahaan. Infastruktur juga merupakan faktor yang ikut mendorong terciptanya iklim investasi yang kondusif seperti keadaan jalan yang baik, tersedianya pelabuhan yang memadai, tersedianya sumber energi yang dibutuhkan perusahaan, tersedianya fasilitas transportasi, telekomunikasi akan membantu meningkatkan kegiatan investasi. Dalam Rencana Kerja Pemerintah RKP tahun 2007, paket kebijakan investasi juga menjadi salah satu substansi penting. Kebijakan tersebut dituangkan dalam Perpres 19 tahun 2006, langkah-langkah yang akan direncanakan pemerintah dalam kaitannya dengan kebijakan investasi terutama untuk perbaikan iklim investasi adalah: Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 15 1. Penyusunan dan penyempurnaan peraturan perundang-undangan penanaman modal, yang diharapkan dapat diundangkan pada tahun 2006. 2. Penyederhanaan prosedur dan peningkatan pelayanan penanaman modal baik di tingkat pusat maupun daerah. 3. Penanganan pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat penegakan hukum dan kerja sama dengan instansi terkait. 4. Penyusunan rancangan amandemen UU No. 5 Tahun 1999. 5. Memprakarsai dan mengkoordinasikan pembangunan kawasan industri. Untuk menjamin pengembangan iklim usaha dan investasi, maka upaya yang dilakukan adalah melakukan minimalisir berbagai hambatan yang terjadi. Meskipun demikian, rendahnya kinerja investasi masih menghadapi beeberapa permasalahan dan tantangan pokok yaitu sebagai berikut: 1. Prosedur perizinan yang terkait dengan investasi yang panjang, dimana prosedur perizinan untuk memulai usaha di Indonesia termasuk sangat lama. 2. Rendahnya kepastian hukum yang tercermin dari masih banyaknya tumpang tindih kebijakan antara pusat dan daerah serta antar sektor. 3. Belum menariknya insentif bagi kegiatan investasi, dimana jika dibandingkan dengan negara-negara lain, Indonesia termasuk tertinggal di dalam menyusun insentif investasi. 4. Rendahnya kualitas infrastruktur yang sebagian besar dalam keadaan rusak akibat krisis 5. Iklim ketenagakerjaan yang korang kondusif bagi berkembangnya investasi. 6. Kurangnya jaminan keamanan untuk melakukan kegiatan investasi atau usaha. Sementara itu, peranan perdagangan dalam negeri menjadi begitu penting dalam mendorong kelancaran arus barang dan jasa melalui peningkatan efisiensi Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 16 sistem distribusi nasional guna mendukung kelancaran barang ekspor. Permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam peningkatan perdagangan dalam negeri adalah: 1. Masih tingginya biaya ekonomi yang harus ditanggung oleh dunia usaha secara langsung menurunkan daya saing produk ekspor; 2. Masih rendahnya penggunaan produk dalam negeri, baik oleh industri maupun konsumen; 3. Belum optimalnya pemanfaatan mekanisme bursa berjangka komuditi sebagai sarana hedging price discovery dan investasi; 4. Belum optimalnya pelaksanaan dan penerapan perlindungan konsumen; 5. Maraknya ekses pelaksanaan otonomi daerah yang banyak menghambat kelancaran distribusi barang dan jasa; 6. Keterbatasan dan rendahnya kualitas infrastruktur seperti jalan, pelabuhan laut, pelabuhan udara, listrik dan jaringan komunikasi merupakan faktor utama penyebab tingginya biaya ekspor; dan 7. Masih belum terintegrasinya sistem jaringan koleksi dan distribusi nasional yang kurang mendukung peningkatan daya saing eskpor. Penciptaan iklim persaingan usaha sehat dan peningkatan perlindungan konsumen sangat penting untuk mendorong peningkatan daya saing produk ekspor yang berbasis efisiensi dan kompetitif. Namun demikian, permasalahan dan tantangan yang masih dihadapi dalam mewujudkan persaingan usaha yang sehat adalah: 1. Masih lemahnya tingkat kesadaran para pelaku usaha dalam memahami nilai- nilai persaingan usaha yang sehat. 2. Proses peradilan dalam penagakan persaingan usaha masih belum berjalan secara optimal. 3. Masih adanya kelemahan substansi dalam materi hukum Undang-Undang Persiangan Usaha UU No. 5 Tahun 1999, termasuk masih kurangnya harmonisasi dengan perangkat hukum lainnya. Sementara itu permasalahan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 17 dan tantangan yang dihadapi dalam perlindungan konsumen adalah percepatan upaya penataan peraturan perundangan untuk meningkatkan efektifitas implementasi penagakan perlindungan konsumen.

2.3 Kestabilan Politik dan Sosial