KONDISI FISIK DAN LINGKUNGAN PERAIRAN BELAWAN

Ilga Widya Panca Iskandar : Studi Karakteristik Sedimen Di Perairan Pelabuhan Belawan, 2008. USU Repository © 2009

BAB III KONDISI FISIK DAN LINGKUNGAN PERAIRAN BELAWAN

3.1 Kondisi Umum Pelabuhan Belawan Area pelabuhan Belawan dimulai dari daerah Tanjung Betung Camar di Utara dan memanjang mengukuti garis pantai hingga muara sungai Belawan dan sungai Deli. Fasilitas dermaga pelabuhan Belawan berada pada daerah : • Belawan Lama dermaga 001 – 008; melayani kapal antar pulau dan lokal yang membawa general cargo serta kebutuhan makanan. • Tambatan Antar Pulau Ujung Baru dermaga 101 -104; melayani kapal antar pulau yang membawa general cargo dan tongkang. Sistem instalasi conveyor dan hopper terdapat pada dermaga 104 untuk pembongkaran pupuk. • Ujung Baru dermaga 105 – 114; merupakan dermaga dengan panjang 1275 m dan kedalaman sampai -10 m LWS. Dermaga di Ujung Baru ini melayani sebagian besar cargo yang melalui pelabuhan Belawan 34 general cargo, 45 curah cair, dan 23 curah kering. Dermaga 105 dan 106 merupakan dedicated berth untuk melayani muatan minyak sawit secara terpadu. Dermaga 114 dimanfaatkan juga untuk tambatan kapal penumpang, dan terminal penumpang berada pada sisi darat dermaga ini. Ilga Widya Panca Iskandar : Studi Karakteristik Sedimen Di Perairan Pelabuhan Belawan, 2008. USU Repository © 2009 • Kolam Citra dermaga 201 – 203, dermaga Semen Andalas dan dermaga IKD. Dermaga 201 – 203 digunakan untuk general cargo domestik sedangkan dermaga semen Andalas dan IKD untuk membongkar semen curah kering dan cair lainnya. Dermaga ini mempunyai kedalaman – 6 m LWS sampai – 7 m LWS. • Jetty Pertamina; untuk melayani tanker bahan baker migas yang dioperasikan oleh Pertamina, dapat menampung kapal sampai 17.000 DWT. Ilga Widya Panca Iskandar : Studi Karakteristik Sedimen Di Perairan Pelabuhan Belawan, 2008. USU Repository © 2009 G am ba r 3. 1 K ondi si P el abuha n B el aw an E ks is ti ng Ilga Widya Panca Iskandar : Studi Karakteristik Sedimen Di Perairan Pelabuhan Belawan, 2008. USU Repository © 2009 3.2 Kondisi Topografi dan Bathimetri 3.2.1 Kondisi Topografi di pelabuhan Belawan : Pelabuhan Belawan terletak 03 ° 47’ Lintang Utara dan 98 ° 42’ Bujur Timur pada semenanjung yang dibatasi sungai Belawan di bagian Utara dan sungai Deli di Selatan. Kondisi topografi di semenanjung adalah daratan pantai alluvial landai dengan lebar 40 km, yang meninggi kearah daratan tinggi dengan kemiringan 0 – 2 . 3.2.2 Kondisi Bathimetri di pelabuhan Belawan : Daerah pantai disekitar palabuhan Belawan terdiri dari hutan mangrove dengan jenis tanah Lumpur hingga 3,5 km kea rah lepas pantai. Selepas itu kondisi pantai mencapai kemiringan 1: 500 hingga kedalaman – 20 m. Laut dengan kedalaman – 20 m memanjang hingga 10 km kearah Timur Laut hingga muara sungai Belawan. Kontur batimetri disajikan dalam Gambar 3.2. 3.2.3 Kondisi Geoteknik Berdasarkan studi terdahulu diketahui tipikal lapisan tanah yang diperoleh dari penyelidikan pada berbagai studi tersebut. Tipikal lapisan tanah tersebut disajikan dalam Gambar 3.3. Ilga Widya Panca Iskandar : Studi Karakteristik Sedimen Di Perairan Pelabuhan Belawan, 2008. USU Repository © 2009 Gambar 3.2 Kontur Batimetri Belawan Ilga Widya Panca Iskandar : Studi Karakteristik Sedimen Di Perairan Pelabuhan Belawan, 2008. USU Repository © 2009 Gambar 3.3 Tipikal Borlog Tanah di Pelabuhan Belawan Sumber : Port of Belawan Technical Assistence TA No. 2386 – INO, Final Report, Volume I, November 1996 3.3 Kondisi Klimatologi 3.3.1 Umum Sumatera Utara terletak di wilayah khatulistiwa dimana tekanan udara rendah dan mempunyai iklim tropical. Perubahan iklim sangat kecil sehingga iklim harian dapat diprediksi dengan mudah. Curah hujan 150 mm terjadi pada bulan September sd Januari dan 150 mm terjadi di bulan Februari sd Agustus. Dalam kondisi khusus hujan lebat kadang terjadi di sepanjang garis pantai. Ilga Widya Panca Iskandar : Studi Karakteristik Sedimen Di Perairan Pelabuhan Belawan, 2008. USU Repository © 2009 3.3.2 Temperatur dan Kelembaban Suhu udara harian di Belawan berkisar antara 22 ° C – 33 ° C dengan kelembaban sangat tinggi dengan rata-rata 82. 3.3.3 Angin Angin dominan adalah angin muson timur-laut yang bertiup sepanjang Bulan November hingga Bulan Maret. Sedangkan angin muson barat datya bertiup dari Juni hingga September dengan kekuatan rata-rata di Selat Malaka 10 knots. Berdasarkan windrose pada Gambar 3.4 persentase kejadian angin dominan adalah arah Timur Laut sebesar 33.33 dari total kejadian berangin. Total kejadian berangin adalah 45 dari kejadian total. 3.3.4 Curah Hujan Rata-rata curah hujan bulanan di Medan untuk perioda ulang 25 tahun 1952 – 1977 bervariasi antara 100-260 mmbulan. Dari data tersebut diketahui pula bahwa rata-rata curah hujan bulanan lebih tinggi diantara Bulan September hingga Bulan Desember. Dari grafik pada Gambar 3.5 dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi curah hujan maka pengendapan yang terjadi akan semakin besar. Sebagai contoh, curah hujan di Sungai Deli dan Belawan pada tahun 1977 mencapai maksimum 500 mmbulan, pada saat itu debit Sungai Deli 38 s m 3 dan diidentifikasikan terjadi pengendapan dalam jumlah yang besar di muara kedua sungai Pelabuhan Belawan. Ilga Widya Panca Iskandar : Studi Karakteristik Sedimen Di Perairan Pelabuhan Belawan, 2008. USU Repository © 2009 Gambar 3.4 Windrose di Pelabuhan Belawan Angka di dalam lingkaran Menunjukkan prosentase kejadian tidak berangin terhadap kejadian total Ilga Widya Panca Iskandar : Studi Karakteristik Sedimen Di Perairan Pelabuhan Belawan, 2008. USU Repository © 2009 Gambar 3.5 Grafik Hubungan Curah Hujan, debit Sungai Deli dan Belawan dengan pengendapan di alur 3.4 Hidrooseanografi 3.4.1 Pasang Surut Pasang surut di Belawan termasuk pasang surut tipe semi diurnal. Elevasi muka air acuan di daerah Belawan berdasarkan literatur adalah sebagai berikut: Highest High Water Springs HHWS + 2.9 m Mean High Water Springs MHWS + 2.4 m Mean High Water Neaps MHWN + 1.8 m Mean Sea Level MSL + 1.5 m Mean Low Water Neaps MLWN + 1.2 m Mean Low Water Springs MLWS + 0.5 m Low Water Springs LWS + 0.0 m Lowest Low Water Springs LLWS - 0.1 m 3.4.2 Gelombang Gelombang dibentuk oleh angin karena adanya proses pengalihan energi dari angin ke badan laut melalui permukaannya. Karena sifat air yang tidak dapat menyerap energi, maka energi ini diubah kedalam bentuk gelombang yang kemudian dibawa ke pantai. Di pantai energi ini dilepaskan dengan Ilga Widya Panca Iskandar : Studi Karakteristik Sedimen Di Perairan Pelabuhan Belawan, 2008. USU Repository © 2009 pecahnya gelombang. Gelombang yang dibangkitkan dengan angin adalah sumber yang utama dalam pemasukan energi ke daerah pesisir dan merupakan penyebab utama dalam proses perubahan bentuk pantai. Gelombang yang terjadi di sepanjang garis pantai Belawan berasal dari gelombang laut dalam dari arah utara ke timur laut, yang dibangkitkan sesuai fetch di perairan Selat Malaka. Gelombang ini terjadi pada saat muson timur laut yang terjadi dari November hingga Maret. Gelombang ini merupakan gelombang signifikan yang merupakan penyebab utama terjadinya sedimenasi di pintu masuk alur pelayaran Belawan. 3.4.3 Sedimen Pada studi Hidraulik fase I di Pelabuhan Belawan telah dilakukan suatu studi untuk mengetahui jenis sedimen dasar laut sepanjang alur masuk Pelabuhan Belawan. Secara garis besar, sedimentasi yang terjadi di Pelabuhan Belawan berdasarkan studi tersebut adalah sebagai berikut: 3.4.3.1 Kandungan sedimen pada sungai Dari studi hidraulik di identifikasi bahwa kandungan sedimen pada sungai menyumbang sebanyak 17 dari jumlah total material pada alur masuk pelabuhan. 3.4.3.2 Kandungan Litoral litoral drift Lumpur yang terbawa oleh gelombang membentuk suatu lapisan sedimen konsentrasi tinggi pada dasar laut. Yang mana lapisan tersebut akan dibawa oleh arus masuk pelabuhan. Ilga Widya Panca Iskandar : Studi Karakteristik Sedimen Di Perairan Pelabuhan Belawan, 2008. USU Repository © 2009 Pengendapan di alur masuk pelabuhan disebabkan oleh gelombang yang membawa lumpur dari pantai ke dasar laut. Material sedimen ini terbawa oleh arus pasang surut dan arus yang sejajar pantai dan terendapkan di alur masuk pelabuhan. 3.4.3.3 Transport Sedimen di Pantai Seperti yang telah dijabarkan diatas akan terdapat partikel-partikel sedimen dari aliran yang berasal dari hulu pada lapisan bagian bawah Sungai Belawan. Terdapat sedimen layang dengan konsentrasi tinggi pada lapisan bagian bawah yang berbatasan langsung dengan sungai. Hal ini yang paling menentukan dalam besar transport sedimen di sungai. Sedimen tersebut terbawa sampai ke kolam pada saat pasang tertinggi dan terendapkan pada saat surut. Analisis jenis sedimen dasar didasarkan pada tekstur butiran yang merupakan keadaan permukaan sedimen yang bersangkutan. Jenis butiran dibagi dalam beberapa kelompok: kerikil gravel, pasir sand, lanau silt, dan lempung clay. Dalam sistem klasifikasi sedimen berdasarkan tekstur butiran, diberi nama atas dasar komponen utama yang dikandungnya, misalnya lempung berpasir sandy clay dll. Sesuai dengan data yang diperoleh yaitu D 10 , D 30 , D 50 , D 60 , dan Cu dan Cc. Maka disusun klasifikasi sedimen yang terdapat di setiap stasiun. Sistem klasifikasi yang digunakan dengan menggunakan pendekatan USDA sesuai dengan gambar 3.6. Ilga Widya Panca Iskandar : Studi Karakteristik Sedimen Di Perairan Pelabuhan Belawan, 2008. USU Repository © 2009 Menurut USDA klasifikasi yang sesuai adalah sebagai berikut: Pasir : butiran dengan diameter 2,0 sampai dengan 0,05 mm Lanau : butiran dengan diameter 0,05 sampai dengan 0,002 mm Lempung : butiran dengan diameter lebih kecil dari 0,002 mm Gambar 3.6 Klasifikasi Tanah menurut USDA 3.6 Pengerukan Sungai Belawan membawa sedimen dalam jumlah yang banyak yang terendapkan di sepanjang pantai dan muara. Alur masuk pelabuhan Belawan dan Kolam Citra mempunyai kadar sedimenasi yang tinggi, sehingga diperlukan Ilga Widya Panca Iskandar : Studi Karakteristik Sedimen Di Perairan Pelabuhan Belawan, 2008. USU Repository © 2009 pemeliharaan yang berupa pengerukan berkala sebanyak 2 kali setahun untuk alur pelayaran dan 1 kali setahun untuk kolam pelabuhan. Pengerukan selalu diawali dengan survey batimetri dengan cara sounding alur dan kolam palabuhan yang disebut dengan istilah predredging, untuk mengetahui volume sedimen yang akan dikeruk. Setelah pengerukan juga dilakukan sounding sebagai prosedur pemeriksaan yang disebut dengan istilah final sounding. Ilga Widya Panca Iskandar : Studi Karakteristik Sedimen Di Perairan Pelabuhan Belawan, 2008. USU Repository © 2009

BAB IV ANALISA DATA