Henny Sahara : Kombinasi Alat Penyambung Paku Dan Baut Pada Kolom Pendek Kayu Meranti Dengan Pembebanan Aksial Tekan Berdasarkan Pkki Ni-5 2002 Eksperimen, 2010.
d. Kesan raba pada permukaan kayu licin atau agak licin
e. Berat jenisnya tergantung klasifikasinya. Meranti merah rinagan berat
jenis kurang dari 6 dan meranti merah berat memiliki berat jenis lebih dari 6.
f. Kelas kuat II- IV dan kelas awet III – V.
g. Kembang susut dan daya retak sedang dan kekerasannnya sedang
sampai kuat. h.
Pengerjaan dan pengeringan mudah untuk dilakukan.
2. Meranti Kuning
a. Warna kayu : Kayu teras berwarna coklat-kuning muda pada S.
accuminatissima, S. gibbosa dan S. multiflora, kadang-kadang semu- semu hijau pada S. hopeifolia atau coklat muda semu-semu kuning
pada S. faguetiana. Kayu gubal yang masih segar berwarna lebih muda dan seringkali lebih kuning dari kayu teras, nampak jelas pada
ujung dolok karena pewarnaan oleh jamur dan damar. Warna kuning cerah pada kayu gubal yang masih segar menjadi coklat-kuning muda,
lebih muda dari kayu teras. Kayu gubal yang telah kering biasanya berwarna kelabu karena pewarnaan oleh jamur, tebalnya antara 5 –
7,5 cm. b.
Tekstur kayu agak kasar dan merata, lebih halus dari meranti merah dan meranti putih.
c. Arah serat berpadu, tetapi tidak begitu menyolok.
d. Kelas kuat terletak pada III – II dan kelas awet pada kelas III – IV.
e. Daya retak dan kekerasan sedang.
Henny Sahara : Kombinasi Alat Penyambung Paku Dan Baut Pada Kolom Pendek Kayu Meranti Dengan Pembebanan Aksial Tekan Berdasarkan Pkki Ni-5 2002 Eksperimen, 2010.
f. Berat jenis pada keaadaan kering udara berkisar antara 0.51 – 0.66.
g. Kayu Meranti kuning mudah dikerjakan sampai halus dan dapat
diserut sampai mengkilap serta dapat digergaji melintang dengan baik.
3. Meranti Putih
a. Warna kayu terasnya kayu teras berwarna hampir putih jika masih
segar, lambat laun menjadi coklat kuning atau kuning muda, permukaan kayu menjadi berwarna lebih gelap semu-semu coklat jika
lama berhubungan dengan udara atau cahaya. Kayu gubal berwarna putih, lambat laun menjadi coklat-kuning muda, agak jelas sampai
jelas berbeda dengan kayu teras, tebal 4 – 7 cm, biasanya 5 – 6 cm. b.
Tekstur kayu agak kasar dan merata, tatapi lebih halus dari meranti merah.
c. Arah serat jarang lurus, biasanya berpadu sampai sangat berpadu,
kadang-kadang bergelombang. d.
Kesan raba pada permukaan kayu agak licin. e.
Kelas awet berada pada kelas II – IV dan kelas kut berada pada kelas II –III.
f. Kayu meranti putih agak keras dan sukar dikerjakan serta cepat
menumpulkan alat, karena mengandung silika. g.
Berat jenis meranti putih pada keadaan kering udara adalah rata – rata 0,50 – 0,76.
h. Modulus elastisitasnya berkisar antara 127 – 129 x 1000 kgcm²
i. Keteguhan tekan sejajar arah serat 256 – 451 kgcm²
Henny Sahara : Kombinasi Alat Penyambung Paku Dan Baut Pada Kolom Pendek Kayu Meranti Dengan Pembebanan Aksial Tekan Berdasarkan Pkki Ni-5 2002 Eksperimen, 2010.
Kegunaan kayu meranti secara umum baik untuk meranti merah, meranti kuning dan meranti putih pada konstruksi ringan, perkakas rumah tangga, kayu lapis
dan digunakan pada industri perkapalan digunakan pada kulit dan dudukan mesin. Untuk keperluan Tugas Akhir ini jenis meranti yang digunakan adalah meranti putih.
II. 4 Tegangan Bahan Kayu
Istilah kekuatan atau tegangan pada bahan seperti kayu adalah kemampuan bahan untuk mendukung beban luar atau beban yang berusaha merubah bentuk dan
ukuran bahan tersebut. Akibat beban luar yang bekerja ini menyebabkan timbulnya gaya – gaya dalam pada bahan yang berusaha menahan perubahan ukuran dan bentuk
bahan. Gaya dalam ini disebut dengan tegangan yang dinyatakan dalam Pound ft
2
. Dibeberapa negara satuan tegangan ini mengacu ke sistem Internasional SI yaitu
N mm
2
. Perubahan ukuran atau bentuk ini dikenal sebagai deformasi atau regangan.
Jika tegangan yang bekerja kecil maka regangan atau deformasi yang terjadi juga kecil dan jika tegangan yang bekerja besar maka deformasi yang terjadi juga besar.
Jika kemudian tegangan dihilangkan maka bahan akan kembali kebentuk semula. Kemampuan bahan untuk kembali kebentuk semula tergantung pada besar sifat
elastisitasnya. Jika tegangan yang diberikan melebihi daya dukung serat maka serat – serat akan putus dan terjadi kegagalan atau keruntuhan.
Deformasi sebanding dengan besarnya beban yang bekerja sampai pada satu
titik . Titik ini adalah Limit Proporsional. Setelah melewati titik ini besarnya
deformasi akan bertambah lebih cepat dari besarnya beban yang diberikan . Hubungan antara beban dan deformasi ditunjukkan pada gambar II.7 berikut .
Henny Sahara : Kombinasi Alat Penyambung Paku Dan Baut Pada Kolom Pendek Kayu Meranti Dengan Pembebanan Aksial Tekan Berdasarkan Pkki Ni-5 2002 Eksperimen, 2010.
Gambar II.8 Hubungan antara beban tekan dengan deformasi untuk tarikan dan tekanan
Kayu memiliki beberapa tegangan, pada satu jenis tegngan nilainya besar dan untuk jenis tegangan yang lain nilainya kecil. Sebagai contoh tegangan tekan
cenderung memperpendek kayu sedangkan tegangan tarik akan memperpanjang kayu. Biasanya kayu akan menderita kombinasi dari beberapa tegangan yang terjadi
secara bersamaan meski salah satu jenis tegangan lebih mendominasi. Kemampuan untuk melentur bebas dan kembali kebentuk semula tergantung kepada elastisitas,
dan kemampuan untuk menahan terjadinya perubahan bentuk disebut dengan kekakuan.
Modulus elastisitas adalah ukuran hubungan antara tegangan dan regangan dalam limit proporsional yang memberikan angka umum untuk menyatakan
kekakuan atau elastis suatu bahan. Semakin besar modulus elastisitas kayu, maka kayu tersebut semakin kaku.
Beban
Deformasi Tarikan
Tekanan Limit Proporsional
Limit Proporsional
Henny Sahara : Kombinasi Alat Penyambung Paku Dan Baut Pada Kolom Pendek Kayu Meranti Dengan Pembebanan Aksial Tekan Berdasarkan Pkki Ni-5 2002 Eksperimen, 2010.
Istilah getas digunakan untuk mendeskripsikan deformasi yang terjadi sebelum patah. Dapat diperhatikan bahwa sifat getas ini bukan menyatakan
kelemahan. Sebagai contoh, besi tuang dan kapas adalah bahan yang getas, walaupun besarnya beban yang dibutuhkan untuk mengakibatkannya hancur sangat berbeda.
Dalam mencari karakteristik kekuatan kayu ada dua cara yang dapat dilakukan. Pertama, dengan pengujian langsung di lapangan. Kedua, dengan
penelitian. Karena pelaksanaan pengujian di lapangan memerlukan biaya yang besar maka pengujian dengan penelitian merupakan alternatif pemilihan.
Pada penelitian ada 2 dua jenis pengujian yang dapat dilakukan. Pengujian dengan menggunakan sampel kecil dan pengujian kayu sebagai struktural. Pengujian
dengan menggunakan sampel penting untuk tujuan komparatif, yang memberikan indikasi bahwa sifat-sifat kekuatan setiap jenis-jenis kayu berbeda. Karena pengujian
dirancang untuk menghindari pengaruh kerusakan lain, sehingga hasilnya tidak menunjukkan beban aktual yang mampu diterima dan faktor yang harus digunakan
untuk mendapatkan tegangan kerja yang aman. Pengujian kayu dengan bentuk struktural lebih mendekati kondisi penggunaan yang sebenarnya. Secara khusus
dianggap penting karena dapat mengamati kerusakan seperti pecah-pecah. Kelemahan pada pengujian ini adalah memerlukan biaya yang besar dan
pekerjaannya sulit karena membutuhkan kayu dalam jumlah yang besar dan butuh waktu yang lebih lama. Selain itu, faktor pemilihan bahan dalam ukuran yang besar
dengan kualitas yang seragam menjadi sangat penting dibandingkan dengan pemilihan sampel dalam ukuran kecil.
Pengujian dengan menggunakan sampel kecil telah memiliki standar pengujian. Karena sifat kekuatan kayu sangat dipengaruhi oleh kandungan air,
Henny Sahara : Kombinasi Alat Penyambung Paku Dan Baut Pada Kolom Pendek Kayu Meranti Dengan Pembebanan Aksial Tekan Berdasarkan Pkki Ni-5 2002 Eksperimen, 2010.
pengujian dapat dilakukan dalam kondisi terpisah. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan material kayu yang memiliki kandungan standar. Pengujian dilakukan
pada bahan kering udara dengan kadar air yang diketahui dan angka-angka kekuatan tersebut dikoreksi terhadap kandungan air standar. Ketelitian dibutuhkan untuk
mengeliminasi faktor-faktor yang dapat membuat variasi sifat kekuatan. Pengujian dengan sampel kecil dari jenis-jenis kayu yang berbeda-beda kini
telah dilakukan, dan banyak batasan data yang diperoleh. Angka-angka yang diterbitkan untuk kayu yang berbeda-beda dapat dibandingkan dengan metode
pengujian yang telah distandarkan. Angka-angka ini sendiri dapat dipakai dalam memperhitungkan tegangan kerja karena faktor koreksi telah diperhitungkan.
Umumnya secara empiris hanya sedikit karakteristik kekuatan kayu yang diketahui. Sebagai contoh adalah kualitas kayu oak, kayu jati, dan kayu damar
sebagai bahan struktur. Hasil pengujian berdasarkan nilai tegangan dan regangan dari kayu tersebut. Nilai tegangan diperoleh dari besarnya beban per luas penampang
yang dibebani, dinyatakan dalam Nmm², atau :
Penampang Luas
Beban Tegangan
= σ
Dan regangan didefinisikan sebagai deformasi per ukuran semula yaitu :
Mula Mula
Panjang Deformasi
gangan −
= Re
ε
Ada beberapa jenis tegangan yang dapat dialami oleh suatu material, yaitu tegangan tekan Compression Strength, tegangan tarik Tensile Strength, dan
tegangan lentur Bending Strength. Pada tegangan tekan, material mengalami tekanan pada luasan tertentu yang menyebabkan timbulnya tegangan pada material
dalam menahan tekanan tersebut sampai batas keruntuhan dan diambil sebagai nilai
Henny Sahara : Kombinasi Alat Penyambung Paku Dan Baut Pada Kolom Pendek Kayu Meranti Dengan Pembebanan Aksial Tekan Berdasarkan Pkki Ni-5 2002 Eksperimen, 2010.
tegangan tekan. Demikian pula dengan tarikan, tegangan tarik timbul akibat adanya gaya dalam pada material yang berusaha menahan beban tarikan yang terjadi.
Kemampuan maksimum material menahan tarikan adalah sebagai sebagai tegangan tarik lihat Gambar II.9.
Gambar II.9 Tegangan tekan dan tegangan tarik Tegangan yang bekerja :
A P
tr tk
tr tk
= σ
…………………………. 2.1 Dimana :
tr tk
= Tegangan tekantarik yang terjadi kgcm² P
tr tk
= Beban tekan tarik yang terjadi kg A = Luas penampang yang menerima beban cm²
Secara teoritis, semakin ringan kayu maka semakin kurang kekuatannya, demikian juga sebaliknya. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa kayu-kayu yang
berat sekali juga kuat sekali. Kekuatan, kekerasan dan sifat teknik lainnya adalah berbanding lurus dengan berat jenisnya. Tentunya hal ini tidak terlalu sesuai, karena
susunan dari kayu tidak selalu sama.
Tekanan
Teg. Tekan Tarikan
Teg. Tarik
Henny Sahara : Kombinasi Alat Penyambung Paku Dan Baut Pada Kolom Pendek Kayu Meranti Dengan Pembebanan Aksial Tekan Berdasarkan Pkki Ni-5 2002 Eksperimen, 2010.
A. Kuat Acuan Berdasarkan Pemilahan Secara Mekanis
Pemilahan secara mekanis untuk mendapatkan modulus elastisitas lentur harus dilakukan dengan mengikuti standar pemilahan mekanis yang baku.
Berdasarkan modulus elastis lentur yang diperoleh secara mekanis, kuat acuan lainnya dapat diambil mengikuti tabel II.1. Kuat acuan yang berbeda dengan Tabel
II.1 dapat digunakan apabila ada pembuktian secara eksperimental yang mengikuti standar-standar eksperimen yang baku.
Tabel II.1 Nilai Kuat Acuan MPa Berdasarkan Atas Pemilahan Secara Mekanis pada Kadar Air 15
Berdasarkan PKKI NI - 5 2002
KODE MUTU
E
w
F
b
F
t
F
c
F
v
F
⊥ c
E26 E25
E24 E23
E22 E21
E20 E19
E18 E17
E16 E15
E14 E13
E12 E11
E10 25000
24000 23000
22000 21000
20000 19000
18000 17000
16000 15000
14000 13000
14000 13000
12000 11000
66 62
59 56
54 56
47 44
42 38
35 32
30 27
23 20
18 60
58 56
53 50
47 44
42 39
36 33
31 28
25 22
19 17
46 45
45 43
41 40
39 37
35 34
33 31
30 28
27 25
24 6,6
6,5 6,4
6,2 6,1
5,9 5,8
5,6 5,4
5,4 5,2
5,1 4,9
4,8 4,6
4,5 4,3
24 23
22 21
20 19
18 17
16 15
14 13
12 11
11 10
9 Dimana : E
w
= Modulus elastis lentur F
c
= Kuat tekan sejajar serat F
b
= Kuat lentur F
t
= Kuat tarik sejajar serat
Henny Sahara : Kombinasi Alat Penyambung Paku Dan Baut Pada Kolom Pendek Kayu Meranti Dengan Pembebanan Aksial Tekan Berdasarkan Pkki Ni-5 2002 Eksperimen, 2010.
F
v
= Kuat geser F
⊥ c
= Kuat tekan tegak lurus serat
B. Kuat Acuan Berdasarkan Pemilahan Secara Visual
Pemilahan secara visual harus mengikuti standar pemilahan secara visual yang baku. Apabila pemeriksaan visual dilakukan berdasarkan atas pengukuran berat
jenis, maka kuat acuan untuk kayu berserat lurus tanpa cacat dapat dihitung dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Kerapatan pada kondisi basah berat dan volume diukur pada kondisi basah,
tetapi kadar airnya lebih kecil dari 30 dihitung dengan mengikuti prosedur baku. Gunakan satuan kgm³ untuk
. b.
Kadar air, m m 30, diukur dengan prosedur baku. c.
Hitung berat jenis pada m G
m
dengan rumus : G
m
=
ρ
[1000 1 + m100] ……………………… 2.2
d. Hitung berat jenis dasar G
b
dengan rumus : G
b
= G
m
[1 + 0,265 a G
m
] dengan a = 30 – m 30…………… 2.3 e.
Hitung berat jenis pada kadar air 15 G
15
dengan rumus : G
15
= G
b
1 – 0,133 G
b
…………………….... 2.4 f.
Hitung estimasi kuat acuan, dengan modulus elastisitas lentur Ew = 16500 G
0.7
, dimana G : Berat jenis kayu pada kadar air 15 = G
15
. Untuk kayu dengan serat tidak lurus danatau mempunyai cacat kayu,
estimasi nilai modulus elastis lentur acuan pada point f harus direduksi dengan mengikuti ketentuan pada SNI Standar Nasional Indonesia 03-3527-1994 UDC
Universal Decimal Classification 691.11 tentang “Mutu Kayu Bangunan“ yaitu
Henny Sahara : Kombinasi Alat Penyambung Paku Dan Baut Pada Kolom Pendek Kayu Meranti Dengan Pembebanan Aksial Tekan Berdasarkan Pkki Ni-5 2002 Eksperimen, 2010.
dengan mengalikan estimasi nilai modulus elastis lentur acuan dari Tabel II.1 tersebut dengan nilai rasio tahanan yang ada pada Tabel II.2 yang bergantung pada
kelas mutu kayu . Kelas mutu kayu ditetapkan dengan mengacu pada Tabel II.3.
Tabel II.2 Nilai Rasio Tahanan KELAS MUTU
NILAI RASIO TAHANAN
A B
C 0.80
0.63 0.50
Tabel II.3 : Cacat Maksimum Untuk Setiap Kelas Mutu Kayu
Macam Cacat Kelas Mutu A
Kelas Mutu B Kelas Mutu C
Mata Kayu : Terletak di muka lebar
16 lebar kayu 14 lebar kayu
12 lebar kayu Terletak di muka sempit
18 lebar kayu 16 lebar kayu
14 lebar kayu Retak
15 tebal kayu 16 tebal kayu
12 tebal kayu Pingul
110 tebal atau 16 tebal atau
14 tebal atau lebar kayu
lebar kayu lebar kayu
Arah serat 1:13
1:9 1:6
Saluran Damar 15 tebal kayu
25 tebal kayu 12 tebal kayu
eksudasi tidak diperkenankan
Gubal Diperkenankan
Diperkenankan Diperkenankan
Lubang serangga Diperkenankan
Diperkenankan asal Diperkenankan
asal terpencar dan terpencar dan
asal terpencar dan ukuran dibatasi
ukuran dibatasi dan ukuran dibatasi
dan tidak ada tidak ada tanda-
dan tidak ada tanda-tanda
tanda serangga tanda-tanda
serangga hidup hidup
serangga hidup Cacat lain lapuk, hati
Tidak Tidak
Tidak rapuh, retak melintang
diperkenankan diperkenankan
diperkenankan
Henny Sahara : Kombinasi Alat Penyambung Paku Dan Baut Pada Kolom Pendek Kayu Meranti Dengan Pembebanan Aksial Tekan Berdasarkan Pkki Ni-5 2002 Eksperimen, 2010.
II. 5 Sambungan Mekanis
2. Penyimpangan arah serat
Umum
Karena alasan geometrik, pada kayu sering diperlukan sambungan untuk memperpanjang kayu atau menggabungkan beberapa batang kayu. Sambungan
merupakan bagian terlemah dari kayu. Kegagalan konstruksi kayu lebih sering disebabkan karena kegagalan sambungan kayu bukan karena material kayu itu
sendiri. Kegagalan dapat berupa pecah kayu diantara dua sambungan, alat sambung yang membengkok atau lendutan yang melampaui lendutan izin.
Beberapa hal yang menyebabkan rendahnya kekuatan sambungan kayu menurut Awaluddin Konstruksi kayu, 2000 adalah :
1. Pengurangan luas tampang. Pemasangan alat sambung sepertu baut, pasak dan gigi menyebabkan luas efektif
tampang berkurang sehingga kekuatannya juga menjadi rendah jika dibanding dengan kayu yang penampang utuh.
Pada buhul sering terdapat gaya yang sejajar serat pada satu batang tetapi tidak dengan batang kayu yang lain. Karena kekuatan kayu yang tidak sejajar serat
lebih kecil maka kekuatan sambungan harus didasarkan pada kekuatan kayu yang terkecil atau tidak sejajar serat.
3. Terbatasnya luas sambungan Jika alat sambung ditempatkan saling berdekatan pada kayu memikul geser
sejajar serat maka kemungkinan pecah kayu sangat besar karena kayu memiliki kuat geser sejajar serat yang kecil. Oleh karena itu penempatan alat sambung
harus mengikuti aturan jarak minimal antar alat sambung agar terhindar dari
Henny Sahara : Kombinasi Alat Penyambung Paku Dan Baut Pada Kolom Pendek Kayu Meranti Dengan Pembebanan Aksial Tekan Berdasarkan Pkki Ni-5 2002 Eksperimen, 2010.
pecahnya kayu. Dengan adanya ketentuan jarak tersebut maka luas efektif sambungan luas yang dapat digunakan untuk penempatan alat sambung akan
berkurang pula. Dengan kata lain, sambungan yang baik adalah sambungan dengan ciri–ciri
sebagai berikut : 1.
Pengurangan luas kayu yang digunakan untuk penempatan alat sambung relatif kecil bahkan nol.
2. Memiliki nilai banding antara kuat dukung sambungan dengan kuat ultimit
batang yang disambung tinggi. 3.
Menunujukkan perilaku pelelehan sebelum mencapai keruntuhan daktail. 4.
Memiliki angka penyebaran panas yang rendah. 5.
Murah dan mudah di dalam pemasangannya. Selain itu beberapa hal yang perlu diperhatikan pada perencanaan sambungan
berkaitan dengan rendahnya kekuatan sambungan yaitu : 1.
Eksentrisitas sambungan yang menggunakan beberapa alat sambung, maka titk berat kelompok alat sambung harus ditempatkan pada garis kerja gaya
agar tidak timbul momen yang dapat menurunkan kekuatan sambungan. 2.
Sesaran Slip Sesaran yang terjadi pada sambungan kayu terbagi menjadi dua. Sesaran yang
pertama adalah sesaran awal yang terjadi akibat adanya lubang kelonggaran yang dipergunakan untuk mempermudah penempatan alat sambung. Selama
sesaran awal, alat sambung belum memberikan perlawanan terhadap gaya sambungan yang bekerja. Pada sambungan dengan beberapa alat sambung,
kehadiran sesaran awal yang tidak sama diantara alat sambung dapat
Henny Sahara : Kombinasi Alat Penyambung Paku Dan Baut Pada Kolom Pendek Kayu Meranti Dengan Pembebanan Aksial Tekan Berdasarkan Pkki Ni-5 2002 Eksperimen, 2010.
menurunkan kekuatan sambungan secara keseluruhan. Setelah sesaran awal terlampaui, maka sesaran berikutnya akan disertai oleh gaya perlawanan
tahanan lateral dari alat sambung. 3.
Mata kayu Adanya mata kayu dapat mengurangi luas tampang kayu sehingga
mempengaruhi kekuatan kayu terutama kuat tarik dan kuat tekan sejajar serat.
Jenis – Jenis Sambungan
Jenis – jenis sambungan dibedakan menjadi sambungan satu irisan menyambungkan dua batang kayu, dua irisan menyambungkan tiga irisan dan
seterusnya. Selain itu juga ada dikenal jenis sambungan takik. Menurut sifat gaya yang bekerja pada sambungan, sambungan dibedakan atas sambungan desak,
sambungan tarik dan sambungan momen.
Alat Sambung Mekanik
Berdasarkan interaksi gaya – gaya yang terjadi pada sambungan, alat sambung mekanik di bagi atas dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok
yang kekuatan sambungan berasal dari interaksi antar kuat lentur alat sambung dengan kuat desak atau kuat geser kayu.. Kelompok kedua adalah kelompok alat
sambung yang kekuatan sambungannya ditentukan oleh luas bidang dukung kayu yang disambungnya. Yang tergolong kelompok pertama adalah paku dan baut.
Sedangkan kelompok kedua adalah pasak kayu Koubler, cincin belah split ring , pelat geser, spike grid, single atau double sided toothed plate dan toothed ring.
Henny Sahara : Kombinasi Alat Penyambung Paku Dan Baut Pada Kolom Pendek Kayu Meranti Dengan Pembebanan Aksial Tekan Berdasarkan Pkki Ni-5 2002 Eksperimen, 2010.
Pada tugas akhir ini yang digunakan adalah alat sambung jenis pertama yaitu paku dan baut. Berikut akan diuraikan dengan jelas dari kedua alat sambung tersebut.
A. Paku
1. Umum
Alat ambung paku masih sering dijumpai pada struktur atap, lantai, dinding atau struktur rangka rumah. Paku tersedia dalam dua jenis yaitu paku bulat dan paku
ulir. Paku bulat kekuatannya lebih rendah dari paku ulir, karena koefisien gesekan paku ulir lebih besar sehingga tahanan cabutnya lebih besar. Diameter paku
dipasaran antara 2,75mm sampai 8mm dengan panjang 40mm sampai 200mm. Ketebalan kayu yang yang disambung antara 20mm sampai 40mm.
Tabel II.4 Tebal Kayu yang diperkenanakan untuk beberapa ukuran Paku NO.
TEBAL KAYU MM
NAMA PAKU DIAMETER
PAKU MM PANJANG
PAKU MM
1 20
2”BWG12 2.8
51 2
20 - 25 2.5”BWG11
3.1 63
3 20 - 30
3”BWG10 3.4
76 4
25 - 35 3.5”BWG9
3.8 89
5 30 - 40
4”BWG8 4.2
102 6
40 4.5”BWG6
5.2 114
Paku dipasang dengan cara dipukul. Agar terhindar dari pecahnya kayu, pemasangan paku dapat didahului oleh lubang penuntun. Diameter lubang penuntun tidak boleh
melebihi : 0.9D untuk G 0.6, dan 0.75D untuk G ≤ 0.6
Dimana G adalah berat jenis kayu dan D adalah diameter batang paku.
Henny Sahara : Kombinasi Alat Penyambung Paku Dan Baut Pada Kolom Pendek Kayu Meranti Dengan Pembebanan Aksial Tekan Berdasarkan Pkki Ni-5 2002 Eksperimen, 2010.
Untuk perencanaan sambungan dengan menggunakan alat sambung paku maka analisis terhadap sambungannya mengikuti aturan yang telah ditetapkan SNI-5
PKKI 2002.
2. Geometri Sambungan Paku