Fisiologi BERA Brainstem Evoked Response Audiometry BERA

16

2.3. Brainstem Evoked Response Audiometry BERA

Brainstem Evoked Response Audiometri BERA atau istilah lainnya Audiometry Brainstem Response ABR adalah suatu pemeriksaan elektrofisiologi auditorik untuk menilai integritas dari sistem pendengaran sentral dan perifer secara objektif dan tidak infasif. 1,2,3 PemeriksaanBERA merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan memberikan stimulus berupa bunyi click atau toneburst untuk menilai fungsi dari saraf pendengaran dibatang otak. 1,8 Pemeriksaan ini biasa digunakan untuk memperkirakan sensitivitas pendengaran, alat diagnosis fungsi sistem saraf pusat pendengaran, skrining pendengaran pada bayi baru lahir dan anak, serta digunakan untuk memonitor fungsi saraf pusat pendengaran selama operasi. 1, 2

2.3.1. Fisiologi BERA

Pemeriksaan BERA akan mengukurevoked potentialberupa aktivitas listrik yang dihasilkan oleh N.VIII, pusat-pusat neural dan traktus di dalam batang otak terhadap respon dari stimulus bunyi yang diberikan. 10,11 Stimulus bunyi yang digunakan berupa bunyi click atau toneburst yang diberikan melalui headphone, insert probe atau bone vibrator.Pada pemberian stimulus melalui insert probe akan didapat stimulus yang paling efisien. Stimulus clickmerupakan stimulus yang sering dipakai karena memiliki impuls listrik dengan onset cepat dan durasi yang sangat singkat 0,1ms menghasilkan respon pada frekuensi rata-rata 2000-4000 Hz. Kelemahan pada pemeriksaan dengan menggunakan stimulus click adalah tidak bisa menghasilkan frekuensi yang spesifik. Tone burst juga merupakan stimulus dengan durasi yang singkat namun memiliki frekuensi yang spesifik. Prinsip polaritas stimulus adalah perubahan posisi membran earphone akibat tekanan suara akan merubah posisi membran timpani. Tekanan positif akan menggerakkan membran timpani ke arah dalam condensation, ke arah luar rarefaction dan secara bergantian secara berturut-turut alternating polarity. Stimulus yang menyebabkan gerakan membran timpani kearah luar rarefaction akan menggerakan oval window kearah luar, diikuti oleh gerakan membran basilaris koklea keatas yang akan menimbulkan depolarisasi. Sebaliknya stimulus 17 yang mendorong membran timpani ke arah dalam condensation akan menggerakkan oval window kearah dalam diikuti gerakan membran basilar ke arah bawah kemudian diikuti gerakan membran basilar keatas dan terjadi depolarisasi. Depolarisasi yang terjadi akan menyebabkan sel rambut melepaskan neurotransmiteryang akan menimbulkan potensial aksi dari saraf auditorik yang selanjutnya akan direkam oleh elektoda yang telah ditempelkan pada kulit bagian verteks dan kulit daerah mastoid. 2.3.2.Metode Pemeriksaan Brainstem Evoked Response Audiometry BERA Gambar 2.3.2. Pemeriksaan BERA Pemeriksaan BERA dilakukan diruangan yang tenang dan terlindung dari medan elektrik. Subyek diperiksa dengan posisi tidur telentang dan relaks karena aktivitas otot dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan BERA. Ketegangan otot karena cemas atau gerakan kuat mengatupkan rahang dapat menghasilkan energi bising miogenik pada frekuensi 50-250 Hz, sehingga dapat mempengaruhi hasil BERA. Pada pemeriksaan BERA akan dilakukan perekaman gelombang sebagai respons terhadap stimulus auditorik berupaevoked potential yang sinkron. Perekaman ini dilakukan melalui pemasangan elektroda permukaan surface electrode yang ditempelkan pada vertekskulit kepala dahi, processus mastoid ipsilateral dengan rangsangan suara dan mastoid kontralateral sebagai elektroda referensi. 1,6 setelah elektroda terpasang, stimulus akan diberikan melalui headphoneunilateral pada sisi telinga yang diperiksa. Stimulus yang diberikan berupa stimulus click atau tone burst. Intensitas yang diberikan dimulai dari 80 18 dBnHL, kemudian diturunkan tiap 10 dB nHL sampai tercapai ambang dengar. Rangsang suara diberikan mulai dari 20sec. Reaksi yang didapat adalah hasil rangsangan 2000 sweep melalui alat averager.Kemudian diproses melalui program komputer dan ditampilkan sebagai lima gelombang defleksi positif gelombang I-V setelah stimulus diberikan. 12 2.3.3.Analisis gelombang BERA Pada pemeriksaan BERA akan dihasilkan tujuh gelombang potensial listrik yang menggambarkan potensial listrik yang berjalan melalui N.VIII dan saraf pendengaran di batang otak. Lima gelombang pertama yang tergambar pada hasil pemeriksaan merupakan gelombang yang terpenting. Masing-masing dari gelombang tersebut menggambarkan potensial listrik yang timbul di tempat yang spesifik pada sistem saraf pusat pendengaran, yaitu;  Gelombang I menggambarkan potensial yang muncul dari N. VIII di koklea  Gelombang II menggambarkan potensial yang muncul dari nukleus koklearis  Gelombang III dari kompleks olivari superior setinggi pons  Gelombang IV dari lemniskus lateralis  Gelombang V dari kolikulus inferior setinggi otak bagian tengah. 6 Salah satu faktor penting dalam menganalisa gelombang BERA adalah menentukan masa laten, yaitu waktu milidetik yang diperlukan sejak stimulus diberikan sampai terjadi evoked potential untuk masing-masing gelombang gelombang I-V. Terdapat 3 jenis masa laten,yaitu; 1. Masa laten absolute, yaitu waktu milidetik yang diperlukan sejak stimulus diberikan sampai terjadi evoked potential untuk masing-masing gelombang gelombang I, II, III, IV dan gelombang V 2. Masa laten antar gelombang intervawe latencyatau interpeak latency, yaitu selisih waktu antar gelombang, misalnya masa laten antar gelombang I – III, III – V dan I – V. 19 3. Masa laten antar telinga interaural latency, yaitu membandingkan masa laten absolut gelombang yang sama pada kedua telinga. 1 Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemanjangan masa laten fisiologik yang terjadi bila intensitas stimulus diperkecil. Pemanjangan masa laten pada beberapa frekuensi menunjukkan adanya suatu gangguan konduksi. 1 2.3.4. Karakteristik gelombang BERA pada pendengaran normal Tabel 2.3.4.

Dokumen yang terkait

Hubungan Kehamilan Dengan Gangguan Pendengaran Dan Fungsi Koklea Berdasarkan Pemeriksaan Audiometri Nada Murni Dan Transient Evoked Otoacoustic Emission (TEOAE)

1 44 93

Analisa Kecenderungan Tingkat Perkawinan Pertama Usia Dibawah 21 Tahun (Muslim) Tahun 1999 - 2003 Untuk Meramalkan Tingkat Perkawinan Pertama Tanun 2004 - 2008 Di Kecamatan Hinai-Kabupaten Langkat Dengan Metode Time Series

0 22 83

PENGARUH PEMBERIAN CONE DRILL EXERCISE TERHADAP TINGKAT KELINCAHAN PADA PEMAIN FUTSAL USIA 19 -21 TAHUN Pengaruh Pemberian Cone Drill Exercise Terhadap Tingkat Kelincahan Pada Pemain Futsal Usia 19 -21 Tahun.

0 1 16

PENDAHULUAN Pengaruh Pemberian Cone Drill Exercise Terhadap Tingkat Kelincahan Pada Pemain Futsal Usia 19 -21 Tahun.

0 2 5

Pola Komunikasi Orang Tua Tunarungu Dengan Anaknya Yang Memiliki Pendengaran Normal.

0 2 31

PERBEDAAN LATENSI BRAINSTEM AUDITORY EVOKED POTENTIAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH TERKONTROL DAN TIDAK TERKONTROL.

0 0 20

Perancangan dan Realisasi Prototipe BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry) Berbasis PC.

0 0 49

Karakteristik Gangguan Dengar Sensorineural Kongenital pada Anak yang Dideteksi dengan Brainstem Evoked Response Audiometry | Dewi | Majalah Kedokteran Bandung 47 189 1 PB

0 0 6

Gelombang Auditory Brainstem Response (ABR) pada Anak Dibawah Lima Tahun | Wijana | Majalah Kedokteran Bandung 311 1038 2 PB

0 0 6

Pola Komunikasi Orang Tua Tunarungu Dengan Anaknya Yang Memiliki Pendengaran Normal - repository UPI S PLB 1005463 Title

0 0 3