Koil Pendingin Sirip Faktor Pendinginan

pemakaian komponen yang akan dipakai, harus diketahui karakteristik dari komponen tersebut.

2.3.1 Koil Pendingin

Salah satu fungsi utama sistem refrigerasi adalah meurunkan suhu aliran udara. Satu hal yang selalu terjadi secara alami bersamaan dengan penurunan suhu, yaitu pengurangan kelembaban. Pada pengkondisian udara untuk kenyamanan atau industri, penurunan kelembaban biasanya dianggap sebagai sasaran yang diinginkan. Dalam hal ini di titik beratkan pada pemdinginan dan penurunan kelembaban udara pada daerah suhu antara 5 hingga 35 o C. Sebagian besar koil pendingin biasanya tersusun atas pipa dengan sirip-sirip yang dilekatkan dibagian luarnya, dengan maksud untuk memperluas permukaan yang bersentuhan dengan udara yang pada umumnya koefisien konveksinya lebih rendah dibanding dengan air. Air mengalir didalam pipa, dan udara mengalir dibagian luar pipa yang bersirip. Beberapa istilah dan pengertian tentang konstruksi koil yang sering digunakan adalah :  Luas bidang muka koil face area of the coil : yaitu luas penampang aliran udara pada jalan masuk koil.  Kecepatan udara face velocity of the air : yaitu laju volume aliran udara dibagi dengan luas bidang muka koil. Universitas Sumatera Utara  Luas permukaan koil surface area of the coil : yaitu luas permukaan perpindahan kalor yang bersentuhan dengan udara.  Jumlah jajar pipa number of rows of tubes : yaitu jumlah jajaran tabung, pipa yang berada dalam arah aliran udara.

2.3.2 Sirip

Dalam penerapan praktis, luas penampang sirip tidak seluruhnya seragam. Dan juga sirip tersebut tidak mungkin terpasang pada permukaan bundar. Dalam hal demikian luas bidang sirip harus dianggap sebagai variabel. Untuk menunjukkan efektifitas sirip dalam memindahkan sejumlah kalor tertentu dirumuskan sebuah parameter baru, yang disebut efisiensi sirip fin efficiency : Efisiensi sirip =   dasar suhu pada berada sirip muka seluruh kalau n dipindahka yang kalor n dipindahka sebenarnya yang kalor f Maka efisiensi sirip menjadi :  f = mL mL hPL mL hPkA o o tanh tanh    Sirip yang dibahas diatas diandaikan cukup dalam sehingga aliran kalor dapat dianggap satu dimensi. Maka mL dapat dinyatakan sebagai berikut : mL = L kzt t z h L kA hP 2 2   Universitas Sumatera Utara dimana z ialah kedalaman sirip dan t tebalnya. Jika sirip cukup dalam maka suku 2z menjadi sangat besar dibandingkan dengan 2t, sehingga : mL = L kt h L ktz hz 2 2  jika pembilang dan penyebut dikalikan dengan L 12 , maka kita dapatkan : mL = 2 3 2 L kLt h Lt ialah profil bidang sirip, yang kita definisikan sebagai : A m = Lt Sehingga : mL = 2 3 2 L kA h m Universitas Sumatera Utara a b c d e f g h i Gambar 2.6 berbagai jenis muka sirip menurut kern dan Kraus. a sirip longitudinal profil siku empat, b tabung silinder profil bersiku empat, c sirip longitudinal profil trapezoid, d sirip longitudinal profil parabola, e tabung silinder sirip radial profil siku empat, f tabung silinder sirip radial profil kerucut, g duri berbentuk silinder, h duri berbentuk kerucut terpotong, i duri berbentuk parabola

2.3.3 Kipas