Bahan Baku Pembuatan Pulp Viskositas

Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp Bleaching Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008. USU Repository © 2009 - hidrogen 6 - nitrogen 0,04-0,10 - abu 0,20-0,50 - sisanya adalah oksigen Dumanauw,J.F. 1990

2.3 Bahan Baku Pembuatan Pulp

Bahan baku yang digunakan untuk membuat pulp ialah bahan-bahan yang mengandung banyak selulosa seperti bambu, kayu, jerami, merang, dan lain-lain. Jenis kayu yang banyak digunakan dalam pembuatan pulp adalah: - Kayu lunak softwood, adalah kayu dari tumbuhan konifer contohnya pohon pinus. - Kayu keras hardwood, adalah kayu dari tumbuhan yang menggugurkan daunnya setiap tahun. Kayu lunak yang memiliki panjang dan kekasaran lebih besar digunakan untuk memberi kekuatan pada kertas. Kayu keras lebih halus dan kompak sehingga menghasilkan permukaan kertas yang halus. Kayu keras juga lebih mudah diputihkan hingga warnanya lebih terang karena memiliki lebih sedikit lignin. Kertas umumnya tersusun atas campuran kayu keras dan kayu lunak untuk mencapai kekuatan dan permukaan cetak yang diinginkan pembeli. Tabel 2.3. Karakteristik serat dari kayu lunak dan kayu keras Kayu lunak Kandungan Kayu keras Kandungan Selulosa Lignin Ekstraktif Panjang serat 42 28 3 2, 6mm Selulosa Lignin Ekstraktif Panjang serat 45 20 5 0,6 mm Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp Bleaching Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008. USU Repository © 2009 http:www.kertasgrafis.com

2.4 Komponen Kimia Kayu

Komponen kimia kayu sangat bervariasi, karena dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh, iklim dan letaknya di dalam batang atau cabang. Sepanjang menyangkut komponen kimia kayu, maka perlu dibedakan antara komponen- komponen makromolekul utama dinding sel selulosa, poliosa hemiselulosa dan lignin, yang terdapat pada semua kayu, dan komponen-komponen minor dengan berat molekul kecil ekstraktif dan zat-zat mineral yang biasanya lebih berkaitan dengan jenis kayu tertentu. Perbandingan dan komposisi kimia lignin dan poliosa berbeda pada kayu lunak dan kayu keras, sedangkan selulosa merupakan komponen yang seragam pada semua kayu. Tabel.2.4. Komponen kimia menurut golongan kayu Komponen kimia Golongan kayu Kayu daun lebar Kayu daun jarum Selulosa 40 – 45 41 – 44 Lignin 18 – 33 28 – 32 Hemiselulosa 21 – 24 8 – 13 Zat ekstraktif 1 – 12 2,03 Abu 0,22 – 6 0,89 Sumber: Vademecum Kehutanan 1976 Dumanauw,J.F. 1990

2.4.1 Selulosa

Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp Bleaching Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008. USU Repository © 2009 Selulosa ialah suatu polimer yang mengandung unit-unit glukosa jenis anomer yang membolehkan selulosa membentuk satu rantai yang sangat panjang. Selulosa merupakan konstituen utama kayu. Kira-kira 40-45 bahan kering dalam kebanyakan spesies kayu adalah selulosa, terutama terdapat dalam dinding sel sekunder. Berat molekul selulosa sangat bervariasi 50.000-2,5 juta tergantung pada asal sampel. Selulosa merupakan polimer linier dengan unit-unit dan ikatan-ikatan yang seragam. Ukuran rantai molekul lazim dinyatakan sebagai derajat polimerisasi, yaitu hasil bagi dari berat molekul selulosa dengan berat molekul satu unit glukosa. Struktur Selulosa Selulosa terdapat pada semua tanaman dari pohon bertingkat tinggi hingga organisme primitif seperti rumput laut. Di dalam kayu, selulosa tidak hanya disertai dengan poliosa dan lignin, tetapi juga terikat erat dengannya, dan pemisahannya memerlukan perlakuan kimia yang intensif. Perlakuan kimia secara intensif seperti pembuatan pulp dan pengelantangan,akan sangat menurunkan harga derajat polimerisasi DP. Selulosa merupakan bahan dasar dari banyak produk teknologi kertas, film, serat, aditif, dan sebagainya dan karena itu diisolasi terutama dari kayu dengan proses pembuatan pulp dalam skala besar. Dengan menggunakan berbagai bahan Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp Bleaching Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008. USU Repository © 2009 kimia dalam pembuatan pulp, pada keadaan asam, netral atau alkalis, diperoleh pulp dengan sifat-sifat yang berbeda. Untuk beberapa tujuan pulp harus dimurnikan dengan proses tambahan pengelantangan.

2.4.2 Hemiselulosa

Di samping selulosa dalam kayu maupun dalam jaringan tanaman yang lain terdapat sejumlah polisakarida yang disebut poliosa atau hemiselulosa. Hemiselulosa berbeda dari selulosa karena komposisi berbagai unit gula, karena rantai molekul yang lebih pendek, dan karena percabangan rantai molekul. Selulosa merupakan homopolisakarida sedangkan hemiselulosa merupakan heteropolisakarida. Struktur Hemiselulosa Seperti halnya selulosa kebanyakan hemiselulosa berfungsi sebagai bahan pendukung dalam dinding-dinding sel. Hemiselulosa relatif mudah dihidrolisis oleh asam menjadi komponen-komponen monomernya yang terdiri dari D- glukosa, D-manosa, D-galaktosa, D-xilosa, L-arabinosa, dan sejumlah kecil L- ramnosa di samping menjadi asam D-glukuronat, asam D-galakturonat. Kebanyakan hemiselulosa mempunyai derajat polimerisasi hanya 200. Jumlah hemiselulosa dari berat kayu kering biasanya antara 20 dan 30. Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp Bleaching Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008. USU Repository © 2009 Sjostrom,E. 1995

2.4.3 Lignin

Setelah selulosa, lignin merupakan zat organik polimer yang banyak dan yang penting dalam dunia tumbuhan. Lignin adalah jaringan polimer fenolik tiga dimensi yang berfungsi merekatkan serat selulosa sehingga menjadi kaku. Jumlah lignin yang terdapat dalam tumbuhan yang berbeda sangat bervariasi. Dalam kayu, kandungan lignin berkisar antara 20 hingga 40. Kayu lunak normal mengandung 26-32 lignin, sedangkan kandungan lignin kayu keras adalah 35- 40. Lignin yang terdapat dalam kayu keras sebagian larut selama hidrolisis asam. Struktur Lignin Dalam kebanyakan penggunaan kayu, lignin digunakan sebagai bagian integral kayu. Hanya dalam hal pembuatan pulp dan pengelantangan lignin dilepaskan dari kayu dalam bentuk terdegradasi dan berubah, dan merupakan sumber karbon lebih dari 35 juta ton tiap tahun di seluruh dunia yang sangat potensial untuk keperluan Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp Bleaching Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008. USU Repository © 2009 kimia dan energi. Pulping kimia dan proses pemutihan akan menghilangkan lignin tanpa mengurangi serat selusosa secara signifikan. Fengel,D. 1995

2.4.4 Zat – zat Ekstraktif

Zat ekstraktif umumnya adalah zat yang mudah larut dalam pelarut seperti eter, alkohol, bensin dan air. Banyaknya rata-rata 3 – 8 dari berat kayu kering tanur. Termasuk di dalamnya minyak – minyakan , resin, lilin, lemak, tanin, gula, pati dan zat warna. Zat ekstraktif tidak merupakan bagian struktur dinding sel, tetapi terdapat dalam rongga sel. Dumanauw,J.F. 1990

2.5 Proses Pembuatan Pulp

Pulp adalah produk utama kayu, terutama digunakan untuk pembuatan kertas, tetapi juga diproses menjadi berbagai turunan selulosa, seperti sutera rayon dan selofan. Tujuan utama pembuatan pulp kayu adalah untuk melepaskan serat- serat selulosa dari bahan baku. Ada 3 macam proses pembuatan pulp, yaitu: 1. Proses Mekanis 2. Proses semi-kimia 3. Proses Kimia

2.5.1 Proses Mekanis

Pada proses ini tidak menggunakan bahan-bahan kimia. Bahan baku digiling dengan mesin sehingga selulosa terpisah dari zat-zat lain.

2.5.2 Proses semi-kimia

Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp Bleaching Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008. USU Repository © 2009 Proses pembuatan pulp secara semi-kimia pada dasarnya ditandai dengan perlakuan kimia yang didahului dengan tahap penggilingan secara mekanik, sehingga serat-serat selulosa mudah terpisah dan tidak rusak.

2.5.3 Proses Kimia

Pada proses ini, bahan baku dimasak dengan bahan kimia tertentu untuk menghilangkan zat lain yang tidak perlu dari serat-serat selulosa. Dengan proses ini, dapat diperoleh selulosa yang murni dan tidak rusak Berdasarkan larutan pemasak yang digunakan, proses kimia dapat dibagi dua, yaitu: - proses soda - proses sulfat kraft Dalam proses pulping secara kimiawi ditambahkan panas dan zat kimia pada serpihan kayu yang dimasukkan ke dalam tabung bertekanan yang disebut digester. Dalam larutan tersebut dimasukkan larutan pemasak: - NaOH 7 untuk proses soda. - NaOH, Na 2 S dan Na 2 CO 3 untuk proses sulfat. Pemasakan ini berguna untuk memisahkan selulosa dari zat-zat yang lain. Reaksi sebenarnya rumit sekali, tetapi secara sederhana dapat ditulis : Kayu     →  pemasak laru tan pulp selulosa + senyawa-senyawa alkohol + senyawa- senyawa asam + merkaptan + zat-zat pengotor lainnya. Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp Bleaching Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008. USU Repository © 2009 Pembuatan pulp dengan proses kraft menggunakan larutan putih white liquor, yaitu larutan campuran natrium hidroksida dan natrium sulfida yang secara selektif akan melarutkan lignin dan membuatnya lebih larut dalam cairan pengolah. Setelah 2-4 jam, campuran antara pulp, sisa zat kimia dan limbah kayu dikeluarkan dari digester. Pulp kemudian dicuci untuk memisahkannya dari cairan hitam sisa zat kimia dan limbah. Larutan yang mengandung serat kayu terlarut kemudian masuk ke digester dan dipanaskan. Larutan hasil pemanasan yang berwarna hitam black liquor dipisahkan dari pulp brownstock setelah proses pemanasan. Dalam batch digester, pulp brownstock diambil dari dasar digester tabung untuk dilanjutkan dengan pencucian. Pada digester bersinambungan, pencucian dilakukan di dalam digester untuk menghilangkan larutan lain dan mendinginkan pulp. Kraft pulping adalah proses dengan hasil rendah yaitu hanya 45 dari kayu akan menjadi pulp yang dapat digunakan. Pulp atau disebut brownstock pada tahap ini siap untuk diputihkan. Reaksi kimia yang penting dalam pengolahan kembali sisa larutan tersebut adalah: Na 2 SO 4 + 2 C ——————————— Na 2 S + 2 CO 2 gas Na 2 CO 3 + CaOH 2 ——————————— 2 NaOH + CaCO 3 endapan putih

2.6 Proses Pemutihan

Proses pemutihan bleaching dapat dianggap sebagai suatu lanjutan proses pemasakan yang dimaksudkan untuk memperbaiki brightness dan kemurnian dari pulp. Hal ini dicapai dengan cara menghilangkan atau mengelantang bahan Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp Bleaching Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008. USU Repository © 2009 pewarna yang tersisa pada pulp. Metoda pemutihan dipilih berdasarkan atas sifat- sifat yang dikehendaki, salah satu dari pengelantangan secara delignify. Pengelantangan secara delignify dilakukan dengan menggunakan bahan kimia klorin klorin, hipoklorit, dan klorin dioksida serta alkali. Tujuan utama proses pengelantangan secara umum adalah sebagai berikut: 1. Memperbaiki brightness 2. Memperbaiki kemurnian 3. Degradasi serat selulosa seminimum mungkin Prinsip proses pemutihan adalah mereaksikan lignin dengan bahan pemutih. Lignin sangat reaktif yang berarti bahwa lignin mudah dipengaruhi oleh bahan pemutih yang digunakan. Kemudian molekul lignin terurai menjadi partikel- partikel yang lebih kecil, yang larut dalam air, dan dapat dihilangkan dari pulp. Dissolving Pulp DKP merupakan suatu pulp yang diproses secara khusus yang digunakan dalam pabrik serat rayon, diputihkan dengan tujuan khusus, termasuk pengendalian viskositasnya dan pengurangan abu dan zat-zat pengotor lainnya. Sirait,S. 2003

2.6.1 Bahan Kimia Proses Pemutihan

1. Klorin Cl 2 Klorin merupakan bahan kimia yang paling cocok untuk mengubah banyak lignin dan bahan-bahan yang bukan selulosa di dalam pulp yang larut, di samping klorin yang sangat murah. Klorin merupakan gas yang berwarna kuning Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp Bleaching Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008. USU Repository © 2009 kehijauan, bersifat racun serta klorin yang lembab basah sangat korosif terhadap kebanyakan logam. Klorinasi mengubah warna dan sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh pulp dan membuat lignin serta resin makin larut di dalam air dan kaustik encer. Pada tahap klorinasi, lignin diklorinasi menjadi klorolignin sehingga terjadi proses delignifikasi. Klorin bereaksi dengan lignin secara oksidasi dan substitusi. Reaksi ini mengeluarkan lignin dan beberapa akan larut dalam tahap klorinasi. Reaksinya adalah sebagai berikut: Substitusi: Cl 2 + Lignin Lignin – Cl + HCl Oksidasi: Cl 2 + Lignin Lignin teroksidasi + 2 HCl Kebanyakan lignin yang terklorinasi dan teroksidasi akan larut di dalam tahap ekstraksi selanjutnya setelah hidrolisa dengan pembentukan Natrium Phenolat. 2. Natrium Hidroksida NaOH Pada saat klorin bereaksi dengan lignin, sebagian besar saja yang dihasilkan larut dengan air, karena klorinat lignin sangat mudah larut dalam larutan alkali, perlakuan alkali menyusul setelah proses klorinasi. Natrium Hidroksida merupakan salah satu alkali kuat. Pada proses pemutihan biasanya digunakan alkali encer dengan konsentrasi kira-kira 120 gramliter. 3. Oksigen O 2 Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp Bleaching Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008. USU Repository © 2009 Gas O 2 digunakan sebagai suatu zat pemutih bersama-sama dengan alkali pada tahap ekstraksi. Gas O 2 memperkuat sifat-sifat pulp yang diputihkan. Hal ini mungkin membuat berkurangnya emisi yang dapat mengganggu terhadap lingkungan. Pengaruh penambahan O 2 mencerminkan terhadap penghematan klorin dioksida pada tahap selanjutnya. 4. Natrium Hipoklorit NaOCl Hipoklorit adalah persenyawaan klorin yang pertama digunakan untuk proses pemutihan biasanya disebut “hypo”. Senyawa ini merupakan yang sangat tidak stabil dan cenderung terurai yang meningkat dengan kenaikan konsentrasi dan temperatur serta berkurangnya sifat alkali. Tujuan utama perlakuan dengan menggunakan hipoklorit adalah untuk meningkatkan brightness pada pulp. Ini dicapai dengan tindakan oksidasi dari hipoklorit pada lignin dan bahan-bahan berwarna yang lain yang terdapat pada pulp dengan cara mengubahnya menjadi tak berwarna. Bagaimanapun, reaksi ini sangat serius merusak serat selulosa kecuali bila kondisi-kondisi operasi seperti pH, temperatur, waktu tinggal dan jumlah hipoklorit yang digunakan dikendalikan secara hati-hati. Degradasi ini dikendalikan bertujuan untuk mencapai kekuatan pulp yang dikehendaki kendali viskositas. 5. Klorin Dioksida ClO 2 Klorin dioksida adalah salah satu bahan kimia pengoksidasi kuat, kerja dari proses pemutihan umumnya dengan cara oksidasi terhadap lignin dan bahan-bahan berwarna yang lainnya. Ini digunakan untuk memutihkan pulp yang berkualitas sebab ini memiliki keunikan yang sanggup mengoksidasi bahan yang bukan selulosa yang minimum. Pada bleaching plant klorin dioksida digunakan sebagai suatu larutan gas di dalam air. Larutan gas dalam air bersifat asam. Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp Bleaching Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008. USU Repository © 2009 Anonim. 2000

2.6.2 Tahap Pemutihan

Proses bleaching dilakukan dalam beberapa tahap dengan tujuan menghilangkan lignin tanpa merusak selulosa. Dalam industri kertas terdapat beberapa tahap dalam proses pemutihan. Masing-masing tahapan dijabarkan di bawah ini. C : tahap klorinasi, menggunakan C1 2 dalam media asam E : Ekstraksi Alkali, untuk melarutkan hasil degradasi lignin yang terbentuk pada tahap sebelumnya dengan larutan NaOH. D : Klorin dioksida, mereaksikan ClO 2 dengan pulp pada kondisi asam O : Oksigen, digunakan pada tekanan tinggi dan suasana basa H : Hipoklorit, mereaksikan NaClO dalam media basa P : Peroksida, reaksi dengan hidrogen peroksida H 2 O 2 dalam kondisi basa Proses bleaching biasanya melibatkan 4-6 tahap. Standar industri hingga beberapa tahun lalu adalah bleaching dengan urutan CEDED yaitu tahap klorinasi yang diikuti ekstraksi alkali, pengolahan dengan klorin dioksida, ekstraksi alkali dan pengolahan akhir klorin dioksida. Proses yang lebih modern telah beralih dari penggunaan klorin C-stage karena menghasilkan senyawa toksik aromatik terklorinasi dioksin dan dibenzofurans dalam efluen instalasi bleaching, contohnya menerapkan urutan OXED yaitu menggunakan pemutih oksigen yang diikuti penerapan enzim xilanase, ekstraksi alkali dan klorin dioksida. Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp Bleaching Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008. USU Repository © 2009 Tahapan dalam bleaching disimbolkan dengan DED dimana D melambangkan klorin dioksida ClO 2 dan E melambangkan ekstraksi alkali. Dalam tahap ini, brownstock dicampur dengan ClO 2 dalam reaktor D 1 yang akan bereaksi dengan lignin. Pencucian mengikuti tahap ini untuk menghilangkan senyawa lignin yang berikatan dengan klor dari bubur kayu. NaOH ditambahkan pada aliran pulp dalam menara E dan diikuti dengan pencucian. Ekstraksi berfungsi untuk menetralisasi pulp dan memperbaiki proses pencucian sebelumnya. Menara D 2 adalah tahap akhir dari proses bleaching dimana ClO 2 memberikan pemutihan terakhir pada pulp. Klorin biasanya diperoleh melalui proses elektrolisis dari NaCl yang menghasilkan Cl 2 dan NaOH. NaOH yang dihasilkan dapat digunakan pada tahap E. Reaksi kimia elektrolisis dari NaCl diuraikan berikut ini: 2 NaCl + e - ==== 2 NaOH + Cl 2 Klorin dioksida diperoleh dari natrium klorat dengan katalis asam sulfit. Produk lainnya adalah Na 2 SO 4 yang dapat digunakan dalam proses kraft pulping. Reaksinya diuraikan berikut ini: 2NaClO 3 + SO 2 ==== 2 ClO 2 + Na 2 SO 4 http:www.edf.orgpubsReportsptfindex.html

2.7 Viskositas

Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau fluida. Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Jadi viskositas dilakukan untuk menentukan kecepatan Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp Bleaching Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008. USU Repository © 2009 mengalirnya suatu cairan. Viskositas kekentalan cairan akan menimbulkan gesekan antara bagian-bagian atau lapisan-lapisan cairan yang bergerak satu terhadap yang lain. Dalam fluida ideal fluida tidak kental tidak ada kekentalan yang menghambat lapisan-lapisan cairan ketika bergeser satu di atas lainnya. Dalam suatu pipa dengan luas penampang yang sama, setiap lapisan bergerak dengan kecepatan yang sama. Pada fluida kental, antara lapisan-lapisan cairan mengalami gesekan, sehingga kecepatan aliran tidak seluruhnya sama. Pada bagian tengah di sekitar sumbu cairan mengalir lebih cepat karena lebih leluasa. Sebaliknya di sekitar dinding pipa cairan mengalir lebih lambat, bahkan yang melekat pada dinding sama sekali tidak bergerak. Secara umum, viskositas cairan dapat ditentukan dengan dua metode, yaitu: a. Viskometer Ostwald Metode ini ditentukan berdasarkan hukum Poiseuille menggunakan alat Viskometer Ostwald. Penetapannya dilakukan dengan jalan mengukur waktu yang diperlukan untuk mengalirnya cairan dalam pipa kapiler dari atas ke bawah. Sejumlah cairan yang akan diukur viskositasnya dimasukkan ke dalam viskometer yang diletakkan pada termostat. Cairan kemudian diisap dengan pompa ke dalam bola sampai di atas tanda garis atas. Cairan dibiarkan mengalir ke bawah dan waktu yang diperlukan dari batas atas ke batas bawah dicatat menggunakan stopwatch. b. Viskometer Bola Jatuh Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp Bleaching Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008. USU Repository © 2009 Viskositas cairan dapat ditentukan dengan metode bola jatuh berdasarkan hukum Stokes. Penetapannya diperlukan bola kelereng dari logam dan alat gelas silinder berupa tabung. Bola kelereng dengan rapatan d dan jari-jari r dijatuhkan ke dalam tabung berisi cairan yang akan ditentukan viskositasnya. Waktu yang diperlukan bola untuk jatuh melalui cairan dengan tinggi tertentu kemudian dicatat dengan stopwatch. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Viskositas Setiap fluida mempunyai viskositas yang berbeda-beda yang harganya bergantung pada jenis cairan dan suhu. Cairan mempunyai viskositas lebih besar daripada gas, karena mempunyai gaya gesek untuk mengalir lebih besar. Pada kebanyakan cairan viskositasnya turun dengan naiknya suhu. Sebaliknya viskositas akan naik dengan turunnya suhu. Viskositas cairan naik dengan bertambahnya tekanan. Sebaliknya viskositas cairan turun dengan berkurangnya tekanan. Untuk larutan viskositasnya bergantung pada konsentrasi atau kepekatan larutan. Umumnya larutan yang konsentrasinya tinggi, viskositasnya juga tinggi. Sebaliknya larutan yang konsentrasinya rendah viskositasnya juga akan rendah. Yazid,E. 2005 Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp Bleaching Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.