Jenis-Jenis Fungi Yang Terlibat Dalam Proses Dekomposisi Serasah Daun Avicennia Marina Pada Berbagai Tingkat Salinitas

Mester Sitepu dan Susilawati

JURNAL PENELITIAN MIPA
Volume 2, Nomor 1 Juni 2008

JENIS-JENIS FUNGI YANG TERLIBAT DALAM PROSES
DEKOMPOSISI SERASAH DAUN AVICENNIA MARINA
PADA BERBAGAI TINGKAT SALINITAS
Yunasfi* dan Dwi Suryanto**
*

Staf Pengajar Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian USU
**
Staf Pengajar Departemen Biologi FMIPA USU

Abstract
Avicennia marina is one of the mangrove species growing is the coastal areas affected by sea water.
The species produces much litter, especially from its leaves. The decomposed litter constitutes the food
source for various organisms inhabiting the ecosystem. Fungi is one of the components of the ecosystem that
plays a role in the decomposition of A. marina leaf litter. A study was conducted to examine the fungi
species involved in the decomposition of A. marina leaf litter at various salinity levels. Isolates of 12 species

of fungi were collected from four levels of salinity and control examined (control, < 10 ppt, 10 - 20 ppt, 20 30 ppt and > 30 ppt). The fungi species isolated and proved to be dominant from each salinity level were
Aspergillus sp. 1, Aspergillus sp. 2, Aspergillus sp. 4
The highest population of fungi (10.72 x 102 cfu/ml) was found in the litter at < 10 ppt, whereas the
lowest (4.49 x 102 cfu/ml) was found in the litter decomposed at > 30 ppt
Keywords: Avicennia marina, fungi, decomposition, leaf litter, salinity

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kawasan pesisir (coastal area) terdiri atas
beberapa ekosistem yang mempunyai peran yang
sangat penting bagi kehidupan organisme yang ada
pada ekosistem tersebut. Mangrove merupakan satu
diantara beberapa ekosistem yang terdapat pada
kawasan pesisir. Keberadaan ekosistem mangrove
berkurang dari tahun ke tahun sebagai akibat
terjadinya konversi lahan menjadi kawasan
pemukiman, industri, perkebunan, sarana jalan dan
pembuatan tambak. Salah satu dampak yang sangat
terasa akibat ketidakbaradaan mangrove adalah
ketika terjadinya Tsunami di Propinsi Nangroe Aceh

Darusssalam dan Propinsi Sumatera Utara. Daerahdaerah yang ditumbuhi oleh mangrove relatif lebih
terlindung dibanding daerah lain yang tidak
ditumbuhi mangrove. Dalam mengusahakan tambak
masyarakat berfikir bahwa semakin luas areal yang
mereka usahakan semakin banyak hasil yang akan
mereka dapatkan. Akibatnya masyarakat melakukan
pembabatan terhadap tumbuhan mangrove. Semakin
luasnya ekosistem mangrove yang dikonversi
menjadi lahan-lahan tambak oleh masyarakat yang
hidup di kawasan pesisir jelas akan membahayakan
pada kehidupan mereka. Selain itu juga dapat
menyebabkan
terjadinya
perubahan-perubahan
ekosistem mangrove secara keseluruhan. Perubahan

kondisi fisik lingkungan (terjadinya intursi air laut,
abrasi pantai dan lain-lain) dan biologi (rusaknya
tempat yang digunakan berbagai jenis hewan
sebagai tempat mecari makan, berkembang biak dan

memijah berbagai jenis ikan dan udang).
Pemanfaatan berbagai jenis fungi yang
diperkirakan berperan dalam proses dekomposisi
serasah daun mangove merupakan salah satu usaha
yang dapat digunakan untuk memanfaatkan potensi
biologis yang terdapat pada ekosistem mangrove.
Potensi biologis sangat ramah ligkungan dan
berlangsung secara bersama-sama dengan komponen
lain yang terdapat pada ekosistem tersebut.
Fungi merupakan satu di antara berbagai
kelompok mikroorganisme yang memainkan peran
sangat penting dalam proses dekomposisi serasah
bahan-bahan tumbuhan. Selain fungi, kelompok
mikroorganisme dan organisme lain seperti bakteri,
cacing, kepiting dan lain-lain, serta faktor
lingkungan juga ikut mengambil bagian dalam
proses dekomposisi serasah tersebut. Fungi
memainkan peran penting dalam ekosistem
mangrove terutama dalam hubungannya dengan
bakteri untuk mempercepat dekomposisi serasah

daun (Fell dkk., 1975).
Dari hasil penelitian Ito dan Nakagiri (1997)
diketahui bahwa pada rizosfer Sonneratia alba
terdapat 9 jenis fungi yang terdiri atas: Acremonium
sp.,
Alternaria
alternata,
Cylindrocarpon
17

Yunasfi dan Dwi Suryanto

JURNAL PENELITIAN MIPA
Volume 2, Nomor 1 Juni 2008

destractans, Fusarium moniliforme, Pestalotiopsis
sp.1 Pencillium sp. 1, Trichoderma harzianum, dan
2 jenis tidak teridentifikasi. Adapun pada rizosfer A.
marina ditemukan 10 jenis fungi, yaitu : Aspergillus
aculeatus, Engyodontium album, Gliomastix

murorum, Pencillium sp. 2, Pencillium sp. 3,
Pencillium sp. 4, Trichoderma aureoviride,
Trichoderma harzianum, Virgaria nigra, dan 1 jenis
tidak teridentifikasi.
Yunasfi dkk., (2006) mendapatkan bahwa
perbedaan tingkat salinitas juga menyebabkan
perbedaan dalam jumlah jenis fungi yang terlibat
dalam proses dekomposisi serasah daun A. marina.
Pada tingkat salintas < 10 ppt didapatkan 18 jenis
fungi. Pada tingkat salinitas 10 – 20 ppt berhasil
diisolasi 12 jenis fungi. Pada serasah daun A. marina
yang mengalami dekomposisi pada tingkat salinitas
20 – 30 ppt, didapatkan 12 jenis fungi. Adapun pada
serasah daun A. marina yang mengalami
dekomposisi pada tingkat salinitas > 30 ppt berhasil
diisolasi 15 jenis fungi.
Hyde (1990) menemukan 57 jenis fungi yang
terdapat pada Rhizophora apiculata di hutan
mangrove Brunei. Kebanyakan jenis-jenis fungi ini
tumbuh di atas ketinggian pasang air laut rata-rata.

Hasil pengamatan Sadaba dkk., (1995) yang
dilakukan di Mai Po, Hongkong pada Acanthus
ilicifolius yang mengalami senescen bagian atas
(apical) banyak dikoloni oleh jenis-jenis fungi
terestrial, sedang bagian bawahnya banyak dikoloni
oleh jenis-jenis fungi laut. Pada hutan mangrove
Malaysia terdapat 30 jenis fungi lignocolous.
Keanekaragaman jenis dan kelimpahan terbesar
berbagai jenis fungi tersebut terdapat pada kayu A.
marina (Tan dan Leong, 1992 ; Alias dkk., 1995).
Pada ekosistem mangrove, satu faktor
lingkungan yang berperan khas adalah salinitas air
laut yang dipengaruhi oleh pasang dan surut air laut,
topografi, masukan air tawar dari sungai dari
daratan, evaporasi serta musim hujan dan panas.
Dari sekian banyak jenis yang tumbuh pada
ekosistem mangrove A. marina merupakan jenis
pionir yang banyak tumbuh di estuaria, muara
sungai, dan di pinggir pantai di dekat muara sungai.
A. marina banyak menghasilkan serasah berupa

daun.
Tujuan Penelitian
Penelitian
ini
dimaksudkan
untuk
mempelajari dan mengetahui berbagai jenis fungi
pada ekosistem mangrove sehingga dapat
dimanfaatkan untuk mempercepat terjadinya proses
dekomposisi serasah. Secara rinci tujuan penelitian
yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

18

1. Melakukan isolasi dan identifikasi berbagai
jenis fungi yang terdapat pada serasah daun
A. marina yang mengalami proses
dekomposisi pada berbagai tingkat salinitas
2. Menghitung populasi berbagai jenis fungi
yang terdapat pada serasah daun

A.
marina yang mengalami dekomposisi

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Percobaan
dekomposisi
serasah
dilaksanakan di kawasan hutan mangrove
Secanggang Belawan Medan, di Laboratorium
Bioteknologi Departemen Kehutanan Fakultas
Pertanian USU dan di Laboratorium Mikrobiolgi
Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Alam USU Medan. Kegiatan penelitian ini
berlangsung selama 6 bulan (Mei s/d Oktober 2008).
Tingkat Salinitas yang Diujikan dan Waktu
Pengambilan Serasah:
Data tentang identitas, jumlah jenis, populasi,
keanekaragaman jenis dan frekuensi kolonisasi tiap
jenis fungi dikumpulkan untuk mengetahui pengaruh

tingkat salinitas air laut, serta lama dekomposisi
terhadap parameter-parameter tersebut. Adapun
serasah daun A. marina ditempatkan pada lokasi
dengan tingkat salinitas sebagai berikut : Tingkat
salinitas < 10 ppt, Tingkat salinitas 10 – 20 ppt,
Tingkat salinitas 20 – 30 ppt dan Tingkat salinitas
> 30 ppt.
Pengumpulan data dilakukan setelah serasah
ditempatkan di lapangan dengan berbagai tingkat
salinitas, selama waktu sebagai berikut : Tanpa
penempatan serasah (kontrol), hari ke-15, hari ke-30,
hari ke-45, hari ke-60, hari ke-75 dan hari ke-90.
Tiap kali pengamatan dilakukan dalam 3 ulangan
selama 90 hari, yang untuk masing-masing diambil
kantong yang awalnya berisi serasah sebanyak 50 g.
Pengumpulan dan Penempatan Serasah Daun A .
marina di Lapangan
Serasah daun A. marina yang dikumpulkan
sebanyak 3600 g (50 g serasah x 6 perlakuan x 3
ulangan x 4 tingkat salinitas). Serasah daun A.

marina sebanyak 50 g dimasukkan ke dalam
kantong serasah (litter bag) yang berukuran 40 x 30
cm dan terbuat dari nilon dengan mesh 1 x 1 mm.
Jumlah kantong berisi serasah yang disiapkan
sebanyak 72 buah (6 kali pengambilan x 3 ulangan x
4 tingkat salinitas). Pada lokasi dengan tingkat
salinitas yang telah ditentukan dibuat empat plot
yang masing-masing berukuran 430 cm x 50 cm.

Yunasfi dan Dwi Suryanto

JURNAL PENELITIAN MIPA
Volume 2, Nomor 1 Juni 2008

Isolasi Fungi dari Serasah Daun A. marina
Penentuan populasi fungi dilakukan dengan
menggunakan metode pengenceran dengan membuat
suatu seri pengenceran (dilution series) suspensi
contoh.
Identifikasi Fungi

Isolat fungi yang telah tumbuh pada media,
diamati ciri-ciri makroskopiknya yaitu ciri koloni
seperti sifat tumbuh hifa, warna dan diameter koloni
dan warna massa spora atau konidia. Isolat fungi
juga ditumbuhkan pada kaca obyek (slide culture),
yaitu dengan cara meletakkan potongan agar sebesar
4 x 4 x 2 mm yang telah ditumbuhi fungi pada kaca
obyek, yang kemudian ditutup dengan kaca penutup.
Kultur kaca ini diamati dengan menggunakan
mikroskop cahaya untuk mengetahui ciri
mikroskopik fungi yaitu ciri-ciri hifa, ada tidaknya
sekat pada hifa, tipe percabangan hifa, konidiofor,
konidiogenesis, serta ciri-ciri konidia atau spora
(bentuk dan rangkaian) dan ukuran spora. Ciri-ciri
yang didapatkan ditabulasi, kemudian dicocokkan
dengan kunci identifikasi fungi (Rifai, 1969, Gams
dan Lacey,1972, Gams, 1975a dan 1975b, Samuels,
1976 ; 1990, Sutton, 1980, Bisset, 1983; 1991,
White, 1987, Singh dkk., 1991, Ellis, 1993 dan
Lowen, 1995).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Jenis-Jenis fungi pada serasah daun A. marina
yang
belum mengalami proses dekomposisi
(kontrol)
Terdapat 5 jenis fungi pada serasah daun A.
marina yang belum mengalami dekomposisi yaitu
Aspergillus sp. 1, Aspergilllus sp. 2, Aspergillus sp.
3, Curvularia lunata, Fusarium sp 1 dengan jumlah
koloni rata-rata masing-masingya 1, 6.33, 1.33, 0.67,
dan 5.33 x 102 cfu/ml
Jenis-Jenis Fungi yang Terdapat pada Serasah
Daun A. marina yang Mengalami Proses
Dekomposisi pada tingkat salinitas < 10 ppt
Pada serasah daun A. marina yang
mengalami proses dekomposisi pada tingkat salinitas
< 10 ppt ditemukan 9 jenis fungi. Adapun jenis-jenis
fungi tersebut adalah Aspergillus sp. 1, Penicillium
sp. 3 Aspergillus sp. 2, Fusarium sp. 1, Aspergillus
sp. 4, Aspergillus sp. 3, Penicillium sp. 4,
Curvularia lunata, Fusarium sp. 2

Jenis-Jenis Fungi yang Terdapat pada Serasah
Daun A. marina yang Mengalami Proses
Dekomposisi pada Tingkat Salinitas 10 – 20 ppt
Jenis-jenis fungi yang terdapat pada serasah
daun A. marina yang mengalami dekomposisi pada
tingkat salinitas 10 – 20 ppt adalah Aspergillus sp.
1, Penicillium sp. 3, Aspergillus sp. 2, Aspergillus
sp. 4, Aspergillus sp. 3, Fusarium sp. 2, Aspergillus
sp. 5, Penicillium sp. 2, Penicillium sp. 1.
Jenis-Jenis Fungi yang Terdapat pada Serasah
Daun A. marina yang Mengalami Proses
Dekomposisi pada Tingkat Salinitas 20 – 30 ppt
Dari serasah daun A. marina yang telah
mengalami proses dekomposisi pada tingkat salinitas
20 – 30 ppt berhasil diisolasi sebanyak 8 jenis fungi.
Jenis-jenis fungi tersebut adalah Aspergillus sp. 1,
Aspergillus sp. 2, Aspergillus sp. 3, Trichoderma sp,
Aspergillus sp. 4, Penicillium sp. 1, Aspergillus sp
.6, Penicillium sp. 3
Jenis-Jenis Fungi yang Terdapat pada Serasah
Daun A. marina yang Mengalami Proses
Dekomposisi pada Tingkat Salinitas >30 ppt
Pada serasah daun A .marina yang telah
mengalami proses dekomposisi pada tingkat salinitas
> 30 ppt berhasil diisolasi 7 jenis fungi. Jenis-jenis
fungi tersebut adalah Aspergillus sp. 1, Aspergillus
sp. 2, Aspergillus sp. 4, Aspergillus sp. 3,
Penicillium sp. 6, Curvularia lunata, Fusarium sp. 2
Perbandingan Jumlah Jenis Fungi pada Berbagai
Tingkat Salinitas
Jumlah jenis fungi yang terdapat pada serasah
daun A. marina yang mengalami proses dekomposisi
pada tingkat salinitas < 10 ppt, 10 – 20 ppt, 20 – 30
ppt dengan > 30 ppt serta kontrol disajikan pada
Gambar 1.

Jumlah jenis fungi

Sebanyak 18 kantong serasah yang masing-masing
berisi 50 g serasah daun A. marina ditempatkan
secara acak dalam tiap plot.

9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

9

9
8
7

5

Kontrol

30ppt

Tingkat salinitas

Gambar 1.

Jumlah Jenis Fungi pada Serasah Daun
A. marina yang telah Mengalami Proses
Dekomposisi di Lingkungan dengan
berbagai Tingkat Salinitas

19

Yunasfi dan Dwi Suryanto

JURNAL PENELITIAN MIPA
Volume 2, Nomor 1 Juni 2008

Perbandingan Populasi Fungi pada Berbagai
Tingkat salinitas
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa populasi
fungi terbesar rata-rata 14. 99 x 102 cfu/ml yang
terdapat pada serasah daun A. marina yang belum
mengalami proses dekomposisi di lapangan.
Populasi fungi pada serasah daun A. marina pada
tingkat salinitas < 10 ppt, yaitu 10.72 x 102 cfu/ml
lebih besar dibandingkan dengan populasi fungi
pada serasah daun A. marina yang mengalami
dekomposisi pada tingkat salinitas 10 – 20 ppt, 20 –
30 ppt, dan > 30 ppt yang masing-masingnya sebesar
rata-rata 5.99 x 102 cfu/ml, 5.5 x 102 cfu/ml dan
4.49 x 102 cfu/ml.

Populasi fungi x102
(cfu/ml)

16

14.66

14
10.72

12
10
8

5.99

6

5.5

4.49

4
2
0
Kontrol

30 ppt

Tingkat salinitas

Gambar 2. Populasi Fungi yang terdapat pada
Serasah Daun A. marina yang Belum
dan yang telah Mengalami Proses
Dekomposisi di Lingkungan dengan
Berbagai Tingkat Salinitas

Pembahasan
Jumlah jenis fungi terbesar didapatkan pada
serasah daun A. marina yang mengalami proses
dekomposisi pada tingkat salinitas < 10 ppt dan 10 –
20 ppt. Hal ini terjadi karena kondisi ini hampir
sama dengan kondisi tawar (payau) yang cukup baik
untuk pertumbuhan dan perkembangan berbagai
jenis fungi dibanding dengan kondisi pada tingkat
salinitas yang lebih tinggi. Pada tingkat salinitas ini
ketersediaan oksigen yang dibutukan oleh berbagai
organisme untuk hidup dan berkembang lebih
banyak dibanding pada tingkat salinitas lainnya.
Diperkirakan organisme lain seperti cacing dan siput
juga ikut berperan. Pada kantong berisi serasah daun
A. marina yang ditempatkan pada tingkat salinitas <
10 ppt juga banyak ditemukan cacing dan siput
(tidak dilakukan pencatatan disarankan untuk
penelitian selanjutnya diambil datanya).
Populasi terbesar jenis fungi didapatkan pada
serasah daun A. marina yang belum mengalami
proses dekomposisi di lapangan. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa pada serasah yang belum
ditempatkan di lapangan diperkirakan bahan-bahan
perkembangbiakan fungi berasal dari lingkungan
sekitar yang berasal dari tanah, terbawa oleh angin,
burung, serangga dan lain-lain. Menurut Fisher dan
20

Binkley (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi
kepadatan populasi (population density) dan
keanekaragaman jenis (species diversity) organisme
tanah, adalah pasokan oksigen, kelembaban, suhu
tanah, kandungan unsur hara dan jumlah bahanbahan organik tanah.
KESIMPULAN
Tingkat salinitas < 10 ppt adalah kondisi
lingkungan yang lebih sesuai untuk bertahan hidup,
pertumbuhan dan perkembangan berbagai jenis
fungi pada serasah daun A. marina dibanding
dengan tingkat salinitas yang lebih tinggi. Pengaruh
tingkat salinitas dapat dilihat berdasarkan jumlah
jenis fungi yang terdapat pada serasah daun A.
marina yang mengalami proses dekomposisi pada
tingkat salinitas < 10 ppt dan 10 – 20 ppt dengan
jumlah jenis 9 dibandingkan dengan jumlah jenis
fungi yang terdapat pada serasah daun A. marina
yang mengalami proses dekomposisi pada tingkat
salinitas 20 – 30 ppt dan > 30 ppt yang masingmasing sebesar 8 dan 7. Adapun populasi fungi yaitu
10.72 x 102 cfu/ ml yang terdapat pada serasah daun
A. marina yang mengalami proses dekomposisi pada
tingkat salinitas < 10 ppt adalah juga terbesar,
dibanding dengan besar populasi fungi pada serasah
daun A. marina yang mengalami proses dekomposisi
pada tingkat salinitas 10 – 20 ppt, 20 – 30 ppt, > 30
ppt dan kontrol yang masing-masing sebesar ratarata 5.99 x 102 cfu/ ml, 5.5 x 102 cfu / ml, 4.49 x 102
cfu / ml.
DAFTAR PUSTAKA
Alias, S. A., A. J. Kuthubutheen dan E. B. G. Jones.
1995. Frequency of Occurrence of Fungi on
Wood
ini
Malaysian
Mangrove.
Hydrobiologia 295: 97 – 106.
Bissett, J. 1983. A Revision of the Genus
Trichoderma. I. Section Longibrachiatum sect.
nov. Can. J. Bot. 62: 924 – 931.
Bissett, J. 1991. A Revision of the Genus
Trichoderma. II. Infrageneric Classification.
Can. J. Bot. 69: 2357 – 2420.
Ellis, M. B. 1993. Dematiaceous Hyphomycetes.
CAB International. England, United Kingdom.
Fell, J.W., R. C. Cefalu, I. M. Masters dan A. S.
Tallman. 1975. Microbial Activities in the
Mangrove (Rhizophora mangle L.) Leaf
Detrital Systems. Hlm. 661 – 679 dalam
Proceedings of the International Symposium
on Biology and Management of Mangroves.
G.E. Walsh, S. C. Snedaker dan H. J. Teas
(Peny.). Univ. Florida. Gainsville.

Yunasfi dan Dwi Suryanto

JURNAL PENELITIAN MIPA
Volume 2, Nomor 1 Juni 2008

Fisher, R. F., dan D. Binkley. 2000. Ecology and
Management of Forest Soil. Third Edition.
John Wiley and Sons, Inc. New York,
Chichester, Weinheim, Brisbane, Singapore,
Toronto.
Gams, W. 1975 a. Cephalosporium-Like
Hyphomycetes: Some Tropical Species.
Trans. Br. Mycol. Soc. 64 : 389 – 404.
Gams, W. 1977 b. The Perfect State of Tilachilidium
brachiatum. Persoonia 8 : 329 – 333.
Gams, W., dan J. Lacey. 1972. CephalosporiumLike Hyphomycetes: Two Species of
Acremonium From Heated Substrates. Trans.
Br. Mycol. Soc. 59: 519 – 522.
Hyde, K. D. 1990. A New Marine Ascomycetes
from Brunei. Aniptodera longispora sp. nov.
from Intertidal Mangrove Wood. Botanica
marina 4: 335 – 338.
Ito, T., dan A. Nakagiri. 1997. Mycoflora of the
Rhizospheres of Mangrove Trees. IFO Res.
Commun. 18 : 40-44.
Lowen, R. 1995. Acremonium Section Lichenoidea
Section Nov. And Pronectria Oligospora
Species Nov. Mycotaxon 53 : 81 – 95.
Rifai, M. A. 1969. A Revision of The Genus
Trichoderma. Hlm. 1 – 56 dalam Mycological
Papers No. 116. Herbarium Bogoriense.
Bogor.
Sadaba, R. B., L. L. P. Vrijmoed, E. B. G. Jones dan
I. J. Hodgkins. 1995. Observations on Vertical
Distribution of Fungi Associated with
Standing Senescent Acanthus ilicifolius Stems
at Mai Po Mangrove. Hydrobiologia 295: 119
– 126.

Samuels, G. J. 1976. Perfect States of Acremonium
The Genera Nectria, Actiniopsis, Ijuhya,
Neohenningsia,
Ophiodictyon
and
Peristomialis.
New Zealand Journal of
Botany 14 : 231- 260.
Samuels, G. J. 1990. Contributions Toward A
Mycobiota of Indonesia: Hypocreales,
Synnematous
Hyphomycetes,
Aphyllophorales, Phragmobasidiomycetes and
Myxomycetes. The New York Botanical
Garden. Bronx, New York.
Singh, K., J.C. Frisvad, U. Thrane dan S. B. Mathur.
1991. An Illustrated Manual on Identification
of some Seed-Borne Aspergilli, Fusaria,
Penicillia and their Mycotoxins. AiO Tryk as
Odense, Dernmark.
Sutton, B. C. 1980. The Coelomycetes Fungi
Imperfecti with Pycnidia Acervuli and
Stomata.
Commonwealth
Mycological
Institute. Kew, Surrey, England.
Tan, T. K., dan W. F. Leong. 1992. Lignicolous
Fungi of Tropical Mangrove Wood.
Mycological Research 99 : 413 – 414.
White, JR. J. F.
1987.
Endophyte-Host
Associations in Forage Grasses. X. Cultural
Studies on Some Species of Acremonium Sect.
Albo-Lanosa, Including A New Species, A.
starrii. Mycotaxon 30: 87 – 95.
Yunasfi, S. Hadi, C. Kusmana, L.I. Sudirman dan B.
Tjahjono. 2006. Dekomposisi Serasah Daun A.
marina oleh Bakteri dan Fungi pada Berbagai
Tingkat Salinitas. (Disertasi). Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

21