LANDASAN TEORI

2.9.3 Konsep Dasar Object Oriented Program (OOP)

Object Oriented Program (OOP) merupakan paradigma baru dalam rekayasa software yang didasarkan pada obyek dan kelas. (Ronald J.N., 1996). Diakui para ahli bahwa objectoriented merupakan metodologi terbaik yang ada saat ini dalam rekayasa software. Object-oriented memandang software bagian per bagian dan menggambarkan satu bagian tersebut dalam satu obyek. (Havilludin, 2011)

Teknologi obyek menganalogikan sistem aplikasi seperti kehidupan nyata yang didominasi oleh obyek. Dengan demikian keunggulan teknologi obyek adalah bahwa model yang dibuat akan sangat mendekati dunia nyata yang masalahnya akan dipecahkan oleh sistem yang dibangun. Model obyek, atribut dan perlakuannya bisa langsung diambil dari obyek yang ada di dunia nyata.

Ada 4 (empat) prinsip dasar dari pemrograman berorientasi obyek yang menjadi dasar kemunculan UML, yaitu abstraksi, enkapsulasi, modularitas dan hirarki. Berikut dijelaskan satu persatu secara singkat.

1. Abstraksi memfokuskan perhatian pada karakteristik obyek yang paling penting dan paling dominan yang bisa digunakan untuk membedakan obyek tersebut dari obyek lainnya

2. Enkapsulasi menyembunyikan banyak hal yang terdapat dalam obyek yang tidak perlu diketahui oleh obyek lain. Dalam praktek pemrograman, enkapsulasi diwujudkan dengan membuat suatu kelas interface yang akan dipanggil oleh obyek lain, sementara didalam obyek yang dipanggil terdapat kelas lain yang mengimplementasikan apa yang terdapat dalam kelas interface.

3. Modularitas membagi sistem yang rumit menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang bisa mempermudah developer memahami dan mengelola obyek tersebut.

4. Hirarki berhubungan dengan abstraksi dan modularitas, yaitu pembagian berdasarkan urutan dan pengelompokkan tertentu. Misalnya untuk menentukan obyek mana yang berada pada kelompok yang sama, obyek mana yang merupakan komponen dari obyek yang memiliki hirarki lebih tinggi. Semakin rendah hirarki obyek berarti semakin jauh abstraksi dilakukan terhadap suatu obyek. [HAV11]

2.9.4 Keuntungan dan Kelemahan UML

1. Keuntungan Karena merupakan bahasa pemodelan visual dalam proses pembangunannya maka UML bersifat independen terhadap bahasa pemrograman tertentu. Taylor (1992) menyatakan bahwa membangun software menggunakan pendekatan teknologi objek memberikan beberapa keuntungan, antara lain: memungkinkan penggunaan kembali objek yang ada (reusable), memungkinkan software yang baru dengan konstruksi yang lebih besar, software berorientasi objek secara umum lebih mudah dimodifikasi dan dirawat karena sebuah objek dapat dimodifikasi tanpa banyak berpengaruh pada objek yang lain. (Havilludin, 2011)

2. Kelemahan UML dipandang masih mempunyai kekurangan terutama dalam meng- generate kode program secara komplit. Hal ini karena kurangnya cara memodelkan aspek kelakuan internal perangkat lunak untuk dipetakan ke dalam kode program. Seperti yang kita ketahui, diagram UML yang dapat menghasilkan kode hanyalah diagram class, namun itupun hanya sebatas kerangka kodenya saja dan tidak bisa meng-generate badan program-nya. (Havilludin, 2011)

2.9.5 Simbol pada UML

Berikut adalah symbol-simbol yang digunakan dalam UML (Unified Modelling Language).

Tabel 2.5 Simbol Activity Diagram

(Sumber : (Havilludin, 2011) )

Tabel 2.6 Simbol Class Diagram

(Sumber : (Havilludin, 2011) ) Tabel 2.7 Simbol Sequence Diagram

( Sumber : (Havilludin, 2011) )

Tabel 2.8 Simbol Use Case Diagram

(Sumber : (Havilludin, 2011))

2.9 Teori Pengujian Sistem

Di sini yang di maksud dengan Teori pengujian sistem adalah pengujian yang di lakukan sebelum tahap implementasi di mulai.Pengujian sistem di sini di bagi menjadi 2 bagian yaitu sebagai berikut :

2.9.1 Pengujian Black Box

Pengujian Black-Box adalah pengujian yang dilakukan hanya mengamati hasil eksekusi melalui data uji dan memeriksa fungsional dari perangkat lunak. Jadi dianalogikan seperti kita melihat suatu kotak hitam , kita hanya bisa melihat penampilan luarnya saja, tanpa tau ada apa dibalik bungus hitam nya. Sama seperti prngujian black-box, mengevaluasi hanya dari tampilan luarnya (interface), tanpa mengetahui apa sesungguhnya yang terjadi dalam proses detilnya. Teknik Pengujian Black-Box meliputi :

1. Decision Tabel, adalah cara yang tepat belum kompak untuk model logika rumit, seperti diagram alur dan jika-then-else dan switch-laporan kasus, kondisi mengaitkan dengan tindakan untuk melakukan, tetapi dalam banyak kasus melakukannya dengan cara yang lebih elegan.

2. All-pairs testing atau pairwise testing adalah metode pengujian perangkat lunak kombinatorial bahwa, untuk setiap pasangan parameter masukan ke sistem (biasanya, sebuah algoritma perangkat lunak).

3. State Transition Table, adalah tabel yang menunjukkan apa yang negara (atau negara dalam kasus robot terbatas nondeterministic) suatu semiautomaton terbatas atau mesin finite state akan pindah ke, berdasarkan kondisi saat ini dan masukan lainnya.

4. Equivalence partitioning, adalah pengujian perangkat lunak teknik yang membagi data masukan dari unit perangkat lunak menjadi beberapa partisi data dari mana test case dapat diturunkan.

5. Boundary value analysis, merupakan suatu teknik pengujian perangkat lunak di mana tes dirancang untuk mencakup perwakilan dari nilai-nilai batas. (Novitasari, 2015)

Gambar 2.5 Pengujian Blackbox (Sumber : (Novitasari, 2015))

Pengujian black-box berfokus pada persyaratan fungsional perangkat lunak. Dengan demikian, pengujian black-box memungkinkan perekayasa perangkat lunak mendapatkan serangkaian kondisi input yang sepenuhnya menggunakan semua persyaratan fungsional untuk suatu program. Pengujian black-box berusaha menemukan kesalahan dalam kategori sebagai berikut :

a. Fungsi – fungsi yang tidak benar atau hilang.

b. Kesalahan interface.

c. Kesalahan dalam struktur data atau akses eksternal.

d. Kesalahan kinerja.

e. Inisialisasi dan kesalahan terminasi.

2.9.2 Pengujian White Box

Pengujian White-Box adalah pengujian yang didasarkan pada pengecekan terhadap detail perancangan, menggunakan struktur kontrol dari desain program secara procedural untuk membagi pengujian ke dalam beberapa kasus pengujian. White-Box testing merupakan petunjuk untuk mendapatkan program yang benar secara 100%.

Pengujian dilakukan berdasarkan bagaimana suatu software menghasilkan output dari input. Pengujian ini dilakukan berdasarkan kode program. Disebut juga structural testing atau glass box testing. Teknik Pengujian White-Box adalah sebagai berikut :

1. Menggambarkan kode program ke dalam graph yaitu node & edge.

2. Basic path, yaitu pengukuran kompleksitas kode program dan pendefinisian alur yang akan dieksekusi.

3. Data flow testing, untuk mendeteksi penyalahgunaan data dalam sebuah program.

4. Cyclomatic Complexity, Complexity merupakan suatu sistem pengukuran yang menyediakan ukuran kuantitatif dari kompleksitas logika suatu program. Pada Basis Path Testing, hasil dari cyclomatic complexity digunakan untuk menentukan banyaknya independent paths. (Novitasari, 2015)

Dari kedua pengujian sistem diatas memiliki perbedaan yang cukup signifikan ketika melakukan pengujian sistem atau perangkat lunak.

Gambar 2.6 Ilustrasi Perbedaan Pengujian Black-Box dan Pengujian White-Box

2.10 Peralatan pendukung

Dalam peralatan pendukung terdiri dari beberapa bagian yaitu perangkat keras, perangkat lunak. Berikut penjelesan mengenai bagian-bagian tersebut.

2.10.1 Perangkat Keras

1. Mikrokontroler Teknologi mikrokontroler sebagai salah satu produk teknologi semikonduktor berkontribusi besar untuk menunjang aktivitas manusia. Aduino merupakan salah satu dari sekian produk edukasi mikrokontroler sebagai proyek rintisan berlisensi terbuka dan mampu difungsikan sebagai produk akhir. Dalam modul juga disetrai komponen elektronika. Mikrokontroler itu sendiri adalah chip atau IC (Integrated Circuit) yang bisa diprogram menggunakan komputer. Tujuan menanamkan program pada mikrokontroler adalah agar rangkaian elektronik dapat membaca input, memproses input tersebut dan kemudian menghasilkan output sesuai yang diinginkan. Jadi mikrokontroler bertugas sebagai otak yang mengendalikan input, proses dan output sebuah rangkaian elektronik. Mikrokontroler. Mikrokontroler ada pada perangkat elektronik di sekeliling kita. Misalnya 1. Mikrokontroler Teknologi mikrokontroler sebagai salah satu produk teknologi semikonduktor berkontribusi besar untuk menunjang aktivitas manusia. Aduino merupakan salah satu dari sekian produk edukasi mikrokontroler sebagai proyek rintisan berlisensi terbuka dan mampu difungsikan sebagai produk akhir. Dalam modul juga disetrai komponen elektronika. Mikrokontroler itu sendiri adalah chip atau IC (Integrated Circuit) yang bisa diprogram menggunakan komputer. Tujuan menanamkan program pada mikrokontroler adalah agar rangkaian elektronik dapat membaca input, memproses input tersebut dan kemudian menghasilkan output sesuai yang diinginkan. Jadi mikrokontroler bertugas sebagai otak yang mengendalikan input, proses dan output sebuah rangkaian elektronik. Mikrokontroler. Mikrokontroler ada pada perangkat elektronik di sekeliling kita. Misalnya

Gambar 2.7 Mikrokontroler IC (Sumber : (Sutanto, 2017)

2. Arduino Arduino adalah papan rangkaian elektronik (electronic board) open source yang mempunyai masukan dan keluaran serta terdapat komponen utama untuk pengendali program yang bisa ditulis dan dihapus dengan cara khusus yaitu sebuah chip mikrokontroler berbasis ATMega328 (untuk arduino UNO R3). Saat ini Arduino sangat populer, banyak pemula maupun profesional ikut mengembangkan aplikasi elektronik menggunakan Arduino. Bahasa 2. Arduino Arduino adalah papan rangkaian elektronik (electronic board) open source yang mempunyai masukan dan keluaran serta terdapat komponen utama untuk pengendali program yang bisa ditulis dan dihapus dengan cara khusus yaitu sebuah chip mikrokontroler berbasis ATMega328 (untuk arduino UNO R3). Saat ini Arduino sangat populer, banyak pemula maupun profesional ikut mengembangkan aplikasi elektronik menggunakan Arduino. Bahasa

1. Memiliki 14 pin input/output

2. Memiliki 6 pin input analog

3. Crystal osilator dengan kapasistas 16MHz

4. Koneksi USB

5. Jack Power

6. Kepala ICSP

7. Tombol reset

Gambar 2.8 Arduino UNO R3 (Sumber : (Santoso, 2015) )

Daya Arduino UNO dapat diberikan melalui koneksi USB atau dengan catu daya eksternal / external power supply. Sumber dayanya di pilih secara otomatis.

Selain itu, Daya Eksternal (non-USB) dapat melalui sebuah AC to DC adapter atau baterai. Arduino UNO board dapat beroperasi pada sebuah tegangan eksternal dari 6 – 20 Volt. Jika pin 5V pada arduino diberi tegangan kurang dari + 5 Volt, maka board arduino menjadi tidak stabil. Tetapi jika di beri tegangan lebih dari 12 Volt, maka regulator akan menerima panas yang berlebihan dan dapat merusak papan arduino UNO. Oleh karena itu dianjurkan tegangan dari 7 – 12 Volt. (Koswata, 2015) Berikut ini beberapa pin yang terletak pada power pin dari arduino UNO :

1. Pin VIN. Tegangan input ke Arduino board ketika menggunakan sumber daya eksternal, dapat menyediakan tegangan melalui pin ini, atau, jika memasok tegangan melalui colokan listrik, aksesnya melalui pin ini.

2. Pin 5V. Pin output 5V ini diatur oleh regulator di papan arduino. Papan arduino dapat di beri tegangan dengan daya dari : colokkan listrik (7 – 12 V), konektor USB (5V) atau pin VIN pada papan arduino (7 – 12 V). Direkomendasikan jangan menyediakan tegangan melalui pin 5V atau pin 3.3V dengan melewati regulator, sebab dapat merusak papan Arduino.

3. Pin 3V3 atau 3.3V. Sebuah pin tegangan 3,3 Volt yang dihasilkan oleh regulator on-board. Arus maksimum adalah sebesar 50 mA.

4. Pin GND. Pin Ground.

5. Pin IOREF. Pin ini menyediakan tegangan referensi ketika mikrokontroler beroperasi. Sebuah Shield yang dikonfigurasi dengan benar dapat membaca pin tegangan IOREF dan dapat memilih sumber daya yang sesuai atau dengan mengaktifkan penerjemah tegangan pada output untuk bekerja dengan tegangan 5V atau 3.3V. Masing-masing dari 14 pin digital di UNO dapat digunakan sebagai input atau output, dengan menggunakan fungsi : pinMode(), digitalWrite(), dan digitalRead(). Setiap pin, beroperasi pada tegangan 5 volt serta dapat memberikan atau menerima maksimum 40 mA dan memiliki resistor pull-up internal dari 20- 50 kΩ. Selain itu, beberapa pin memiliki spesialisasi fungsi sebagai berikut: 5. Pin IOREF. Pin ini menyediakan tegangan referensi ketika mikrokontroler beroperasi. Sebuah Shield yang dikonfigurasi dengan benar dapat membaca pin tegangan IOREF dan dapat memilih sumber daya yang sesuai atau dengan mengaktifkan penerjemah tegangan pada output untuk bekerja dengan tegangan 5V atau 3.3V. Masing-masing dari 14 pin digital di UNO dapat digunakan sebagai input atau output, dengan menggunakan fungsi : pinMode(), digitalWrite(), dan digitalRead(). Setiap pin, beroperasi pada tegangan 5 volt serta dapat memberikan atau menerima maksimum 40 mA dan memiliki resistor pull-up internal dari 20- 50 kΩ. Selain itu, beberapa pin memiliki spesialisasi fungsi sebagai berikut:

b. Interupsi Eksternal : pin 2 dan 3 dapat dikonfigurasi untuk memicu interrupt pada nilai yang rendah, naik atau jatuh maupun perubahan nilai.

c. PWM : pin digital 3, 5, 6, 9, 10, dan 11 menyediakan 8-bit PWM keluaran dengan fungsi analogWrite().

d. SPI : pin 10 (SS), pin 11 (MOSI), pin 12 (MISO), dan pin 13 (SCK). Pin ini mendukung komunikasi SPI menggunakan SPI library.

e. LED : terdapat built-in LED yang terhubung ke pin digital 13. Ketika pin ini ON (HIGH), maka LED menyala. Sedangkan ketika pin ini OFF (LOW), maka LED itu off.

Arduino UNO memiliki 6 buah input analog dari A0 hingga A5, yang masing- masing menyediakan 10 bit resolusi (yaitu 1024 nilai yang berbeda). Secara default mengukur dari ground sampai 5 volt, meskipun mungkin untuk mengubah ujung atas jangkauan UNO menggunakan pin AREF dan fungsi analogReference().

3. Sensor Suhu LM35 Sensor suhu LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki fungsi untuk mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan. Sensor Suhu LM35 yang dipakai dalam penelitian ini berupa komponen elektronika elektronika yang diproduksi oleh National Semiconductor. LM35 memiliki keakuratan tinggi dan kemudahan perancangan jika dibandingkan dengan sensor suhu yang lain, LM35 juga mempunyai keluaran impedansi yang rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah dihubungkan dengan rangkaian kendali khusus serta tidak memerlukan penyetelan lanjutan. Meskipun tegangan sensor ini dapat mencapai 30 volt akan tetapi yang diberikan kesensor adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat digunakan dengan catu daya tunggal dengan ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus 3. Sensor Suhu LM35 Sensor suhu LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki fungsi untuk mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan. Sensor Suhu LM35 yang dipakai dalam penelitian ini berupa komponen elektronika elektronika yang diproduksi oleh National Semiconductor. LM35 memiliki keakuratan tinggi dan kemudahan perancangan jika dibandingkan dengan sensor suhu yang lain, LM35 juga mempunyai keluaran impedansi yang rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah dihubungkan dengan rangkaian kendali khusus serta tidak memerlukan penyetelan lanjutan. Meskipun tegangan sensor ini dapat mencapai 30 volt akan tetapi yang diberikan kesensor adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat digunakan dengan catu daya tunggal dengan ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus

Karakteristik Sensor LM35.

1. Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara tegangan dan suhu 10 mVolt/ºC, sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam celcius.

2. Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5ºC pada suhu 25 ºC seperti terlihat pada gambar 2.2.

3. Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 ºC sampai +150 ºC.

4. Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt.

5. Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 µA.

6. Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang dari 0,1 ºC pada udara diam.

7. Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 mA

8. Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar ± ¼ ºC. Spesifikasi Sensor suhu LM35 sebagai berikut :

1. Vcc

2. Analog Out

3. Gnd

Gambar 2.9 Sensor Suhu LM35 (Sumber : (Santoso, 2015))

4. Lcd 16x2 LCD (Liquid Crystal Display) adalah suatu jenis media tampil yang menggunakan kristal cair sebagai penampil utama. Aplikasi yang sudah diterapkan pada alat –alat elektronik seperti televisi, kalkulator, AC, atau pun layar komputer. Fungsinya sebagai penampil yang nantinya akan digunakan untuk menampilkan status kerja alat untuk sistem pemantauan. Jenis dari perangkat ini ada yang dan pada postingan ini akan dibahas tentang Tutorial Arduino mengakses LCD 16×2 dengan mudah. Fitur Lcd 16x2 sebagai berikut :

1. Terdiri dari 16 karakter dan 2 baris.

2. Mempunyai 192 karakter tersimpan.

3. Terdapat karakter generator terprogram.

4. Dapat dialamati dengan mode 4-bit dan 8-bit.

5. Dilengkapi dengan back light. Pin-pin Lcd 16x2 dan keterangannya :

1. GND : catu daya 0Vdc

2. VCC : catu daya positif

3. Constrate : untuk kontras tulisan pada LCD

4. RS (Register Select) : High : untuk mengirim data Low : untuk mengirim instruksi

5. R/W (Read/Write) High : mengirim data Low : mengirim instruksi Dihubungkan dengan LOW untuk pengiriman data ke layar

6. E (enable) : untuk mengontrol ke LCD ketika bernilai LOW, LCD tidak dapat diakses

7. D0 – D7 = Data Bus 0 – 7

8. Backlight + : dihubungkan ke VCC untuk menyalakan lampu latar

9. Backlight – : dihubungkan ke GND untuk menyalakan lampu latar

Gambar 2.10 Lcd 16x2 (Sumber : (Santoso, 2015))

5. Beardboard BreadBoard adalah dasar konstruksi sebuah sirkuit elektronik dan merupakan prototipe dari suatu rangkaian elektronik. Breadboard banyak digunakan untuk merangkai komponen, karena dengan menggunakan breadboard, pembuatan prototipe tidak memerlukan proses menyolder ( langsung tancap ). Karena sifatnya yang solderless alias tidak memerlukan solder sehingga dapat digunakan kembali dan dengan demikian sangat cocok digunakan pada tahapan proses pembuatan prototipe serta membantu dalam berkreasi dalam desain sirkuit elektronika.Berbagai sistem elektronik dapat di modelkan dengan menggunakan breadboard, mulai dari sirkuit analog dan digital kecil sampai membuat unit pengolahan terpusat (CPU). Secara umum breadbord memiliki jalur seperti berikut ini :

Gambar 2.11 Beardboard (Sumber : (Santoso, 2015))

6. Buzzer Buzzer adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi untuk mengubah getaran listrik menjadi getaran suara. Pada dasarnya prinsip kerja buzzer hampir sama dengan loud speaker, jadi buzzer juga terdiri dari kumparan yang terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus sehingga menjadi elektromagnet, kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau keluar, tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya, karena kumparan dipasang pada diafragma maka setiap gerakan kumparan akan menggerakkan diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar yang akan menghasilkan suara. Buzzer biasa digunakan sebagai indikator bahwa proses telah selesai atau terjadi suatu kesalahan pada sebuah alat (alarm).

Gambar 2.12 Buzzer Aktif (Sumber : (Sutanto, 2017))

7. Jumper Kabel jumper adalah komponen yang wajib ada saat belajar rangkaian elektronika dan komponen penghubung rangkaian Arduino dengan breadboard. Hal-hal yang jadi masalah pada kabel jumper antara lain jumlahnya tidak punya banyak atau kabel jumper gampang rusak karena saat beli kualitas tidak diperhitungkan. Kabel jumper memang banyak dijual dengan harga tertentu tergantung dengan kualitasnya, tetapi kabel jumper juga bisa dibuat sendiri dengan harga modal yang lebih murah dan menghasilkan jumlah kabel yang banyak meski tampilan berbeda dengan buatan pabrik. Tapi setidaknya secara fungsi, kabel jumper buatan sendiri masih akan berfungsi sebagaimana mestinya.

Gambar 2.13 Kabel Jumper (Sumber : (Santoso, 2015))

8. Relay Relay ini merupakan Relay 5V dengan 2 channel output. Dapat digunakan sebagai saklar elektronik untuk mengendalikan perangkat listrik yang memerlukan tegangan dan arus yang besar. Kompatible dengan semua mikrokontroler (khususnya Arduino, 8051, 8535, AVR, PIC, DSP, ARM, ARM, MSP430, TTL logic) maupun Raspberry Pi .

Relay 2 Channel ini memerlukan arus sebesar sekurang-kurangnya 15-20mA untuk mengontrol masing-masing channel. Disertai dengan relay high-current sehingga dapat menghubungkan perangkat dengan AC250V 10A. Jika Anda menggunakan mikrokontroler dengan tegangan kerja 3.3V, Anda tetap dapat menggunakan Relay 2 channel ini dengan cara :

1. Lepas jumper JD-VCC

2. Hubungkan JD-VCC dengan external power 5V lainnya. Spesifikasi :

1. Jumlah Relay: 2

2. Sinyal kontrol: Tingkat TTL (AKTIF LOW)

3. Nilai beban: 10A 250VAC, 10A 30VDC, 10A 125VAC, 10A 28VDC

4. Hubungi waktu tindakan: 10ms / 5ms

5. Indikator LED untuk setiap saluran

6. Relay ukuran: 51 x 41 mm

Gambar 2.14 Relay 2 channel (Sumber : (Angger, Editha, & Adharul, 2017))

2.10.2 Perangkat Lunak

1. Arduino IDE (Integrated Development Environment) Arduino diciptakan untuk pemula, bahkan yang tidak memiliki basic bahasa pemrograman sama sekali karena menggunakan bahasa C++ yang 1. Arduino IDE (Integrated Development Environment) Arduino diciptakan untuk pemula, bahkan yang tidak memiliki basic bahasa pemrograman sama sekali karena menggunakan bahasa C++ yang

Gambar 2.15 Software Arduino IDE 1.8.3 (Sumber : Arduino IDE 1.8.3) Pada proses Uploader dimana pada proses ini mengubah bahasa pemrograman

yang nantinya di-compile oleh avr-gcc (avr-gcc compiler) yang hasilnya akan disimpan kedalam papan arduino. Avr-gcc compiler merupakan suatu bagian penting untuk software bersifat open source. Dengan adanya avr-gcc compiler, maka akan membuat bahasa pemrogaman dapat dimengerti oleh mikrokontroler. Proses terakhir ini sangat penting, karena dengan adanya proses ini maka akan membuat proses yang nantinya di-compile oleh avr-gcc (avr-gcc compiler) yang hasilnya akan disimpan kedalam papan arduino. Avr-gcc compiler merupakan suatu bagian penting untuk software bersifat open source. Dengan adanya avr-gcc compiler, maka akan membuat bahasa pemrogaman dapat dimengerti oleh mikrokontroler. Proses terakhir ini sangat penting, karena dengan adanya proses ini maka akan membuat proses

2.11 Kajian Terdahulu

Guna mendapatkan hasil penelitian yang optimal harus melakukan kajian dari penelitian-penelitian terdahulu yang linier dengan penelitian ini sehingga bisa dijadikan referensi dalam penelitian yang sekarang dilakukan. Ada beberapa kajian penelitian yang sudah dilakukan peneliti - peneliti sebelumnya. Untuk memudahkan pemahaman terhadap kajian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.9. berikut :

Tabel 2.9 Kajian Terdahulu

No Tahun ISSN

Hasil Temuan

Variable Yang Terkait

1 2016 2502-3829 Bayu Nurcahya,

Sistem Kontrol

Jurnal

Inkubator bayi pengontrolan Penggunaan

Whayan

Kestabilan Suhu

METTEK menggunakan

Mikrokontroler

Whidiada,I Dewa Pada Inkubator

mikrokontroler Arduino uno Arduino Uno

Gede Ary

BayiBerbasis

pada matlab/simulink sebagai

Subagia Arduino Uno

Pengendali

Dengan

Inkubator bayi

Matlab/Simulink

2 2015 1907-5022 Alvien Yuliant,

Rancang Aplikasi

Seminar Inkubator

Penggunaan

Anacostiana

Pemantau Suhu dan Nasional bayi

Buzzer Pada

Kowanda, Nur

Kelembapan

Aplikasi yang

Sistem Pengendali

Sultan Salahuddin Pada Inkubator

Teknologi menggunakan aplikasi

Inkubator Bayi

Bayi Berbasis

Informasi pemantau

Sebagai

Internet (SNATi) suhu dan

Peringatan

kelembaban yang

Atau

terkoneksi

Pemberitahuan dengan internet Kepada User,

Bahwa Suhu Ruangan Sudah Mencapai Batas Yang Telah Di Tentukan.

3 2013 2089-0133 Wihantoro,

Kinerja Inkubator