6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perkembangan Pertanian di Indonesia
Dengan adanya kekayaan hayati dan Sumber Daya Alam SDA merupakan anugrah yang harus dibangun dan dilestarikan bukan justru kepunahan dan
kehancuran alam. Dengan kekayaan hayati dan SDA Indonesia ditakdirkan sebagai negara yang cocok dalam bidang pembangunan pertanian yang tidak
dipunyai oleh negara lain. Hanya bagaimana mengatur strategi pembangunan pertanian sehingga negara Indonesia mampu menjadi negara maju dengan
dukungan kekayaan SDAnya. Perjalanan permbangunan pertanian Indonesia mengalami pasang surut yang sangat dilematis. Indonesia sebagai negara agrais
yang harusnya mengedepankan pertanian sebagai fundamental pembangunan yang berkelanjutan, agaknya patah di jalan dan pemerintah berpaling pada eksplorasi
dan pembangunan teknologi tinggi industri kapal terbang, yang melupakan pentingnya pertanian karena dianggap hasil pertanian terhadap produk domestik
domestik bruto PDB kecil, yang akhirnya mengalami keterpurukan seluruh sendi perekonomian di Indonesia setelah terjadi resesi ekonomi pada tahun 1997
Sukino, 2013. Perkembangan pertanian di Indonesia apabila ditelusuri dari waktu ke waktu
mengalami berbagai pasang surut. Bidang pertanian sebagai sebagai dasar perekonomian kerakyatan yang pada awalnya sangat diandalkan dalam menopang
sendi-sendi pembangunan bangsa, pada akhirnya mengalami berbagai gejolak permasalahan. Penyebabnya adalah berbagai kebijakan yang justru menciptakan
keadaan yang tidak menguntungkan bagi para petani. Kebijakan-kebijakan yang
ditempuh oleh pemerintah dan diharapkan mampu mengatasi berbagai persoalan pertanian malah bermuara pada permasalahan yang sangat kompleks. Kebijakan-
kebijakan tersebut hanya memberatkan para petani sebagai mayoritas pelaku di bidang pertanian. Upaya-upaya yang ditempuh dalam menyejahterakan kehidupan
para petani dianggap belum berhasil. Karena dalam mengambil keputusan, pemerintah kurang berpihak pada kaum petani dan cenderung merugikan petani
Husodo, et al., 2004. Meskipun sektor pertanian memberikan sumbangan besar dalam penciptaan
kesempatan kerja dan jaminan pendapatan kepada masyarakat, namun ketidakseimbangan sistematik masih sering terjadi pada kelompok masyarakat
tani yang sebagian besar berada di perdesaan. Meningkatnya kesempatan untuk memperoleh akses faktor produksi serta potensi dan kesempatan yang beragam
belum dapat mengurangi wajah kesenjangan antar sektor, antar daerah, dan antar golongan masyarakat pada sektor pertanian. Implikasi dari kondisi demikian
membuat sebagian besar penduduk masih berada dalam kondisi tertinggal. Sehingga pembangunan pertanian seolah hanya menguntungkan pelaku kegiatan
ekonomi pertanian yang lebih kuat. Hasil-hasil pembangunan pertanian tidak serta merta dapat merembes ke bawah sehingga tidak mampu mengangkat
kesejahteraan petani seperti yang diharapkan. Keadaan ini digambarkan oleh angka kemiskinan di perdesaan masih besar serta nilai tukar petani NTP yang
tidak seimbang dengan kegiatan ekonomi non-pertanian. Meskipun perkembangan NTP telah relatif membaik namun belum merata terjadi di seluruh wilayah
penghasil pangan Sumodoningrat, 2001.
2.2 Lahan Pertanian