Penelitian-penelitian anak putus sekolah sebelumnya

10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian-penelitian anak putus sekolah sebelumnya

Beberapa penelitian tentang permasalahan faktor anak putus sekolah diberbagai daerah Indonesia serta metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Penelitian pemetaan anak putus sekolah dan tidak putus sekolah diaerah tertinggal kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan yang dilakukakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, UNICEF Indonesia, lembaga penelitian SMERU. Penelitian ini dilakukan melalui tahapan strategis, yaitu 1 pengumpulan data; 2 analisi data ; 3 penyajian hasil analisis data pelaporan. Analisis data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan cara deskriptif kuantitatif dan kualitatif, yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik pada data primer dan sekunder. Fenomena anak tidak putus sekolah didaerah tertinggal Kabupaten Banjar dengan jumlah 598 jiwa 9,89 di enam wilayah Kecamatan merupakan permasalahan yang harus segera ditemukenali berbagai faktor penyebabnya. Kondisi geografis wilayah kecamatan daerah tertinggal Kabupaten Banjar secara umum merupakan daerah terisolasi yang bersentuhan secara langsung dengan keterbatasan akses dan informasi. Terdapat tujuh faktor penyebab anak tidak sekolah, meliputi: 1 tingkat pendapatan orang tua, 2 jumlah beban tanggungan keluarga, 3 perhatian orang tua, 4 anak bekerja, 5 anak tidak minta sekolah, 6 keberadaan orang tua yatim piatu, dan 7 akses terhadap pendidikan. 11 Faktor anak putus sekolah didominasi empat faktor, yakni anak bekerja 29,48, anak malas 17,93, dan anak berhenti sendiri 13,94. Terdapat ditiga kecamatan, yaitu Kecamatan Simpang Empat 30,68, Sungai Pinang 25,50, dan Aluh-Aluh 20,32. Dibanding dengan wilayah lainnya, ketiga wilayah kecamatan tersebut merupakan wilayah yang secara geografid terisolir dan bersentuhan langsung dengan pegunungan meratus. Tiga Kecamatan tersebut memiliki akses terbatas meskipun mempunyai potensi sumberdaya alam seperti batubara hingga saat ini terus dieksploitasi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, UNICEF Indonesia, lembaga penelitian SMERU, 2012. 2. Elisabet Sidabutar dalam penelitiannya tentang permaslahan anak putus sekolah yang ada di kelurahan sipolha horisan kecamatan sidamanik kabupaten simalungun ditemukan ada sebanyak 265 jiwa anak putus sekolah. SD sebanyak 288 jiwa anak, lulusan SD sebanyak 133 jiwa, lulusan SMP sebanyak 265 jiwa dan lulusan SMA 588 jiwa. Tipe penelitian tergolong penelitian deskriptif. Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui lebih dalam faktor penyebab putus sekolah di lokasi penelitian peneliti. Teknik pengumpulan data yang dibuat adalah studi kepustakaan, studi lapangan observasi, wawancara mendalam. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat faktor yang menyebabkan anak putus sekolah pada masyarakat kelurhan sipolha horisan berdasarkan wawancara dengan informan adalah 1 karena keadaan ekonomi keluarga yang rendah, 2faktor lingkungan sosial anak, dimana adanya pengaruh dari teman sebaya anak yang dapat menyebabkan 12 anak bersikap negatif menjadikan anak meninggalkan bangku sekolah 3 faktor anak berkeinginan untuk bekerja akibat ketersediaan sumber pekerjaan sehingga anak lebih memilih bekerja dibandingkan dengan melanjut sekolah. Adapun faktor dominan yang menyebabkan anak putus sekolah dikelurahan sipolha horisan yaitu faktor dari dalam diri anak diman kurangnya minat anak bersekolah. 3. Merry elike evelyin titaley dalam penelitiannya tentang permasalahan anak putus sekolah pada sekolah menengah pertamadi SMPN 4 dan SMP TAMAN SISWA di JAKARTA. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan positivism. Pendekatan ini melihat ilmu sosial sebagai sesuatu metode yang terorganisir untuk mengkombinasikan logika deduktif dengan pengamatan empiris. Teknik pengumpulan data yang dibuat adalah data primer dan data sekunder.Adapun faktor penyebab sekolah berdasarkan hsil penelitian yang dilakukan adalah faktor internal yaitu intelegensi, motivasi, tingkat kesadaran, tidak menyukai sekolah. Di SMP N 4 faktor utama penyebab putusnya anak sekolah disebabkan karena tidak menyukai sekolah, sama hal nya juga di sekolah SMP TAMAN SISWA. Sedangkan faktor eksternal yaitu ekonomi, sosial budaya, sekolah. SMP N 4, hal yang paling dominan peneyebab putus sekolah sedangkan di SMP TAMAN SISWA yaitu faktor ekonomi dan sosial budaya. 4. Resih Anggun Sutiasnah dalam penelitiannya tentang faktor-faktor peneyebab putus sekolah di Madrasah ibtidayah MI dab Madrasah Tsnawiyah MTs nurul wathan pusaran 8 kecamatan enok kabupaten Indragiri hilir. Data anak 13 putus sekolah di madarasah ibtidakyah MI berjumlah 21 jiwa. 9 orang laki- laki dan 12 orang perempuan. Sedangkan data anak putus sekolah di Madarasah Tsanawiyah MTs berjumlah 16 orang yang terdiri dari 7 orang orang laki-laki dan 9 orang perempuan. Metode penelitian yang dibuat adalah pendekatan kualitatif dimana dilakukan wawancara secara mendalam. Teknik pemgumpulan data yang dibuat adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun faktor penyebab putus sekolah berdasarkan hasil peneleitian yang dilakukan oleh peneliti adalah faktor putus sekolah disebabkan karena faktor ekonomi, rendahnya motivasi orang tua dan anak putus sekolah di madrasah ibtidayah dan madarasah tsanawiyah nurul wathan pusaran 8 kecamatan enok kabupaten Indragiri hilir dianataranya dikarenakan karena faktor ekonomi orang tua, lingkungan pergaulan dan kemauan sendiri, 5. Lusiana eva.R.P dalam penelitiannya yaituPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Efektivitas YAPENSU dalam menangani anak putus sekolah. Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun program yang diberikan YAPENSU untuk anak-anak putus sekolah yang tidak mendapatkan haknya dalam pendidikan adalah Pendidikan Paket Asetara dengan SD,, Pendidikan Paket B setara dengan SLTP, Pendidikan Paket C setara dengan SLTA, dan keterampilanlife skill yaitu kerampilan komputer. Metode analisa yang digunakan untuk mengetahui efektivitas program-program di atas adalah metode analisis deskriptif kualitatif, dimana pengolahan data dilakukan secara manual, data dikumpulkan dari kuesioner dan wawancara, dan kemudian ditabulasikan dalam bentuk distribusi frekuensi dengan tujan untuk memperinci 14 data-data sekaligus menyajikan persentase dari masing-masing jawaban responden, sehingga akan diperoleh jawaban yang palin dominan dan dianalisis melihat kecenderungan data tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program pendidikan di YAPENSU bagi anak putus sekolah secara umum dapat dikatakan sudah efektif, karena dari pencapaian tujuan dan waktu dalam mencapai tujuan telah sesuai dengan perencanaan yang telah ditentukan, program pendidikan juga dapat memberikan manfaat bagi anak-anak putus sekolah serta kemampuan lembagapekerja sosial yang dapat memberikan kepuasan dalam pelayanan bimbingan kepada anak-anak putus sekolah.

2.2 Pendidikan