Tantangan Penciptaan Ekonomi yang Inklusif
Tantangan Penciptaan Ekonomi yang Inklusif
Tantangan lain dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang semakin berkualitas adalah upaya menciptakan ekonomi inklusif guna menurunkan tingkat kemiskinan dan
tingkat kesenjangan ekonomi. Kesenjangan tersebut tidak hanya terjadi dalam lingkup nasional tapi juga secara spasial, baik dilihat dari kota-desa maupun dari intra- pulau. Namun, kondisi terkini menunjukkan upaya untuk menurunkan tingkat kesenjangan ekonomi menghadapi kendala antara lain akibat belum meratanya distribusi tingkat pendidikan, kesempatan kerja, dan kepemilikan aset keuangan.
Tantangan pembangunan ekonomi inklusif semakin menjadi perhatian karena tingkat kemiskinan dan kesejangan di Indonesia perlu terus diturunkan agar sejalan dengan pendapatan per kapita yang terus meningkat. Sejak tahun 2004, Indonesia telah keluar dari kategori negara berpendapatan rendah dan menjadi negara berpendapatan menengah. Saat ini, pendapatan per kapita Indonesia masih terus dalam kecenderungan meningkat mencapai di atas 3.500 dolar AS, dengan tingkat kemiskinan yang terus menurun di bawah 10%. Namun demikian, penurunan kemiskinan perlu terus dilakukan sehingga dapat sejajar dengan level di negara- negara Asia (Grafik 10.26).
Tantangan menurunkan kesenjangan juga berkaitan dengan kesenjangan spasial, baik antara perkotaan dengan pedesaan maupun kesenjangan intra- pulau. Tingkat kesenjangan di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan kesenjangan di perdesaan, sebagaimana ditunjukkan oleh lebih lebarnya kesenjangan antara penduduk terkaya dan termiskin di perkotaan. Selain itu, kesenjangan juga terjadi dalam satu pulau di Indonesia. Kesenjangan pendapatan per kapita penduduk terlihat yakni antara Jawa bagian utara
Tiongkok '90
Tiongkok '95 Tiongkok ‘13
Indonesia '90
Indonesia '00
Indonesia '15
Thailand ‘95
Thailand ‘10
Thailand '15 Malaysia '90
Malaysia '00
Malaysia '15
Grafik 10.22. Pangsa Industri Pengolahan terhadap P
Sumber: World Development Indicators, World Bank
Persen PDB
PDB Per Kapita, PPP (USD, Konstan 2011)
Grafik 10.25. Pangsa Industri Pengolahan Beberapa Negara
Sumber: World Bank Poverty & Inequality Database (Data terkini dalam 5 tahun 2011-2016), diolah Keterangan: *Tingkat kemiskinan dengan garis batas kemiskinan 1,9 dolar AS per hari
Grafik 10.24. Perbandingan Tingkat Kemiskinan dan
Gini Index
Indonesia
M ed
ia n Kesenjangan
Median Kemiskinan
Kemiskinan Rendah Kesenjangan Rendah
Kemiskinan Rendah Kesenjangan Tinggi
Kemiskinan Tinggi Kesenjangan Rendah
Kemiskinan Tinggi Kesenjangan Tinggi
Persen*
Grafik 10.26. Perbandingan Tingkat Kemiskinan dan
Kesenjangan Ekonomi Negara di Asia
Grafik 10.27. PDRB Per Kapita Kabupaten/Kota di Jawa dan Sumatera
Pamekasan Ogan Komering Ulu Timur Sampang Empat Lawang Ponorogo
Pagar Alam
Nganjuk Ngawi
Lampung Barat Ogan Komering Ulu Selatan Seluma
Bondowoso
Bengkulu Utara Tanggamus
Trenggalek Kediri
Mukomuko Ogan Ilir
Lubuk Linggau Lebong
Situbondo
Pesisir Barat
Probolinggo Magetan
Way Kanan Kepahiang
Blitar Bengkulu Selatan Rejang Lebong Jember Banyuasin Lumajang Jombang
Ogan Komering Ilir Metro Lampung Utara
Lamongan Sumenep
Jawa Bagian Timur
Merangin Pali
Tulungagung
Pesawaran Ogan Komering Ulu Kerinci
Pasuruan Malang
Tulang Bawang Barat Bengkulu Tengah
Sumatera Bagian Selatan
Musi Rawas Utara Lampung Selatan Prabumulih Banyuwangi Tebo Bojonegoro Mojokerto Lahat Mojokerto Tuban
Probolinggo Blitar
Lampung Timur
Bangka Selatan Bangka
Batu
Musi Rawas Kota Jambi
Madiun
Mesuji
Pasuruan Malang
Bangka Tengah Bungo
Sidoarjo
Bandar Lampung Tulang Bawang
Lampung Tengah
Pemalang Kediri
Muaro Jambi Kota Bengkulu Belitung
Grobogan
Belitung Timur Batang Hari
Banjarnegara Kebumen Demak
Kota Pangkalpinang Kota Sungai Penuh
Bangka Barat
Tegal
Muara Enim
Jepara
Tanjab Timur Palembang
Brebes Pesisir Selatan Pekalongan Tanjab Barat Magelang
Wonosobo
Musi Banyuasin
Solok Selatan Pasaman
Purbalingga Blora
Pasaman Barat Solok
Purworejo
Lima Puluh Kota Tanah Datar
Kulonprogo
Sijunjung
Gunungkidul Batang
Padang Pariaman Agam Dharmasraya
Kep. Mentawai Temanggung Payakumbuh Bantul Wonogiri
Pariaman Lingga
Banyumas Rembang
Jawa Bagian Tengah
Sawahlunto Solok
Boyolali
Bukittinggi Padang
Sumatera Bagian Tengah
Rokan Hulu Pekalongan Karimun Indragiri Hilir Sukoharjo Sragen
Klaten Pati
Padang Panjang
Kuantan Singingi Tanjungpinang
Kendal Kepulauan Meranti Karanganyar Kampar Indragiri Hulu Semarang Tegal
Sleman
Pekanbaru
Pelalawan Dumai
Salatiga
Rokan Hilir Batam
Yogyakarta Surakarta
Kepulauan Anambas Bengkalis Natuna
Semarang
Nias Selatan Nias Barat
Tasikmalaya Cianjur Kudus
Subulussalam Aceh Singkil Pidie Jaya
Garut
Aceh Tenggara
Kuningan
Pakpak Bharat
Nias Utara Simeulue
Pandeglang Cirebon
Lebak
Aceh Selatan Pidie
Majalengka
Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Nias
Subang Banjar
Aceh Tamiang Aceh Timur
Pangandaran Sukabumi Ciamis
Padangsidimpuan Mandailing Natal Aceh Barat Daya
Bandung Barat
Sumedang
Aceh Jaya Langsa
Bireuen
Tasikmalaya Depok
Gayo Lues Dairi
Bandung
Humbang Hasundutan Samosir
Sukabumi Bekasi
Bener Meriah Gunungsitoli
Kab. Tangerang
Jawa Bagian Barat
Aceh Besar
Sumatera Bagian Utara
Bogor
Tebing Tinggi Aceh Utara
Tangerang Selatan Serang Bogor
Aceh Tengah Padang Lawas Aceh Barat Toba Samosir
Langkat
Cimahi Serang
Sabang
Indramayu
Simalungun Binjai
Cirebon
Padang Lawas Utara Serdang Bedagai
Kota Tangerang Purwakarta
Tapanuli Selatan Tanjungbalai
Karawang
Nagan Raya
Bandung Bekasi
Deli Serdang Asahan
Jakarta Timur
Lhokseumawe Karo
Cilegon Labuanbatu Utara Jakarta Selatan Sibolga Kepulauan Seribu Jakarta Utara
Jakarta Barat
Pematangsiantar
Labuhan Batu Labuhanbatu Selatan Banda Aceh
Jakarta Pusat
Juta rupiah 0 100
Batu Bara
Juta rupiah
Medan
200 250 300 350 400 450 Jawa Bagian Utara
Jawa Bagian Selatan
Sumatera Bagian Barat
Sumatera Bagian Timur
Sumber: BPS 2014-2015, diolah
202 | BAB 10 • LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017
LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017 • BAB 10 | 203
dan bagian selatan, serta antara Sumatera bagian timur dan barat (Grafik 10.27). Perkembangan ini berimplikasi pada semakin pentingnya membangun konektivitas antardaerah serta membangun berbagai potensi daerah yang masih tertinggal.
Upaya mempercepat penurunan kesenjangan tersebut dihadapkan pada belum meratanya akses seluruh kelompok masyarakat terhadap pendidikan. Dalam kaitan ini, tantangan pemerataan pendidikan adalah kesempatan memperoleh pendidikan pada semua level pendapatan dan status sosial. Kondisi saat ini menunjukkan masih terbatasnya peluang masyarakat berpendapatan rendah untuk dapat mencapai status sosial yang lebih baik melalui akses pendidikan yang lebih tinggi. Berdasarkan survei, anak-anak dengan orang tua berpendapatan 20% teratas lebih berkesempatan untuk mencapai pendidikan hingga tingkat universitas dengan peluang sebesar 39%. Sebaliknya, peluang anak- anak dengan orang tua berpendapatan 40% terbawah untuk mencapai pendidikan hingga tingkat universitas peluangnya hanya sebesar 11% (Grafik 10.28).
Kesenjangan tingkat pendidikan yang terjadi berdampak pada tingkat keahlian dan kesempatan kerja yang juga belum merata. Sejalan dengan proses industrialisasi yang sedang berlangsung, permintaan terhadap pekerja berkeahlian tinggi di Indonesia terus meningkat. Namun demikian, permintaan ini belum diimbangi dengan jumlah pekerja dengan tingkat keahlian yang memadai. Akibatnya, kondisi ini mendorong tingkat upah pekerja berkeahlian tinggi semakin meningkat. Di sisi lain, tenaga
kerja berkeahlian rendah masih besar, ditandai dengan masih banyaknya tenaga kerja yang bekerja pada sektor informal.
Kesenjangan akses pendidikan yang berimplikasi pada kesempatan kerja yang belum merata tersebut juga disertai dengan ketersediaan akses terhadap aset fisik dan keuangan. Hasil survei menunjukkan bahwa ketersediaan untuk kelompok kaya lebih baik ketimbang kelompok miskin. Berdasarkan survei, jumlah aset yang dimiliki oleh 10% orang terkaya di Indonesia mencapai 54% dari total nilai aset (Grafik 10.29).