Reformasi Penyusunan Anggaran

3.2.4. Reformasi Penyusunan Anggaran

Penyusunan APBN dimaksudkan sebagai penjabaran rencana kerja Pemerintah untuk kurun waktu satu tahun. Penyusunannya disesuaikan dengan kebutuhan penyelenggaraan negara dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara. Dalam penyusunan ini diupayakan

agar belanja operasional tidak melampaui pendapatan dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Menurut pasal 12 UU Nomor 17 tahun 2003 dalam hal anggaran diperkirakan mengalami defisit, defisit yang terjadi dibatasi maksimal 3% dari Produk Domestik Bruto dan jumlah pinjaman untuk membiayai defisit tersebut maksimal adalah 60% dari Produk Domestik Bruto. Apabila anggaran diperkirakan akan surplus, Pemerintah dapat mengajukan rencana penggunaan surplus anggaran kepada DPR dengan mempertimbangkan prinsip pertanggungjawaban antar generasi sehingga penggunaannya diutamakan untuk pengurangan utang, pembentukan dana cadangan, dan peningkatan jaminan sosial.

Mekanisme pembahasan dan penyusunan APBN dimulai ketika pemerintah menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro tahun anggaran berikutnya kepada DPR yang akan diikuti dengan pembahasan dalam pembicaraan pendahuluan RAPBN. Kegiatan ini selambat-lambatnya dilaksanakan pada pertengahan bulan Mei tahun anggaran berjalan. Pada bulan Agustus, Pemerintah mengajukan RUU tentang APBN untuk tahun anggaran yang akan datang beserta nota keuangan dan dokumen-dokumennya kepada DPR. Pembahasan atas RUU dilakukan sesuai dengan undang- undang yang mengatur susunan dan kedudukan DPR. Pada tahap ini, DPR Mekanisme pembahasan dan penyusunan APBN dimulai ketika pemerintah menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro tahun anggaran berikutnya kepada DPR yang akan diikuti dengan pembahasan dalam pembicaraan pendahuluan RAPBN. Kegiatan ini selambat-lambatnya dilaksanakan pada pertengahan bulan Mei tahun anggaran berjalan. Pada bulan Agustus, Pemerintah mengajukan RUU tentang APBN untuk tahun anggaran yang akan datang beserta nota keuangan dan dokumen-dokumennya kepada DPR. Pembahasan atas RUU dilakukan sesuai dengan undang- undang yang mengatur susunan dan kedudukan DPR. Pada tahap ini, DPR

Mulai APBN tahun 2005, format penyusunan APBN menggunakan format baru yakni format anggaran terpadu (unified budget) yang melebur anggaran rutin dan pembangunan ke dalam satu format anggaran seperti ditunjukkan dalam lampiran 2. Penggabungan belanja rutin (meliputi gaji, pemeliharaan, perjalanan dinas dan belanja barang) dengan belanja pembangunan diharapkan akan mengurangi alokasi yang tumpang tindih. Bersamaan dengan itu, dilakukan juga reklasifikasi belanja negara, khususnya belanja negara untuk pemerintah pusat. Beberapa perubahan pokok dalam format anggaran ditampilkan dalam lampiran 3.

Disamping format anggaran terpadu, akan dilakukan perbaikan efisiensi dan efektivitas pengelolaan belanja negara serta penyempurnaan manajemen negara melalui anggaran berbasis kinerja, rencana anggaran berjangka menengah (medium term expenditure frame work), standar akuntansi pemerintah, reklasifikasi belanja menurut fungsi, organisasi dan jenis.

Penerapan anggaran terpadu dan reklasifikasi belanja negara tersebut dimaksudkan untuk:

1. Menghilangkan duplikasi anggaran yang disebabkan tidak tegasnya pemisahan antara kegiatan operasional dengan proyek, khususnya proyek- proyek non- fisik.

2. Memudahkan penyusunan anggaran berbasis kinerja (performance based budgeting) guna memperjelas keterkaitan antara output/outcome yang dicapai dengan penganggaran organisasi.

3. Memberikan gambaran yang obyektif dan proporsional mengenai kegiatan keuangan pemerintah.

4. Meningkatkan kredibilitas statistik keuangan pemerintah dengan mengacu kepada format keuangan pemerintah sesuai standar internasional.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, penyusunan APBN mulaitahun 2005 disusun dengan berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang didukung oleh Rencana Kerja danAnggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL). RKP merupakan dokumen perencanaan nasional untuk periode 1 (satu) tahun yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, yang berisi kebijakan pembangunan untuk periode 5 (lima) tahun, baik yang terkait dengan APBN maupun yang diarahkan untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Sedangkan RKA-KL adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan suatu kementerian negara/lembaga, yang merupakan penjabaran dari rencana kerja pemerintah dan rencana strategis kementerian negara/lembaga yang bersangkutan dalam satu tahun anggaran, serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya.

Berbeda dengan penyusunan APBN tahun-tahun sebelumnya yang lebih bersifat top down, penyusunan APBN mulai tahun 2005 dilakukan melalui proses penganggaran yang mengkombinasikan antara pendekatan top down dan pendekatan bottom up.

Dalam penyusunan APBN yang baru, masing-masing kementerian negara/lembaga menyusun rencana kerja (RK-KL) yang didalamnya memuat program-program yang akan dilaksanakan oleh unit-unit organisasi yang bersangkutan. Selanjutnya, RK-KL dari semua kementerian negara/lembaga dihimpun menjadi satu Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Bersamaan dengan itu, Pemerintah bersama-sama Panitia Anggaran DPR menetapkan pagu anggaran sementara untuk setiap kementerian negara/lembaga berdasarkan program. RK-KL dan pagu sementara tersebut menjadi dasar bagi masing- masing kementerian negara/lembaga bersama dengan komisi-komisi yang menjadi mitra kerjanya di DPR membagi pagu anggaran sementara ke dalam kegiatan yang direncanakan dan menurut jenis belanja, sehingga tersusun rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga (RKA- KL). Selanjutnya,

sekaligus menyampaikan RKA-KL dimaksud kepada Menteri Keuangan. Akhirnya, RKA-KL dari semua kementerian negara/lembaga dan RKP dijadikan pedoman dalam penyusunan nota keuangan dan RAPBN dan sekaligus menjadi bagian yang

kementerian

negara/lembaga

menyusun