Struktur dan Format APBN

3.2.3. Struktur dan Format APBN

Sejak tahun anggaran 1969/70 sampai dengan 1999/2000 APBN disusun dalam bentuk rekening scontro (T account). Di sebelah kiri (debet) dicantumkan semua penerimaan dan di sebelah kanan (kredit) dicantumkan semua pengeluaran. Mulai tahun anggaran 2000 struktur dan format APBN disusun dalam bentuk stafel (I account). Struktur demikian disesuaikan dengan standar yang berlaku secara internasional sebagaimana digunakan dalam statistik keuangan Pemerintah (Government Finance Statistics). Struktur dan format APBN seperti ini dapat digunakan untuk beberapa tujuan yaitu:

1. Untuk meningkatkan transparansi dalam penyusunan APBN, sebab dalam penyusunan APBN ini akan tampak secara nyata besarnya defisit anggaran dan strategi pembiayaannya.

2. Mempermudah melakukan analisis komparasi mengenai perkembangan operasi fiskal Pemerintah dengan berbagai negara lain. Tujuan ini terutama berkaitan dengan besaran-besaran rasio defisit anggaran terhadap Produk Domestik Bruto - PDB (overall balance deficit to GDP), serta rasio pembiayaan baik dalam negeri maupun luar negeri terhadap PDB (financing to GDP ratio).

3. Mempermudah analisis, pemantauan, dan pengendalian pelaksanaan dan pengelolaan APBN sehingga dapat diambil langkah-langkah untuk memperkecil diskripensi dengan data pembiayaan Bank Indonesia.

4. Menghadapi pelaksanaan desentralisasi fiskal (mengantisipasi pelaksanaan UU No. 25 tahun 1999, telah diamandemen dengan UU No. 33 tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah - UUPKPD).

Mulai Maret 2003 seiring dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor

17 Tahun 2003, format RAPBN meski masih menggunakan I - Account mengalami perubahan format pada struktur anggarannya. UU Keuangan Negara mengamanatkan format baru yang disebut format anggaran terpadu (unified budget). Adapun struktur dan format RAPBN yang berlaku saat ini 17 Tahun 2003, format RAPBN meski masih menggunakan I - Account mengalami perubahan format pada struktur anggarannya. UU Keuangan Negara mengamanatkan format baru yang disebut format anggaran terpadu (unified budget). Adapun struktur dan format RAPBN yang berlaku saat ini

Dari struktur APBN tersebut dapat kita ketahui bahwa Pendapatan negara terdiri Penerimaan Dalam Negeri dan Hibah. Penerimaan Dalam Negeri terdiri dari Penerimaan Perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak. Penerimaan Perpajakan terdiri dari Pajak Dalam Negeri dan Pajak Perdagangan Internasional. Pajak Dalam Negeri terdiri dari Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, PBB dan BPHTB, Cukai, dan Pajak Lainnya. Pajak Perdagangan Internasional terdiri dari Bea Masuk dan Pajak Ekspor.

Penerimaan Negara Bukan Pajak, terdiri dari Penerimaan Sumber Daya Alam, Bagian Pemerintah atas Laba BUMN, dan Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya.

Belanja Negara terdiri dari Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan Belanja untuk Daerah. Anggaran Belanja Pemerintah Pusat terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, Pembayaran Bunga Hutang, Subsidi, Belanja Hibah, Bantuan Sosial dan Belanja lain-lain.

Belanja untuk Daerah terdiri dari Dana Perimbangan dan Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian. Dana Perimbangan terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus. Dana Otonomi Khusus yaitu dana yang disediakan untuk Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Provinsi Papua sehubungan dengan diberinya Otonomi Khusus kedua Provinsi tersebut. Dana Penyesuaian yaitu dana yang disediakan agar dana Alokasi Umum yang diberikan kepada setiap Provinsi jumlahnya tidak lebih kecil dari jumlah yang diberikan pada tahun anggaran sebelumnya.

Jumlah Pendapatan Negara (A) dikurangi dengan jumlah Belanja Negara (B) merupakan Surplus/Defisit Anggaran (A - B) = D. Surplus/defisit anggaran tersebut biasa dinamakan Keseimbangan Umum. Karena mulai tahun 2000 dianut anggaran defisit, maka D merupakan defisit anggaran. Defisit Anggaran tersebut akan ditutup dengan Pembiayaan Anggaran (E), yang terdiri dari Pembiayaan Dalam Negeri dan Pembiayaan Luar Negeri. Pembiayaan Dalam Negeri terdiri dari Perbankan Dalam Negeri dan Non Perbankan Dalam Negeri. Pembiayaan Non Perbankan Dalam Negeri terdiri dari tiga sumber pembiayaan yaitu Privatisasi, Penjualan Asset Program Restrukturisasi Perbankan, dan Obligasi Negara.

Privatisasi yaitu penjualan saham-saham BUMN kepada masyarakat

(perorangan dan atau perusahaan), baik masyarakat dalam negeri maupun masyarakat luar negeri. Penjualan Asset Program Restrukturisasi Perbankan yaitu penjualan asset bank-bank yang telah diambil alih oleh BPPN.

Pembiayaan Luar Negeri yang menjadi sumber pembiayaan adalah pembiayaan luar negeri bersih yaitu penarikan pinjaman luar negeri bruto setelah dikurnangi pembayaran cicilan hutang pokok luar negeri.

Dalam setiap penyusunan APBN selalu digunakan asumsi, maksudnya sebagai pedoman agar jumlah dan sasaran APBN itu dapat dicapai sesuai dengan yang direncanakan.