Mutohharun Jinan

a. Faktor Internal

Sebagaimana disinggung di bagian terdahulu bahwa kepengikutan warga MTA pada awalnya secara alami dan suka- rela mirip seperti anggota sekte keagamaan. Tidak ada upaya-upaya secara ofensif dari aktivis gerakan ini untuk memperbanyak warganya guna mendukung dakwah di

38 Pernyataan ini juga sekaligus menjadi pernyataan baiat seorang warga kepada imamnya, sehingga pada saat itu pula seorang warga menjadi makmum dalam jamaah MTA.

Penetrasi Islam Puritan Di Pedesaan: Kajian tentang ... (Mutohharun Jinan)

masyarakat luas. Ada perbedaan yang cukup mendasar mengenai kepengikutan warga pada masa kepemimpinan Abdullah Thufail Saputro dan kepemimpinan Ahmad Sukina. Seorang muridnya, Umi Salamah menuturkan orang yang ikut pengajian benar-benar orang yang ingin mengaji, mempelajari, dan membutuhkan ajaran Islam sebagai panduan hidup. Kare- na itu pola penyebarannya hanya melalui sistem gethok tular dari hubungan keluarga dan kerabat atau pertemanan. Pengikut MTA adalah mereka yang sudah memiliki teman atau keluarga yang terlebih dahulu menjadi warga. Tidak ada upaya-upaya masif dari pihak yayasan untuk menarik seseorang menjadi warga. Pada dasarnya memang tidak ada mobilisasi massa untuk pengajian umum secara terprogram.

Sementara pada era kepemimpinan Ahmad Sukina perluasan MTA didukung oleh teknologi informasi dan komunikasi yang sudah canggih, seperti radio, TV dan internet serta compac disk terutama dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Era reformasi yang memungkinkan melakukan gerakan dakwah lebih leluasa juga menjadi faktor pembeda dengan generasi sebelum- nya. MTA secara konsisten mendisiplinkan warganya untuk pengajian dan pengamal- an hasil pengajian itu untuk diri sendiri. Rupanya model ini cukup menjadi daya tarik tersendiri dari orang-orang di luar pengikut gerakan ini. Secara sistematis faktor internal kepengikutan warga dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu daya pikat MTA, keinginan mempelajari Islam, faktor ekonomi.

b. Faktor Eksternal Kepengikutan

Gerakan-gerakan keagamaan dengan

baik sekali dapat menanamkan pengaruh yang kuat dalam masyarakat jika gerakan- gerakan tersebut berada pada saat kondisi sedang dalam keadaan anomali. Setidak-

nya penelitian Mulkhan 39 membenarkan penyataan ini. Faktor-faktor krisis sosial politik pasca G/30/S/PKI, mempengaruhi petani di pedesaan menjadi pengikut gerak- an puritan. Sementara pihak Islam murni juga menginginkan adanya peningkatan jumlah pengikut untuk kepentingan mobili- sasi politik. Dalam kasus MTA situasi krisis tahun 60-an menggiatkan Abdullah Thufail Saputro berdakwah Islam dan menyatu- kan umat Islam melawan ideologi komunis- me. Situasi krisis akan mendorong orang mencari pegangan baru. Krisis sosial- ekonomi yang terjadi pada sepuluh tahun terakhir diduga menjadi faktor penting ke- pengikutan warga MTA semakin bertam- bah banyak.

Minat orang mencari tambatan ke- agamaan bisa muncul sebagai reaksi ter- hadap situasi sosial, ekonomi, politik, dan keagamaan kontemporer. Keterasingan dan krisis identitas yang diakibatkan oleh modernisasi menuntut banyak orang untuk mencari ruang-ruang mediasi baru untuk bersua dengan “Tuhan.” Kehadiran jama-

ah keagamaan boleh dibilang sebagai bagian dari ikhtiar ‘pencarian’ ini, tetapi di pihak lain bisa juga semacam “pelarian”. Dalam konteks ini, MTA menawarkan teologi yang sangat sederhana, dan iden- titas serta solidaritas kelompok yang tinggi dan dalam banyak hal juga harapan eska- tologis yang muluk. Pada tingkat ini, MTA merupakan reaksi ketidakpuasan dan kritik terhadap kepercayaan dan agama dominan di sekitarnya. 40

Dalam konteks budaya, menguatnya

39 Mulkhan, Islam Murni…, hlm. 153. 40 Pada tahap ini MTA dapat kategorikan sebagai kelompok yang berposisi sebagai kritik atas

kemapanan keberagamaan.

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 14, No. 2, Desember 2013: 105 - 124

Islam puritan dan menyurutnya budaya khususi sebagai pendukung inti gerakan. sinkkretik, menurut Kuntowijoyo dipenga-

Dalam proses regrouping tersebut, penga- ruhi faktor atomisasi, polarisasi kehidupan,

jian rutin merupakan medan diskursif, marginalisasi akibat monetisasi, komersia-

tempat memproduksi tafsir dan kebenaran lisasi, dan mobilitas sosial mendorong

yang bersifat tunggal. Pola pembinaan orang-orang (muslim) desa mencari

warga yang paling utama adalah pola pe-

ngajian, yaitu pengajian umum, pengajian an Kuntowijoyo tersebut mirip dengan

pegangan baru yang pragmatis. 41 Pernyata-

cabang, pengajian kelompok, pengajian pernyataan bahwa perluasan Islam puritan

gelombang khususi. Masing-masing jenjang ke berbagai kalangan juga dipengaruhi

pengajian menunjukkan kedalaman dalam oleh hal-hal positif tentang kemajuan Islam

pemahaman ajaran Islam. dan mobilitas umat di Indonesia. Faktor-

Perkembangan dan perluasannya faktor itu adalah pertama, usaha internal

dipengaruhi faktor-faktor internal dan dari kalangan muslim puritan dalam

faktor eksternal. Secara umum faktor inter- memberikan penjabaran lebih jelas tentang

nal kepengikutan warga MTA meliputi: ajaran Islam dengan bahasa yang bisa

Pertama, adanya keinginan untuk menga- diterima oleh muslim nominal. Kedua,

malkan ajaran Islam secara lebih intensif, adanya keputusan politik yang secara tidak

terutama dalam ranah domestik. Pengikut langsung membantu penyebaran Islam

jenis ini berasal dari kalangan muslim puritan. Ketiga, perbaikan dalam bidang

sinkretis, penganjur dan pengamal Islam pendidikan, dan keempat, intensifikasi

bercampur dengan tradisi-tradisi lokal pelaksanaan dakwah dalam arti luas. 42 termasuk para dukun. Kedua, ingin ter- cukupi kebutuhan-kebutuhan ekonomi

PENUTUP

seperti pekerjaan, makanan, dan perjodoh- an. Khusus faktor ini mengalami perkem-

MTA sebagai gerakan purifikasi dapat bangan, karena dorongan-dorongan eko- melakukan penetrasi di pedesaan dengan

nomi setelah tercukupi menjadi luntur dan pengikut sebagian besar dari kalangan

beralih menjadi keinginan untuk meman- petani dan buruh, serta sebagian kecil dari

tapkan diri sebagai pengikut jamaah MTA kalangan pedagang, dan pegawai. Pola

dengan niat yang benar. Ketiga, ketidak- rekrutmen berlangsung secara sederhana

puasan pengikut terhadap komunitas lama melalui proses pengenalan, pembinaan,

(sebelum menjadi warga). Pengikut jenis ini pemantapan, dan pengendalian. Pengikut

berasal dari kalangan santri yang relatif ter- gerakan ini diklasifikasikan menjadi tiga

didik dan berlatar belakang sebagai aktivis berdasarkan intensitas keterlibatan dalam

organisasi keagamaan Islam tertentu. Ke- mendukung gerakan, yaitu warga binaan,

empat, kepengikutan warga juga dipenga- warga biasa (siswa tetap), dan warga

ruhi oleh daya tarik pola gerakan dakwah

41 Kuntowijoyo, “Malin Kundang Jangan Jadi Lebai Malang”, dalam Mutohharun Jinan dan Zakiyudin Baidhawy (eds.), Agama dan Pluralitas Budaya Lokal, (Surakarta: Pusat Studi Budaya dan

Perubahan Sosial Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2002), hlm. 15. 42 Fauzan Saleh, Teologi Pembaruan: Pergeseran Wacana Islam Sunni di Indonesia Abad XX, (Jakarta:

Serambi, 2004), hlm. 400-402.

Penetrasi Islam Puritan Di Pedesaan: Kajian tentang ... (Mutohharun Jinan)

MTA, antara lain kepiawaian aktor dalam jar Islam. Perluasan Islam puritan ke ber- menyampaikan pesan-pesan dakwah

bagai kalangan juga dipengaruhi oleh hal- dengan pola doktrinasi (penjelasan yang

hal positif tentang kemajuan Islam dan berulang-ulang dengan tekanan-tekanan

mobilitas umat di Indonesia. Faktor lainnya reward dan punishment), daya tarik pola

adalah adanya kebijakan politik yang seca- pembinaan dan ikatan persaudaraan antar-

ra tidak langsung membantu penyebaran warga yang dapat memberi rasa aman bagi

Islam puritan, terutama kebijakan politik pangikutnya, dan daya pikat pragmatisasi

dan demokratisasi yang membuka ruang dalam mempelajari dan mengamalkan

ekspresi ragam tafsir keagamaan, sebagai- pesan-pesan Islam.

mana yang terjadi di Era Reformasi. Faktor Sedangkan faktor yang bersifat ekster-

berikutnya adalah berkembangnya pendi- nal adalah adanya keterbukaan ruang

dikan dan pengajaran yang manfaatnya dakwah Islam yang semakin lebar sehingga

dirasakan oleh umat Islam secara luas. kaum muslim tidak lagi merasa malu bela-

Dokumen yang terkait

Financial Crisis and Determinants of Profitability in Islamic and Conventional Banks: The Study of Kuwait Banking Industry Muhamad Abduh

0 0 26

Abstract In the Islamic Compilation Law in Indonesia that poured out in the constitution of the Republic of Indonesia number 1 year 1974, the definition and the aim of the marriage is stated in one article, which is in chapter 1 sets that the marriage is

0 0 14

Indonesian Higher Education Contribution Toward The Growth of Islamic Financial Industries : An Early Study - Ubaya Repository

0 0 13

Key words: English teachers’ problem, implementation of KTSP

0 0 11

Panduan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Dan Modul pengembangan sikap entrepreneurship RPP ini dibuat untuk melengkapi judul penelitian “UPAYA PENGEMBANGAN SIKAP

0 0 22

BAB II KAJIAN TEORITIS Di dalam bagian ini tentang Kajian Teoritis dipetakan kedalam sub-sub bab yakni: 1)Pengelolaan manajemen, 2) Supervisi pendidikan, 3) Supervisi kunjungan kelas, 4) pengelolaan supervisi kunjungan kelas, 5) penelitian yang relevan, 6

0 0 18

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Klero 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun ajaran 20172018 yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 15 laki-laki dan 15 perempuan. 3.3 Waktu Penelitian

0 0 12

2. Pelaksanaan remedial Ujian Dinas dan Ujian Kenaikan Pangkat Penyesuaian Ijazah menggunakan sistem ujian tertulis. 3. Materi remedial Ujian Dinas dan Ujian Kenaikan Pangkat Penyesuaian Ijazah sebagaimana terlampir. Setiap perkembangan informasi pelaksan

0 0 10

Perancangan ini akan menentukan arsitektur pada fase Preliminary, Architecture Vision, Business

0 6 7

Abstract: The interpretation dynamics of Al-Quran was so intensive in Surakarta

0 0 14