BAB II KAJIAN TEORITIS Di dalam bagian ini tentang Kajian Teoritis dipetakan kedalam sub-sub bab yakni: 1)Pengelolaan manajemen, 2) Supervisi pendidikan, 3) Supervisi kunjungan kelas, 4) pengelolaan supervisi kunjungan kelas, 5) penelitian yang relevan, 6

BAB II KAJIAN TEORITIS Di dalam bagian ini tentang Kajian Teoritis dipetakan kedalam

  sub-sub bab yakni: 1)Pengelolaan/ manajemen, 2) Supervisi pendidikan, 3) Supervisi kunjungan kelas, 4) pengelolaan supervisi kunjungan kelas, 5) penelitian yang relevan, 6) Kerangka pikir penelitian.

1.1. Pengelolaan/Manajemen

  Pengelolaan itu berakar dari kata “kelola” dan istilah lainnya “manajemenn” yang artinya ketata laksanaan, tata pimpinan. Menurut Bahri dan Zain (1996) bahwa pengelolaan itu adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan.

  Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata “management”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) disebutkan bahwa pengelolaan berarti penyelenggaraan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan adalah penyelenggaraan/ pengurusan agar suatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efekktif, dan efisien. Menurut Drs. Winarno Hamiseno (1978) pengelolaan adalah substansi dari mengelola. Sedangkan mengelola berarti suatu tindakan yang dimulai dari penyusunan data, perencanaan, mengorganisasikan, melaksanakan, samapai dengan pengawasan dan penilaian.

  Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan memadukan penggunaan ilmu dan seni untuk mencapai tujuan organisasi (definisi dari George R. Terry), yang dikenal dengan planning, organizing, actuating dan controlling (POAC).

  Manajemen adalah suatu proses kegiatan yang meliputi pengawasan dengan menggunakan berbagai sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Slameto, 2009:1). Manajemen adalah serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengembangkan terhadap segala upaya di dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana, untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan, secara efisien dan efektif (Wahjosumidjo, 2000:117). Manajemen didefinisikan oleh Parker Follet dalam Sagala (2007:49) sebagai “the art of getting things done through people” atau diartikan lebih luas sebagai proses pencapaian tujuan melalui pendayagunaan sumber daya manusia dan material secara efisien. Manajemen seringkali diartikan dalam pengertian yang sempit yaitu kegiatan ketatausahaan yang intinya adalah kagiatan rutin catat-mencatat, mendokumentasikan kegiatan, menyelenggarakan surat-menyurat dengan segala aspeknya, serta mempersiapkan laporan (Suryosuboroto, 2004:21). Mary Parker Follet mendefinisikan manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (Tim, 2004:1). Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer dalam mencapai tujuan organisasi melalui pengaturan orang lain untuk melakukan tugas-tugas yang mungkin diperlukan, jadi manajer tidak bekerja sendiri.

  Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu karena manajemn dipandang sebasgai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerjasama. Dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer atau pimpinan, yaitu: Perencanaan (planning), Pengorganisasian (Organizing), Pemimpinan (Leading), dan Pengawasan (Controlling). Oleh karena itu manajemen diartikan sebagai proses merencana, dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.

  Pengelolaan berasal dari kata manajemen atau administrasi. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Usman (2004:3) bahwa Management diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan. Dalam beberapa konteks keduanya mempunyai persamaan arti, dengan kandungan makna to control yang artinya mengatur dan mengurus. Menurut Manullang (2006: 5) manajemen merupakan sebuah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang sudah di tetapkan.

  Pengelolaan yang berkaitan dengan pembelajaran merupakan alternatif yang paling tepat untuk mewujudkan sekolah mandiri dan memiliki keungulan tinggi (Sagala, 2007: 52). Pengelolaan pendidikan sekarang sedang dikembangkan berkecenderungan memberikan otonomi yang lebih bertumpu pada masyarakat atau sekolah. Mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan sekolah dipandang sebagai upaya meringankan beban pemerintah ketika semakin tidak mencukupi dalam pendanaan sekolah (Supriyanto, 2007: 29-30).

  Manajemen berkaitan dengan suatu peningkatan mutu pendidikan, sehingga perhatian ilmu pengelolaan terhadap peningkatan mutu suatu produk dalam dua dasawarsa ini meningkat pesat, dengan demikian untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu tinggi diperlukan pengelolaan pendidikan yang bermutu pula, dalam mewujudkan pengelolaan pendidikan yang bermutu tinggi itu diperlukan pengelolaan pendidikan yang profesional untuk menangani sistem pendidikan mulai dari tingkat makro (pusat), meso (wilayah/ daerah), sampai tingkat mikro yaitu satuan pendidikan (sekolah dan luar sekolah). Personil pengelolaan pendidikan yang professional yang karakteristik spesifik yang berbeda dari personil manajemen pendidikan yang kurang profesional dan tenaga pengelolaan di bidang profesi- profesi lain (Mantja, 2008: 23).

  Manajemen pada fungsi atau unit sistem informasi mempunyai tugas untuk melakukan fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating), dan pengendalian (controling). Yang biasanya disingkat dengan POAC, yaitu: a) Planning

  Manajemen harus menentukan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai oleh unit sistem informasi dari suatu organisasi dan bagaimana mencapainya.

  b) Organizing Manajemen harus mengalokasikan sumber daya seoptimal mungkin dan memberikan jasa informasi dalam pelayanan yang memadai.

  c) Actuating Pimpinan organisasi harus melakukan pengarahan dalam bentuk pelatihan, pembinaan, mendorong motivasi, dan sebagainya sehingga personil yang ada dapat bekerja sebaik-baiknya.

  d) Controlling Pimpinan harus melakukan pengendalian atau pengawasan untuknpengukuran dan koreksi kerja dalam rangka untuk memastikan bahwa tujuan-tujuan perusahaan/lembaga dan rencana yang dirancang untuk mencapainya tercapai

  Berdasarkan definisi manajemen diatas secara garis besar tahap-tahap dalam melakukan manajemen meliputi melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Perencanaan merupakan proses dasar dari suatu kegiatan pengelolaan dan merupakan syarat mutlak dalam suatu kegiatan pelaksanaan perencanaan yang telah ditetapkan. Sementara itu pengarahan diperlukan agar menghasilkan sesuatu yang diharapkan dan pengawasan yang dekat. Dengan pengawasan, dapat menjadi proses monitoring aktivitas untuk menentukan apakah individu atau kelompok memperolah dan mempergunakan sumber-sumbernya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan.

1.2. Supervisi Pendidikan

  Dewasa ini konsep supervisi mengalami perkembangan dan kemajuan yang cukup pesat. Secara historis mula-mula diterapkan konsep supervisi yang tradisional, yaitu pekerjaan inspeksi, mengawasi dalam arti mencari kesalahan dan menemukan kesalahan dengan tujuan untuk memperbaiki. Perilaku supervisi yang tradisional ini disebut snooper vision, yaitu tugas memata-matai untuk menemukan kesalahan. Konsep seperti ini menyebabkan guru-guru menjadi takut dan mereka bekerja dengan tidak baik karena takut dipersalahkan. Konsep supervisi tersebut kemudian berkembang menjadi supervisi yang bersifat ilmiah.

  Supervisi menurut Purwanto, N (2006: 76-77) ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Dalam kegiatan supervisi, guru tidak dianggap sebagai pelaksana pasif, melainkan diperlakukan sebagai partner bekerja yang memiliki ide-ide, pendapat-pendapat dan pengalaman-pengalaman yang perlu didengar dan dihargai serta diikutsertakan di dalam usaha-usaha perbaikan pendidikan.

  Supervisi ilmiah memiliki ciri-ciri: (1) sistematis, artinya dilaksanakan secara teratur, berencana dan kontinyu, (2) objek dalam pengertian ada data yang didapat berdasarkan observasi nyata bukan memberikan informasi sebagai umpan balik mengadakan penilaian terhadap proses pembelajaran di kelas. Sahertian (2000: 19) mendefinisikan supervisi adalah usaha memberi pelayanan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran.

  Sedangkan menurut Mulyasa (2007: 111) supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif. Lebih lanjut Mulyasa (2007: 111) menjelaskan bahwa supervisi yang dilakukan Kepala Sekolah terhadap tenaga kependidikannya (guru) disebut supervisi klinis yang memiliki delapan karakteristik.

  a. Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah);

  b. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru yang dikaji bersama Kepala Sekolah;

  c. Instrumen dan metode observasi dekembangkan bersama oleh guru dan Kepala Sekolah; d. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan interpretasi guru; e. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka;

  f. Supervisi klinis memiliki tiga tahap yaitu pertemuan awal, pengamatan, dan umpan balik; g. Adanya penguatan dan umpan balik dari Kepala Sekolah terhadap perubahan perilaku guru yang positif seabagi hasil pembinaan h. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu keadaan dan memecahkan cuatu masalah.

  Semua definisi yang diuraikan didepan bersifat umum. Perkembangan konsep supervisi pendidikan selanjutnya sudah menuju kepada sasaran khusus, yaitu pengajaran. Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa supervisi adalah pemberian bantuan, layanan, bimbingan dan pembinaan yang direncanakan dengan tujuan agar dapat mengembangkan kemampuannya sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

1.2.1. Prinsip Supervisi

  Masalah yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi adalah bagaimana cara mengubah pola pikir yang bersifat otokratis dan kontektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif. Suatu sikap yang menciptakan situasi dan relasi dimana guru merasa aman dan merasa diterima sebagai suatu objek yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu supervisi harus dilakukan berdasarkan data, fakta yang objektif. Berdasarkan Dikdasmen 1994 (dalam Hartoyo, 2006: 88-89) terdapat empat prinsip dalam melaksanakan supervisi yaitu; 1) Ilmiah, supervisi hendaknya dilakukan secara (a) sistematis, teratur, terprogram, dan kontinyu; (b) objektif berdasarkan pada data/informasi yangs ebenarnya; (c) menggunakan instrumen yang dapat memperoleh data yang akurat, dapat dianalisis, dan dapat menilia proses pembelajaran; 2) Demokrasi, dalam melaksanakan supervisi hendaknya dapat menunjang asas musyawarah, memiliki jiwa kekluargaan yang kuat serta menghargai dan sanggup menerima pendapat orang lain; 3) Kooperatif, dalam melaksanakan supervisi hendaknya supervisor mengembangkan usaha bersama untuk menciptakan situasi pembelajaran yang lebih baik; 4) Konstruktif dan Kreatif, dalam melaksanakan supervisi, dapat membina inisiatif guru serta mendorongnya untuk terlibat aktif; dan 5) memiliki tujuan dan indikator yang jelas.

  Menurut Purwanto, N (2006: 89) jenis supervisi dibedakan menjadi: (a) supervisi umum dan supervisi pengajaran,yaitu supervisi yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan atau pekerjaan yang secara tidak langsung berhubungan dengan usaha perbaikan pengajaran sedangkan supervisi pengajaran ialah kegiatan-kegiatan kepengawasan yang dtujukan untuk memperbaiiki kondisi baik personel maupun material demi terciptanya tujuan pendidikan; (b) supervisi klinis,termasuk bagian dari supervisi pengjaran yang pelaksanaannya lebih ditekankan mencari sebab-sebab atau kelemahan dalam proses belajar mengajar dan cara memperbaikinya; dan (3) pengawasan melekat dan pengawasan fungsional, yaitu suatu kegiatan administrai dan manajemen yang dilakukan oelh Pimpinan satuan kerja.

1.3. Supervisi Kunjungan Kelas

  Pengertian kunjungan kelas (classroom visitation) adalah kunjungan yang dilakukan oleh pengawas atau Kepala Sekolah ke sebuah kelas, baik ketika kegiatan sedang berlangsung untuk melihat atau mengamati guru yang sedang mengajar, ataupun ketika kelas sedang kosong, atau sedang berisi siswa tetapi guru sedang tidak mengajar (Arikunto, 2004: 55). Mantja (2008:1) memperkuat pengertian supervisi sebagai bantuan kepada guru untuk memperbaiki kinerja pengajarannya. Sahertian (2000: 19) menegaskan bahwa supervisi merupakan layanan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara berkelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran.

  Hartoyo (2006: 104) menyebutkan bahwa kunjungan kelas merupakan salah satu teknik supervisi yang dapat dilakukan secara periodik dan berencana untuk memperoleh bagan tentang kegiatan pembelajaran dan kegiatan pengelolaan kelas yang dilakukan guru. Bagaimana guru mengelola pembelajaran dan segala aktivitas yang merupakan rangkaian pembelajaran menjadi fokus dalam kunjungan lain dengan (1) pemberitahuan terlebih dahulu, (2) insidentil (tanpa pemberitahuan terlebih dahulu) dan bahkan (3) atas undangan guru atau sekolah terutama bagi guru atau sekolah yang sudah menyadari perlunya supervisi untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Untuk membantu supervisor dalam melaksanakan tugasnya melalui kunjungan kelas, perlu dipersiapkan sebuah instrumen atau alat bantu untuk memperoleh data dan informasi yang dikehendaki.

  Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa supervisi kunjungan kelas merupakan salah satu bentuk layanan, bantuan dan pembinaan yang diberikan Kepala Sekolah kepada guru untuk mengembangkan dan memperbaiki proses belajar mengajar di kelas baik secara individu maupun kelompok.

  Menurut Hartoyo (2006: 104) menegaskan bahwa tujuan supervisi kunjungan kelas adalah untuk memperoleh bagan tentang kegiatan pembelajaran dan kegiatan pengelolaan kelas yang dilakukan guru. Bagaimana guru mengelola pembelajaran dan segala aktivitas yang merupakan rangkaian pembelajaran menjadi fokus dalam kunjungan kelas. Supervisi kunjungan kelas juga membantu pertumbuhan profesionalisme guru.

1.4. Pengelolaan Supervisi Kunjungan Kelas

  Menurut Hartoyo (2006: 104) membagi supervisi kunjungan kelas menjadi tiga yaitu: (a) guru diberitahu terlebih dahulu, (b) insidentil (guru tidak diberitahu sebelumnya), dan (c) atas undangan atau permintaan guru. Selanjutnya supervisi kunjungan kelas menurut Sahertian (2000: 54) dapat diuraikan menjadi tiga.

  a. Supervisi kunjungan kelas dengan memberi tahu (announced supervisi melalui jadwal yang telah ditetapkan, baik hari maupun jam kunjungan. Kelebihan supervisi ini adalah kegiatan sudah direncanakan sehingga guru dapat mempersiapkan diri dengan baik mencakup persiapan administrasi pembelajaran maupun upaya tampilan didepan kelas, penguasaan materi, penggunaan metode dan evaluasi yang tepat. Bentuk supervisi ini memiliki kelemahan yaitu seolah-olah perilaku yang diperoleh hanya dibuat-buat saja, karena telah dibuat skenario; b. Supervisi kunjungan kelas tanpa memberi tahu (unannounced

  visitation). Kegiatan ini seorang supervisor tanpa memberi tahu

  terlebih dahulu kepada supervise. Kelebihan supervisi ini adalah memperoleh perilaku pembelajaran yang murni, tanpa dibuat-buat. Sebagai kebiasaan seoarng guru melaksanakan tugas sehari-hari dalam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan kelemahannya bila guru tidak siap akan menjadi gugup, konsentrasi tidak terarah , penguasaan kelas kurang dan mungkin hasil yang diperoleh kurang memuaskan dan menimbulkan prasangka yang kurang baik bagi guru yang bersangkutan; c. Supervisi atas undangan atau permintaan guru (visit upon invitation).

  Kegiatan supervisi ini akan lebih baik karena guru telah mempersiapkan diri dan termotivasi untuk memperoleh balikan dan pengalaman baru untuk dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran yang lebih baik. Karena guru telah menyadari kelebihan dan kelemahan yang ada pada dirinya.

  Dari uraian diatas dan dengan merujuk Hartoyo (2006: 111-119) bahwa pengelolaan supervisi kunjungan kelas oleh Kepala Sekolah dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu: a) persiapan atau perencanaan b) Pelaksanaan, c) Evaluasi atau Feed back, dan d) Tindak Lanjut. Pada tahap ini langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah: (a) sosialisasi; (b) memantapkan persiapan dengan membagi tugas dan tanggung jawab; (c) mengumpulkan dokumetasi, (d) merencanakan siapa yang akan disupervisi, aspek-aspek yang tercakup di dalamnya, pendekatan yang akan digunakan dan waktu pelaksanaan; (e) merencanakan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut; (f) menyiapkan instrumen dan catatan; (g) menyelenggarakan pertemuan singkat dengan pihak-pihak terkait; (h) membuat daftar periksa rencana tindakan.

  b. Proses Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam observasi, yaitu: (a)

  Needs Assessment atau analisis kebutuhan dan identifikasi masalah

  yang dihadapi oleh guru perlu dilakukan di awal proses supervisi dengan cara melibatkan mereka secara langsung; (b) Melakukan supervisi, supervisi dilaksanakan berdasarkan tujuan, permasalahan yang dihimpun dari identifikasi masalah dan analisis kebutuhan, dan sumber daya yang tersedia di sekolah.

c. Laporan dan Feed back Pembuatan laporan merupakan satu rangkaian tahapan supervisi.

  Laporan supervisi terdiri dari laporan keseluruhan pelaksanaan sekaligus feed back yang diperoleh melalui proses refleksi bersama dengan guru dan pemangku kepentingan sekolah selama supervisi berlangsung.

  d. Tindak Lanjut Tindak lanjut supervisi dilakukan untuk pembinaan. Sedangkan untuk mengetahui apakah pembinaan, bimbingan dan bantuan yang diberikan oleh supervisor benar-benar atau dapat diterapkan oleh guru dalam pembelajaran perlu dilakukan tindak lanjut dalam bentuk monitoring dan evaluasi.

  2.4.1. Perencanaan Supervisi Kunjungan kelas

  Perencanaan merupakan langkah awal bagi setiap organisasi atau lembaga,baik perseorangan maupun kelompok sebelum melaksanakan kegiatan.

  Pelaksanaan supervisi kunjungan kelas perlu direncanakan dengan baik,rapi dan terstruktur. Perencanaan dimulai dari pertemuan awal,observasi kelas, wawancara hingga diskusi dan tindak lanjutnya.

  Perencanaan meliputi: tujuan, waktu, tempat, instrumen yang diperlukan. Perencanaan sangat berpengaruh terhadap hasil supervisi. Oleh karena itu perencanaan matang merupakan awal keberhasilan. ( Hartoyo, 2006 : 93 )

  Perencanaan disusun bersama antara kepala sekolah dengan guru senior sebagai TIM supervisi yang ditunjuk kepala sekolah. Tujuannya adalah untuk menciptakan koordinasi antara keduanya untuk waktu pelasanaan supervisi dan guru yang disupervisi,sehingga pelaksanaan supervisi berjalan sesuai ketentuannya.

  2.4.2. Pelaksanaan Supervisi Kunjungan Kelas.

  Kegiatan pelaksanaan supervisi kunjungan kelas merupakan implementasi dari perencanaan yang sudah disusun. Bagaimana dapat melaksanakan perencanaan dengan baik,tentu diperlukan teknik atau cara yang baik juga. Pelaksanaan supervisi kunjungan dapat diuraikan menjadi tiga,yaitu supervisi kunjungan kelas dengan memberitahu guru terlebih dulu, tanpa memberitahu dan atas permintaan (undangan ) guru. ( Hartoyo,2006:104).Pelaksanaan supervisi antara tempat yang satu dengan yang lain berbeda.

  Fenomena yang demikian ini dapat menggunakan ketentuan rambu-rambu pelaksanaan kegiatan supervisi kunjungan kelas. Herabudin (2009:234) menjelaskan sebagai berikut:

  

“Rambu-rambu dalam pelaksanaan supervisi yaitu (1)kunjungan

supervisi ke sekolah yang terjadwalke sekolah yang dikesani sebagai

  

yang harmonis dalam mendiskusikan berbagai permasalahan

pembelajaran yang dihadapi sekolah; (2) melakukan berbagai kegiatan

sekolah dengan melibatkan para guru dan siswa untuk mengenali dan

menerapkan metode dan pendekatan baru dalam pembelajaran; (3)

melaksanakan seminar pendidikan untuk para guru guna menambah

wawasan ikulum barkependidikanya; (4) pelaksanaan kurikulum baru

yang menekankan pada kemandirian siswa; (5) penilaian terhadap

kinerja guru dan reward yang dijajikan.”

  Ada yang menerapkan dengan sebutan rambu-rambu tetapi ada juga yang mengatakan dengan teknik. Pelaksanaan kegiatan supervisi kunjungan kelas yang baik tentunya dengan teknik yang baik yang disesuaikan dengan keadaan,tempat, sarana pendukung dan guru. Teknik supervisi dikelompokan menjadi dua yaitu teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok.

2.4.3. Evaluasi Supervisi Kunjungan Kelas

  Evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan relevensi,efisiensi,efektivitas dan dampak kegiatan program atau proyek yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai serta sistematis dan obyektif. Soekartawi(1999) dalam Fauziah(2007) mengemukakan bahwa dalam menilai keefektifan suatu program atau proyek maka harus melihat pencapaian hasil kegiatan program atau proyek yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

  Evaluasi adalah suatu kontinyu di dalam memperoleh dan menginterprestasikan informasi untuk menentukan kualitas dan kuantitas kemajuan peserta didik mencapai tujuan pendidikan yaitu perubahan perilaku Klausmeier dan Godwin dalam Pangkaurian (2008).

  Sedangkan hakekat evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan seberapa jauh tujuan pendidikan dapat dicapai.Tyler (Fernand, 1984:1)

  Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah suatu proses dari serangkaian kegitan guna memberi bantuan dan penilaian untuk memperbaiki sesuatu menjadi baik dari sebelumnya.

2.4.4.Tindak Lanjut Supervisi Kunjungan Kelas

  Setelah menyusun perencanaan,kemudian melaksanakan kegiatan supervisi,mengevaluasi hasil supervisi maka kegiatan berikutnya adalah tindak lanjut. Pertemuan balikan dilakukan segera setelah melaksanakan observasi pengajaran,namun terlebih dulu melakukan analisis terhadap hasil observasi. Tindak lanjut ini merupakan tahab yanng penting untuk mengembangkan perilaku guru dengan cara memberikan balikan tertentu. Sergiovanni (2007:65 ) menjelaskan bahwa tindak lanjut ini harus deskriptif, spesifik, konkrit, bersifat memotivasi, aktual, dan akurat sehingga betul-betul bermanfaat bagi guru. Pernyataan tersebut diperkuat lagi oleh Goldhammer, Anderson, dan Krajewski (2001:69) sebagai berikut :

  “Paling tidak ada lima manfaat pertemuan balikan bagi guru : (1) guru bisa diberikan penguatan dan kepuasan,sehingga bisa termotivasi dalam kerjanya,(2) isu-isu dalam pengajaran dapat didefinisikan bersama supervisor dan guru dengan tepat,(3) supervisor bila mungkin dan perlu, bisa berupaya mengintervensi secara langsung guru untuk memberikan bantuan didaktis dan bimbingan, (4) guru bisa dilatih dengan teknik ini untuk melakukan supervisi terhadap dirinya sendiri,dan (5) guru bisa diberi pengetahuan tambahan untuk meningkatkan tingkat analisis profesional diri pada masa yang akan datang.” menjad

1.5. Penelitian yang Relevan

  Astin Lukum (2013), yang berjudul ”Evaluation of Science

  

Learning Supervision on Secondari Schools”. Penelitian ini bertujuan

  untuk (1) mendukung kebijakan , (2) meningkatkan sumber daya, dan (3) pelaksanaan supervisi pembelajaran sains, (4) kinerja ilmu sekunder guru di Kota Gorontalo. Hasil penelitian yang didapat adalah (1) pengawasan didasarkan pada hukum peraturan nasional, (2) persepsi guru berdasarkan pengalaman mereka, supervisor dan kepala sekolah difokuskan pada sekolah-sekolah dan supervisi kunjungan kelas, karakteristik mereka yang sesuai dengan Standar Nasional, dan berpotensi untuk dikembangkan. Sumber daya tersebut telah memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM), (3) pelaksanaan supervisi kepala sekolah pada guru sain belum memenuhi SPM. dan (4) kinerja guru; terbaik 16 %, baik 43 % dan cukup 5 % dan sisanya ( 36 % ) tidak memiliki kemauan untuk diawasi .

  Enaigbe A. Patrick (2009), yang berjudul ”Strategis for Improving

  

Supervisory Skills For Effective Primary Education in Nigeria”. Hasil

  penelitian ini adalah untuk mengklasifikasikan konsep dasar yang pasti seperti : pengawasan supervisi, tanggung jawab supervisor dan bidang bidang yang relevan dengan supervisi. Tantangan supervisor adalah strategi untuk mendapatkan kemampuan untuk meningkatkan ketrampilan supervisi.

  Ni Nengah Widyani Tahun 2011, yang berjudul “ Teknik supervisi kunjungan kelas sebagai upaya Meningkatkan kemampuan dan profesionalisme Guru SD 3 dan 10 kesiman Denpasar”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah teknik Supervisi kunjungan kelas yang dilaksanakan dapat me-ningkatkan kemampuan dan profesionalisme guru dalam melak-sanakan pembelajaran. Metode yang digunakan untuk mengum-pulkan data adalah wacana dan observasi. Metode analisis data-nya adalah metode deskriptif. Hasil yang diperoleh dari peneliti-an ini adalah: 1) untuk SD No 3 Kesiman kemampuan guru awal 58,33, pada siklus I naik menjadi 73,33, dan pada siklus II naik menjadi 95,00. Profesionalisme guru awal masih pada kategori D, pada siklus I naik menjadi C, dan pada siklus II naik menjadi A; 2) untuk SD No 10, kemampuan guru awal 56,66, pada siklus I naik menjadi 71,66, dan pada siklus II naik menjadi 90,00. siklus I naik menjadi C, dan pada siklus II naik menjadi A. Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah supervisi kunjungan kelas dapat meningkatkan keterampilan dan profe- sionalisme guru SD No 3 dan 10 Kesiman, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar, Provinsi Bali.

  Yusmadi, Jamaluddin Idris, Nasir Usman (2012), berjudul ”Pelaksanaan Supervisi Pendidikan pada Madrasah Aliyah Negeri 1 Sigli”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Program supervisi pendidikan pada MAN 1 Sigli telah direncanakan dengan baik dan menjadi pedoman dalam pelaksanaan kegiatan supervisi. 2) Supervisi pendidikan dilakukan dengan menggunakan tehnik individual melalui observasi kelas dan kunjungan kelas. Tehnik supervisi kelompok seperti rapat supervisi, studi kelompok antar guru, diskusi, workshop, pendidikan dan pelatihan, demontrasi mengajar dan supervisi sebaya tidak dilakukan oleh supervisor. 3) Pelaksanaan supervisi pendidikan dilakukan merata setiap guru sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, prosesnya melalui tahap pertemuan sebelum observasi, observasi guru mengajar dan pertemuan setelah observasi. 4) Temuan- temuan supervisi pendidikan ditindaklanjuti oleh supervisor melalui pendekatan humanistik dan profesional.

  Putu Prapta, Nyoman Dantes, Nyoman Natajaya (2013), yang berjudul ”Hubungan Kualitas Pengelolaan, Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan Iklim Kerja Terhadap Kinerja Guru SMP Negeri di Kabupaten Jembrana”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas pengelolaan, supervisi akademik kepala sekolah dan iklim kerja terhadap kinerja guru pada SMP Negeri di Kabupaten Jembrana. Hasil analisis data diperoleh temuan sebagai berikut: Pertama: terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas pengelolaan (X1) terhadap kinerja guru (Y) dengan persamaan garis Kedua: terdapat hubungan yang signifikan antara supervisi akademik kepala sekolah (X2) terhadap kinerja guru (Y) dengan persamaan garis regresi Y=127,549+0,610 X2 dengan kontribusi sebesar 33,7%, Ketiga: terdapat hubungan yang signifikan antara iklim kerja guru (X3) terhadap kinerja guru (Y) dengan persamaan garis regresi Y =142,963 + 0,513 X3 dengan kontribusi sebesar 27,9 %, dan Keempat: terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas pengelolaan (X1), supervisi akademik kepala sekolah (X2), iklim kerja guru (X3) terhadap kinerja guru (Y) dengan persamaan garis regresi Y = 0,272 X1+ 0,432 X2+ 0,258 X3+ 77,045 dengan kontribusi sebesar 52,5%.

1.6. Kerangka Pikir Penelitian

  Kerangka berfikir merupakan alur penalaran yang didasarkan pada masalah penelitian yang digambarkan dengan skema secara holistic dan sistematik. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pendidikan di sekolah adalah kinerja guru. Semakin tinggi kinerja guru semakin berkwalitas pendidikan di sekolah. Namun kondisi awal yang ada menunjukkan kinerja guru di SMA Negeri 1 Demak, SMA Negeri 3 Demak dan SMA Negeri 1 Mijen menunjukkan belum semua baik ini terlihat dari banyaknya rujukan kepala sekolah kepada guru untuk memperbaiki RPP. Kendala-kendala yang muncul dari berbagai faktor, diantaranya adalah kurang profesionalnya guru dalam menerapkan proses belajar mengajar. Berbagai upaya untuk mengatasi persoalan tersebut telah dilakukan oleh Kepala sekolah selaku pemimpin, salah satunya adalah melaksanakan kegiatan supervisi atau pengawasan.

  Kepala sekolah sebagai supervisor berupaya semaksimal mungkin melakukan supervisi kepada guru dengan berbagai model, diantaranya dengan supervisi kunjungan kelas. Pengelolaan supervisi yang baik supervisi kunjungan kelas dilakukan dengan beberapa tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, umpan balik dan evaluasi terhadap supervisi tersebut.

  Pelaksanaan supervisi yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan oleh kepala sekolah akan membangkitkan motivasi yang tinggi pada guru dalam mengemban tugas sehingga bisa meningkatkan kinerjanya. Berikut gambar kerangka berfikir penelitian ini

  KINERJA GURU SEBELUM SUPERVISI PENGELOLAAN SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS PERENCANAAN KINERJA GURU PELAKSANAAN MENJADI LEBIH EVALUASI BAIK TINDAK LANJUT

  Gambar 1.Kerangka Pikir

Dokumen yang terkait

Panduan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Dan Modul pengembangan sikap entrepreneurship RPP ini dibuat untuk melengkapi judul penelitian “UPAYA PENGEMBANGAN SIKAP

0 0 22

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Kinerja Manajerial Di Kalangan Kepala Sekolah Dasar Negeri Dan Madrasah Gugus Abdulrahman Saleh Kecamatan Boja,Kabupaten Kendal

0 1 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Kinerja Manajerial Di Kalangan Kepala Sekolah Dasar Negeri Dan Madrasah Gugus Abdulrahman Saleh Kecamatan Boja,Kabupaten Kendal

0 0 59

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Kinerja Manajerial Di Kalangan Kepala Sekolah Dasar Negeri Dan Madrasah Gugus Abdulrahman Saleh Kecamatan Boja,Kabupaten Kendal

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Evaluasi 2.1.1.1. Evaluasi Model CIPP - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Total Quality Management Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Di SDN Tambangan 01 Kec

0 0 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Model Penelitian. - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Total Quality Management Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Di SDN Tambangan 01 Kecamatan Mijen Kota Semarang

0 0 10

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum SDN Tambangan 01 4.1.1. Profil Sekolah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Total Quality Management Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Di SDN Tamban

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Total Quality Management Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Di SDN Tambangan 01 Kecamatan Mijen Kota Semarang

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Total Quality Management Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Di SDN Tambangan 01 Kecamatan Mijen Kota Semarang

0 4 85

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengelolaan Supervisi Kunjungan Kelas Di 3 SMA Negeri Di Kabupaten Demak

0 0 7