Strategi Petani Tambang Dalam Menjaga Kelangsungan Hidup Ditengah Rendahnya Imbal Jasa

Strategi Petani Tambang Dalam Menjaga Kelangsungan Hidup Ditengah Rendahnya Imbal Jasa

Penyulingan Mandiri

Transformasi dari ekonomi produksi untuk subsisten, menuju ke ekonomi produksi untuk komoditi, menghadapkan masyarakat petani kepada dua pilihan yakni; pertama, tetap bertahan dengan kondisi susbsistensi-nya ditengah perubahan yang terjadi dalam tata kelola sumur-sumur tradisional, kedua yakni "larut" dalam transformasi ekonomi tersebut, dengan mendasarkan pada persemaian keadilan ekonomi baik melalui penjualan hasil tambang melalui pintu legal – KUD Bogo Sasono – ataupun illegal – penjualan ke pengepul –.

Berdasarkan, pada Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No 01 tahun 2008, tentang Pedoman Pengusahaan Pertambangan minyak Bumi Pada Sumur Tua, pada pasal 10 ayat 1 menyebutkan bahwa : KUD atau BUMD Wajib menyerahkan seluruh produksi minyak bumi dari hasil pelaksanaan memproduksi minyak bumi kepada Kontraktor.

Namun, dalam pelaksanaannya Peraturan Menteri ESDM tersebut, tidak mampu membendung aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat dalam proses produksi –penyulingan, penjualan– yang sesungguhnya aktivitas tersebut bertentangan/melanggar dengan Undang-undang Migas no 22 tahun 2001 dan Permen ESDM No 01 tahun 2008.

Penyulingan lantung yang dilakukan oleh petani tambang, di karenakan rendahnya nilai imbal jasa, yang diberikan oleh Pertamina (per liter), Penyulingan lantung yang dilakukan oleh petani tambang, di karenakan rendahnya nilai imbal jasa, yang diberikan oleh Pertamina (per liter),

"Penyulingan yang dilakukan oleh penambang, untuk mengisi perut dan untuk membiayai kegiatan produksi, karena imbal jasa yang diberikan KUD Bogo Sasono tidak mencukupi untuk kedua hal

tersebut" ungkap Pak Poniman. 37 “Sebelum Koperasi Bogo Sasono berdiri pada tahun 1988, kehidupan

masyarakat penambang cukup sejahtera, karena mengelola sendiri minyak mentah dari sumur-sumur tradisional. Tapi setelah berdiri Koperasi Bogo Sasono yang diprakarsai oleh Pertamina, kami malah

menjadi buruh saja dengan diberikan upah jasa ongkos angkut saja’. 38

Sejak tahun 1956, 39 penambang telah mampu melakukan penyulingan secara mandiri, dengan proses penyulingan yang sangat sederhana yakni;

dengan cara mendidihkan minyak mentah di dalam drum yang tertanam didalam tanah,

Proses penyulingan lantung petani penambang tradisional masih menggunakan kayu –rencek– sebagai bahan bakar utama dalam pengolahannya. Proses pemasakan lantung menjadi barang jadi, –bensin, minyak tanah, solar– sedikitnya, membutuhkan waktu empat hingga lima jam bara api yang menyemburkan api secara terus menerus pada drum yang berisi 200 liter lantung. Yang kemudian di alirkan melalui pipa yang di rendam air sebagi pendingin pipa, kemudian dialirkan ke bak penampungan.

Pada bulan oktober 2006, empat desa penghasil minyak –Kedewan, Hargomulyo, Dangilo, Mbeji dan Wonocolo- membuat kesepakatan kolektif, yang berisi tentang; penghentian pengiriman minyak mentah ke KUD Bogo

36 Dalam kesepakatan yang dibuat oleh Pertamina dan KUD Bogo Sasono mendefinisikan kerja "penambangan" meliputi; mengangkat minyak bumi dari dasar sumur dan mengangkut minyak mentah

tersebut ke bak-bak penampungan yang telah disepakati bersama yang kemudian dikirim ke Pertamina, sehingga aktivitas penyulingan merupakan aktivitas illegal – illegal refinery

37 Wawancara dengan penambang 38 Warga minta hak pengelolaan sumur minyak tradisional. www.bojonegoro.com 39 Kehidupan Penambang Minyak Tradisional di Perbatasan Bojonegoro - Cepu.. www. jawapos.com

Sasono. Para penambang lebih memilih melakukan penyulingan secara sendiri dan kemudian dijual kebeberapa penampungan di daerah Tuban, Blora, dan

Bojonegoro, selanjutnya di kirim ke Surabaya dan Semarang. 40 Dalam pengamatan lapangan, proses penyulingan minyak mentah yang

dilakukan oleh petani tambang tradisional, tidak lagi dilakukan secara sembunyi-sembunyi ataupun ditempat yang tertutup dan jauh dari keramaian dan juga tidak dilakukan pada malam hari.

Namun, proses penyulingan lantung dilakukan ditempat yang terbuka dan berada disepanjang/bersebelahan dengan sumur-sumur tua yang di eksplorasi oleh petani penambang, dan penyulingan minyak mentah dilakukan lebih banyak di siang hari.

Penyulingan lantung dilakukan, atas kesadaran penuh petani penambang akan resiko yang harus di hadapinya kemudian, seperti; penangkapan oleh pihak berwajib, dalam perbincangan yang penulis lakukan dengan penambang (Pak Yudi) mengungkapkan :

”Nek, pisan pindo ditangkepi Polisi Yo lumayan sering mas dibenke

ae, tapi nek suwe-suwe ditangkepi terus yo engko nek wes mangkel penambang’e, seng nangkepi dikeroyok”.

(Artinya, kalau sesekali ditangkap Polisi ya lumayan sering mas tapi dibiarkan saja, akan tetapi kalau Polisi sudah terlalu sering menangkapi penambang, dan jika para penambangnya mulai hilang kesabarannya maka penambang akan mengeroyok Polisi yang menangkapi penambang).

“Takut sih takut mas, tapi mau bagaimana lagi. Apapun akan kami lakukan untuk tetap memperoleh uang meskipun resikonya ditangkap

polisi,” terang Pagimin. 41

Singkatnya, masyarakat penambang melakukan penyulingan minyak mentah sendiri merupakan usaha penambang untuk "menaklukan" pasar disatu

40 Duka Lara Penambang Minyak Tradisional , http://bloranet.com 41 Duka Lara Penambang Minyak Tradisional. www.bloranet.com 40 Duka Lara Penambang Minyak Tradisional , http://bloranet.com 41 Duka Lara Penambang Minyak Tradisional. www.bloranet.com

Sebagaimana di ungkapakan Popkin, memandang bahwa pelibatan diri kaum tani dalam ekonomi pasar tidaklah disebabakan karena terancamnya keamanan subsistensi, melainkan karena kaum tani melihat bahwa pasar lebih menjanjikan dalam hal perubahan kehidupan bagi petani (Sairin dkk, 2002:221- 222).

Pengurangan Suply Hasil Tambang

Undang-undang no 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas, pada pasal

53 (huruf a, b, c dan d,) disebutkan bahwa: pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan niaga minyak tanpa memiliki izin usaha adalah terlarang.

Namun dalam pelaksanaanya, UU Migas tersebut tak bermakna bagi petani tambang difrensiasi nilai imbal jasa, yang diberikan oleh Pertamina yang sangat rendah sedangkan nilai imbal jasa yang sangat 'menjanjikan' diberikan oleh pasar ilegal, kondisi sangat menjanjikan ini (lihat tabel 3.3, hal, 65), memicu petani penambang dalam melakukan aktivitas penjualan hasil tambang keluar dari system kontrak kerja yang telah disepakati antara Pertamina dan KUD Bogosasono.

Penjulan lantung yang dilakukan oleh petani penambang tanpa melaui system (KUD Bogo Sasono) berdampak pada berkurangnya supply hasil tambang yang diterima Pertamina melalui KUD Bogosasono.

Penurunan suplay hasil tambang tersebut sangat siginifkan, yakni dalam keadaan normal Pertamina menerima Supply lantung dari petani penambang yang disetorkan melalui KUD Bogo Sasono sebanyak 11 hingga 12 rit tangki per hari (per tangki berisi 5.000 liter), namun, ketika petani penambang memilih Penurunan suplay hasil tambang tersebut sangat siginifkan, yakni dalam keadaan normal Pertamina menerima Supply lantung dari petani penambang yang disetorkan melalui KUD Bogo Sasono sebanyak 11 hingga 12 rit tangki per hari (per tangki berisi 5.000 liter), namun, ketika petani penambang memilih

Berkaitan dengan berkurangnya suplay lantung ke Pertamina, hal ini pun dapat dimaklumi oleh pengurus KUD Bogosasono, Sukrihadi mengungkapkan : Di karenakan nilai imbal jasa yang diterima oleh penambang sangat kecil sehingga tidak mampu menutup ongkos produksi, usaha yang dilakukan oleh KUD Bogo Sasono terkait dengan rendahnya nilai imbal jasa yang diterima oleh penambang ialah dengan cara

mengajukan kenaikan nilai imbal jasa ke Pertamina. 43

Rendahnya imbal jasa yang diterima oleh petani tambang telah mencapai suatu titik persinggungan bagi penambang, yang ditandai dengan semakin meluasnya penyulingan secara nyata, dan kemudian pengurangan suplay, bahkan para petani tambang sampai pada keputusan, untuk tidak lagi menyetorkan hasil tambang kepada KUD Bogo Sasono.

Berkaitan dengan penghentian setoran hasil tambang ke Pertamina melalui KUD Bogo Sasono, Humas Pertamina EP Region Jawa, Area Cepu, Anggadewi Widyastuti, mengatakan bahwa ;

Minyak mentah dari sumur tradisional di Kedewan dan Kasiman sejak Agustus tahun(2006) hingga kini (maret 2007), tak lagi disetor ke Pertamina. Padahal, kontrak kerja Pertamina dengan KUD Bogo

Sasono baru berakhir pada 2009. 44

Terjadinya penurunan suplay hasil tambang yang disetorkan oleh penambang ke KUD Bogo Sasono, sangat berkaitan erat dengan rendahnya nilai imbal jasa yang diterima oleh petani tambang yang pada perjalanan selanjutnya

42 Mujib Rahman http://www.gatra.com/2006-04-24/majalah/beli.php?pil 43 Wawancara dengan Pengurus (ketua) KUD Bogo Sasono 44 Diluar Rp 250 Ribu Per Drum., www.bojonegoro.go.id/indexphp?Kategori=berita&ID Berita=2125 42 Mujib Rahman http://www.gatra.com/2006-04-24/majalah/beli.php?pil 43 Wawancara dengan Pengurus (ketua) KUD Bogo Sasono 44 Diluar Rp 250 Ribu Per Drum., www.bojonegoro.go.id/indexphp?Kategori=berita&ID Berita=2125

Bahwa pemutusan hubungan kerja antara Pertamina dan KUD Bogo Sasono di karenakan tidak tercapainya kesepakatan dalam penentuan nilai imbal jasa antara Pertamina dan KUD Bogo Sasono, menurutnya nilai imbal jasa yang di berikan oleh Pertamina terlalu rendah.

Kaitannya dengan pengurangan suplay lantung yang dilakukan oleh petani penambang, Ecstein (dalam Mustain, 2007;31) menyatakan, bahwa meskipun senyatanya petani tampaknya pasif, sungkan dan diam, namun kaum tani dapat melakukan perlawanan atas hal-hal yang tidak mereka sukai dengan jalan mengurangi produksi atau menganggap ‘sepi’ atas informasi-informasi penting dari penindasnya.

Penjualan tanpa Melalui KUD Bogosasono

Ketidakpuasan yang dialami oleh penambang akan rendahnya nilai imbal jasa, yang diberikan oleh Pertamina, tidak hanya berakhir pada penyulingan minyak mentah secara mandiri dan pengurangan supply hasil tambang, rangkaian kekesalan petani tambang tersebut

berujung pada penambang tidak lagi menyetorkan hasil tambangnya ke KUD Bogo Sasono, kontestasi gerak perlawanan petani tambang selanjutnya 'di sempurnakan' dengan penjualan hasil tambang tanpa melewati pintu KUD Bogo Sasono.

Penjualan hasil tambang yang dilakukan oleh para petani tambang tidak lagi dilakukan secara tertutup dan sembunyi-sembunyi, namun hal itu dilakukan secara terbuka dan nyata, sebagaimana diungkapkan oleh Kepala Jasa Produksi PT Pertamina EP :

Kalau sekarang ini, penjualan minyak mentah tersebut keluar masih terjadi. Bahkan dilakukan secara terang-terangan, meskipun pembeli

45 Wawancara dengan Pengurus (ketua) KUD Bogo Sasono 45 Wawancara dengan Pengurus (ketua) KUD Bogo Sasono

Dalam pengamatan dilapangan, transaksi penjualan minyak mentah dilakukan secara langsung antara penambang dan pembeli ditempat dimana terdapat sumur-sumur minyak, dan dalam sekali angkut pembeli –illegal- yang kebanyakan menggunakan kendaraan roda dua mampu membawa hinga empat jerigen berisi 40 liter minyak mentah.

Baik petani penambang maupun pembeli, mengetahui bahwa aktivitas penjualan yang mereka lakukan adalah terlarang, bahkan penangkapan sudah sering dialami oleh rekan-rekan mereka. Dalam perbincangan penulis dengan penambang kaitannya dengan hal penangkapan yang dilakukan oleh pihak berwenang, Poniman mengungkapkan ;

Kalau dulu pada tahun 2002-an sering ada penangkpan dan razia yang dilakukan oleh polisi, tapi nek sekarang sudah hampir tidak ada lagi

penangkapan. 47 Aktivitas penjualan minyak tanpa melalui KUD Bogo Sasono, bukanlah

tanpa alasan, adalah nilai imbal jasa yang diberikan oleh Pertamina sangat kecil, sebagaimana di katakan Skockpol (dalam Mustain, 20007;193) bahwa; orientasi penjulan yang dilakukan oleh petani tambang adalah untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya spesifik dan konkrit.

Sehingga aktivitas penjualan dimaksudkan bagi keberlangsungan kehidupan petani, yakni; tercukupinya kebutuhan hidup sehari-hari dan tertutupinya ongkos produksi pengusahaan minyak dan mendapatkan lebih banyak profit. Sebagaimana diungkapkan oleh Penambang :

Negdol lantung langsung nang pengepul iku batine luweh akeh, timbangane didiol nang KUD Bogo sasono, batine iso di engo

46 Pertamina Cepu Tertibkan Penjualan MInyak Mentah Tradisionil Bojonegoro. www. kapanlagi.com 47 Wawancara dengan penambang 46 Pertamina Cepu Tertibkan Penjualan MInyak Mentah Tradisionil Bojonegoro. www. kapanlagi.com 47 Wawancara dengan penambang

(Artinya ; menjual minyak mentah langsung ke pengepul –ilegal– itu untungnya lebih banyak, dari pada menjual minyak mentah ke KUD Bogo Sasono, keuntungannya dapat digunakan setidaknya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, beli kayu bakar dan untuk beli solar untuk menghidupkan mesin truk)

Pernyataan diatas menunjukkan bahwa, petani tambang melakukan penjualan langsung tanpa melalui KUD Bogo Sasono, lebih didorong oleh adanya kewajiban untuk menjemukan Penyulingan minyak mentah secara mandiri, pengurangan supply hasil tambang, penjualan tanpa melalui KUD Bogo Sasono, lebih didorong oleh faktor ketidakpuasan yang didera petani tambang terkait nilai imbal jasa, dan rangkaian aktivitas penjulan tanpa melalui KUD Bogo Sasono, penyulingan mandiri dan pengurangan suplay hasil tambang bersifat taktis dan spesifik.

48 Wawancara dengan penambang

KESIMPULAN

Hasil kajian ini memperlihatkan, bahwa Peralihan tata kelola dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumur-sumur tua, yang semula berada pada kuasa kepala desa, yang kemudian dalam perkembangannya, pengelolaan dan pemanfaatan sumur-sumur tua masuk dalam wilayah kuasa penambangan Pertamina, yang mengikat kontrak kerja sama dengan KUD Bogo Sasono.

Peralihan tata kelola sumur-sumur tua, dirasakan oleh petani tambang semakin memperkecil jumlah pendapatan yang diterima oleh petani tambang, dan rendahnya imbal jasa ini, membuat petani tambang mengambil inovasi-inovasi tindakan yang bertentangan dengan ketentuan yang ada, dikarenakan adanya keharusan bagi petani tambang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi produksi sumur minyak dan kebutuhan rumah tangga petani.

Jalan yang ditempuh petani tambang, untuk mecukupi kebutuhan produksi dan rumah tangga petani, petani menempuh jalan penyesuaian-penyesuaian, yang diwujudkan petani tambang melalui : Penjualan tanpa melalui KUD Bogo Sasono, Penyulingan secara mandiri dan Pengurangan supply tambang ke Pertamina.

Rangkaian aktivitas angkat dan angkut yang digunakan oleh petani disebabkan oleh bebarapa faktor, yakni adanya

1. Perbedaan nilai imbal jasa yang diterapkan oleh masing-masing institusi (KUD Bogo sasono dan Pertamina), perbedaan nilai imbal jasa ini berdampak pada semakin kecilnya imbal jasa yang diterima oleh petani tambang.

2. Rendahnya imbal jasa yang diberikan tidak mampu mencukupi kebutuhan produksi bagi petani tambang, dan juga kebutuhan rumah tangga petani.

3. Pilihan sikap yang digunakan oleh petani tambang, menunjukkan adanya perhitungan untung dan rugi yang melandasi perilaku petani dalam memilih pasar (legal dan ilegal) bagi pemenuhan kebutuhan produksi dan rumah tangga petani.

Penyulingan mandiri, penjulan tanpa melalui KUD Bogo Sasono dan pengurangan supply, dirasakan oleh petani tambang lebih mampu memberikan hasil yang maksimal, hal ini dikarenakan adanya surplus imbal jasa yang sangat menjanjikan yang diberikan oleh pasar ilegal.

Perubahan tata kelola pada sumur-sumur tua, senyatanya mampu memberikan penhidupan yang layak bagi petani tambang, yakni dengan memangkas biaya-biaya yang tidak dapat diketahui/diukur oleh petani, sebagaimana tertuang dalam komponen biaya penjualan hasil tambang/lantung, yakni proses gauging dan Qas, yang digunakan oleh Pertamina untuk mengurangi kadar air pada minyak mentah sesuai standar.

Singkatnya, kekayaan alam yang dimiliki oleh masyarakat Wonocolo, belum mampu memberikan penghidupan yang layak bagi penambang sumur- sumur tua, namun hal ini tentu saja tidak akan terjadi, bilamana perubahan tata kelola pada sumur-sumur tua dan hubungan kontraktual antara Penambang dan Pertamina didasarkan pada asas yang saling menguntungkan kedua belah pihak (Pertamina dan Penambang), dan bukannya saling menegasikan.