Metode Pendidikan akhlak Mulia Dengan Dakwah
1. Metode Pendidikan akhlak Mulia Dengan Dakwah
Kata h}ikmah , penulis mengaitkan kata h}ikmah dengan metode pendidikan Islam, yaitu sebagai metode pendidikan Islam dengan h}ikmah atau dengan teladan. M. Quraisy Shihab mengartikan kata h}ikmah berarti yang paling utama dari segala sesuatu, baik pengetahuan maupun perbuatan.
73 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur‟an Volume 7, Ciputat: Lentera Hati, 2007, cet. VIII, h.390-391.
74 Ibid,h. 391. 75 Ibid, h.391-392
H}ikmah juga diartikan sebagai sesuatu yang bila diperhatikan/digunakan akan mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan yang besar dan lebih besar, serta menghalangi terjadinya mud}arat atau kesulitan yang besar atau
lebih. 76 Menurut Hamka dalam tafsir al-Azhar kata h}ikmah, (kebijaksanaan)
yaitu secara bijaksana, akal budi, yang mulia, lapang dada serta hati yang bersih menarik perhatian orang kepada agama, atau kepada kepercayaan
terhadap Tuhan. 77 Hamka mengartikan h}ikmah sebagai kebijaksanaan arti h}ikmah ini menunjukkan kepada tingkah laku atau perbuatan baik manusia
yang dapat dicontoh sehingga menjadi contoh/teladan terutama seorang guru kepada peserta didiknya. Ayat ini mengandung ajaran kepada Rasul saw tentang cara melancarkan da’wah, atau seruan terhadap manusia agar mereka
berjalan di atas jalan Allah (Sabi>lillah). 78 Hamka berpendapat bahwa ada tiga macam atau tiga tingkatan da’wah, yaitu; pertama, H}ikmat,
(kebijaksanaan) yaitu secara bijaksana, akal budi, yang mulia, dada yang lapang dan hati yang bersih menarik perhatian orang kepada agama, atau kepada kepercayaan terhadap Tuhan.. Kedua, Al-mau’iz}atil H}asanah, yang kita artikan pengajaran yang baik, atau pesan-pesan yang baik, yang disampaikan sebagai nasihat. Sebagai pendidikan dan tuntutan sejak kecil, sebab itu termasuk dalam bidang “Al-mau’id}atil H}asanah, ” pendidikan ayah-bunda dalam rumah-tangga kepada anak-anaknya, yang menunjukkan
76 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur’an Volume 7,…h.391.
77 Hamka. Tafsir Al-Azhar Juzu‟ 13-14-15-16-17, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983.h.321 78 Hamka. Tafsir Al-Azhar,…h.321.
contoh beragama di hadapan anak-anaknya, sehingga menjadi kehidupan mereka. Ketiga, “ja>dil-hum billati hiya ah}san”, bantahlah mereka dengan cara yang baik. Kalau telah timbul perbantahan atau pertukaran fikiran pada zaman kita ini disebut polemik, ayat ini menyuruh apabila perbantahan tidak dapat dielakkan lagi, maka kita harus memilih jalan yang terbaik, diantaranya ialah membedakan pokok soal yang tengah dibicarakan dengan perasaan benci
atau sayang kepada pribadi orang yang tengah diajak berbantah. 79 Hamka menjelaskan: Ketiga pokok cara melakukan da’wah ini,
h}ikmat, mau’iz}ah h}asanah, dan mujadalah billati hiya ah}san, amatlah diperlukan di segala zaman, sebab da’wah atau ajakan dan seruan membawa umat manusia kepada jalan yang benar, da’wah dengan jalan paksa tidaklah akan berhasil menundukkan keyakinan orang. Al-Qur’an menegaskan bahwa dalam hal agama sakali-kali tidak ada paksaan. Q.S al-Baqarah 256. Allah menegaskan bahwa urusan memberi orang petunjuk atau menyesatkan orang, adalah hak Allah sendiri “ sesungguhnya Tuhan engkau, dialah yang lebih
tahu siapa yang dapat petunjuk” . 80 Perencanaan dakwah merupakan kegiatan awal sebagai penentuan
terhadap langkah dakwah yang harus dikerjakan untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditetapkan. Pelaksanaan perencanaan dakwah ditentukan oleh penyelenggara dakwah itu sendiri, betapapun perencanaan dakwah telah berhasil disusun dengan formulasi yang baik, tapi tanpa adanya penyelenggara yang baik maka rencana itu akan gagal. Sebelum pimpinan
79 Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu‟ 13-14-15-16-17,(Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), h. 321.
80 Hamka, Tafsir Al-Azhar,…h. 322.
dakwah menetapkan sasaran dalam rangka pencapaian tujuan dakwah serta langkah yang harus dikerjakan untuk mewujudkan sasaran, ia harus mempunyai gambaran tentang keadaan subyek atau penyelenggara dakwah, gambaran itu mencakup masalah bagaimana keadaan organisasi, tenaga
pelaksana, persediaan fasilitas dan sarana-sarana lainnya yang diperlukan. 81