Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling oleh guru BK dalam upaya meningkatkan resiliensi diri peserta didik di kelas VIII SMPN 4 Batang Anai

B. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling oleh guru BK dalam upaya meningkatkan resiliensi diri peserta didik di kelas VIII SMPN 4 Batang Anai

Setelah dibuatnya perencanaan sematang mungkin, pada tahap selanjutnya adalah pelaksanaan bimbingan dan konseling sesuai dengan permasalahan dan perencanaan yang telah disusun oleh guru bimbingan dan konseling di sekolah. Pada pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah selain guru bimbingan dan konseling, para majelis guru, waka kesiswaan, wali kelas dan kepala sekolah memiliki peranan yang sangat penting karena guru merupakan sumber yang sangat menguasai informasi tentang keadaan/kondisi siswa.

Di dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling, kerjasama guru bimbingan dan konseling dengan personel lain di sekolah merupakan suatu syarat yang tidak boleh ditinggalkan. Kerjasama ini akan menjamin tersusunnya dan terimplikasinya program bimbingan dan konseling yang komprehensif, memenuhi sasaran dan tepat guna sesuai dengan keadaan/kondisi peserta didik sebagai sasaran layanan. Kerjasama antara guru bimbingan dan konseling dan seluruh personil sekolah memang sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Kemudian terkait dengan pelaksanaan ini sebagaimana telah disebut pada sub sebelumnya bahwa pelaksanaan layanan dilaksanakan dalam tiga format layanan, yaitu klasikal, kelompok dan individual.

Berdasarkan observasi pada tanggal 19 Mei 2017 yang penulis lakukan berkenaan dengan layanan yang diberikan terlihat bahwa guru bimbingan dan konseling memberikan layanan konseling individual kepada peserta didik yang memerlukan layanan. Dalam hal ini terlihat guru bimbingan dan konseling berupaya memberikan pelayanan dalam meningkatkan resiliensi diri peserta didik.

Di lain kesempatan, terlihat juga guru bimbingan dan konseling juga memberikan layanan berupa konseling kelompok dan bimbingan kelompok dan layanan informasi. Ini menunjukkan bahwa ada upaya untuk meningkatkan resiliensi diri peserta didik dari guru bimbingan dan konseling.

Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan guru bimbingan dan konseling, mengatakan bahwa: “Untuk pemberian layanan seperti layanan Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan guru bimbingan dan konseling, mengatakan bahwa: “Untuk pemberian layanan seperti layanan

rumah dan himpunan data. 124 ” Selain itu, tentunya dalam setiap layanan terdapat suatu topik atau

materi yang ingin disampaikan dan dipahami betul oleh peserta didik. Wawancara yang penulis lakukan diketahui bahwa: ”Terkait materi itu tergantung jenis layanan apa yang diberikan. Seperti layanan informasi, materinya tentang motivasi belajar dengan dibantu infocus ditampilkan video- video yang berkenaan dengan motivasi sehingga mereka bersemangat untuk

belajar. 125 ”

Wawancara dengan guru bimbingan dan konseling lain juga mengatakan bahwa:

“Pada umumya materi yang diberikan itu berupa materi yang dapat membahagiakan mereka dalam belajar, bukan materi yang membosankan. Walapun begitu materi harus juga disesuaikan dengan keadaan/kondisi peserta didik, bukan hanya sekedar ditampilkan video, tetapi video itu memang benar-benar memotivasinya dan bermanfaat nantinya. Karena masalah siswa itu kebanyakan bukan karena masalah belajarnya akan tetapi masalah dalam keluarganya. Baik dari segi ekonomi keluarga, orang tua bercerai, ayah kawin lagi. Nah , permaslahan itu akhirnya berdampak pada belajarnya di

sekolah. 126

124 Widya. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 19 Mei 2017

125 Widya. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 19 Mei 2017

126 Rafiana. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 19 Mei 2017

Kemudian wawancara dengan peserta didik, mengatakan bahwa: “ibu guru bimbingan dan konseling waktu mengajar menggunakan video pakai

infocus 127 .” Peserta didik yang lainnya juga mengatakan bahwa: “ibu guru itu sering memutarkan video di kelas, videonya tentang orang yang susah tapi

tetap mau sekolah, orang miskin tetapi sukses.” 128 Berdasarkan informasi di atas dapat dipahami bahwa diantara materi

yang disampaikan oleh guru bimbingan dan konseling yaitu berkenaan dengan motivasi belajar yang disesuaikan dengan keadaan/kondisi peserta didik. Pemberian motivasi belajar ini didukung dengan infokus sebagai media untuk menampilkan video-video yang berkenaan motivasi yang mendukung kegiatan layanan informasi yang dilaksanakan. Selain itu, layanan yang diberikan kepada peserta didik adalah layanan konseling individual. Guru bimbingan dan konseling mengatakan bahwa: “Akan tetapi kalau konseling individual itu tergantung masalah yang di alami peserta didik. Jelasnya materi ini dikondisikan dengan keadaan yang ada dilapangan, disesuaikan dengan

kebutuhan peserta didik. 129 ” Terkhusus kepada layanan konseling individual yang bersifat

kerahasiaan dalam pelaksanaan. Materi atau pemahaman yang akan diberikan tergantung apa masalah dan kebutuhan dari peserta didik yang mengikuti layanan konseling individual. Guru bimbingan dan konseling menambahkan

127 Rahmi Purti, Peserta didik, kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung, Padang Pariaman, 20 Mei 2017

Riva, Peserta didik, kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung, Padang Pariaman, 20 Mei 2017

129 Widya. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 19 Mei 2017 129 Widya. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 19 Mei 2017

Berdasarkan data wawancara yang penulis paparkan tersebut, dapat disimpulkan bahwa layanan yang dilaksanakan dalam meningkatkan resiliensi peserta didik yaitu layanan informasi berkenaan dengan motivasi dan serta konseling individual yang pemahaman diberikan berdasarkan permasalahan peserta didik sehingga dengan pemahaman tersebut dapat merubah pola pikir peserta didik terhadap kehidupan dan hidup dengan lebih baik lagi tanpa menyerah.

Berdasarkan data wawancara dengan salah seorang peserta didik mengatakan bahwa: saya pak merasa sangat senang ketika mendapat konseling dari ibu guru

BK, karena memberikan motivasi untuk saya sekolah rajin, belajar sungguh-sungguh, dan mau memuji perbuatan yang saya kerjakan, ibu itu juga melihatkan video-video yang membangkitkan semangat saya

untuk sekolah dan jangan menyerah dengan keadaan hidup saya. 131

Data wawancara dengan peserta didik lain mengatakan bahwa:

Saya pak merasa guru BK SMPN 4 Batang Anai sangat pintar dan pandai dalam mengajar (memberikan layanan), tanpa bantuan dari guru BK mungkin saya sudahs berhenti dari sekolah karena dikeluarkan, karena saya sering merokok, melanggar peraturan sekolah dan bolos, bahkan saya sering melawan kepada guru mata pelajaran, tetapi ibu itu terus memanggil saya kedalam ruang BK dan ibu itu memberikan arahan kepada saya dan melihatkan video-video motivasi untuk giat

belajar di sekolah. saya merasa sangat terbantu. 132

130 Widya. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 17 Juli 2017

131 Hanafi. Peserta didik, kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung, Padang Pariaman, 19 Mei 2017

132 Rusgiansyah, Peserta didik, kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung, Padang Pariaman, 19 Mei 2017

Berdasarkan observasi pada tanggal 19 Mei 2017 yang penulis lakukan berkenaan dengan layanan yang diberikan terlihat bahwa guru bimbingan dan konseling memang benar-benar memberikan layanan informasi yang bermaterikan tentang motivasi untuk semangat dalam belajar, tidak ada kata menyerah dengan persoalan hidup yang dialami. Ini terlihat dengan video motivasi yang sering ditampilkan di dalam kelas saat memberikan layanan dengan bantuan infocus. Karena suksesnya suatu layanan bimbingan dan konseling tergantung bagaimana guru bimbingan dan konseling mampu memotivasi peserta layanannya dengan meyakinkan mereka bahwa permasalahan dapat diselesaikan dari kehidupan efektif sehari-hari terganggu menjadi kehidupan efektif sehari-hari (KES-T menjadi KES).

Kemudian dalam hal meningkatkan resiliensi peserta didik, ada beberapa langkah yang harus dilalui untuk menjadikan seseorang itu memiliki resiliensi yang kuat. Berdasarkan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling mengatakan bahwa:

“Ibu memberikan langkah-langkah ini diiringi dengan metode yang ibu gunakan dalam pelaksanaan layanan. Yang paling penting pada waktu ibu memberikan layanan kepada peserta didik yang memiliki masalah, ibu pesankan kepada mereka harus berbaik sangka kepada Allah SWT, atas apa saja yang kita dapatkan hari ini, jangan berfikiran negatif, kita diberikan cobaan berarti Allah masih ingat kita dan sayang kepada hambanya. Karena di dalam al-Qurannya Allah memotivasi kita dua kali di dalam surah al-Insyirah. “Seseungguhnya setelah kesusahan itu ada kemudahan. ” Jadi apapun yang kita hadapi sekarang pasti ada hikmahnya, tapi dengan syarat jangan berputus asa dan menyerah.” 133

133 Widya. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 17 Juli 2017

Setelah itu, wawancara dengan guru bimbingan dan konseling lainnya juga mengatakan, bahwa: “Langkah yang ibu lakukan dalam meningkatkan resiliensi peserta

didik ini adalah dengan mengkonfrontasi pikiran negatif (irrasional) peserta didik, atau melawan fikiran-fikiran negatif yang tertanam dalam fikirannya sehingga ia berfikir positif/rasional terhadap masalah yang dihadapinya. Bagaimana kita harus bisa membuat mereka tenang dan fokus terhadap masalah yang sedang dihadapinya. Untuk membuat mereka tenang, saya beri penguatan dan perhatian kepada mereka. Perhatian dan rasa kasih sayang itu akan membuat mereka tegar dan kuat. Kalau sudah seperti itu baru kita bisa memberikan pemahaman kepadanya sehingga ia memahami dirinya dan potensinya

sebagai individu. 134 ”

Selain langkah di atas, guru bimbingan dan konseling juga menggunakan langkah-langkah konseling, seperti yang dikatakan oleh guru bimbingan dan konseling, bahwa:

Dalam proses konseling, ibu seperti biasanya memperkenalkan BK kepada mereka peserta didik, menjelaskan bimbingan dan konseling kepada mereka, kemudian menelusuri apa yang menjadi permasalahan mereka, banyak dari mereka susah untuk jujur dan terbuka, akan tetapi dengan berjalannya proses konseling, sebagian dari mereka mau untuk berbagi masalahnya kepada kita, memang rata-rata dari mereka banyak bermasalah dalam keluarganya, sehingga untuk sekolah mereka malas dan bahkan ada yang sudah berniat untuk berhenti sekolah. Dengan permasalahan seperti itulah bagaimana layanan BK ini mampu menolong mereka, sehingga mereka termotivasi lagi untuk sekolah. Fikiran mereka yang negatif menjadi positif. Ibu terkadang dalam meningkatkan resiliensi mereka menggunakan langkah bercerita, yaitu menceritakan kisah-kisah tokoh yang terkenal, menjelaskan kepada mereka bahwa ada loh orang yang susah menjadi sukses, ada loh orang miskin jadi orang kaya, ada loh orang bodoh jadi pintar karena rajin belajar. Cerita yang pernah ibu ceritakan

134 Rafiana. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 17 Juli 2017 134 Rafiana. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 17 Juli 2017

menceritakan kisah ibu sewaktu sekolah. 135

Dalam pelaksanaan langkah-langkah meningkatkan resiliensi peserta didik yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling, diketahui bahwa guru bimbingan dan konseling tidak menggunakan semua langkah yang ada. Hanya beberapa saja, seperti langkah hindari thinking traps (berfikir negatif, atau terlalu cepat mengambil keputusan), langkah challenging beliefs (pemahaman pada perilaku yang efektif, mengubah keyakinan yang negatif menjadi positif), langkah calming and focusing ( untuk tetap tenang dan fokus terhadap apa yang sedang terjadi). Artinya dari tujuh langkah langkah untuk meningkatkan resiliensi peserta didik, guru bimbingan dan konseling hanya menggunakan tiga langkah saja. Untuk menutupi kekurangan tersebut guru bimbingan dan konseling cukup bijak dan kreatif, karena menggunakan teori sendiri, yaitu dengan langkah bercerita (kisah-kisah). Guru bimbingan dan konseling bercerita kepada peserta didik dengan menceritakan kisah-kisah tokoh yang terkenal untuk membangkitkan kepercayaan diri peserta didik. Seperti kisah Dahlan Iskan, B.J. Habibie dan menayangkan video-video yang berkaitan dengan tokoh dan video motivasi. Selain itu guru bimbingan dan konseling juga memakai contoh pribadi, yaitu menceritakan tentang pengalaman hidupnya dalam menempuh pendidikan.

135 Sri Gustina. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 17 Juli 2017

Dari penjelasan di atas terlihat bahwa guru bimbingan dan konseling cukup bijak dan kreatif karena menggunakan teori sendiri untuk menutupi kekurangan dalam pelaksanaan langkah-langkah meningkatkan resiliensi peserta didik.

Tentunya setelah langkah-langkah dalam meningkatkan resiliensi peserta didik ada tahap-tahap yang digunakan sebagai pendukung dalam memberikan layanan kepada peserta didik dalam hal untuk meningkatkan resiliensi peserta didik. Wawancara dengan guru bimbingan dan konseling mengatakan bahwa:

“Pada pelaksanaan layanan, baik itu konseling individual, konseling kelompok, maupun bimbingan kelompok, ibu selalu berpesan kepada

mereka untuk mampu membina hubungan dengan baik antar sesama teman, mejelis guru, orang tua maupun kepala sekolah, karena itu suatu saat nanti bisa jadi akan menolong kita disaat susah, ibu juga terus memotivasi mereka yang berputus asa, sekolah harus tetap semangat, jangan berhenti sekolah, terus belajar sungguh-sungguh, jangan terburu- buru mengambil keputusan untuk berhenti sekolah karena persoalan keluarga, atau orang tua kita tidak ada uang dan lain sebagainya. Ibu juga ceritakan pengalaman ibu sewaktu menuntut ilmu kepada mereka,

semoga mereka termotivasi. 136

Hampir senada dengan di atas guru bimbingan dan konseling lain juga mengatakan bahwa:

“Yang paling terpenting dalam strategi untuk meningkatkan resiliensi diri peserta didik ini adalah kita harus peduli kepada mereka, kita harus perhatian kepada mereka, kita harus membuat mereka nyaman terhadap ketentuan dan peraturan sekolah ini dan orang-orang yang ada di dalamnya, baik itu kepala sekolah, majelis guru, teman-temannya, dengan itu semua ia akan merasa diakui di sini dan akan rajin datang

136 Sri Gustina. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 17 Juli 2017 136 Sri Gustina. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 17 Juli 2017

kepada mereka akan membantu m 137 eningkatkan resilien mereka.”

Pada pelaksanaan tahap-tahap untuk meningkatkan resiliensi peserta didik, guru bimbingan dan konseling hanya menggunakan empat tahap dari enam tahap yang ada pada teori. Ketiga tahapan yang dilaksanakan adalah tahap Increase Bonding (tahap membangun hubungan yang baik (relationship), tahap set clear and consistent boundaries (tahap patuh akan ketentuan dan peraturan-peraturan sekolah), dan tahap provide caring and support (tahap peduli kepada peserta didik dan memberikan penghargaan). Untuk menutupi kekurangan dalam pelaksanaan tahapan tersebut, guru bimbingan dan konseling menggunakan tahapan kerjasama dengan seluruh perangkat sekolah dan orang tua peserta didik.

Dari penjelasan di atas terlihat bahwa guru bimbingan dan konseling cukup bijak dan kreatif, dengan menggunakan teori sendiri, yaitu teori kerjasama dengan seluruh perangkat sekolah dan orang tua peserta didik dalam upaya meningkatkan resiliensi peserta didik untuk menutupi kekurangan teori yang tidak bisa terlaksana.

137 Widya. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 17 Juli 2017

Berdasarkan observasi pada tanggal 15 Juli 2017 yang penulis lakukan terlihat bahwa guru bimbingan dan konseling memberikan layanan yang baik kepada peserta didik, dikatakan demikian karena guru bimbingan dan konseling di SMPN 4 Batang Anai ini dikenal dengan guru yang perhatian dan ramah. Terlihat juga bagaimana ibu bimbingan dan konseling sangat baik dalam memberikan layanan. Kemudian guru bimbingan dan konseling pernah terlihat oleh penulis memberikan reward kepada peserta didik yang pernah konseling dengannya, karena peserta didik tersebut menunjukkan perubahan yang fositif.

Sesuai dengan wawancara penulis dengan peserta didik yang mendapatkan reward mengatakan bahwa: “iya pak, ibu tu maagihan pena ancak ko ka awak, kecek ibu tu karena awak lah ndak talambek tibo ka

sekolah.” 138

Kemudian, untuk membantu peserta didik dalam meningkatkan resiliensi, guru bimbingan dan konseling juga menerapkannya dalam bentuk klasikal dengan menggunakan beberapa metode. Berdasarkan wawancara penulis dengan salah seorang guru bimbingan konseling mengatakan bahwa: “Metode ini disesuaikan dengan bentuk pelaksanaan BK yang dilakukan,

seperti klasikal metode yang digunakan adalah metode ceramah dan tanya jawab. 139 ” Beliau juga menambahkan bahwa: “metode Individual yang

138 Hanafi. Peserta didik, kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung, Padang Pariaman, 19 Mei 2017

139 Rafiana. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 17 Juli 2017 139 Rafiana. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 17 Juli 2017

adalah metode diskusi dan tanya jawab. 141 ” Berdasarkan observasi pada tanggal 18 Juli 2017 yang penulis lakukan

berkenaan dengan metode yang diberikan terlihat bahwa guru bimbingan dan konseling dalam memberikan layanan menggunakan metode untuk memudahkan dalam proses pemberian layanan. Metode yang digunakan berfariasi sesuai dengan keadaan yang ada dilapangan. Terlihat juga bahwa guru bimbingan dan konseling memang berupaya penuh untuk meningkatkan ketahanan diri (resiliensi) peserta didik.

Selain metode dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling, guru bimbingan konseling juga menggunakan pendekatan psikologi. Hal ini berdasarkan pada wawancara penulis dengan guru bimbingan dan konseling mengatakan bahwa:

“Sesuai dengan masalah peserta didik itu, kalau peserta didik bermasalah dengan tingkahlaku kita gunakan pendekatan behavioristik.

Pendekatan rational emotif therapi juga bisa untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik agar tetap berfikir positif, bisa juga dengan pendekatan analisis transaksional, untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik bagaimana berhubungan yang baik dengan orang lain. Artinya kita analisis dulu apa penyebab peserta didik itu bermasalah dan mengganggu kehidupan efektif sehari-harinya, setelah itu baru bisa kita tentukan pendekatan konseling mana yang

cocok dan sesuai. 142 ”

140 Rafiana. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 17 Juli 2017

141 Rafiana. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 17 Juli 2017

142 Sri Gustina. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 19 Juli 2017

Wawancara di atas juga didukung dengan perkataan salah seorang guru bimbingan dan konseling yang mengatakan bahwa: “Pendekatan yang paling sering itu adalah pendekatan rational emotif therapi dan behavioristik, karena permasalahan peserta didik lebih dominan kepada pola pikir yang tidak benar dan persoalan tingkah laku yang menyimpang yang melenggar

peraturan sekolah, dan lain-lain. 143 ” Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

melaksanakan layanan konseling guru bimbingan dan konseling menggunakan berbagai layanan yang dapat mendukung dalam meningkatkan resiliensi diri peserta didik. Selain itu, untuk terlaksananya layanan dengan maksimal guru bimbingan dan konseling juga menerapkan metode dalam menyampaikannya serta pendekatan psikologi dalam menganalisis masalah yang dialami oleh peserta didik.

Kemudian, dalam setiap pelaksanaan kegiatan tentu terdapat kendala dan pendukung di setiap pelaksanaannya. Berkenaan dengan hal tersebut penulis mendapat informasi dari wawancara yang dilakukan, bahwa:

Banyak hal yaitu kepala sekolah sangat peduli terhadap kegiatan BK ini, mendukung penuh setiap kegiatan yang dilaksanakan, waka kesiswaan juga membantu melancarkan kegiatan dengan ikut serta membina peserta didik yang bermasalah setelah konseling dilakukan, wali kelas juga membantu mengawasi peserta didik yang bermasalah. Kemudian yang utama sekali peserta didik yang bermasalah mau untuk

dibantu dan mengikuti kegiatan dengan sebaik-baiknya. 144

143 Sri Gustina. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 19 Juli 2017

144 Rafiana. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 19 Juli 2017

Selain itu, wawancara juga didukung dengan pernyataan bahwa: Kendala yang paling sering di alami itu adalah waktu pelaksanaan

layanan. Karena BK masuk kelas hanya sekali dalam satu minggu. Sehingga pengoptimalan layanan kurang efektif. Akan tetapi walaupun demikian layanan yang diberikan masih tepat dan sesuai need

assesment 145 peserta didik. Terdapat banyak kendala yang dihadapi oleh guru bimbingan dan

konseling dalam melaksanakan layanan untuk meningkatkan resiliensi diri peserta didik di sekolah. Salah satu cara guru bimbingan dan konseling lakukan adalah:

“Terkadang saya memanfaatkan jadwal guru yang tidak hadir dengan memberi layanan BK kepada peserta didik. Kemudian

mengoptimalkan waktu yang tersedia dengan sebaik-baiknya. Kalau peserta didik masih merasa kurang dengan layanan yang diberikan di dalam kelas, saya memanggil mereka yang masih membutuhkan

layanan kedalam ruang BK untuk menindak lanjutinya. 146 ”

Setelah terlaksananya pelaksanaan bimbingan dan koseling dalam upaya meningkatkan resiliensi diri peserta didik ini, tentunya ada harapan untuk tercapainya tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan wawancara dengan

guru bimbingan dan konseling mengatakan bahwa:

“Ibu berharap setelah diberikan dan terlaksananya bimbingan dan konseling ini, anak-anak ibu itu mampu bertahan dalam setiap kesulitan ataupun kesusahan yang mereka alami nantinya. Tidak mudah putus asa, pantang menyerah, rajin belajar, menggantungkan cita-cita yang tinggi, menjadi anak yang berhasil dan berguna untuk kedua orang tua dan bangsanya. Yang terpenting kesulitan dan kesusahan yang mereka

rasakan tidak membuat mereka berfikir untuk berhenti sekolah.” 147

145 Widya . Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 19 Juli 2017

146 Rafiana. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 19 Juli 2017

147 Sri Gustina. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai,

Adapun harapan guru bimbingan dan konseling lain mengatakan bahwa:

“Ibu berharap masalah yang mereka alami dapat terentaskan dengan segera, sehingga tidak mengganggu proses belajar mereka, semoga dengan adanya bantuan dari semua pihak yang ada di sekolah mereka tetap giat dan semangat untuk belajar, terutama mereka yang memiliki kekurangan dalam motivasi, atau mereka yang tidak mendapat perhatian dari rumah. Semoga mereka semangat untuk menuntut ilmu sampai tamat/selesai pendidikannya. Bukan hanya sampai di sini, tapi

sampai kejenjang selan 148 jutnya.”

Tidak jauh berbeda dengan ungkapan wawancara di atas, kepala sekolah juga mengatakan bahwa: “Saya berharap untuk kedepan program bimbingan dan konseling ini

tetap terus berjalan, semakin baik lagi, sehingga permasalahan peserta didik terbantu untuk menyelesaikannya. Dengan adanya bimbingan dan konseling ini diharapkan nanti peserta didik dapat belajar dengan baik, tidak terlambat datang kesekolah, taat dan patuh kepada orang

tua dan guru. Semoga mereka semua berhasil dan sukses.” 149

Berdasarkan hasil data wawancara dan observasi yang penulis paparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam proses pelaksanaan bimbingan dan konseling oleh guru bimbingan dan konseling dalam upaya meningkatkan resiliensi diri peserta didik dilakukan dalam tiga bentuk layanan, yaitu klasikal, kelompok dan individual. Di samping itu juga tentunya ada materi yang diberikan kepada peserta layanan (peserta didik),

wawancara langsung , Padang Pariaman, 19 Juli 2017 148 Sri Gustina. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai,

wawancara langsung , Padang Pariaman, 19 Juli 2017 149 Nurlina. Kepala Sekolah SMPN 4 Batang Anai, wawancara langsung, Padang

Pariaman, 16 Mei, 2017 Pariaman, 16 Mei, 2017

Hal itu dilakukan karena dalam melaksanakan identifikasi kebutuhan peserta didik ini, guru bimbingan dan konseling belum menggunakan instrumen yang ada dalam bimbingan dan konseling, seperti AUM UMUM, AUM PTSDL, Sosiometri, Angket dan lain sebagainya. Dalam hal menentukan materi ini, guru bimbingan dan konseling sudah berupaya maksimal, walaupun dalam pelaksanaan pemilihan/identifikasinya belum optimal, karena hanya menggunakan kerjasama dengan pihak-pihak yang terkait di sekolah tanpa menggunakan instrument yang terdapat dalam bimbingan dan konseling. Setelah penentuan materi yang sesuai dengan peserta didik, tentunya harus ada langkah-langkah yang harus dilalui dalam upaya meningkatkan resiliensi peserta didik.

Adapun langkah-langkah yang dilaksanakan oleh guru bimbingan dan konseling yaitu dengan mengkonfrontasi pikiran negatif (irrasional) peserta didik, atau melawan fikiran-fikiran negatif yang tertanam dalam fikirannya Adapun langkah-langkah yang dilaksanakan oleh guru bimbingan dan konseling yaitu dengan mengkonfrontasi pikiran negatif (irrasional) peserta didik, atau melawan fikiran-fikiran negatif yang tertanam dalam fikirannya

h. Pelajari ABC Individu harus mengetahui adversity-nya dan bagaimana ia menginterpretasi adversity tersebut. Individu harus belajar menggali dampak dari pikiran dan keyakinan sepintas terhadap konsekuensi perilaku dan emosional dari adversity. Individu harus mendengarkan pikirannya, mengidentifikasi apa yang akan ia katakan pada diri sendiri ketika berhadapan dengan masalah dan memahami bagaimana pikirannya mampu mempengaruhi perasaan dan perilakunya. Dengan demikian, tidak terjadi lagi kesalahan dalam menyikapi masalah yang bersumber dari kesalahannya dalam menginterpretasi kejadian.

i. Hindari Thinking Traps Ketika menghadapi adversity, manusia umumnya melakukan delapan kesalahan yang menurunkan resiliensi karena merupakan penghambat dalam berfikir, yaitu terlalu cepat mengambil kesimpulan, mempersempit pandangan (misalnya hanya fokus pada hal-hal negatif), i. Hindari Thinking Traps Ketika menghadapi adversity, manusia umumnya melakukan delapan kesalahan yang menurunkan resiliensi karena merupakan penghambat dalam berfikir, yaitu terlalu cepat mengambil kesimpulan, mempersempit pandangan (misalnya hanya fokus pada hal-hal negatif),

j. Detecting iceberg Manusia sering kali menilai orang lain maupun dunia berdasarkan nilai-nilai yang ia yakini dan inginkan sendiri. Individu harus mampu mengidentifikasi deep belief yang ia miliki dan menentukan kapan hal tersebut membantu dan kapan hal tersebut justru menjerumuskan.

k. Challenging beliefs Suatu proses untuk meningkatkan pemahaman akan suatu peristiwa yang mengarahkan pada perilaku yang lebih efektif dan mendukung perilaku pemecahan masalah karena komponen kunci resiliensi adalah pemecahan masalah.

l. Putting in perspective Individu harus mampu menghentikan cara berfikir “what if” (berandai-andai) cara berpikir yang berputar-putar dan tidak sehat. Individu harus mengubahnya kepada pikiran yang lebih realistis dan lebih mempersiapkan diri untuk menghadapi permasalahan yang terjadi.

m. Calming and focusing Individu harus mampu tetap tenang dan fokus bila menghadapi suatu permasalahan.Jangan sampai kondisi emosi mempengaruhi m. Calming and focusing Individu harus mampu tetap tenang dan fokus bila menghadapi suatu permasalahan.Jangan sampai kondisi emosi mempengaruhi

n. Real-time resiliensi Individu harus mampu mengubah counter productive thoughts menjadi resilience thoughts dengan cepat. Begitu adversity terjadi, individu segera berpikir dan bertindak resilien dengan cepat. Namun demikian, harus diingat bahwa walaupun kadangkala resiliensi

membutuhkan tindakan segera, tetapi seringkali justru tidak. 150 Dari teori yang ada di atas, terlihat ada tujuh langkah dalam

meningkatkan resiliensi diri peserta didik. Pada pelaksanaan guru bimbingan dan konseling yang telah dipaparkan di atas bahwa guru bimbingan dan konseling hanya menggunakan beberapa langkah saja, yaitu langkah hindari thinking traps (berfikir negatif, atau terlalu cepat mengambil keputusan), langkah challenging beliefs (pemahaman pada perilaku yang efektif, mengubah keyakinan yang negatif menjadi positif), langkah calming and focusing ( untuk tetap tenang dan fokus terhadap apa yang sedang terjadi). Untuk menutupi kekurangan tersebut guru bimbingan dan konseling menggunakan teori sendiri yaitu langkah bercerita tentang kisah-kisah yang memotivasi dan membangkitkan semangat peserta didik. Ini mengindikasikan bahwa ada upaya yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan resiliensi diri peserta didik. Walaupun masih terdapat

Menghadapi Trauma Kehidupan. (Medan: USU Press, 2011), h, 59-62

150 Sri Mulyani

Nasution.

Resiliensi

Daya

Pegas Pegas

Selain langkah teori di atas, guru bimbingan dan konseling juga menggunakan tahap-tahap konseling, seperti pengawalan, penjajakan, penafsiran, penilaian dan pengakhiran. Tentunya pada tahap pengawalan guru bimbingan dan konseling memperkenalkan bimbingan dan konseling, menjelaskan keseluruhan dari bimbingan dan konseling. Kemudian tahap penjajakan ini guru bimbingan dan konseling mendalami masalah yang dialami peserta didik, sehingga benar-benar diketahui apa yang menjadi permasalahan peserta didik. Pada tahap selanjutnya guru bimbingan dan konseling menafsirkan seluruh proses penjajakan yang telah dilkukan sebelumnya, guna utnuk mengetahui apa sebenarnya masalah yang dihadapi oleh peserta didik.

Kemudian strategi/tahap-tahap yang digunakan oleh guru bimbingan dan konseling dalam hal menerapkan langkah-langkah di atas dengan cara peduli kepada mereka, memberikan perhatian kepada mereka, membuat mereka nyaman kepada sekolah dengan peraturan yang ada dan orang-orang yang ada di dalamnya, baik itu kepala sekolah, majelis guru, teman-temannya, dengan itu semua ia akan merasa diakui dan akan rajin datang ke sekolah. Meskipun persoalannya/masalah yang dihadapinya banyak. Artinya bukan hanya guru bimbingan dan konseling saja yang memikirkan permasalahan dan Kemudian strategi/tahap-tahap yang digunakan oleh guru bimbingan dan konseling dalam hal menerapkan langkah-langkah di atas dengan cara peduli kepada mereka, memberikan perhatian kepada mereka, membuat mereka nyaman kepada sekolah dengan peraturan yang ada dan orang-orang yang ada di dalamnya, baik itu kepala sekolah, majelis guru, teman-temannya, dengan itu semua ia akan merasa diakui dan akan rajin datang ke sekolah. Meskipun persoalannya/masalah yang dihadapinya banyak. Artinya bukan hanya guru bimbingan dan konseling saja yang memikirkan permasalahan dan

Dalam teori terdapat beberapa strategi/tahap-tahap dalam meningkatkan resiliensi diri peserta didik, yaitu:

a. Tahap 1 Increase Bonding Tahap dalam membangun resiliensi siswa di sekolah adalah dengan memperkuat hubungan-hubungan (relationships).Tahap ini meliputi peningkatan hubungan di antara individu dan pribadi prososial. Hal ini penting, karena fakta menunjukkan bahwa siswa yang memiliki relasi atau keterikatan yang positif jauh lebih mampu menghindari perilaku beresiko dibandingkan dengan siswa yang tidak memiliki keterikatan.

b. Tahap 2 Set Clear And Consistent Boundaries Tahap kedua dalam membangun resiliensi siswa di sekolah adalah menjelaskan dan menjaga konsistensi dari batasan-batasan atau peraturan- peraturan yang berlaku di sekolah. Tahap ini meliputi pengembangan dan implementasi kebijakan sekolah dan prosedur dan pelaksanaannya secara konsisten serta menyampaikannya kepada siswa sehingga mereka mendapat gambaran yang jelas tentang harapan-harapan tingkah laku yang harus mereka penuhi.

c. Tahap 3 Teach Life Skills Tahap ketiga pembangunan resiliensi siswa di sekolah adalah mengajarkan keterampilan-keterampilan hidup, yang meliputi kerja sama, c. Tahap 3 Teach Life Skills Tahap ketiga pembangunan resiliensi siswa di sekolah adalah mengajarkan keterampilan-keterampilan hidup, yang meliputi kerja sama,

d. Tahap 4 Provide Caring And Support Tahap empat ini meliputi pemberian penghargaan, perhatian dan dorongan yang positif.Kenyataan memang menunjukkan bahwa siswa mustahil dapat berhasil mengatasi adversitas tanpa adanya perlindungan dan perhatian dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan sekolah, harus berperan aktif dalam memberikan caring dan support kepada siswa guna membantu pengembangan resiliensinya.

e. Tahap 5 Set And Communicate High Expectations Tahap kelima dalam membantu perkembangan resiliensi siswa di sekolah adalah memberikan atau menyampaikan harapan yang tinggi. Tahap ini secara konsisten ditemui dalam literatur resiliensi dan riset tentang keberhasilan akademis. Hal ini adalah penting, karena harapan yang tinggi dan realistis merupakan motivator yang efektif bagi siswa.

f. Tahap 6 Provide Opportunities For Meaningful Participation Strategi keenam yang dapat digunakan dalam upaya membantu perkembangan resiliensi siswa di sekolah adalah dengan memberikan f. Tahap 6 Provide Opportunities For Meaningful Participation Strategi keenam yang dapat digunakan dalam upaya membantu perkembangan resiliensi siswa di sekolah adalah dengan memberikan

berpartisipasi dalam semua aspek fungsi sekolah. 151 Berdasarkan hasil penelitian dan teori di atas terlihat bahwa guru

bimbingan dan konseling menggunakan strategi yang ada. Penggunaan pelaksanaan teori ini belum mencakup keseluruhan teori dalam upaya meningkatkan resiliensi diri peserta didik. Dalam pelaksanaannya guru bimbingan dan konseling hanya menggunakan beberapa tahap/strategi yaitu: tahap membangun hubungan yang baik (relationship), tahap memberikan kepedulian dan dukungan (Provide Caring And Support,) Tahap set clear and consistent boundaries ( tahap patuh terhadap ketentuan dan peraturan sekolah). Untuk menutupi kekurangan tersebut guru bimbingan dan konseling menggunakan teori sendiri yaitu teori kerjasama seluruh perangkat sekolah dan orang tua peserta didik. Ini menandakan guru bimbingan dan konseling cukup bijak dan kreatif.

Kemudian untuk memudahkan guru bimbingan dan konseling dalam melaksanakan layanan dan menganalisis permasalahan peserta didik ada pendekatan psikologi yang digunakan. Adapun pendekatan yang digunakan oleh guru bimbingan dan konseling adalah pendekatan rational emotif therapi, behavioristik dan analisis transaksional.

151 Desmita. Psikologi PerkembanganPeserta Didik: Panduan Bagi Orang Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP dan SMA (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2011), h. 35

Setelah selesai melakukan pelaksanaan bimbingan dan konseling, tentu ada kendala dan dukungan dari berbagai pihak. Sebagian dari pendukung dalam penyelenggaraan layanan tersebut adalah adanya dukungan yang besar dari pihak sekolah, pihak sekolah ikut mengamati perkembangan peserta didik. Kemudian yang menjadi penghambat adalah waktu dalam pelaksanaan yang belum semua peserta didik yang memiliki permasalahan diberikan layanan bimbingan dan konseling.

Dari pelaksanaan yang telah dilaksanakan harapan berbagai pihak di sekolah sungguh besar terhadap pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan resiliensi diri peserta didik di sekolah. Harapan yang muncul adalah agar guru bimbingan dan konseling semakin profesional dalam menjalankan dan melakasanakan layanan bimbingan dan konseling yang ada di sekolah. Kemudian peserta didik sukses dalam belajar, sosial, dan pribadinya. Mampu melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi. Semoga mereka memiliki resilien yang kuat dan mampu mengatasi permasalahan dengan mandiri.

C. Evaluasi dan Tindak lanjut pelaksanaan Bimbingan dan Konseling oleh guru BK ditinjau dari segi proses dalam upaya meningkatkan resiliensi diri peserta didik di kelas VIII SMP 4 Batang Anai

Setelah dilakukannya layanan bimbingan dan konseling, tentu untuk mengetahui sejauh mana layanan tersebut memberikan dampak dilakukannya evaluasi dan tindak lanjut. Kerena program yang dijalankan merupakan Setelah dilakukannya layanan bimbingan dan konseling, tentu untuk mengetahui sejauh mana layanan tersebut memberikan dampak dilakukannya evaluasi dan tindak lanjut. Kerena program yang dijalankan merupakan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada tanggal 22 Juli 2017 terlihat bahwa guru pembimbing dalam mengevaluasi dengan mengamati tingkah laku peserta didik yang telah diberikan layanan. Hal tersebut juga didukung dengan wawancara yang penulis lakukan dengan guru bimbingan dan konseling yang mengatakan bahwa: “Untuk melihat bagaimana

perkembangan peserta didik, kami melakukan pengamatan jangka pendek yaitu seminggu setelah layanan yang kami berikan berlalu. Pengamatan yang

kami lakukan sesuai dengan janji setelah konseling selesai dilakukan.” 152

Selain itu, guru bimbingan dan konseling juga menambahkan bahwa: “Selain penilaian jangka pendek yang kami lakukan dengan pengamatan, kami

juga melakukan wawancara dengan teman dari anak didik yang mengikuti kegiatan layanan bimbingan dan konseling. apakah terdapat perubahan atau

tidak berdasarkan hasil pengamatan 153 dan wawancara.” Guru bimbingan dan konseling juga manambahkan bahwa: “dalam

melakukan penilaian saya membuat daftar perilaku yang akan dirubahnya setelah konseling selesai dilaksanakan.” 154

Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang penulis paparkan dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan evaluasi atau penilaian guru bimbingan

152 Rafiana. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 22 Juli 2017

153 Rafiana. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 22 Juli 2017

154 Rafiana. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 22 Juli 2017 154 Rafiana. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 22 Juli 2017

Selain menggunakan penilaian jangka pendek, kami pun menggunakan penilaian jangka panjang karena konseling telah kami lakukan beberapa kali, sehingga memungkinkan bagi peserta didik untuk diamati lebih lama dalam jangka sebulan pelaksanaan layanan yang

diberikan. 155

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, guru bimbingan dan konseling dengan menggunakan penilaian jangka pendek dan jangka panjang terlihat berbagai perubahan pada peserta didik dan ada juga yang tidak. Hal ini sesuai dengan wawancara yang penulis lakukan dengan guru bimbingan dan konseling yang mengatakan bahwa: “Setelah melakukan pengamatan kepada

peserta didik yang telah mengikuti kegiatan layanan. Teradapat beberapa peserta didik yang mulai terlihat perubahannya. Selain itu juga terlihat peserta didik yang tdak terlihat perubahannya bahkan setelah mengikuti kegiatan

layanan bimbingan dan konseling.” 156 Setelah melakukan pengamatan sesuai dengan bentuk evaluasi

bimbingan dan konseling, guru BK mulai merencanakan tindak lanjut yang akan diberikan kepada peserta didik yang mengalami perubahan dan peserta

155 Rafiana. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 22 Juli 2017

156 Rafiana. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 22 Juli 2017 156 Rafiana. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 22 Juli 2017

Berdasarkan observasi pada tanggal 24 Juli 2017 yang penulis lakukan terkait dengan evaluasi dan tindak lanjut terlihat bahwa guru bimbingan dan konseling sering mengamati peserta didik yang telah mendapat layanan dalam konseling. guru bimbingan dan konseling mengamati tingkah laku peserta didik dengan menggunakan daftar cek tingkah laku yang telah disepakati dengan peserta didik ketika selesai melaksanakan kontrak dalam konseling.

Salah satu bentuk tindak lanjut yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling adalah dengan memberikan layanan dukungan bagi peserta didik yang mengalami perubahan setalah mengikuti layanan bimbingan dan konseling. hal tersebut sesuai dengan wawancara yang penulis lakukan dengan guru bimbingan dan konseling yang mengatakan: “Untuk peserta didik yang

telah ada perubahan kita memberikan layanan pendukung, saperti konseling kelompok bagi peserta didik yang sebelumnya mengikuti konseling

individual.” 157 Selain itu, guru bimbingan dan konseling juga memberikan tindak

lanjut kepada peserta didik yang tidak mengalami perubahan setelah

157 Widya. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 24 Juli 2017 157 Widya. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 24 Juli 2017

perubahan kami memberikan layanan konseling individual dan layanan informasi berkenaan masalah yang dialami oleh pese 158 rta didik.”

Berdasarkan observasi pada tanggal 18 Juli 2017 yang dilakukan penulis terlihat bahwa dalam layanan yang telah diberikan guru bimbingan dan konseling memang tidak semua berjalan dengan sesuai harapan/kontrak dalam konseling, karena masih banyak yang terlihat peserta didik yang tidak melaksanakan apa yang telah disepakati dengan guru bimbingan dan konseling. ini terlihat dengan masih banyaknya peserta didik yang bolos dan terlambat sekolah. Padahal mereka telah mendapat layanan dalam konseling dan telah sepakat akan mengerjakan apa yang ada dalam daftar cek yang telah dibuat oleh guru bimbingan dan konseling.

Berdasarkan wawancara yang penulis paparkan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menindaklanjuti pelaksanakaan layanan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kemampuan resiliensi diri peserta didik guru bimbingan dan konseling menggunakan tiga format penilaian yaitu penilaian segera yang dilakukasn setelah melaksanakan layanan bimbingan dan konseling, penilaian jangka pendek setelah layanan dilaksanakan beberapa hari setelahnya sampai seminggu kemudian dan penilaian jangka panjang yang dilakukan seminggu sampai sebulan kemudian setelah layanan bimbingan konseling telah dilaksanakan. Penilain tersebut dilakukan dengan

158 Widya. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 24 Juli 2017 158 Widya. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 24 Juli 2017

Setelah dilakukannya penilaian melalui pengamatan, daftar cek dan wawancara kepada teman sebaya peserta didik. Kemudian guru bimbingan dan konseling mulai menyusun tindak lanjut yang akan diberikan kepada peserta didik yang mengalami perubahan maupun kepada peserta didik yang tidak mengalami perubahan. Bentuk tindak lanjut berupa kegiatan pendukung layanan yang dilaksanakan sebelumnya yang akan diberikan kepada peserta didik yang mengalami perubahan dan juga peserta didik yang tidak mengalami perubahan.

Salain tindak lanjut berupa layanan yang diberikan kepada peserta didik, kegiatan pendukung juga diberikan seperti kunjungan rumah. Guru bimbingan konseling mengatakan bahwa: “Selain kami memberikan layanan lanjutan kepada peserta didik, kami juga melakukan kegiatan pendukung kunjungan rumah untuk mengetahui perkembangan peserta didik dirumahnya berdasarkan informasi dari orang tuanya selama anak didik tidak sedang

berada di sekolah.” 159 Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan dalam tiga sub bab sebelumnya

terlihat bahwa permasalah resiliensi diri merupakan yang amat penting untuk diperhatikan. Karena pergaulan yang ada dan kondisi sosial yang ada belum tentu dapat dihadapi oleh peserta didik dengan baik sehingga tidak berpengaruh

159 Widya. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 24 Juli 2017 159 Widya. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Padang Pariaman, 24 Juli 2017

Terkait dengan permasalahan resiliensi peserta didik ini sangat urgen untuk ditingkatkan. Peserta didik yang memiliki resilien yang rendah akan mudah menyerah dan berputus asa yang menyebabkannya akan berhenti sekolah. Bahkan akan menjadikannya terpengaruh dengan pergaulan bebas yang dapat merugikan dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat sekitar. Tentunya kejadian seperti itu, kita harapkan tidak pernah terjadi untuk itulah sangat penting untuk meningkatkan resiliensi diri peserta didik. Resiliensi ini bukan suatu sifat bawaan yang dibawa lahir oleh setiap orang, akan tetapi resiliensi ini merupakan proses dalam kehidupan. Artinya resiliensi ini didapatkan melalui proses kehidupan yang dialami oleh seseorang, untuk itulah resiliensi ini dapat ditingkatkan pada diri seseorang individu.

Maka dari itu resiliensi ini sangat berpangaruh dalam dunia pendidikan. Bahkan resiliensi diakui sangat menentukan gaya berpikir dan keberhasilan

peserta didik dalam hidupnya, termasuk keberhasilan dalam belajar di sekolah. 160 Dari pendapat ahli di atas menunjukkan betapa besarnya harapan dunia

pendidikan terhadap guru bimbingan dan konseling untuk meningkatkan resiliensi

160 Desmita. Psikologi PerkembanganPeserta Didik: Panduan Bagi Orang Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP dan SMA (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2011), h. 199 2011), h. 199

Ada tujuh hal yang bisa ditingkatkan dalam resiliensi diri peserta didik, yaitu:

15. Initiative (inisiatif), yang terlihat dari upaya mereka melakukan eksplorasi terhadap lingkungan mereka dan kemampuan individual untuk mengambil peran/bertindak.

16. Independence (independen), yang terlihat dari kemampuan seseorang menghindar atau menjauhkan diri dari keadaan yang tidak menyenangkan dan otonomi dalam bertindak.

17. Insight (berwawasan), yang terlihat dari kesadaran kritis seseorang terhadap kesalahan atau penyimpangan terjadi dalam lingkungannya atau bagi orang dewasa ditunjukkan dengan perkembangan persepsi tentang apa yang salah dan menganalisis mengapa ia salah.

18. Relationship (hubungan), yang terlihat dari upaya seseorang menjalin hubungan dengan orang lain.

19. Humor (humor), yang terlihat dari kemampuan seseorang mengungkapkan perasaan humor di tengah situasi yang menegangkan atau mencairkan suasana kebekuan.

20. Creativitas (kreativitas) yang ditunjukkan melalui permainan- permainan kreatif dan pengungkapan diri.

21. Morality (moralitas), yang ditunjukkan dengan pertimbangan seseorang tentang baik dan buruk, mendahulukan kepentingan orang 21. Morality (moralitas), yang ditunjukkan dengan pertimbangan seseorang tentang baik dan buruk, mendahulukan kepentingan orang

resiliensi diri itu dapat ditingkatkan. Seperti yang dijelaskan di atas ada tujuh karakteristik yang bisa ditingkatkan oleh guru bimbingan dan konseling melalui implementasi bimbingan dan konseling. Implementasi bimbingan dan konseling ini berupa layanan yang diberikan kepada peserta didik yang memerlukan, sesuai dengan need assesment yang telah dilakukan.

Dari penelitian yang dilakukan penulis ini terlihat bahwa guru bimbingan dan konseling berupaya untuk meningkatkan resiliensi peserta didik.

161 Ibid, h. 203