Buku SKI Kurikulum 2013
23 Kemudian merekapun bersujud. Setiap orang tidak dapat menguasai dirinya
untuk tidak bersujud. Dari kejadian ini, maka kaum kafir Quraisy yang tidak me- nyaksikan peristiwa tersebut mencela atas perbuatan mereka. Ketika itu, mereka
mendustakan atas apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah dan berkata bahwa Rasulullah telah memuji berhala-berhala mereka. Mereka juga berkata bahwa sy-
afaat berhala-berhala tersebut sangat diharapkan. Mereka melakukan kebohongan besar ini sebagai alasan dari tindakan atas bersujud sebahagian dari mereka.
III. Hamzah dan Umar bin Khathab Masuk Islam
Disaat Nabi Muhammad Saw. melaksanakan dakwah Islam kepada kaum kafir Quraisy yang menentang dengan keras dakwah beliau, ada dua tokoh terkemuka
Quraisy yang masuk Islam, mereka adalah Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khathab. Dengan masuknya kedua tokoh terkemuka Quraisy ini merupakan
menambah kekuatan bagi kaum muslimin dan harapan akan adanya kemenan- gan. Umar bin Khathab telah dijuluki oleh Rasulullah dengan al-Faruq, karena
Allah telah memisahkan antara yang haq dan yang bathil. Beberapa hari setelah keIslamannya Umar bin Khathab berkata kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah,
bukankah kita di atas kebenaran?” Beliau mejawab: “Memang demikian’. Umar berkata: “Kalau begitu untuk apa kita bersembunyi dan menutup diri?” Setelah
itu, Rasulullah bersama kaum muslimin yang ada di Darul Arqam membentuk dua barisan. Satu barisan dipimpin Hamzah bin Abdul Muthalib dan barisan lain-
nya dipimpinn Umar bin Khattab bergerak menuju jalan-jalan di kota Mekkah dalam gerakan yang menggambarkan kekuatan dalam perjalanan dakwah, dan
sekaligus memulai dakwah secara terang-terangan. Kaum kafir Quraisy terus berusaha memerangi dakwah ini dengan berbagai
macam cara; menyiksa, menganiaya, mengintimidasi, dan membujuk. Namun, semua itu tidak menghasilkan apapun, selain justru menambah keteguhan mereka
terhadap agama Islam dan menambah jumlah orang-orang yang beriman. Inilah pemikiran kaum kafir Quraisy untuk memunculkan cara baru, yaitu menulis se-
buah lembaran perjanjian yang ditanda tangani oleh mereka semua, dan digan- tung di Ka’bah untuk mengembargo kaum muslimin dan Bani Hasyim. Embargo
ini berlaku di semua aspek; tidak boleh terjadi transaksi jual beli, pernikahan, to- long-menolong, dan bergaul dengan mereka. Kaum muslimin terpaksa keluar dari
kota Mekkah menuju ke salah satu celah gunung di Mekkah yang bernama celah gunung Abu Thalib. Di sana kaum muslimin sangat menderita, mereka mera-
sakan kelaparan dan berbagai macam kesulitan. Orang-orang yang mampu di an- tara mereka menyumbang sebagian harta mereka, bahkan Khadijah menyumbang
Buku Siswa, Kelas X MA 24
semua hartanya. Wabah penyakit melanda mereka yang menyebabkan kematian sebagian mereka. Namun demikian, mereka dapat bertahan dan bersabar, tidak
ada seorangpun dari mereka yang mundur. Embargo ini terus berlangsung selama tiga tahun.
Kemudian sekelompok pembesar Quraisy yang memiliki hubungan kekera- batan dengan beberapa orang Bani Hasyim berusaha mencabut isi lembaran di
atas, dan mengumumkan pada khalayak ramai. Ketika mengeluarkan lembaran, mereka menemukannya telah termakan oleh rayap, tidak ada yang tersisa kecu-
ali satu sisi kecil yang diatasnya tertulis “lafadz bismika allahumma” dengan menyebut nama-Mu, ya Allah. Akhirnya, krisispun sirna dan kaum muslimin
beserta Bani Hasyim kembali ke kota Mekkah. Namun kaum kafir Quraisy tetap pada sikap mereka yang kejam dan bengis dalam memerangi kaum muslimin.
IV. Tahun Duka Cita atau Ammul Huzni